4001505004.pdf

  • Uploaded by: Febriyatul Husna
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 4001505004.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 37,667
  • Pages: 287
PENINGKATAN MOTIVASI, HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP)

TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Universitas Negeri semarang

Oleh : Ferina Agustini NIM : 4001505004

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang,

Agustus 2007

Dosen Pembimbing I

Dosen pembimbing II

Dr. Supartono, M. S NIP. 131281224

Dr. Hartono, M. Pd NIP. 131568878

ii

PENGESAHAN Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang, pada: Hari

: Selasa

Tanggal

: 11 September 2007 Panitia Ujian

Ketua

Sekretaris

Prof. Dr. H. A.T Soegito, SH, MM NIP. 131345757

Dr. Supartono, M.S NIP. 131281224

Penguji I

Penguji II

Dr. Wiyanto, MSi NIP. 131764032

Drs. Ersanghono Kusuma, M.S NIP. 130894821 Penguji III

Dr. Hartono, MPd NIP. 131568878

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdaarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

Ferina Agustini

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto Kita harus yakin bahwa apa yang ditentukan oleh Allah buat kita, itulah yang terbaik (Hamka) Cita-cita dan niat yang baik mesti disertai dengan usaha dan jalan yang baik untuk melaksanakannya.

untuk kedua orang tuaku, adikku Rini dan Nita, mamaz Heru, guruku, temanku, saudaraku dan generasi penerusku.

v

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program strata dua pada Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang. Dalam menyusun tesis saya mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat: Dr. Supartono, M. S selaku Pembimbing I dan Dr. Hartono, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, arahan dengan penuh kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor, Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan IPA Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan yang luas kepada saya untuk menyelesaikan studi. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada para pengajar di PPS UNNES atas bekal ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan yang telah diajarkan kepada saya serta seluruh karyawan PPS UNNES yang telah membantu administrasi sehingga tesis dapat diselesaikan. Kepada teman-teman tak lupa saya sampaikan terima kasih atas dorongan, motivasi dan kerjasama yang baik sehingga tesis ini dapat selesai.

vi

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Slamet Panca Mulyadi, SPd selaku Kepala Sekolah SMA N 9 Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini. Kepada Bapak dan Ibunda, adik-adikku, dan mamazku Heru serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang dengan tulus ikhlas telah memberikan dorongan, semangat dan do’a kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di PPS UNNES. Akhirnya dengan segala kerendahan hati mohon ke hadirat Allah S.W.T, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya di bidang kimia, Amin.

Semarang, Agustus 2007 Penulis

vii

ABSTRAK Ferina Agustini. 2007. Peningkatan Motivasi Belajar dan Minat Berwirausaha Siswa Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Supartono, M.S., II. Dr. Hartono, M.Pd. Kata Kunci: Motivasi belajar, Minat Berwirausaha, Chemoentrepreneurship (CEP) Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga siswa termotivasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, tidak semua lulusan SMA melanjutkan ke Universitas. Sementara, para lulusan SMA belum mempunyai bekal atau belum dipersiapkan untuk bekerja. Di sisi lain, tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan penghasilan relatif tetap sehingga diperlukan upaya pengembangan usaha untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Oleh karena itu, para siswa SMA perlu diberi pemahaman tentang berwirausaha sebagai bekal dirinya untuk memulai atau melanjutkan kegiatan secara layak. Untuk itu perlu pengembangan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat berwirausaha serta motivasi belajar siswa yang terintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada di SMA. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan pada mata pelajaran kimia adalah Chemoentrepreneurship (CEP). Permasalahan dalam penelitian ini adalah kontribusi pendekatan CEP untuk meningkatkan motivasi belajar, hasil belajar dan minat berwirausaha siswa belum diketahui. Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar, minat wirausaha siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian adalah memberi informasi mengenai kontribusi pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP terhadap peningkatan motivasi belajar, minat berwirausaha dan hasil belajar siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-7 SMA Negeri 9 Semarang. Variabel yang diteliti adalah motivasi belajar, minat berwirausaha dan hasil belajar siswa, Data diambil dengan kuesioner, observasi dan test, selanjutnya dianalisis menggunakan statistik parametrik yaitu uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP mengalami peningkatan 14,21%. Minat berwirausaha siswa mengalami peningkatan 19,80%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 75,27%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP mampu meningkatkan motivasi belajar, minat berwirausaha dan hasil belajar siswa.

viii

ABSTRACT Ferina Agustini. 2007. The Improvement of Student’s Learning Motivation and Business Interest through Chemistry Teaching Learning Process using CEP approach. Thesis. Magister of Education of UNNES. Key Words : A Learning Motivation, A Business Interest, and Chemoentrepreneurship (CEP) The efforts in improved education quality in Indonesia, have been done for many years. Yet, the education quality is beyond of our expectation. In this case, the teacher’s effort is to activate the students potential in order to motivate in teaching learning process. Besides, high school graduated students are not ready to work yet. On the other hand, the demand of improved in fulfilling needs is needed while there is an unappropriate income. So, we need to have a developing effort to improved the income. Therefore, high school students need to be given the understanding of business as their skill in order to continue their life better. Here, teaching learning development that can improved their business interest and students learning motivation which is integrated to high school subject is needed. One of the learning approach developed to chemistry is CEP. The problems of the research are the contribution of CEP approach to improved the learning motivation, learning achievement and business interest of has been unrecognized yet. Meanwhile, the achievement of this research is to analyze the improved of a learning motivation, students business interest and learning achievement. The advantages of this research is to give information about the contribution of chemistry using CEP approach to improved the learning motivation, students business interest and learning achievement. The students of class X-7 of SMA N 9 Semarang are the subject of this research. The observed variable is learning motivation, students business interest and learning achievement. By questionaire, observation and test, the data are being taken. Then that data is analyzed using parametric statistic, t test. The research result indicates that students learning motivation in chemistry using CEP approach has been improved 14.21%. A business interest has been improved 19.80%. The students acheivement has been improved 75.27%. From those result, it can be concluded that chemistry learning model using CEP approach is able to improved students learning motivation, business interest and learning achievement.

ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii PERNYATAAN............................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 6 1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 6 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 8 2.1 Pendekatan Pembelajaran CEP ..................................................... 8 2.1.1

Pembelajaran Kontekstual................................................. 8

2.1.2

Chemoentrepreneurship (CEP) ......................................... 9

2.1.3

Kreativitas dan Inovasi...................................................... 11 x

2.2 Motivasi Belajar ............................................................................ 13 2.2.1

Pengertian Motivasi .......................................................... 13

2.2.2

Usaha Peningkatan Motivasi ............................................. 15

2.2.3

Ciri-ciri Motivasi............................................................... 15

2.2.4

Fungsi Motivasi................................................................. 16

2.3 Kewirausahaan .............................................................................. 17 2.3.1

Pengertian Kewirausahaan ................................................ 17

2.3.2

Minat Berwirausaha .......................................................... 18

2.4 Analisis Materi .............................................................................. 21 2.4.1

Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon ......................... 21

2.4.2

Kekhasan Atom Karbon .................................................... 21

2.4.3

Klasifikasi Hidrokarbon .................................................... 23

2.5 Kerangka Teoritis .......................................................................... 24 2.6 Kerangka Berpikir ......................................................................... 25 2.7 Hipotesis........................................................................................ 26 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 27 3.1 Subyek Penelitian .......................................................................... 33 3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 33 3.3 Instrumen Penelitian ..................................................................... 33 3.4 Tolok Ukur Keberhasilan .............................................................. 35 3.5 Analisis Instrumen Penelitian ....................................................... 35 3.5 .1

Uji Validitas ...................................................................... 35

3.5 .2 Reliabilitas ........................................................................ 37 3.5 .3 Taraf Kesukaran ................................................................ 38 3.5 .4

Daya Pembeda................................................................... 39

3.6 Analisis Data ................................................................................. 40 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran CEP .................................................... 41

xi

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 45 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 45 4.1.1

Peningkatan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan CEP .................................................... 45 4.1.1.1

Minat Terhadap Pelajaran Kimia ........................ 48

4.1.1.2

Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia ................................................................... 50

4.1.1.3

Ulet Menghadapi Kesulitan Masalah Kimia ....... 51

4.1.1.4

Tekun Menghadapi Tugas ................................... 52

4.1.1.5

Lebih Senang Bekerja Mandiri ........................... 53

4.1.1.6

Menunjukkan Minat Terhadap Bermacam-macam Masalah Kimia .................................................... 54

4.1.2

Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa ............................ 55 4.1.2.1

Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup ................................................ 58

4.1.3

4.1.2.2

Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri............... 59

4.1.2.3

Sikap Jujur dan Tanggungjawab ......................... 61

4.1.2.4

Ketahanan Fisik dan Mental................................ 62

4.1.2.5

Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha............. 63

4.1.2.6

Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif ............. 64

4.1.2.7

Berorientasi ke Masa Depan ............................... 65

4.1.2.8

Berani Mengambil Resiko .................................. 66

Peningkatan Hasil Belajar Siswa ....................................... 67

4.2 Pembahasan ................................................................................... 69 BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 74 5.1 Simpulan ....................................................................................... 74 5.2 Saran.............................................................................................. 74 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

3.1

Daftar Nama Para Validator dan Perangkat yang Divalidasi ................. 31

4.1

Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP................................................................................... 46

4.2

Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa ................................... 46

4.3

Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa ................................... 47

4.4

Minat Siswa Terhadap Pelajaran Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP................................................................................... 49

4.5

Tingkat Kesenangan untuk Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP .............................................. 50

4.6

Tingkat Keuletan dalam Menghadapi Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP .................................................................... 51

4.7

Tingkat Ketekunan Siswa dalam Menghadapi Tugas Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP .................................................................... 52

4.8

Tingkat Kesenangan Siswa untuk Bekerja Mandiri Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP .................................................................... 53

4.9

Tingkat Minat Siswa terhadap Bermacam-macam Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP .............................................. 54

4.10 Distribusi

Minat

Berwirausaha

Siswa

Sebelum

dan

Sesudah

Pembelajaran CEP................................................................................... 55 4.11 Uji Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa ........................................... 56 4.12 Perubahan Minat Berwirausaha Siswa Setelaj Pembelajaran CEP ......... 57 4.13 Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ............................................................. 59 4.14 Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP................................................................................... 60 4.15 Sikap Jujur dan Tanggungjawab Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ......................................................................................................... 61 4.16 Ketahanan Fisik dan Mental Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP xiii

62

4.17 Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP................................................................................... 63 4.18 Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP................................................................................... 64 4.19 Berorientasi ke masa depan Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP . 65 4.20 Berani Mengambil Resiko Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP ... 66 4.21 Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor......................................................... 67 4.22 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Psikomotor ....................................... 67 4.23 Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif .................................................. 68 4.24 Hasil Uji Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa.......................................... 68

xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1

Halaman

Proses Pembelajaran CEP untuk Mempraktikkan Pembuatan Balsem dan Lilin Hias................................................................................................. 11

2.2

Contoh Produk Hasil Pembelajaran CEP dalam Pembuatan Balsem dan Lilin Hias................................................................................................. 11

2.3

Kerangka Berpikir ................................................................................... 26

3.1

Langkah-langkah Penelitian .................................................................... 28

3.2

Siswa Aktif Melakukan Kegiatan Praktikum Membuat Produk-produk seperti balsam, semir sepatu dan lilin hias yang siap diujicoba untuk dipasarkan ............................................................................................... 44

3.3

Contoh Produk Lilin Hias yang Berhasil Dibuat dengan Kreativitas Siswa ....................................................................................................... 44

4.1

Perubahan Motivasi Belajar Siswa Setelah Pembelajaran CEP .............. 48

4.2

Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa Setelah Pembelajaran CEP ..... 58

