548-2033-1-pb.pdf

  • Uploaded by: Mun Kada Haur
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 548-2033-1-pb.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,086
  • Pages: 10
UPAYA KELUARGA MENCEGAH KEKAMBUHAN PADA ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIJODININGRAT LAWANG MADI PRISMA W 11001121 Subjek : Upaya keluarga, kekambuhan, skizofrenia DESCRIPTION Keluarga perlu memberikan dukungan (support) kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan secara mandiri sehingga kekembuhan pasien dengan skizofrenia tidak terjadi. Skizofrenia adalah gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan perubahan persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran serta keluarga mencegah kekambuhan pada anggota keluarga skyzofrenia. Jenis penelitian deskriptif, variabel dalam penelitian ini upaya keluarga mencegah kekambuhan pada anggota keluarga skizofrenia, populasi dalam penelitian ini keluarga skizofrenia sebanyak 27 responden, sample sebanyak 25 keluarga skizofrenia. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12-13 Mei 2014 di RSJ Dr. Radjiman Wedijodiningrat dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner kemudian akan diolah melalui tahap editing, coding, entry data, cleaning data dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengah besar keluarga berupaya sangat baik dalam mencegah kekambuhan pasien jiwa yaitu sebanyak 12 responden (48%). Pasien di RSJ dr. Radjiman Wedijodiningrat kelurga sangat mementingkan keadaan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sehingga anggota keluarga saling berupaya dalam mencegah kekambuhan pasien jiwa. Oleh sebab itu untuk mencegah kekambuhan pasien skizofrenia dibutuhkan peran keluarga mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

ABSTRACT The Family needs to provide support to patients to improve motivation and responsibility to take care their selves. The relapse of patiens with schizophrenia don’t happen. Schizophrenia is a term used to describe a major psychiatric disorder that is characterized with change in perception, thought, affect, and behavior. The type of study is descriptive, the variables in this study are the way of family members with schizophrenia, the population is the family schizophrenia amount 27 respondents, the sampling 25 families with schizophrenia. The technique uses consecutive sampling. The research was conducted on 12-13 May 2014 at Dr RSJ. Radjiman Wedijodiningrat with using questionnaires. The data are collected with questionnaires then will ben processed with editing, coding, data entry, cleaning the data and presented in the form of a frequency distribution table. Based on the results of this study showed that than half of of the families prevent relapse of patients with psychiatric omount 12 respondents (48%). The patients whose family in RSJ Dr. Radjiman Wedijodiningrat are so my concerned with members of family experience mental disorder, so that each member of family seek prevent the relaps of patients with schizophrenia. Therefore to prevent relapse of patiens with is need role of family caregivers recognize the problems of health in each thier members taking decision the best for the family, providing take care members who are ill or who cant not help themselves due disability or age is too young, keep the atmosphere of home that benefit health and development personality of the family members, maintain a reciprocal relationship between families and health care institutions (utilization of existing health facilities). Keywords: The ways of family, Relaps, Schizophrenia. Contributor : 1.Nurul Hidayah, S.Kep.Ns. 2. Budi Prasetyo, S. Kep., Ns Date : 17 Mei 2014 Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier :Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok social ekonomi rendah (Martina, 2004). Gejala-gejala skizofrenia menurut para peneliti membaginya menjadi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif dapat didefinisikan sebagai fungsi

yang berlebih atau terdistorsi dari fungsi normal, sedangkan gejala negatif dapat didefinisikan sebagai fungsi yang kurang atau hilang bila dibandingkan dengan fungsi normal (Anes, 2011). Penyakit skizofrenia seringkali kronis dan kambuh, sehinga penderita memerlukan terapi / perawatan lama. Disamping itu semua etiologi, patofisiologi dan perjalanan penyakitnya amat bervariasi / heterogen bagi setiap penderita, sehingga mempersulit diagnosis dan penanganannya. Keadaan seperti ini akan menimbulkan beban dan penderitaan bagi keluarga. Keluarga sering kali mengalami tekanan mental karena gejala yang ditampilkan oleh penderita dan juga ketidaktahuan keluarga menghadapi gejala tersebut. Kondisi inilah yang akan melahirkan sikap dan emosi yang keliru dan berdampak negatif pada penderita. Biasanya keluarga menjadi emosional, kritis dan bahkan bermusuhan yang jauh dari sikap hangat yang dibutuhkan oleh penderita (Sirait, 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) jumlah penderitanya 400 ribu orang atau menurun dibanding riset sejenis pada 2007. Jumlah penderita skizofrenia atau umum disebut awam sebagai orang gila, dari data riset kesehatan 2007, sebanyak dua orang dari 1.000 penduduk. Pada 2013, prevalensi skizofrenia menyusut menjadi 1,7 per 1.000 orang (Riskesdas, 2013). Data dinas kesehatan jawa timur tahun 2008 menyatakan jumlah skizofrenia di Jawa Timur mencapai 2% dari populasi (Dinkes Jatim, 2008). Data RSJ Dr. Radjiman Wediodinigrat pada tahun 2011 menunjukkan presentase gangguan jiwa sebesar 81,9% menderita skizofrenia 18,1% mengalami gangguan jiwa lainnya. Sementara itu angka kekambuhan skizofrenia mencapai 70%. Munculnya kekambuhan skizofrenia dikarenakan stimulus negatif yang diterima dari faktor lingkungan, keluarga, penanggung jawab klien serta masyarakat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di RSJ Radjiman Wedijodiningrat selama 2 hari pada tanggal 12-16 Mei 2014 didapatkan data penderita sekizofrenia sebanyak 1.086 penderita. Pada bulan januari terdapat 361 penderita skizofrenia pada bulan februari mengalami penurunan yaitu sebanyak 354 penderita skizofrenia dan pada bulan maret kembali mengalami peningkatan penderita skizofrenia yaitu sebanyak 371 penderita. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan klien skizofrenia adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Menurut Sulinger, salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan klien karena jarang mengunjungi klien di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga. Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus

dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah (Nurdiana, 2007). Keluarga pasien perlu mempunyai sikap positif untuk mencegah kekambuhan pada pasien skizofrenia. Keluarga perlu memberikan dukungan (support) kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan secara mandiri. Keluarga perlu mempunyai sikap menerima pasien, memberikan respon positif kepada pasien, menghargai pasien sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap tanggung jawab pada pasien. Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi suportif, menghargai pasien secara pribadi dan membantu pemelcahan masalah pasien (Nova, 2013). Konseling keluarga merupakan salah satu bentuk terapi psikososial yang membantu individu keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya melalui sistem kehidupan keluarga dan mengusahakan agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula terhadap anggota keluarga lainnya (Badriyah, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitianya dengan judul upaya keluarga mencegah kekambuhan pada anggota keluarga skizofrenia di RSJ dr. Radjiman Wedijodiningrat Lawang. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah upaya keluarga mencegah kekambuhan pada anggota keluarga skizofrenia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memeriksakan anggota keluarganya dengan skizofrenia di RSJ Dr. Radjiman Wedijodiningrat. Jenis sampling dalam penelitian ini adalah total sampling dengan besar sampel sebanyak 27 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari data primer. Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. HASIL PENELITIAN 1. Data Khusus Tabel Distribusi Frekuensi Upaya Keluarga Mencegah Kekambuhan Pasien Jiwa di Poli RSJ Dr. Radjiman Wedijodiningrat Lawang pada Tanggal 12-13 Mei 2014 No Upaya Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Sangat tidak baik 0 0 2 Tidak baik 2 8 3 Baik 11 44 4 Sangat baik 12 48 Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa kurang dari setengah besar keluarga berupaya sangat baik dalam mencegah kekambuhan pasien jiwa yaitu sebanyak 12 responden (48%). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Poli RSJ Dr. Radjiman Wedijodiningrat Lawang Malang didapatkan bahwa kurang dari setengah besar keluarga berupaya sangat baik dalam mencegah kekambuhan pasien jiwa yaitu sebanyak 12 responden (48%). Kekambuhan merupakan keadaan pasien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Andri, 2008). Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homeostasis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarga dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari adanya gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Usaha kesehatan mental sebaiknya dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan mental (Notosoedirdjo, 2005). Upaya keluarga dalam pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Efendi, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota keluarga berupaya baik dalam mencegah kekambuhan gangguan jiwa dikarenakan keluarga mampu melaksanakan tugasnya meliputi mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana dirumah, mempertahankan hubungan timbal balik dengan baik. Keadaan ini memberikan dampak positif terhadap penderita skizofrenia sendiri, dimana keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homestasis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarga dan kemungkinan dapat meningkatkan kesehatan para anggota keluarganya dari adanya gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Pada parameter mengenal masalah setiap anggota keluarga didapatkan bahwa hampir seluruhnya keluarga berupaya baik yaitu