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Halaman

1. Data Nilai Raport Semester Ganjil............................................................. 78 2. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-1 .......................... 79 3. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-2 .......................... 80 4. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-3 .......................... 81 5. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-4 .......................... 82 6. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-5 .......................... 83 7. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-6 .......................... 84 8. Uji Normalitas Data Nilai Raport Semester 1 Kelas X-7 .......................... 85 9. Uji Homogenitas Populasi.......................................................................... 86 10. Analisis Varians (Uji Kesamaan Keadaan Awal dari Populasi ................. 87 11. Hipotesis ANAVA ..................................................................................... 88 12. Hasil Analisis Uji Coba Soal ..................................................................... 90 13. Perhitungan Daya Beda Soal...................................................................... 96 14. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 97 15. Perhitungan Validitas Butir ........................................................................ 99 16. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ............................................................ 100 17. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar............................. 101 18. Perhitungan Validitas Angket Motivasi Belajar ........................................ 104 19. Perhitungan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ..................................... 105 20. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Minat Berwirausaha ....................... 106 21. Perhitungan Validitas Angket Minat Berwirausaha ................................... 108 22. Perhitungan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ..................................... 109 23. Data Motivasi Belajar ................................................................................ 110 24. Data Minat Berwirausaha........................................................................... 116 25. Data Hasil Belajar ...................................................................................... 122 26. Data Belajar Psikomotor 1 (Observer 1) .................................................... 123 27. Data Belajar Psikomotor 1 (Observer 2) .................................................... 124 28. Data Belajar Psikomotor 2 (Observer 1) .................................................... 125 xvi

29. Data Belajar Psikomotor 2 (Observer 2) .................................................... 126 30. Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor............................................................ 127 31. t-test Minat terhadap Pelajaran Kimia ....................................................... 128 32. t-test Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia .......................... 129 33. t-test Ulet Menghadapi Kesulitan............................................................... 130 34. t-test Tekun Menghadapi Tugas ................................................................. 131 35. t-test Lebih Senang Bekerja Sendiri ........................................................... 132 36. t-test Menunjukkan Minat terhadap Masalah Kimia .................................. 133 37. t-test Motivasi Belajar ................................................................................ 134 38. t-test Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup...... 135 39. t-test Keyakinan Kuat Atas Kekuatan Sendiri ........................................... 136 40. t-test Sikap Jujur dan Tanggung jawab ...................................................... 137 41. t-test Ketahanan Fisik dan Mental.............................................................. 138 42. t-test Ketekunan dalam Bekerja dan Berusaha........................................... 139 43. t-test Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif ........................................... 140 44. t-test Berorientasi ke masa depan............................................................... 141 45. t-test Berani Mengambil Resiko ................................................................ 142 46. t-test Minat Berwirausaha .......................................................................... 143 47. t-test Uji Ketuntasan Belajar ...................................................................... 144 48. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Materi Pokok Hdrokarbon ............................ 145 49. Soal Tes Uji Coba ...................................................................................... 147 50. Lembar Jawaban Tes Uji Coba .................................................................. 158 51. Kunci Jawaban Uji Coba............................................................................ 159 52. Soal Tes Hasil Belajar ................................................................................ 160 53. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ............................................................. 167 54. Angket Uji Coba Motivasi Belajar............................................................. 168 55. Angket Motivasi Belajar ............................................................................ 172 56. Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Berwirausaha ........................................ 176 57. Angket Uji Coba Minat Berwirausaha ....................................................... 177 58. Angket Minat Berwirausaha ...................................................................... 181 59. Instrumen Penilaian Psikomotorik Siswa .................................................. 184 xvii

60. Rencana Pembelajaran ............................................................................... 185 61. Bahan Ajar Hidrokarbon ............................................................................ 201 62. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 268

xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

didukung oleh arus globalisasi yang hebat dari waktu ke waktu, memunculkan persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Dunia pendidikan yang akan mencetak generasi-generasi muda yang handal dan berkualitas diharapkan benarbenar dapat menjadi sarana terciptanya lulusan yang siap bersaing dalam upaya menghadapi persaingan diberbagai bidang kehidupan tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah tentang peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, telah lama dilakukan. Bahkan setiap Repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Hal ini nampak pada hasil Ujian Akhir Nasional yang kenyatannya masih ada siswa yang tidak lulus ujian. Perbaikan-perbaikan itu terletak di luar diri siswa. Dalam hal ini siswa dipersepsi sebagai unsur yang harus dilayani. Siswa perlu dilihat sebagai unit yang mengandung potensi, yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap dan dorongan1

2

dorongan. Upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga siswa termotivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Donnel dalam Purnomo (2005:59), motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, dorongan dan kebutuhan. Persoalan motivasi ini dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya, sejauh apa yang dilihatnya mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Pada masa mendatang diperlukan motivasi yang tinggi dan sikap maju agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan IPTEK. Salah satu dampak dari perkembangan dan kemajuan IPTEK yaitu sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian (pendidikan formal) akibat terbatasnya formasi pekerjaan serta meningkatnya pencari kerja. Akibatnya, masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan bagi bidang-bidang tertentu terutama bagi lulusan

3

SMA yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi semakin banyak dan lama. Sementara, para lulusan SMA belum mempunyai bekal atau belum dipersiapkan untuk bekerja. Di sisi lain, tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan penghasilan relatif tetap sehingga diperlukan upaya pengembangan usaha untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Oleh karena itu, para siswa SMA perlu diberi pemahaman tentang berwirausaha sebagai bekal dirinya untuk memulai atau melanjutkan kegiatan secara layak. Berbeda dengan para lulusan SMK yang sudah mempunyai keterampilan khusus, sehingga mereka dapat menciptakan serta mengembangkan pekerjaan melalui kegiatan wirausaha. Menurut Purnomo (2005:87), hal ini dikarenakan pelajaran kewirausahaan di SMK tercantum dalam kurikulum atau GBPP Tahun 1999 maupun dalam KBK. Mata pelajaran ini tergolong sebagai mata pelajaran adaptif, berupa bidang keahlian. Sementara di SMA tidak tercantum materi kewirausahaan, sehingga diyakini bahwa minat kewirausahaan para siswa SMK akan lebih cepat terbentuk dibandingkan mereka yang berasal dari SMA. Menurut Purnomo (2005:122), minat berwirausaha para siswa dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi

4

berbagai tantangan kehidupan. Siswa tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Siswa tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan minat wirausaha, yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan khususnya di tingkat SMA, dapat diterapkan pada siswa melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Berdasar pertimbangan di atas, perlu dilakukan perencanaan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tentang pendidikan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa. Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Model pembelajaran dan perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Salah satunya adalah dengan

5

mengembangkan perangkat pembelajaran kimia melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). Menurut Mursiti et al, (2006:7), konsep pendekatan

Chemoentrepreneurship

(CEP)

merupakan

suatu

pendekatan

pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan meningkatkan minatnya untuk berwirausaha. Hidrokarbon merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia di SMA yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar kompetensi yang diterapkan adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai adalah menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. Beberapa keterampilan yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan percobaan/eksperimen membuat produk lilin hias, membuat semir sepatu dan membuat balsem. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diarahkan pada upaya untuk meningkatkan motivasi belajar, minat berwirausaha siswa dan hasil belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran meliputi: Bahan Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa dan Instrumen penilaian pada

materi

pokok

Hidrokarbon

melalui

pendekatan

Chemoentrepreneurship (CEP) pada siswa SMA N 9 Semarang.

pembelajaran

6

1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai

berikut: 1. Belum tersedia perangkat pembelajaran untuk materi Hidrokarbon melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). 2. Motivasi belajar pada siswa belum terbentuk dengan baik, sehingga mutu dan produktivitas yang dihasilkan belum memuaskan. 3. Belum meningkatnya minat wirausaha yang menonjol pada siswa SMA, sehingga kurang memiliki sikap kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, keyakinan kuat atas kekuatan diri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan berani mengambil resiko. 4. Hasil belajar siswa yang rendah.

1.3

Rumusan Masalah Masalah utama dalam penelitian ini adalah berapa besar kontribusi

pembelajaran kimia dengan pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) terhadap peningkatan motivasi belajar, hasil belajar dan minat wirausaha siswa. Masalah tersebut dioperasionalkan menjadi pertanyaan penelitian berikut: 1. Apakah pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? 2. Apakah pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat wirausaha siswa?

7

3. Apakah pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 1.4

Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP. 2. Untuk meningkatkan minat wirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP. 3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

1.5

Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi mengenai kontribusi pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP terhadap motivasi belajar siswa. 2. Memberi gambaran mengenai peningkatan minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP. 3. Memberi gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Pembelajaran CEP 2.1.1

Pembelajaran Kontekstual Inovasi dalam pembelajaran yang akhir-akhir ini dikembangkan oleh para

ahli pendidikan adalah pembelajaran yang lebih memacu peserta didik untuk belajar secara kontekstual. Namun pada kenyataannya berbagai produk benda dan fenomena alam yang ada di sekitar kehidupan manusia belum dieksploitasi sebagai sumber belajar kimia secara optimal. Sementara itu, hakikat dari kimia adalah agar dapat diperoleh atau ditemukan senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia sebaiknya dikembangkan dari objek atau fenomena nyata yang ada di sekitar kehidupan peserta didik (Hardy, T.C., 2003). Dengan demikian, peserta didik akan merasa bahwa ilmu kimia itu ada di sekitar kehidupannya dan nyata, tidak abstrak berada jauh di angkasa. Pendekatan pembelajaran kimia Chemoentrepreneurship (CEP) adalah pendekatan pembelajaran kimia yang dikembangkan dengan mengkaitkan langsung pada objek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan manusia sebagai peserta didik, sehingga selain mendidik dengan pendekatan pembelajaran CEP ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan memotivasi untuk berwirausaha (Fuer et al., 2002 dan Ranis, S.H and P.B. Walters, 2004). Dengan pendekatan pembelajaran ini, menjadikan pelajaran kimia itu lebih menarik, menyenangkan dan lebih bermakna. 8

9

2.1.2

Chemoentrepreneurship (CEP) Istilah entrepreneurship acapkali diasosiasikan dengan memulai sesuatu

yang baru dan dimotivasi oleh pencapaian keuntungan semata. Pengertian entrepreneurship semacam itu mengabaikan esensi dan arti sebenarnya dari entrepreneurship. Istilah entrepreneur sesungguhnya datang dari bidang ekonomi Perancis pada awal abad ke 18. Di Perancis kata entrepreneur berarti seseorang yang melakukan atau mengusahakan suatu proyek atau aktivitas secara signifikan. Kemudian, oleh para ahli ekonomi Perancis menghargai bagi orang-orang semacam itu dengan istilah entrepreneur. Sebab pengusaha tersebut telah menggeser sumber daya ekonomi ke luar dari area yang produktivitasnya rendah ke area yang produktivitasnya tinggi. Selanjutnya, pada abad ke 20 para ahli ekonomi menyoroti pentingnya entrepreneurship adalah sebagai inovasi yang menggerakkan proses kapitalisme kreatif-destruktif. Akhirnya esensi istilah entrepreneurship adalah inovasi dalam penciptaan nilai-nilai baik ekonomi, sosial dan lainnya (Starcher,G. 2003: 4-14). Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan semangat berwirausaha. Dengan pendekatan CEP ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu produk.

10

Untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan CEP diperlukan materi-materi kimia yang tepat dan sesuai dengan pendekatan pembelajaran CEP. Pembuatan desain pembelajarannya harus sesuai antara objek atau fenomena yang dipelajari dengan kegiatan siswa. Kegiatan siswa ini perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa. Pembelajaran didesain dan dilaksanakan berangkat dari objek atau fenomena yang ada di sekitar kehidupan siswa, kemudian dikembangkan ke konsep-konsep kimia yang berkaitan dan proses kimia yang melandasi, termasuk faktor-faktor yang mengendalikan atau mempengaruhi proses tersebut hingga sampai ke kesimpulan bermakna. Kesimpulan bermakna ini dapat berupa penemuan suatu produk yang bermanfaat, terobosan teknologi yang berkaitan dengan konsep atau proses kimia yang dipelajari dan rekomendasi-rekomendasi dampaknya terhadap kemaslahatan umat manusia dan lingkungan (Supartono, 2005). Dengan landasan pemikiran tersebut, pendekatan CEP menuntut potensi siswa untuk belajar secara maksimal sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject-matter oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang dapat ditampilkan oleh siswa (life-skill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar mengajarnya menjadi lebih menarik, siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna (D’amore et al., 2003).