sebanyak 22 responden (88%). Kemampuan mengenal masalah erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan keluarga. Kemampuan tersebut merupakan pengembangan upaya responden dalam mencari tahu informasi mengenai permasalahan kesehatan yang dialami anggota keluarganya sehingga menjadi dasar terbentuknya tindakan keluarga selanjutnya. Pengetahuan yang dimiliki keluarga merupakan usaha awal untuk memberikan suasana yang kondusif bagi keluarganya. Sebagai pemberi dukungan utama dalam perawatan pasien skizofrenia di rumah seharusnya keluarga tahu bahwa sikap keluarga dapat meningkatkan kesembuhan namun juga dapat menjadi pemicu dalam kekambuhan (Efendi, 2009). Kemampuan keluarga yang baik dalam mengenal masalah anggota keluarganya, lebih mewaspadai gejala yang ditunjukkan oleh keluarga yang mengalami skizofrenia, sehingga apabila pasien mulai menunjukkan tanda kekambuhan seperti mengurung diri, malas beraktivitas, atau mengamuk maka keluarga segera tanggap sehingga penderita tidak jatuh pada kondisi kekambuhan. Pada parameter mengambil keputusan setiap anggota keluarganya yang sakit didapatkan bahwa kurang dari setengah keluarga berupaya tidak baik yaitu sebanyak 9 responden (36%). Keluarga merupakan tempat terpenting dalam penyelesaian masalah bersama, salah satunya membuat keputusan tentang masalah kesehatan keluarga. Dasar dalam pengambilan keputusan bagi anggota keluarga yang sakit adalah hak dan tanggung jawab bersama yang pada akhirnya menentukan pelayanan yang akan digunakan. Pengambilan keputusan oleh keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Memutuskan tindakan kesehatan merupakan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan setelah mengetahui anggota keluarganya menderita skizofrenia. Tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh tingkat pengetahuan keluarga, biaya, tenaga, serta waktu yang dimiliki dalam menangani permasalahan (Efendi, 2009). Keluarga yang kurang berupaya dalam mengambil keputusan dalam melakukan perawatan pada penderita skizofrenia, dimana hal ini disebabkan karena keluarga kurang berupaya dalam melaksanakan saran-saran dari petugas kesehatan, dimana hal ini mengakibatkan kurangnya perawatan pada penderita skizofrenia, sehingga penderita dapat dengan mudah jatuh pada kondisi kekambuhan. Pada parameter memberikan keperawatan anggota keluarga dengan skizofrenia didapatkan bahwa seluruhnya responden berupaya sangat baik yaitu sebanyak 25 responden (100%). Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang lain ketika sakit. Hal tersebut merupakan tugas pokok keluarga dimana keluarga memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan dan perawatannya. Anggota keluarga yang menderita skizofrenia memerlukan perawatan seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masalah activity daily living, serta pemberian pengobatan. Keluarga mempunyai peran besar dalam merawat pasien