11

Gambar 2.1. Proses Pembelajaran CEP untuk Mempraktikkan Pembuatan Balsem dan Lilin Hias (Dokumentasi Ferina, 2007)

Gambar 2.2. Contoh Produk Hasil Pembelajaran CEP dalam Pembuatan Balsem dan Lilin Hias (Dokumentasi Ferina, 2007) 2.1.3

Kreativitas dan Inovasi Entrepreneurship atau kewirausahaan selalu tak terpisahkan dari

kreativitas dan inovasi. Inovasi tercipta karena adanya daya kreativitas yang tinggi. Menurut Mutis (1995:2), kreativitas adalah kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan. Kreativitas merupakan sumber yang penting dari kekuatan persaingan, karena lingkungan cepat sekali berubah. Untuk dapat memberikan respon/tanggapan terhadap perubahan, manusia harus kreatif.

12

Menurut de Bono dalam Mutis (1995:3), pemikiran kreatif merupakan motivator yang sangat besar karena membuat orang tertarik akan pekerjaannya. Pemikiran kreatif juga memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mencapai sesuatu. Pemikiran kreatif membuat hidup menjadi lebih menyenangkan dan lebih menarik. Pemikiran kreatif menyediakan kerangka kerja sehingga kita dapat bekerja dengan orang lain sebagai satu tim. Kegiatan kreatif berarti melakukan sesuatu yang lain, suatu pola yang bersifat alternatif bagi kelaziman yang telah bersifat baku (Suriasumantri, J.S. 2003: 268). Dalam buku Managing Innovation pada bagian yang ditulis oleh Robert Rosenfeld dan Jenny C.Servo dalam Mutis (1995:8), dikatakan bahwa banyak orang yang beranggapan bahwa kreativitas sinonim dengan inovasi, padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Kreativitas merujuk pada pembentukan ide-ide baru, inovasi untuk menghasilkan uang dengan menggunakan ide-ide baru tersebut. Kreativitas adalah titik permulaan bagi setiap inovasi. Menurut Mutis (1995:8), inovasi adalah kerja keras yang mengikuti pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi. Tantangan yang dihadapi adalah mengubah ide-ide kreatif menjadi produk nyata atau proses yang akan meningkatkan pelayanan kepada konsumen, menekankan biaya dan menghasilkan pendapatan bagi suatu organisasi. Di dalam konteks ini, kata konsepsi merujuk kepada sebuah ide baru; kata penemuan mengacu kepada ide baru yang diubah menjadi kenyataan; dan kata pemanfaatan berarti penerimaan yang luas atau keuntungan yang dihasilkan dari

13

penemuan. Konsepsi, penemuan dan pemanfaatan adalah elemen-elemen yang ada dalam inovasi.

2.2 Motivasi Belajar 2.2.1

Pengertian Motivasi Dilihat dari istilah, motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang

artinya “to move” atau bergerak. Ada beberapa definisi motivasi yang dikemukakan oleh para ahli dalam Purnomo (2005:59), yaitu : 1. Menurut Terry, motivasi diartikan sebagai keinginan intrinsik yang mendorong individu untuk bertindak. 2. Menurut Donnel, motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan (a want) atau suatu tujuan (a goal). 3. Sedangkan menurut Sardiman, mengartikan motivasi sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Atau dapat dikatakan motivasi adalah daya penggerak aktif seseorang yang bersifat intrinsik untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Yang dimaksud motivasi disini

adalah motivasi belajar yaitu suatu

dorongan mental yang menggerakkan dan mengerahkan perilaku manusia untuk belajar agar prestasi belajar dapat dicapai.

14

Menurut Purwanto (2004:72), motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu kebutuhan, tujuan dan dorongan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan

antara yang ia miliki dengan apa yang ia

harapkan. Dorongan merupakan kekuatan

mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan adalah inti dari motivasi. Dilihat dari sifatnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik kemunculannya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap orang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang mempunyai kemauan belajar yang cukup tinggi, karena akan mengikuti ujian dengan harapan akan memperoleh nilai yang baik. Menurut Prayitno dalam Purnomo (2005:62), menegaskan bahwa motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan. Seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi apabila apa yang dilakukannya telah menjadi kebutuhan. Salah satu kebutuhan yaitu berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan untuk mendapatkan kepuasan. Kaitannya dengan pekerjaan siswa, maka yang menjadi tugas utama adalah belajar, seperti bagaimana agar mereka bisa menjadi seorang wirausaha yang sukses. Dalam hal ini, seseorang harus berupaya keras untuk dapat memahami secara lebih detail tentang aktivitas kewirausahaan. Jadi dengan adanya kebutuhan

15

seseorang untuk menjadi wirausahawan sukses yang dapat mendorong motivasi belajar seseorang. 2.2.2

Usaha Peningkatan Motivasi Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan

inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Cara dan jenis dalam menumbuhkan motivasi adalah bermacammacam. Guru harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar anak didik. Menurut Gage dan Berliner dalam Slameto (2003:176), ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar disekolah yaitu: 1. Pergunakan pujian verbal. 2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana. 3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi. 4. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar. 5. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran, pergunakan materimateri yang sudah dikenal sebagai contoh. 6. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa, agar siswa jadi lebih terlibat. 2.2.3

Ciri-ciri Motivasi Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri tertentu.

Berikut ini adalah ciri-ciri motivasi yang diungkapakn oleh Sardiman (2005:83)

16

1. Menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia 2. Senang mencari dan memecahkan masalah kimia (memberi waktu yang lebih dan penafsiran terhadap kimia) 3. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas terhadap prestasi yang dicapai dalam pelajaran kimia 4. Tekun menghadapi tugas pelajaran kimia (bersemangat, dapat bekerja terus menerus dalam rentang waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai/tanggung jawab) 5. Lebih senang bekerja sendiri (tidak tergantung pada orang lain) 6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas berarti orang tersebut memiliki motivasi yang kuat . 2.2.4

Fungsi Motivasi Serangkaian kegiatan yang oleh masing-masing pihak sebenarnya dilatar

belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum disebut motivasi. Begitu pula dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi agar hasil belajar menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2005:85) 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

17

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari pendapat diatas tampak bahwa motivasi penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu usaha yang dapat meningkatkan motivasi siswa, agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

2.3 Kewirausahaan 2.3.1

Pengertian Kewirausahaan Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship (Alma

dalam Purnomo, 2005:20), yang berarti suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Kewirausahaan berhubungan erat dengan nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh karenanya, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha baru atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (Purnomo, 2005:20). Bertitik tolak dari pengertian ini, maka kewirausahaan dapat diciptakan, apabila seseorang memiliki kemampuan untuk memodifikasi sesuatu produk atau hasil karya orang lain dari yang telah ada sebelumnya.

18

Kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini bisa dimiliki pula oleh seorang bukan pengusaha. Jiwa atau sikap wirausaha itu sebenarnya ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif, pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan. Dengan demikian, kewirausahaan mencakup semua aspek pekerjaan baik karyawan swasta maupun pemerintahan dan juga berlaku pada semua orang termasuk para pemuda dan pelajar (Purnomo, 2005:21). 2.3.2

Minat Berwirausaha Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan karena

kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Menurut Mardiyatmo (2006:6), manfaat adanya para wirausahawan di lingkungan kita antara lain: 1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. 2. Sebagai generator pembangunan lingkungan. 3. Sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh dan diteladani, karena seorang wirausaha adalah orang yang jujur, berani hidup, tidak merugikan orang lain. 4. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros. Mengingat pentingnya peran wirausahawan dalam proses pembangunan ekonomi suatu negara, maka keberadaan para wirausahawan perlu terus dibina dan dikembangkan.

19

Dalam rangka mengembangkan dunia usaha, “setidak-tidaknya Indonesia harus memiliki 3 juta wirausahawan besar, dan 30 juta wirausahawan kecil” (Purnomo, 2005:26). Oleh sebab itu, menurut Harper seperti dikutip oleh Purnomo (2005:26) pertumbuhan ekonomi suatu negara, utamanya negara sedang berkembang termasuk Indonesia, akan dapat berjalan dengan baik apabila dirangsang oleh adanya aktivitas kewirausahaan. Langkah utama yang pasti harus segera dilaksanakan adalah dengan menumbuhkan minat kewirausahaan, sebab eksistensi wirausaha tidak akan dapat berkembang baik bila tanpa didukung oleh perubahan sikap masyarakat. Minat dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Sedangkan menurut White and Bernard seperti yang dikutip dalam Purnomo (2005:66), minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Kedua pengertian tersebut saling melengkapi, dalam definisi pertama disebutkan bahwa minat itu akan aktif bila ada rangsangan dari luar. Pandangan kedua disebutkan bahwa minat akan timbul bila seseorang melihat ciri-ciri dan arti sementara, yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat akan timbul bila ada rangsangan dari luar setelah seseorang melihat ciri-ciri, arti, maupun karakter dari objek yang dihubungkan dengan keinginan maupun kebutuhannya. Agar minat seseorang dapat tumbuh, diperlukan suatu pengalaman dan kebiasaan dalam membaca dan dalam berpartisipasi. Untuk itu, perlu kesadaran

20

diri dari para peserta didik dengan berbagai macam cara. Misalnya, dengan cara membangkitkan kebutuhan mereka, untuk selanjutnya dihubungkan dengan pengalaman yang ada. Peranan minat berwirausaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan. Mengingat bahwa minat tersebut akhirnya akan menjadi potensi bagi seseorang untuk melakukan aktivitas wirausaha. Tingginya minat kewirausahaan ini dapat dijadikan sebagai alat forecasting dalam upaya meningkatkan proses pembangunan ekonomi. Berdasarkan pada kajian di atas, maka dapat digarisbawahi bahwa minat wirausaha merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu. Menurut Purnomo (2005:70), indikator minat berwirausaha: 1. Kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup 2. Keyakinan kuat atas kekuatan diri 3. Sikap jujur dan tanggung jawab 4. Ketahanan fisik dan mental 5. Ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha 6. Pemikiran yang kreatif dan konstruktif 7. Berorientasi ke masa depan 8. Berani mengambil resiko

21

2.4 Analisis Materi 2.4.1

Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu

kimia yang membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejak Friedrich Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni) dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium sianat tersebut. Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal. 2.4.2

Kekhasan Atom Karbon Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2,

L = 4, jadi mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat digambarkan dengan rumus struktur sebagai berikut, contoh nya untuk CH4.

diagram sederhana dari molekul metana H H \ / C / \ H H

empat ikatan kovalen dari molekul metana

22

Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom karbon lain membentuk rantai karbon yang terbuka atau tertutup/berlingkar. Ikatan dalam rantai atom karbon dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Ikatan jenuh atau tunggal 2. Ikatan tidak jenuh (rangkap) : Ikatan tidak jenuh dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Ikatan rangkap dua b. Ikatan rangkap tiga Berdasarkan bentuk ikatan rantainya, senyawa karbon dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Senyawa alifatik Senyawa alifatik ini, dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Alifatik jenuh b. Alifatik tidak jenuh 2. Senyawa siklik Senyawa siklik dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Senyawa heterosiklik b. Senyawa karbosiklik Senyawa ini dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Senyawa aromatik 2) Senyawa alisiklik

23

Berdasarkan posisinya, ikatan antaratom karbon dibedakan sebagai berikut: atom karbon primer, atom karbon sekunder, atom karbon tersier, atom karbon kuartener. atom C kuartener

H3C

H C

CH3

C C C C CH3 H2 H2 H CH3 CH3 CH2

atom C tersier

atom C primer

CH3 atom C sekunder

2.4.3

Klasifikasi Hidrokarbon

1. Alkana Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. 2. Alkena Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap dua antara dua atom C yang berurutan. Jadi rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih sedikit dari alkana karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+22H = CnH2n. 3. Alkuna Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dalam tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap 3 diantara dua atom C yang berurutan. Untuk membentuk ikatan rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6 elektron, sehingga tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa untuk mengikat atom H. Jumlah atom H, yang dapat diikat berkurang dua, maka rumus umumnya menjadi CnH2n+2 - 4H = CnH2n-2

24

2.5 Kerangka Teoritis

Dengan adanya perkembangan IPTEK sekarang ini, akan meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, khususnya dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Siswa tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Siswa tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran kimia melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). Menurut Mursiti et al, (2006:7), konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan meningkatkan minatnya untuk berwirausaha. Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan minat wirausaha, yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu.

25

Menurut Purnomo (2005:122), minat berwirausaha para siswa dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Selain itu, pembelajaran ini juga akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti yang dikutip Donnel dalam Purnomo (2005:59), motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, dorongan dan kebutuhan. Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Demikian yang diharapkan dari para siswa, selain memiliki motivasi belajar yang tinggi dan minatnya untuk berwirausaha, kemudian pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan hasil belajarnya. 2.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir yang dapat dibentuk dari simpulan tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

26

CEP

Kontekstual (pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata)

Pembelajaran Teori

Motivasi belajar

Praktik pembuatan produk

Minat berwirausaha

Praktik wirausaha

Hasil Belajar

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

2.7 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat wirausaha siswa. 3. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, minat wirausaha siswa dan hasil belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran Kimia kelas X SMA pada materi pokok Hidrokarbon. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Bahan Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Instrumen Penilaian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 9 Semarang, karena mempunyai laboratorium kimia yang cukup, motivasi belajar yang rendah karena letaknya yang ada di daerah pinggiran kota dan lokasinya mudah dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2007. Langkah-langkah penelitian selengkapnya disajikan dalam gambar 3.1. Langkah-langkah penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah

Tujuan identifikasi ini adalah untuk mengetahui kebutuhan siswa maupun masyarakat, sehingga menetapkan arah dasar yang dibutuhkan dalam pemilihan strategi, metode maupun pendekatan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Dari arah dasar ini lalu disusun alternatif pembelajaran yang sesuai. Dalam melaksanakan analisis tujuan ditinjau dari aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dari latar belakang yang sudah diungkapkan, permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu: 1) belum tersedia perangkat pembelajaran untuk materi Hidrokarbon melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP), 2) motivasi belajar pada siswa belum terbentuk dengan baik, sehingga mutu dan produktivitas yang dihasilkan belum memuaskan, 3) belum meningkatnya minat 27 27

28

wirausaha yang menonjol pada siswa SMA, sehingga kurang memiliki keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema hidup, mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, 4) hasil belajar siswa yang rendah.

Identifikasi masalah

Analisis keadaan

Pengelolaan berbagai tugas

Menentukan metode pembelajaran

Merumuskan tujuan pembelajaran

Menyusun prototype program pembelajaran dan alat evaluasi

Desain awal perangkat pembelajaran

Simulasi dan revisi

Validasi pakar

Ujicoba prototype program pembelajaran

Analisis ujicoba Implementasi pembelajaran dan evaluasi

Analisis data

Kesimpulan: Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP untuk meningkatkan motivasi belajar, minat wirausaha dan hasil belajar siswa.

Gambar 3. 1. Langkah-langkah penelitian

29

2. Analisis keadaan siswa

Analisis keadaan siswa merupakan telaah karakteristik siswa yang meliputi tingkat perkembangan kognitif, kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan latar belakang sosial budaya siswa. Hasil observasi peneliti pada siswa yang menjadi subyek penelitian diperoleh informasi akademik siswa. Melalui guru kimia diperoleh informasi mengenai pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan materi pokok Hidrokarbon. Dari hasil analisis ini nantinya akan dijadikan kerangka acuan dalam menyusun materi pembelajaran. Siswa kelas X SMA yang menjadi subjek penelitian berasal dari SMP. Dengan demikian, siswa mempunyai latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda. 3. Mengatur pengelolaan berbagai tugas, tanggung jawab serta waktu.

Analisis tugas merupakan pemahaman tugas dalam pembelajaran. Analisis tugas didasarkan pada standard kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi struktur materi pokok

dan

pemilihan pengalaman belajar yang dipilih. Dalam penelitian ini standard kompetensinya adalah ” Memahami sifatsifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul”. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai adalah ”Menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika”. Dengan demikian materi pokok yang dipilih adalah Hidrokarbon dan pembelajaran dilaksanakan pada semester 2. Hasil akhir dari analisis tugas adalah tertuang dalam ’Materi Ajar

30

dan Lembar Kegiatan Siswa’ sebagai perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran.

Hasil analisis tugas yang terdapat pada standard kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai acuan perumusan tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan tingkah laku. Tujuan pembelajaran telah diisyaratkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. Indikator pencapaian hasil belajar disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Rangkaian tujuan ini merupakan dasar untuk desain perangkat pembelajaran dan penyusunan tes. 5. Menentukan metode pembelajaran sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah, analisis pengelolaan tugas dan tanggung jawab serta analisis tujuan pembelajaran maka metode yang digunakan dalam pembelajaran materi pokok hidrokarbon adalah metode pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship (CEP). 6. Menyusun prototype program pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan alat evaluasi.

Berdasarkan metode pembelajaran yang dipilih maka disusun prototipe program pembelajaran yang meliputi bahan ajar, rencana pembelajaran, lembar kerja siswa dan instrument evaluasi. 7. Validasi pakar

31

Prototipe pembelajaran yang dihasilkan akan divalidasi terlebih dahulu oleh pakar pendidikan. Pendapat validator digunakan untuk menguji validitas. Dalam hal ini setelah perangkat pembelajaran dibuat dengan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan validator. Para validator akan memberikan pendapat perangkat dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau mungkin diperbaiki secara total. Tabel 3.1. Daftar Nama Para Validator dan Perangkat yang Divalidasi No. Nama 1. Dr. Supartono, M.S

2.

Dr. Hartono, M.Pd

Jenis Perangkat yang Divalidasi Silabus, RP, LKS, materi ajar, alat evaluasi dan instrumen penelitian. Silabus, RP, LKS, materi ajar, alat evaluasi dan instrumen penelitian.

8. Simulasi RP tertentu dan Revisi

Simulasi dilakukan untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah divalidasi. Simulasi dilaksanakan di kelas X-6. Pada kegiatan ini, peneliti melakukan simulasi RP 4,5,6 satu kali pertemuan (90 menit). Masukan dan data simulasi dapat digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran, sehingga dapat diujicobakan di kelas X-7 di SMA N 9 Semarang. Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Pada penelitian ini, revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi pakar, simulasi RP. Perangkat pembelajaran yang perlu direvisi adalah; materi ajar, rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa, dan instrumen tes hasil belajar Sedangkan instrumen angket tidak dilakukan revisi, karena instrumen tersebut diadopsi dan disesuaikan dengan model pembelajaran CEP.

32

9. Mengadakan uji coba prototipe program pembelajaran.

Prototipe program pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba dilakukan untuk analisis dan revisi prototipe program pembelajaran serta mencari reliabilitas dan validitas instrumen yang telah dikembangkan. 10. Menganalisis hasil uji coba dari prototipe program pembelajaran.

Data hasil dari uji coba dengan instrumen angket dan instrumen tes dianalisis reliabilitas dan validitasnya. 11. Implementasi pembelajaran dan evaluasi

Prototipe pembelajaran apabila berdasarkan hasil analisis uji coba sudah memadai atau telah diperbaiki maka akan diimplementasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru (peneliti) melakukan proses pembelajaran materi hidrokarbon. Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan guru dapat dilihat pada lampiran Rencana Pembelajaran. Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi/tes. 12. Analisis data

Data hasil pelaksanaan pembelajaran dianalisis sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan untuk menjawab suatu kesimpulan penelitian. 13. Kesimpulan

Dari analisis data yang diperoleh, dapat digunakan untuk menjawab suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, minat wirausaha siswa. dan hasil belajar siswa.

33

3.1

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA N 9 Semarang tahun ajaran 2006/2007. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada kelas X-7 yang memiliki 44 siswa. Sampel ini diambil secara acak dari 7 kelas yang ada, dengan alasan bahwa semua kelas memiliki karakteristik yang hampir sama baik dari segi kemampuan maupun penyebaran siswanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian rata-rata kelas meggunakan anava dan pengujian varians menggunakan uji Bartlet. Hasil uji anava seperti tercantum pada lampiran diperoleh F

hitung

sebesar 1,5185 dan lebih kecil daripada Ftabel = 2,13 pada taraf kesalahan 5%, dk1 = 6 dan dk 2 = 297. Berdasarkan uji Bartlet diperoleh χ2 hitung = 12,320 < χ2 tabel = 12,59 pada taraf kesalahan 5% dan dk = 6. Dari kedua analisis menunjukkan bahwa ketujuh kelas tersebut memiliki rata-rata dan varians hasil belajar yang tidak berbeda nyata. Dengan demikian setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. 3.2

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Motivasi belajar siswa 2. Minat berwirausaha siswa 3. Hasil belajar siswa

3.3

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu:

34

1. Lembar kuesioner/angket Instrumen ini digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa pada sebelum dan setelah selesai pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan minat wirausaha siswa maka dilakukan penyebaran kuesioner yang diisi oleh siswa dan selanjutnya dianalisis. Setiap obtion/pilihan yang dijawab, dinilai dan diberi skor oleh peneliti, skor yang diberikan setiap obtion/pilihan dibagi dalam 4 kategori yaitu pilihan a = mempunyai skor 4, b = mempunyai skor 3, c = mempunyai skor 2, d = mempunyai skor 1. 2. Lembar observasi/pengamatan Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek psikomotorik. Pengamatan atau penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum. Dalam pengamatan ini, yang bertindak sebagai observer adalah 2 orang pengamat dari guru mitra. Setiap aspek yang diamati dinilai dan diberi skor oleh pengamat, skor yang diberikan setiap aspek dibagi dalam 5 kategori yaitu 1= sangat kurang, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik, 5= amat baik. 3. Tes tertulis Instrumen tes digunakan untuk menilai kualitas hasil belajar (kognitif) siswa. Tes pokok bahasan hidrokarbon berbentuk pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..

35

3.4

Tolok Ukur Keberhasilan

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2004).

3.5

Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini berupa angket dan tes hasil belajar. Sebelum digunakan perlu dilakukan ujicoba yang selanjutnya dianalisis validitas, reliabilitas untuk angket dan ditambah uji daya pembeda serta tingkat kesukaran untuk tes hasil belajar. 3.5.1

Uji Validitas

Untuk menguji validitas digunakan korelasi product moment untuk instrumen berupa angket karena skor yang digunakan berkisar antar 1-4, sedangkan untuk tes hasil belajar digunakan korelasi point biserial karena skor 1 dan 0 saja. Adapun korelasi Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dapat dilihat pada rumus 1.

rxy

=

N ∑ xy − ( ∑ x )( ∑ y )

{ N ∑ x − ( ∑ x ) 2 }{ N ∑ y 2 − ( ∑ y ) 2 }

................................ (1)

2

(Arikunto,

Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara x dan y

1997)

36

N = jumlah siswa x = skor butir soal (item) y = skor total butir soal

Menurut Arikunto (1997), kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi; antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi; antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup; antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah; antara 0,00 Setelah dihitung r dibandingkan dengan r

sampai dengan 0,200 sangat rendah tabel

(r-product moment) dengan taraf

signifikansi 5%, jika r hitung> r tabel maka dikatakan soal valid. Uji validitas butir tes hasil belajar menggunakan korelasi point biserial sebagai berikut : rpbis =

Mp − Mt St

p q

……………………………………(2)

Keterangan : rpbis

: Koefisien korelasi point biserial

Mp

: Rata- rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt

: Rata- rata skor total

St

: Standar deviasi skor total

p

: Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

q

: Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Hasil analisis uji validitas secara lengkap dapat dilihat di lembar lampiran. Hasil analisis uji validitas yaitu: a) angket motivasi belajar dengan jumlah item 30 pernyataan, jumlah item yang tidak valid 6, b) angket minat berwirausaha dengan jumlah item 24 pernyataan, jumlah item yang tidak valid 8, c) soal tes

37

hasil belajar dengan jumlah item 50 soal, jumlah item yang tidak valid 20 soal. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lembar lampiran. 3.5.2