skizofrenia karena penderita skizofrenia mengalami kemunduran secara kognitif (Felicia, 2011). Sejalan dengan Notoadmodjo (2003) aplikasi dari suatu tindakan perawatan merupakan hasil dari tahu dan paham. Sehingga, sebelum domain pengetahuan dalam diri seseorang sampai pada tahap tingkat aplikasi, ini memungkinkan seseorang yang sudah pada domain kognitif tahu dan paham, namun belum mampu mengaplikasikan ilmu tersebut. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama bagi pasien skizofrenia di rumah. Pasca perawatan di rumah sakit, keluarga merupakan penanggungjawab utama yang mengelola pasien agar tetap stabil dan tidak jatuh pada kondisi kekambuhan. Keberhasilan perawatan di rumah sakit tidak akan berarti apabila tidak dilanjutkan dengan kemampuan perawatan yang baik dari keluarga, mengingat pasien skizofrenia tidak hanya membutuhkan terapi medis saja untuk sembuh melainkan membutuhkan perhatian dan juga semangat secara emosi dari keluarga (Efendi, 2009). Tingkat kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga seluruhnya pada kategori baik. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemampuan keluarga dalam mengenal masalah juga berada pada tahapan baik. Hal ini didukung dengan data demografi responden yang mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta, sehingga keluarga memiliki sosial ekonomi yang mendukung untuk merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Kemampuan tersebut ditunjukkan keluarga sadar bahwa pasien skizofrenia memiliki ketergantungan terhadap orang lain karena kondisi kognitifnya yang mengalami gangguan, sehingga keluarga termotivasi untuk selalu memantau pengobatan yang harus dikonsumsi pasien dan tidak jatuh pada kondisi kekambuhan. Pada parameter mempertahankan suasana rumah didapatkan bahwa sebagian besar keluarga berupaya baik yaitu sebanyak 14 responden (56%). Keluarga memainkan peranan sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarga yang sakit. Peran tersebut terwujud bila ada kecocokan antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharanaan kesehatan anggota keluarga. Lingkungan yang menunjang bagi pasien skizofrenia lebih merujuk pada ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Selain itu, pasien skizofrenia membutuhkan modifikasi lingkungan berupa dukungan keluarga baik secara ekonomi maupun secara psikologis guna memberikan rasa nyaman, aman yang dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien (Efendi, 2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan terdapat pada kategori cukup, dimana kemampuan ini dilatarbelakangi oleh sikap menerima, menghargai dan menumbuhkan sikap tanggung jawab sehingga pasien merasa dihargai dan tidak kehilangan perannya di dalam keluarga tersebut. Keluarga memiliki kemampuan baik dalam melakukan kontrol ekspresi emosi dengan menyamaratakan antara penderita skizofrenia dan keluarganya yang sehat, sehingga penderita skizofrenia merasa dirinya tidak dikucilkan