Reliabilitas

Menurut Arikunto (1997), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas angket motivasi dan minat berwirausaha digunakan rumus Alpha sebagai berikut ⎛ n ⎞ ⎛⎜ ⎜ ⎟ 1− ⎝ n − 1 ⎠ ⎜⎝

r11 =

∑σ σ

2 i

2 t

⎞ ⎟ ⎟ ⎠

............................................... (3) (Arikunto, 1997)

= reliabilitas yang dicari

r11

∑σ

2 i

σt2

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total Untuk menguji reliabilitas test hasil belajar digunakan rumus KR-21

sebagai berikut

⎛ k ⎞ ⎛ M (k - M ) ⎞ r11 = ⎜ ⎟ ⎟ ⎜1 − kVt ⎠ ⎝ k -1⎠ ⎝ Dengan :

Vt =

M =

Σ Y2 −

(Σ Y )2 n

n ΣY n

Keterangan : r11

: Reliabilitas Instrumen

k

: Banyaknya butir soal

……………………………………… (4)

38

M

: Rata- rata skor total

Vt

: Varians total

Y

: Skor total

n

: Jumlah siswa Kemudian r11 dikonsultasikan ke tabel r product moment dengan taraf 5 %,

jika r

11>

r

tabel

maka dikatakan instrumen reliabel. Hasil analisis uji reliabilitas

yaitu: instrumen motivasi belajar reliabel dengan r11=0,832, instrumen minat berwirausaha reliabel dengan r11=0,724, instrumen hasil belajar reliabel dengan r11=0,757. Hasil analisis uji reliabilitas dapat dilihat secara lengkap di lembar lampiran. 3.5.3

Taraf Kesukaran

Ditinjau dari segi kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha penyelesaiannya. Soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencobanya lagi karena di luar jangkauan kemampuannya (Arikunto, 1997). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran yang diberi lambang IK. Harga indeks kesukaran dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut : IK =

JB A + JB B JS A − JS B

………………………… (5)

Keterangan : IK

: Indeks/ tingkat kesukaran soal

JBA : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok atas.

39

JBB

: Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah.

JSA

: Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB

: Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria IK = 0,00

Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30

Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70

Soal sedang

0,70 < IK <1,00

Soal mudah

IK = 1,00

Soal terlalu mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran soal yaitu: kategori terlalu sukar tidak ada item soalnya, kategori sukar 7 item soal, kategori sedang 22 item soal, kategori mudah 21 item soal, kategori sangat mudah tidak ada item soal, sehingga jumlah seluruhnya 50 item soal. Hasil analisis tingkat kesukaran soal secara lengkap dapat dilihat pada lembar lampiran.

3.5.4

Daya Pembeda

Semakin tinggi nilai daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan anak yang pandai dan yang kurang pandai. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower

group). Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkempuan rendah. Angka yang

40

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan indeks diskriminasi atau biasa disingkat dengan DP. Rumus untuk menentukan indeks pembeda adalah sebagai berikut. DP =

JB A - JB B JS A

…………………………………..(6

Keterangan : DP

: Daya Pembeda

JBA : Jumlah benar pada butir soal pada kelompok atas JBB

: Jumlah benar pada butir soal pada kelompok bawah

JSA

: Banyaknya Siswa kelompok atas

Kriteria DP ≤ 0,00

Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20

Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40

Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70

Baik

0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat baik

Hasil analisis daya pembeda yaitu: kategori sangat jelek 2 item soal, kategori jelek 16 item soal, kategori cukup 31 item soal, kategori baik 1 item soal, kategori sangat baik tidak ada item soal. Hasil analisis daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 3.6

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t jenis paired samples dengan bantuan program SPSS release 14. Apabila dari hasil pengujian diperoleh p value atau nilai signifikansi kurang dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa ada

41

peningkatan yang signifikan motivasi belajar, minat berwirasuaha serta hasil belajar siswa. Analisis statistik ini dapat dilanjutkan apabila data berdistribusi normal. Untuk pengujian normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai p value > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data beristribusi normal.

3.7

Pelaksanaan Pembelajaran CEP

Pelaksanaan pembelajaran CEP dilaksanakan selama 11 pertemuan, yaitu sebagai berikut: Kegiatan pada pertemuan pertama, guru (peneliti) memasuki ruang kelas X-7 dan mengenalkan diri dengan siswa kemudian mengadakan pretest, mengisi lembar angket motivasi belajar dan minat berwirausaha. Setelah pre test dilaksanakan, selanjutnya guru membagikan bahan ajar kepada siswa, menyampaikan kontrak pembelajaran dan menugasi siswa untuk mengerjakan LKS 2 di rumah. Pembagian modul yang berisi LKS tersebut diharapkan agar siswa memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutkan. Penugasan LKS dengan maksud agar siswa memiliki tanggungjawab untuk mempelajari materi tersebut. Memasuki pertemuan kedua, seperti biasa, guru memberikan apersepsi terlebih dahulu dengan memberikan contoh kongkrit senyawa hidrokarbon yang ada di sekitar peserta didik (dalam kehidupan sehari-hari), misalnya: kertas, kayu dan gula pasir. Agar siswa lebih memahami tentang senyawa hidrokarbon, pada pertemuan tersebut secara bersama-sama dengan siswa membahas LKS 2 yang berisi tentang materi hidrokarbon dan membahas ikatan atom berdasarkan posisinya. Selanjutnya guru membuktikan bersama dengan siswa keberadaan

42

unsur C dan H dalam senyawa karbon dengan kegiatan praktikum (LKS 3). Untuk penyelelidikan ini guru membutuhkan tabung reaksi, penjepit, pembakar spirtus, spatula, kertas kobalt dan gula pasir yang diprediksi memiliki unsur hidrokarbon. Secara kelompok, siswa melakukan pengujian unsur H dan O dengan cara memasukkan gula pasir ke dalam tabung reaksi, memanaskan gula dan menutup dengan kertas kobalt dan mengamati perubahannya. Dalam pengujian ini diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan warna kertas kobalt yang tadinya biru menjadi merah muda. Karena di dalam tabung reaksi berisi gula pasir yang termasuk glukosa. Apabila dipanaskan akan menghasilkan uap air. Uap air tersebut akan merubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda karena bersifat asam. Untuk pembuktian adanya unsur C, gula pasir dicampurkan dengan CuO dalam tabung reaksi dan dipanaskan. Perubahan yang terjadi pada larutan yang ada dalam tabung reaksi yaitu larutan menjadi keruh. Hal ini terjadi karena larutan dari hasil pembakaran antara campuran CuO dan glukosa akan bereaksi dengan air kapur, sehingga akan terbentuk warna hitam. Hal ini menunjukkan adanya unsur karbon Pertemuan ketiga, menjelaskan materi pada modul 3, memberikan masukan kepada siswa tentang pemanfaatan karbon dalam kehidupan sehari-hari (dimanfaatkan sebagai bahan pembuat semir sepatu). Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan semir sepatu (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir). Kemudian memberikan latihan soal dan evaluasi. Pertemuan keempat, menjelaskan materi pada modul 4, memberi masukan kepada siswa tentang cara berwirausaha dari sumber-sumber alkana yang ada

43

dalam kehidupan sehari-hari (misalnya paraffin untuk membuat lilin hias dan balsem gosok). Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan lilin hias dan balsem gosok (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir). Kemudian memberikan tugas rumah. Pertemuan kelima, membahas tugas pertemuan yang lalu, menjelaskan materi pada modul 5 dan latihan soal serta evaluasi. Pertemuan keenam, menjelaskan materi pada modul 6, latihan soal dan evaluasi. Pertemuan ketujuh, menjelaskan materi pada modul 7, latihan soal dan evaluasi. Membagi kelompok kerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati yaitu sesuai dengan lokasi tempat duduk. Setiap kelompok kerja diberi nama sesuai dengan nama deret homolog pada alkana. Setiap kelompok kerja diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang mudah dijangkau oleh siswa. Untuk bahan-bahan praktikum disediakan oleh peneliti. Guru bersama-sama dengan siswa mendiskusikan analisa lanjut/tindak lanjut usaha (perhitungan modal kerja, modal tetap, biaya operasional, keuntungan, BEP). Pertemuan kedelapan, mendiskusikan kegiatan pada LKS 4 (modul 8). Menjelaskan tentang pembuatan laporan praktikum dan mengawasi siswa dalam piket menyiapkan alat dan bahan praktikum, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran sekolah. Pertemuan kesembilan, siswa melakukan percobaan membuat produk (lilin hias, semir sepatu dan balsem) yang memanfaatkan senyawa alkana, yaitu parafin.

44

Guru

mengobservasi

kegiatan

siswa.

Mengarahkan

siswa

dalam

pemasarannya/penjualannya. Pertemuan kesepuluh, siswa melakukan percobaan membuat produk (lilin hias, semir sepatu dan balsem) yang sesuai dengan kreativitas siswa. Guru mengobservasi kegiatan siswa. Pertemuan kesebelas, posttest, mengisi lembar angket motivasi belajar dan minat berwirausaha.

Gambar 3.2. Siswa Aktif Melakukan Kegiatan Praktikum Membuat Produkproduk seperti balsem, semir sepatu dan lilin hias yang siap diujicoba untuk dipasarkan (Dokumentasi Ferina, 2007).

Gambar 4.2. Contoh Produk Lilin Hias yang Berhasil Dibuat dengan Kreativitas Siswa (Dokumentasi Ferina, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP, 2) untuk mengkaji peningkatan minat wirausaha siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dan 3) untuk mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP. Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka sajian hasil penelitian meliputi : (1) analisis data hasil motivasi belajar siswa, (2) analisis data minat berwirausaha dan 3) analisis data hasil belajar siswa. 4.1.1

Peningkatan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan CEP

Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia dapat dilihat dari enam aspek yaitu menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia, senang mencari dan memecahkan masalah kimia, ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas terhadap prestasi yang dicapai dalam pelajaran kimia, tekun menghadapia tugas, lebih senang bekerja sendiri atau tidak tergantung pada orang lain dan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia. Secara umum motivasi belajar siswa dalam pembelajaran CEP terjadi perubahan yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi motivasi belajar siswa pada tabel berikut.

45 45

46

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 16 36,4 28 63,6 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 2 4,5 40 90,9 2 4,5 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.1, setelah pembelajaran CEP, motivasi belajar siswa yang tergolong sangat tinggi mencapai 4,5%, motivasi belajar siswa yang tergolong tinggi pada sebelum pembelajaran CEP 36,4% dan setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan 90,0%, motivasi belajar siswa yang tergolong rendah pada sebelum pembelajaran CEP 63,6% dan setelah pembelajaran CEP menjadi lebih sedikit yaitu sebesar 4,5%. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar siswa setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan uji t sebagai berikut. Tabel 4.2. Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kondisi Sebelum Sesudah

Mean

Peningkatan

62,31 71,16

14,21%

thitung 8,449

dk 43

p value 0,000

Kriteria Signifikan

Terlihat dari tabel 4.2, rata-rata tingkat motivasi belajar siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 62,31 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 71,16 atau mengalami peningkatan 14,21%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 8,449 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran CEP. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya CEP terjadi perubahan motivasi belajar dalam arti terjadi pula perubahan minat, lebih senang

47

mencari dan memecahkan masalah, lebih ulet menghadapi kesulitan, lebih tekun menghadapi tugas, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia, lebih senang bekerja sendiri dan menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah kimia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3. Uji Peningkatan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Aspek Minat terhadap pelajaran kimia Senang mencari dan memecahkan masalah kimia

Ulet menghadapi kesulitan Tekun menghadapi tugas pelajaran kimia Lebih senang bekerja sendiri Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah kimia

Rata-rata Sebelum Sesudah

Pening -katan

thitung

dk

p value

Kriteria

64,58

72,54

12,32%

3,167

43

0,003

Signifikan

59,94

70,60

17,77%

5,42

43

0,000

Signifikan

62,50

68,07

8,91%

3,037

43

0,004

Signifikan

77,70

79,97

2,93%

1,308

43

0,198

Tidak Signifikan

56,25

74,15

31,82%

8,338

43

0,000

Signifikan

53,41

62,78

17,55%

4,904

43

0,000

Signifikan

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa dari keenam aspek motivasi tersebut, perubahan tertinggi pada aspek kemandirian dalam bekerja yang mengalami peningkatan sebesar 31,82%, sedangkan tingkat ketekunan dalam

48

menghadapi tugas pelajaran kimia mengalami peningkatan paling rendah yaitu sebesar 2,93%. Gambar 4.1 di bawah ini menjelaskan perbandingan aspek motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP.

100.00

Sebelum CEP Sesudah CEP 79.97

81.25

Mean

72.54

74.15

70.60

68.07 77.70 62.78

62.50 64.58

59.94

62.50 56.25

53.41

Minat thd -bermacam macam masalah

Bekerja sendiri

Tekun menghadapi tugas

Ulet menghadapi kesulitan

Minat thd pelajaran kimia

25.00

Senang memecahkan masalah

43.75

Aspek Motivasi Belajar

Gambar 4.1. Perubahan Motivasi Belajar Siswa Setelah Pembelajaran CEP ( = sebelum CEP dan = sesudah CEP). Analisis data hasil motivasi belajar siswa tiap aspek indikator. 4.1.1.1 Minat terhadap Pelajaran Kimia

Gambaran tentang minat siswa terhadap pelajaran kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4. Minat Siswa terhadap Pelajaran Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP

49

Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 3 6,8 21 47,7 20 45,5 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 11 25,0 21 47,7 12 27,3 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.4, sebelum pembelajaran CEP, minat siswa terhadap pelajaran kimia sebagian besar sudah tergolong tinggi hingga mencapai 47,7% namun masih ada 45,5% siswa yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran kimia, dan setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan minat siswa terhadap pelajaran kimia, dimana sebanyak 47,7% siswa memiliki minat yang tinggi dan 25% dalam kategori sangat tinggi, dan hanya 27,3% saja yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran kimia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47 . Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata minat siswa terhadap pelajaran kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 64,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 72,54 atau mengalami peningkatan 12,32%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 3,167 dengan p value = 0,003. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.

4.1.1.2 Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia

Gambaran tentang tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.

50

Tabel 4.5. Tingkat Kesenangan untuk Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 12 27,3 28 63,6 4 9,1 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 35 79,5 8 18,2 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.5, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 63,6% siswa yang masih tergolong rendah tingkat kesenangan untuk mencari dan memecahkan masalah kimia bahkan masih ada 9,1% yang tergolong sangat rendah, hanya 27,3% yang memiliki tingkat kesenangan sangat tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia, dimana sebanyak 79,5% siswa memiliki tingkat kesenangan yang tinggi, hanya 18,2% saja yang tergolong rendah dan 2,3% dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 59,94 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 70,60 atau mengalami peningkatan 17,77%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 5,420 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.

51

4.1.1.3 Ulet Menghadapi Kesulitan Masalah Kimia

Gambaran tentang tingkat keuletan siswa dalam mengahadapi tugas atau masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6. Tingkat Keuletan dalam Manghadapi Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 1 2,3 21 47,7 22 50,0 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 4 9,1 23 52,3 17 38,6 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.6, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 50% siswa yang masih tergolong rendah tingkat keuletan dalam menghadapai masalah kimia dan sebanyak 47,7% dalam kategori tinggi serta 2,3% dalam kategori sangat tingggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat keuletan siswa dalam menghadapi masalah kimia, dimana sebanyak 52,3% siswa memiliki tingkat keuletan yang tinggi, meskipun masih ada 38,6% yang tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat keuletan siswa dalam menghadapi masalah kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat keuletan siswa menghadapi masalah kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 62,50 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 68,07 atau mengalami peningkatan 8,91%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 3,037 dengan p value = 0,004. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat keuletan siswa untuk mengahadapi masalah kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.

52

4.1.1.4 Tekun Menghadapi Tugas

Gambaran tentang tingkat ketekunan siswa dalam mengahadapi tugas pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7. Tingkat Ketekunan Siswa dalam Manghadapi Tugas Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 5 11,4 37 84,1 2 4,5 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 17 38,6 23 52,3 4 9,1 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.7, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 84,1% siswa memiliki tingkat ketekunan dalam menghadapai tugas kimia yang tinggi bahkan 11,4% tergolong sangat tinggi dan masih ada 4,5% siswa dalam kategori rendah. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia, dimana sebanyak 52,3% siswa memiliki tingkat ketekunan yang tinggi, meskipun masih ada 38,6% yang tergolong sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 77,70 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 79,97 atau mengalami peningkatan hanya 2,93%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 1,308 dengan p value = 0,198. Karena nilai p value > 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan tidak ada peningkatan tingkat

53

ketekunan siswa untuk mengahadapi tugas kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP. 4.1.1.5 Lebih Senang Bekerja Mandiri

Gambaran tentang tingkat kesenangan siswa untuk bekerja mandisi pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8. Tingkat Kesenangan Siswa untuk Bekerja Mandiri Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 6 13,6 34 77,3 4 9,1 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 8 18,2 25 56,8 10 22,7 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.8, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 77,3% siswa yang masih tergolong rendah tingkat kesenangan siswa untuk bekerja mandiri dan 9,1% dalam kategori sangat rendah, hanya sebanyak 13,6% dalam kategori tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat kesenangan siswa dalam untuk bekerja mandiri, dimana sebanyak 56,8% siswa memiliki tingkat kesenangan yang tinggi bahkan 18,2% dalam kategori sangat tinggi, meskipun masih ada 22,7% yang tergolong rendah dan 2,3% dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dair hasil uji peningkatan tingkat kesenagan siswa untuk bekerja mandiri menggunakan uji t pada tabel 4,3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat kesenangan untuk bekerja mandiro sebelum pembelajaran CEP sebesar 56,25 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 74,15 atau mengalami peningkatan 31,82%. Dari hasil uji t diperoleh thitung

54

sebesar 8,338 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kesenangan siswa untuk bekerja mandiri setelah mengikuti pembelajaran CEP. 4.1.1.6 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia

Gambaran tentang tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9. Tingkat Minat Siswa terhadap bermacam-macam masalah kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 3 6,8 32 72,7 9 20,5 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 13 29,5 30 68,2 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.9, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 72,7% siswa yang masih tergolong rendah tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam masalah dan 20,5% dalam kategori sangat rendah, hanya sebanyak 6,8% dalam kategori tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat minat terhadap bermacam-macam masalah kimia, dimana sebanyak 68,2% siswa memiliki tingkat minat yang rendah bahkan 29,5% dalam kategori tinggi, meskipun masih ada 2,3% yang tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat minat siswa terhadap bermacammacam masalah menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam masalah sebelum pembelajaran CEP sebesar 53,41 dan setelah

55

pembelajaran CEP sebesar 62,78 atau mengalami peningkatan 17,55%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 4,904 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam masalah setelah mengikuti pembelajaran CEP.

4.1.2

Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa

Minat berwirausaha siswa dapat dilihat dari delapan indikator yaitu: 1) adanya kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, 2) keyakinan kuat atas kekuatan sendiri, 3) sikap jujur dan tanggung jawab, 4) ketahanan fisik dan mental, 5) ketekunan dalam bekerja dan berusaha, 6) pemikiran yang kreatif dan konstruktif, 7) berorientasi ke masa depan dan 8) berani mengambil resiko. Gambaran perubahan minat berwirausaha siswa setelah mengikuti pembelajaran CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10. Distribusi Minat Berwirausaha Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 1 2,3 27 61,4 16 36,4 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 15 34,1 28 63,6 1 2,3 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.10, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 36,4% siswa yang memiliki minat berwirausaha dalam kategori rendah, sebanyak 61,4% tergolong tinggi, sebanyak 2,3% tergolong sangat tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 34,1% siswa memiliki minat berwirausaha sangat tinggi dan 63,6% dalam kategori tinggi, hanya 2,3% saja yang memiliki minat

56

berwirusaha rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t sebagai berikut. Tabel 4.11. Uji Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa. Kondisi Sebelum Sesudah

Mean

Peningkatan

65,84 78,87

19,80

thitung 18,421

dk 43

p value 0,000

Kriteria Signifikan

Terlihat dari tabel 4.11, rata-rata minat berwirausaha siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 65,84 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 78,87 atau mengalami peningkatan 19,80%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 18,421 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan minat berwirausaha setelah mengikuti pembelajaran CEP. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dengan pembelajaran CEP terjadi peningkatan minat berwirausaha siswa dalam arti adanya perubahan kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, perubahan keyakinan yang kuat atas kekuatan sendiri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan dan berani mengambil resiko. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil perubahan indikator ini pada tabel berikut.

57

Tabel 4.12. Perubahan Minat Berwirausaha Siswa Setelah Pembelajaran CEP. Aspek

Rata-rata Sebelum Sesudah

Kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup Keyakinan kuat atas kekuatan sendiri Sikap jujur dan tanggung jawab

Pening -katan

thitung

dk

p value

Kriteria

58,52

65,06

11,17%

3,845

43

0,000

Signifikan

55,68

66,76

19,90%

7,8

43

0,000

Signifikan

71,02

86,08

21,20%

6,812

43

0,000

Signifikan

Ketahanan fisik dan mental

73,58

89,49

21,62%

7,624

43

0,000

Signifikan

Ketekunan dalam bekerja dan berusaha

75,57

90,91

20,30%

5,346

43

0,000

Signifikan

Pemikiran yang kreatif dan konstruktif

73,58

91,19

23,94%

6,825

43

0,000

Signifikan

Berorientasi ke masa depan

68,75

78,98

14,88%

5,732

43

0,000

Signifikan

Berani mengambil resiko

50,00

62,50

25,00%

6,413

43

0,000

Signifikan

Nampak dari tabel 4.12, perubahan tertinggi pada aspek pemikiran yang kreatif dan konstruktif dengan peningkatan sebesar 23,94% dan perubahan paling rendah sebesar 11,17% pada aspek kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup.

58

Gambar 4.2 di bawah ini menjelaskan perbandingan aspek minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP.

100.00

Sebelum CEP Sesudah CEP

91.19

90.91

89.49

86.08

78.98

81.25

Mean

65.06

66.76 71.02

62.50 58.52

73.58

75.57

73.58

68.75

62.50

55.68 50.00

43.75

25.00 Berani mengambil resiko

Berorientasi ke masa depan

Pemikiran yang kreatif dan konstruktif

Ketekunan dalam bekerja dan berusaha

Ketahanan fisik dan mental

Sikap jujur dan tanggung jawab

Keyakinan kuat atas kekuatan sendiri

Kemauan keras mencapai tujuan

Aspek Minat Berwirausaha

Gambar 4.2. Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa Setelah Pembelajaran CEP ( = sebelum CEP dan = sesudah CEP). Analisis data hasil minat wirausaha siswa tiap aspek indikator. 4.1.2.1 Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup

Gambaran tentang kemauan keras siswa untuk mecapai tujuan dan kebutuhan hidup pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.

59

Tabel 4.13. Kemauan Keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 3 6,8 6 13,6 28 63,6 7 15,9 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 1 2,3 16 36,4 25 56,8 2 4,5 44 100

Terlihat dari tabel 4.13, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 63,6% siswa yang masih tergolong rendah dan 15,9% dalam kategori sangat rendah, hanya 13,6% yang tergolong tinggi dan 6,8% tergolong sangat tinggi tentang kemauannya untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan meskipun relatif kecil, dimana 56,8% siswa memiliki kemauan rendah dan 4,5% tergolong sangat rendah untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, namun sudah ada 36,4% yang memiliki kemauan tinggi serta 2,3% tergolong sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan kemauan siswa untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat kemauan siswa untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup sebelum pembelajaran CEP sebesar 58,52 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 65,06 atau mengalami peningkatan 11,17%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 3,845 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kemauan untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup setelah mengikuti pembelajaran CEP.

60

4.1.2.2 Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri

Gambaran tentang tingkat keyakinan kuat atas kekuatan sendiri pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.14. Keyakinan kuat atas kekuatan sendiri Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 1 2,3 3 6,8 35 79,5 5 11,4 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 2 4,5 16 36,4 26 59,1 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.14, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 79,5% siswa masih tergolong rendah dan 11,4% dalam kategori sangat rendah, hanya 6,8% yang tergolong tinggi dan 2,3% tergolong sangat tinggi tentang keyakinannya atas kekuatan sendiri. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 59,1% siswa memiliki keyakinan rendah dan 36,4% tergolong tinggi dan 4,5% tergolong sangat tinggi atas keyakinan pada kekuatan dirinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat keyakinan siswa atas ekuatan dirinya sebelum pembelajaran CEP sebesar 55,68 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 66,76 atau mengalami peningkatan 19,90%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 7,8 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat keyakinan atas kekuatan dirinya setelah mengikuti pembelajaran CEP.