dan dihargai. Hal ini inilah yang membuat emosi penderita stabil dan tidak jatuh pada kondisi stres yang mengakibatkan kekambuhan pada penderita skizofrenia. Pada parameter mempertahankan hubungan timbal balik didapatkan bahwa sebagian besar keluarga berupaya baik yaitu sebanyak 17 responden (68%). Keluarga memiliki peran utama dalam perawatan pasien skizofrenia di rumah. Salah satu tugasnya yaitu membawa pasien skizofrenia ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan serta penanganan yang sesuai dengan standar kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebijakan pemerintah di bidang kesehatan untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Selama ini pemerintah telah berusaha keras untuk menyediakan pelayanan yang prima untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Saat ini masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan pelayanan kesehatan terutama di tingkat puskesmas. Hal tersebut merupakan hasil dari upaya pemerintah untuk mensosialisasikan mengenai keberfungsian dari pelayanan kesehatan. Selain itu, pemberian obat secara gratis juga melatarbelakangi perilaku masyarakat untuk membawa anggota keluarganya yang sakit untuk mendapatkan perawatan. Sehingga masalah kesehatan dapat ditangani secepatnya (Efendi, 2009). Tingkat kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga mayoritas pada kategori cukup. Tugas kesehatan ini dilakukan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan keluarganya agar menjadi lebih baik, hal ini dilatarbelakangi berdasarkan data demografi keluarga dimana mayoritas keluarga bekerja sebagai swasta dan berjenis kelamin lakilaki. Hal ini mempengaruhi seseorang dalam mengenal, memutuskan, merawat, dan menciptakan lingkungan yang menunjang bagi penderita skizofrenia. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12-16 Mei 2014 di Poli Jiwa RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat didapatkan bahwa kurang dari setengah besar keluarga berupaya sangat baik dalam mencegah kekambuhan pasien jiwa yaitu sebanyak 12 responden (48%). REKOMENDASI 1. Bagi Rumah Sakit Pada penelitian di RS terlihat bahwa banyak keluarga pasien tidak mengerti apa penyebab kekambuhan hingga keluarga pasien mengerti apa yang menyebabkan kekambuhan pasien dan hal ini dapat dilihat dari 12 responden yang tidak kembali datang untuk kontrol dikarenakan sudah benar - benar baik setelah menerima pengobatan serta terapi dan pembinaan terhadap pasien yang telah dilakukan di RS.jiwa

2. Bagi Perawat Disarankan kepada perawat untuk memberikan pembinaan pada penderita gangguan jiwa dengan cara konseling dan pendidikan mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga baik serta meningkatkan pemberdayaan kesehatan dan penderita skizofrenia. 3. Bagi peneliti selanjutnya Dalam penelitian ini menyinggung beberapa hal yang mempengaruhi dukungan sosial, maka disarankan untuk diadakan penelitian lanjutan untuk membahas faktor penyebab kekambuhan penderita skizofrenia yang meliputi faktor penderita, dokter, keluarga dan masyarakat dengan wilayah dan jumlah responden yang lebih luas. Alamat Korespondensi Email : [email protected] Alamat rumah : Jalan wijaya kusuma Situbondo No. HP : 081357740353

DAFTAR PUSTAKA Andri, (2008). Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap for Schizophrenia. Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Efendi, Ferry (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Durand, V. M, Barlow, D.H. (2007). Essentials of Abnormal Psychology. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Gusti, Salvari (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta ; CV. Trans Info Media. Hidayat, Abdul Alimul Aziz (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Hawari, Dadang (2006). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : FKUI Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Jiwa & Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Kazadi N. J. B (2008). Factors as Sociated With Relaps in Schizophrenia. Jakarta: Rineka Cipta. Keliat, (2009). Influence of the abilities in controlling violence behavior to the length of stay of schizophrenic clients in Bogor mental hospital, Indonesia, http://emji.com/?page=journal.detail&id=15 diakses pada tanggal 15 Maret 2014 jam 19.45 WIB Martina (2004). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC Muchlisin, Abi (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing Nolen, Hoeksema, S. (2004). Abnormal Pyschology (3rd ed). New York, NY: McGraw-Hill Notosoedirdjo & Latipun. (2005). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Ilmu Nursalam (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pratt Sarah I.; Mueser, Kim T (2006). Medication Nonadherence in Older People with Serious Mental illness; Prevalence and Correlates, Phychiatric Rehabilitation Journal ; Spring; 29; 4. P.299-309 Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Sugiyono (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

More Documents from "Mun Kada Haur"

Kti Ian.pdf
December 2019 15
Combinepdf_2.pdf
December 2019 19
Bab Ii Proposal Efi Ok.pdf
December 2019 20
G. Bab Iii.pdf
December 2019 22
Bab Iv.pdf
December 2019 12