61

4.1.2.3 Sikap jujur dan tanggung jawab

Gambaran tentang sikap kejujuan dan tanggung jawab siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.15. Sikap Jujur dan Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Tanggung

Jawab

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 15 34,1 9 20,5 19 43,2 1 2,3 44 100

Sebelum

dan

Sesudah

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 30 68,2 13 29,5 0 0,0 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.15, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 43,2% siswa masih tergolong rendah dan 2,3% dalam kategori sangat rendah, sebanyak 20,5% yang tergolong tinggi dan 34,1% tergolong sangat tinggi tentang kejujuran dan tanggungjawabnya. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 68,2% siswa memiliki tingkat kejujuran dan tanggung jawab yang sangat tinggi serta 29,5% tergolong tinggi, hanya 2,3% yang tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat kejujuran dan tanggungjawab siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 71,02 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 86,08 atau mengalami peningkatan 21,20%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 6,812dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kejujuran dan tanggungjawab setelah mengikuti pembelajaran CEP.

62

4.1.2.4 Ketahanan Fisik dan Mental

Gambaran tentang ketahanan fisik dan mental siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.16. Ketahanan fisik dan mental Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 9 20,5 20 45,5 15 34,1 0 0,0 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 27 61,4 15 34,1 2 4,5 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.16, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 34,1% siswa masih tergolong rendah, sebanyak 45,5% yang tergolong tinggi dan 20,5% tergolong sangat tinggi tentang ketahanan fisik dan mental. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4% siswa memiliki ketahanan fisik dan mental yang sangat tinggi serta 34,1% tergolong tinggi, hanya 4,5% yang tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat ketahanan fisik dan menta siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 73,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 89,49 atau mengalami peningkatan 21,62%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 7,624 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat ketahanan fisik dan mental setelah mengikuti pembelajaran CEP.

63

4.1.2.5 Ketekunan dalam bekerja dan berusaha

Gambaran tentang ketekunan untuk bekerja dan berusaha pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.17.

Ketekunan dalam bekerja dan berusaha Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.

Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 21 47,7 9 20,5 9 20,5 5 11,4 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 33 75,0 8 18,2 2 4,5 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.17, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 11,4% siswa masih tergolong sangat rendah, sebanyak 20,5% tergolong rendah, sebanyak 20,5% tergolong tinggi dan 47,7% tergolong sangat tinggi tentang ketekunan untuk bekerja dan berusaha. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 75,0% siswa memiliki ketekunan untuk bekerja dan berusaha yang sangat tinggi serta 18,2% tergolong tinggi, hanya 4,5% yang tergolong rendah dan 2,3% tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata ketekunan siswa untuk bekerja dan berusaha sebelum pembelajaran CEP sebesar 75,57 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 90,91 atau mengalami peningkatan 20,30%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 5,346 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat ketekunan dalam bekerja dan berusaha setelah mengikuti pembelajaran CEP.

64

4.1.2.6 Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif

Gambaran tentang kreativitas berikir siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.18.

Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.

Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 14 31,8 15 34,1 13 29,5 2 4,5 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 32 72,7 9 20,5 2 4,5 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.18, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 29,5% siswa masih tergolong rendah, sebanyak 4,5% tergolong sangat rendah, sebanyak 34,1% tergolong tinggi dan 31,8% tergolong sangat tinggi tentang kratifitas berpikir siswa. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 72,7% siswa memiliki kreativitas yang sangat tinggi serta 20,5% tergolong tinggi, hanya 4,5% yang tergolong rendah dan 2,3% tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata krativitas berpikir siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 73,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 91,19 atau mengalami peningkatan 23,94%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 6,825 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kreativitas berpikir siswa setelah mengikuti pembelajaran CEP.

65

4.1.2.7 Berorientasi ke masa depan

Gambaran tentang oritentasi siswa ke masa depan pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.19. Berorientasi ke Masa Depan Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 7 15,9 15 34,1 20 45,5 2 4,5 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 14 31,8 27 61,4 3 6,8 0 0,0 44 100

Terlihat dari tabel 4.19, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 45,5% siswa masih tergolong rendah, sebanyak 4,5% tergolong sangat rendah, sebanyak 34,1% tergolong tinggi dan 15,9% tergolong sangat tinggi tentang orientasi siswa ke masa depan. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4% siswa memiliki orientasi yang tinggi ke masa depan serta 31,8% tergolong sangat tinggi, hanya 6,8% yang tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata orientasi ke masa depan siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 68,75 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 78,98 atau mengalami peningkatan 14,88%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 5,732 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan orientasi siswa ke masa depan setelah mengikuti pembelajaran CEP.

66

4.1.2.8 Berani mengambil resiko

Gambaran tentang oritentasi siswa ke masa depan pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.20. Berani Mengambil Resiko Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP. Interval

Kriteria

81,26 - 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Sebelum pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 0 0,0 5 11,4 24 54,5 15 34,1 44 100

Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase 4 9,1 12 27,3 27 61,4 1 2,3 44 100

Terlihat dari tabel 4.20, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 54,5% siswa masih tergolong rendah, sebanyak 34,1% tergolong sangat rendah tentang keberanian siswa untuk mengambil resiko, sebanyak 11,4% tergolong tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4% siswa memiliki keberanian mengambil resikio yang rendah, namun sudah ada 27,3% yang tergolong tinggi dan 9,1% tergolong sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata tingkat keberanian siswa untuk mengambil resiko sebelum pembelajaran CEP sebesar 50 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 62,50 atau mengalami peningkatan 25%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 6,413 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan keberanian siswa dalam mengambil resiko setelah mengikuti pembelajaran CEP.

67

4.1.3

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek psikomotor dan aspek kognitif. Dari aspek psikomotor, dilihat dari tujuh indikator penilaian yaitu: keterampilan menggunakan alat, melakukan pengamatan, bekerjasama, ketepatan prosedur praktikum, kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum dan pembuatan laporan. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan CEP mencapai 71,35 dalam kategori baik. Adapun rata-rata ketujuh indikator tersebut dapat diihat pada tabel berikut. Tabel 4.21. Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor. No 1 2 3 4 5 6 7

Indikator Menggunakan alat Melakukan pengamatan Bekerjasama Prosedur praktikum Kebersihan alat dan ruangan Hasil praktikum Pembuatan laporan Total

Rata-rata 65,57 69,77 72,05 70,80 75,34 71,36 74,55 71,35

Kriteria Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Terlihat dari tabel 4.21, menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan ketika melaksanakan praktikum. Kerjasama, menjalankan prosedur praktikum, menjaga kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum serta dalam pembuatan laporan tergolong baik yaitu pada interval 6984, namun dalam menggunakan alat masih tergolong cukup. Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Psikomotor. No 1 2 3 4 5

Interval 84,01 -100,00 68,01 - 84,00 52,01 - 68,00 36,01 - 52,00 20,00 - 36,00 Jumlah

Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang baik Tidak baik

Frekuensi Persentase 0 0,00 31 70,45 13 29,55 0 0,00 0 0,00 44 100

68

Terlihat dari tabel 4.22, sebanyak 70,45% siswa memperoleh hasil belajar psikomotor yang baik dan 29,55% siswa dalam kategori cukup. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum dam sesudah pembelajaran CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.23. Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif. Kondisi Sebelum Sesudah

Mean

Peningkatan

thitung

dk

p value

Kriteria

3,94 6,91

75,27

17,789

43

0,000

Signifikan

Terlihat dari tabel 4.23, rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 3,94 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 6,91 atau mengalami peningkatan sebesar 75,27%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 17,789 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value < 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan hasil belajar kognitif yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran CEP dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Di samping itu hasil yang dicapai telah mencapai ketuntasan belajar karena secara signifikan hasil belajar tersebut melebihi batas ketuntasan (6,4). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.24. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa. Mean 6.91

μo 6,4

thitung 3,452

dk 43

p value 0,001

Kriteria Tuntas belajar

Terlihat dari tabel 4.24, diperoleh thitung = 3,452 dengan p value = 0,001. karena nilai p value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa telah melebihi batas ketuntasan (6,4). Dengan kata lain melalui pembelajaran CEP berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa.

69

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran CEP terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran CEP mencapai 62,31 dan setelah dilaksanakan pembelajaran CEP terjadi peningkatan 14,21% dengan rata-rata motivasinya sebesar 71,16. Dari hasil uji t, diperoleh thitung = 8,449 dengan p value = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa secara nyata terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapatn Sardiman (2005: 85) yang menyatakan tiga fungsi motivasi yaitu 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Perubahan motivasi belajar siswa tersebut secara nyata nampak dari peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia, peningkatan tingkat kesenangan untuk mencari dan memecahkan masalah kimia, peningkatan keuletan menghadapi kesulitan masalah kimia, peningkatan kemandirian siswa dan peningkatan minat terhadap bermacam-macam masalah, meskipun belum sepenuhnya terjadi peningkatan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas.

70

Hal ini dikarenakan kurangnya waktu dalam mengerjakan tugas-tugas yang ada pada modul pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang tekun dalam mengerjakan tugas. Adanya peningkatan motivasi belajar tersebut merupakan dampak positif dari pembelajaran CEP yang dirasakan menyenangkan oleh siswa. Hal ini disebabkan karena konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan semangat berwirausaha. Dengan pendekatan CEP ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu produk.. Seperti dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diberikan suatu materi yang berkaitan dengan hidrokarbon yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari seperti membuat lilin hias, balsem dan semir sepatu. Materi dari tersebut tidak hanya bersifat teoritis semata, namun lebih ditekankan pada proses pembuatan, sehingga siswa benar-benar mengerti, memahami dan mampu membuatnya sendiri. Pada kesempatan berikutnya, siswa juga diberikan kesempatan untuk mencoba dengan kreativitas siswa. Melalui kegiatan tersebut juga menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Hal ini nampak dari rata-rata minat berwirausaha siswa sebelum pembelajaran CEP mencapai 65,84 dan setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan

71

menjadi 78,87 atau meningkat 19,8%. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 18,421 dengan p value = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa secara signifikan terjadi petumbuhan minat berwirausaha siswa. Peningkatan minat berwirausaha ini karena adanya tambahan keterampilan konkrit dalam kimia yang dapat menjadi bekal untuk berwirausaha. Adanya peningkatan minat wirausaha siswa tersebut dapat dilihat dari peningkatan kemauan mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, peningkatan keyakinan pada diri sendiri, peningkatan kejujuran dan tanggung jawab siswa, peningkatan ketahanan fisik dan mental, ketekunan dalam bekerja dan berusaha, peningkatan kreativitas pemikiran siswa, peningkatan orientasi ke masa depan dan peningkatan keberanian siswa mengambil resiko. Adanya pertumbuhan minat berwirausaha siswa tersebut karena penerapan pembelajaran CEP lebih menuntut potensi siswa untuk belajar secara maksimal sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject-matter

oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang dapat ditampilkan oleh siswa (life-skill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar mengajarnya menjadi lebih menarik, siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna (D’amore et al., 2003). Life skill

oriented tersebut yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha siswa. Sesuai hasil penelitian Susi Y.A (2004), motivasi belajar mempunyai peranan yang positif dalam membentuk minat wirausaha siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan selalu maju dan sukses dalam hidupnya, yang terwujud

72

dalam sikap kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, keyakinan kuat atas kekuatan diri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan berani mengambil resiko. Keterbatasan dari pembelajaran CEP ini adalah membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas-tugas pada modul dan waktu untuk melaksanakan praktik wirausaha. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan dilaksanakannya praktik di luar jam pelajaran, sehingga nantinya diharapkan akan bisa menjadi kegiatan ekstra kurikuler wirausaha kimia atau menjadi kegiatan karya ilmiah remaja. Tidak hanya sebatas motivasi dan minat berwirausaha saja yang mengalami peningkatan. Prestasi belajar pun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP dilaksanakan sebesar 3,94 dan mengalami peningkatan mencapai 6,91 atau meningkat 75,27%. Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung sebesar 17,789 dengan p value = 0.000 < 0,05, yang berarti secara signifikan hasil belajar kogntif siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar kimia, sehingga hasil belajarnya juga mengalami peningkatan. Di samping itu rata-rata hasil belajar kogntiif siswa telah mencapai ketuntasan atau melebihi standar ketuntasan 6,4. Dari hasil uji ketuntasan menggunakan uji t diperoleh thitung = 3,452 dengan p value = 0,001 < 0,05. Adanya peningkatan dan ketuntasan belajar tersebut membuktikan bahwa penerapan pembelajaran CEP berpengaruh positif

73

terhadap hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajarannya, sebagian besar siswa mampu mengikuti setiap kegiatan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar psikomotor yang tergolong baik. Hal ini berarti bahwa siswa sudah memiliki keterampilam dalam melakukan pengamatan, bekerjasama, melakukan praktikum sesuai dengan prosedur pratik secara benar, menjaga keberishan dan ruangan. Menampilkan hasil praktikum secara baik dan membuat laporan praktikum. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mursiti et al., (2006), yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran CEP mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan ketuntasan belajar siswa.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 4. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 14,21%. 5. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat wirausaha siswa 19,80%. 6. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa 75,27%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia sebagai indikator motivasi belajar siswa tidak mengalami peningkatan dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP, oleh karena itu disarankan kepada guru pengampu mata pelajaran kimia yang berkeinginan untuk menerapkan pendekatan CEP agar tugas yang diberikan kepada siswa lebih bervariatif. Dilihat dari rata-ratanya, minat siswa terhadap bermacam-macam masalah sebagai indikator motivasi belajar relatif rendah dibandingkan dengan indikator menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia, senang mencari dan memecahkan masalah kimia, ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa, tekun

74

75

menghadapi tugas pelajaran kimia, lebih senang bekerja sendiri. Oleh karena itu, guru pengampu mata pelajaran kimia yang berkeinginan mengembangkan pendekatan CEP perlu memberikan permasalahan-permasalahan kimia sehari-hari yang lebih bervariatif. Dilihat dari minat berwirausaha siswa, melalui pembelajaran CEP ini mengalami peningkatan, oleh karena itu bagi guru pengampu mata pelajaran kimia perlu menindaklanjuti pembelajaran CEP tidak hanya di dalam kelas sebagai intrakurikuler, namun perlu dikembangkan dalam bentuk ekstrakurikuler yang dapat melatih wirausaha siswa. Dengan demikian di lingkungan sekolah akan tumbuh sentra-sentra industri kecil yang dikelola siswa dan bekerjasama dengan koperasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. D’amore, J, L. Palmer, D. Duggins, R.E. Pacinski. 2003. Conducting Research with junior and high school student using a remotely operated vehicle, A collaborative project between private and public agencies, Proceedings of Georgia Basin/Puget Sound Research Conference, 1-6. Feuer, M.J., L.Towne, and R.J. Shavelson. 2002. Scientific Culture and Educational Research, Educational Researcher. 31(9): 4-14. Hardy,T.C. 2003. Contextual teaching in science. Cass Middle School 7th. Grade life Science: 1-8. Mardiyatmo. 2006. Kewirausahaan. Surakarta: Yudhistira. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mursiti, S., Supartono., T Wahyukaeni., Sugimurni dan K Siadi. 2006. Peningkatan Kreativitas Peserta Didik Melalui Pembelajaran Kimia Dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Laporan Hibah Penelitian PHK A2 BATCH III Tahun I. Semarang: FMIPA UNNES. Mutis, Thoby. 1995. Kewirausahaan yang Berproses. Jakarta: Grasindo. Purnomo, B.H. 2005. Membangun Semangat Kewirausahaan. Yogyakarta : Laksbang Pressindo. Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Ramainas. 2006. Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa Tentang Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pembelajaran. 29 (01):7985. Ranis, S.H. and P.B. Walters. 2004. Educational research as a contested enterprise: The deliberations of the SSRC-NAE joint committee on education research, European Educational Research Journal. 3(4): 795806.

76

77

Sardiman, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Semiawan, Conny. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT Gramedia. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Starcher, G. 2003. Responsible Enterpreneurship, Business Week. November 24:1-37. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugandi, Ahmad dan Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Suherman, Erman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Supartono. 2005. Peningkatan Relevansi Lulusan Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP), Proposal Program Hibah Kompetisi 2006 Program A2. Jurusan Kimia FMIPA UNNES Semarang. Suriasumantri, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Suryo, Anak. 2006. Bisnis Rumahan, Panduan Membangun Bisnis Dari Rumah. Yogyakarta: Cakrawala. Susi Yudhawati, Adriana. 2004. Peranan Tingkat Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Membentuk Minat Wirausaha Siswa di BLKI Semarang. Tesis. Semarang: PPS UNNES. Usman, Uzer dan Setiawati, Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lampiran 58

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKET MINAT BERWIRAUSAHA Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/ Semester Waktu

: Kimia : Hidrokarbon :X/2 : 45 menit

I. PETUNJUK

a. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang kamu anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Bila ingin membetulkan jawaban yang anda anggap masih kurang sesuai, berilah tanda coret pada jawaban yang telah anda silang tadi ( X ), kemudian pilihlah jawaban yang anda kehendaki dengan memberi tanda silang ( X ). c. Jawaban apapun yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kamu d. Bila ada kesulitan, tanyakan pada pengawas e. Selamat mengerjakan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. II. ANGKET MINAT BERWIRAUSAHA

1. Apakah kamu berminat untuk menciptakan produk-produk kimia dengan tangan sendiri? a. sangat berminat c. kurang berminat b. berminat d. tidak berminat 2. Apabila menghadapi kesulitan dalam menuangkan ide tentang usaha di bidang kimia, berapa kali kamu mencari sumber belajar lain (majalah, surat kabar, internet,dll)? a. lebih dari 5 kali dalam setiap bulan b. 3 sampai 4 kali dalam setiap bulan c. 1 sampai 2 kali dalam setiap bulan d. tidak pernah 3. Apakah kamu merasa yakin bahwa dalam memulai suatu usaha di bidang kimia, usahamu akan berkembang dengan baik? a. sangat yakin c. kurang yakin b. yakin d. tidak yakin 4. Apakah kamu percaya bahwa semua kemampuan dan bakat yang kita miliki dalam bidang kimia dapat disalurkan melalui dunia wirausaha? a. sangat percaya c. kurang percaya b. percaya d. tidak percaya 78

79

5. Dalam menciptakan suatu desain produk kimia yang dibuat bersama teman kelompok, saya akan: a. berpikir dengan memperhatikan sudut pandang saya dan teman saya agar ada titik temunya b. berpikir menemukan cara penyelesaian yang sesuai dengan teman saya c. berpikir dari sudut pandang saya saja d. menunggu hasil pemikiran teman saya saja 6. Saya kurang puas dengan keterangan materi praktek kimia yang diberikan oleh guru, maka saya: a. bertanya lebih lanjut dan memberikan tanggapan kepada guru b. minta penjelasan kepada guru lagi c. menerima keterangan tersebut apa adanya d. akan diam saja 7. Bila disuruh memasarkan suatu produk kimia yang caranya sudah ditentukan, saya akan: a. melaksanakan dengan cara tersebut dan mencari cara yang baru untuk memasarkannya b. melaksanakan dengan cara yang sudah ditentukan c. melaksanakan dengan cara saya sendiri d. melaksanakan dengan cara yang biasa dilakukan saja 8. Pada saat memasarkan hasil produk kimia, keterangan yang saya berikan sulit diterima oleh orang lain, maka saya: a. mampu mengubah cara berpikir agar keterangan saya mudah diterima b. akan memberikan keterangan yang lain tapi tujuannya sama c. mengulangi keterangan saya beberapa kali sampai orang tersebut tahu d. membiarkan orang tersebut dalam keadaan tidak tahu 9. Apabila dihadapkan pada suatu kejadian di laboratorium pada saat praktik kimia, maka saya: a. mengupayakan macam-macam kemungkinan penyebab dan akibat dari kejadian tersebut b. mengupayakan cara penyelesaian dari kejadian tersebut c. mencoba mencari penyebabnya d. bersikap diam terhadap kejadian tersebut 10. Pada waktu membuat produk kimia di sekolah, waktu yang tersedia tinggal sedikit dan produk saya belum selesai, maka yang saya lakukan adalah: a. menggunakan waktu yang tersedia dengan optimal sehingga produk saya dapat selesai dengan cepat dan baik b. berusaha menyelesaikan produk lebih cepat c. tetap membuat produk seperti sebelumnya sambil menunggu waktunya habis d. membiarkan produk saya tidak selesai sampai waktunya habis

80

11. Terhadap pelajaran praktikum kimia yang saya peroleh di sekolah, saya: a. mengembangkan menjadi bentuk dan variasi yang lain b. mengembangkan dengan cara berlatih c. menerapkan bila saya membutuhkan saja d. membiarkan saja 12. Bila sudah menemukan satu cara dalam membuat suatu produk kimia, saya akan: a. berusaha berpikir untuk menemukan cara yang lain dan membuatnya b. mencoba membuatnya lagi c. satu cara sudah baik bagi saya d. tidak berpikir untuk mencari cara lain lagi 13. Apakah kamu setuju tentang pelajaran kimia yang dikaitkan dengan kewirausahaan? a. sangat setuju c. kurang setuju b. setuju d. tidak setuju 14. Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan bahwa “modal bukanlah syarat utama untuk membentuk jiwa wirausaha, tetapi yang lebih penting adalah minat dan kemauan sesorang menjadi wirausaha”? a. sangat setuju c. ragu-ragu b. setuju d. tidak setuju 15. Apakah kamu merasa yakin bisa membuat/menghasilkan suatu produk kimia, walaupun belum ada orang yang mengerjakannya? a. sangat yakin c. kurang yakin b. yakin d. tidak yakin 16. Apakah kamu merasa yakin dapat bersaing di era globalisasi ini, dengan menekuni dunia wirausaha bidang kimia? a. sangat yakin c. kurang yakin b. yakin d. tidak yakin

81

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKET MOTIVASI BELAJAR Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/ Semester Waktu

: Kimia : Hidrokarbon :X/2 : 45 menit

III. PETUNJUK

1. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang kamu anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Bila ingin membetulkan jawaban yang anda anggap masih kurang sesuai, berilah tanda coret pada jawaban yang telah anda silang tadi ( X ), kemudian pilihlah jawaban yang anda kehendaki dengan memberi tanda silang ( X ). 3. Jawaban apapun yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kamu 4. Bila ada kesulitan, tanyakan pada pengawas 5. Selamat mengerjakan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. IV. ANGKET MOTIVASI BELAJAR

17. Apakah kamu tertarik pada pelajaran kimia? a. sangat tertarik c. kurang tertarik b. tertarik d. tidak tertarik 18. Selama proses pembelajaran kimia, bagaimana perhatianmu terhadap pelajaran kimia? a. saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh dari awal sampai akhir pelajaran b. saya memperhatikan hanya saat guru menjelaskan materi pelajaran c. saya memperhatikan pada bagian materi pelajaran yang saya senangi saja d. saya kurang memperhatikan selama pelajaran 19. Bagaimana pendapatmu tentang pandangan bahwa “belajar kimia itu tidak berguna”? a. sangat tidak setuju c. ragu-ragu b. tidak setuju d. setuju 20. Apakah kamu merasa tertarik dengan adanya manfaat dari materi kimia yang kamu pelajari? a. sangat tertarik c. kurang tertarik b. tertarik d. tidak tertarik

82

21. Berapa persen dari pelajaran kimia yang dapat kamu pahami dengan baik? a. 80% - 100% c. 56% - 65% b. 66% - 79% d. kurang dari 55% 22. Bagaimana pendapatmu tentang materi pelajaran kimia yang dikaitkan dengan masalah kehidupan? a. sangat setuju c. ragu-ragu b. setuju d. tidak setuju 23. Menurut kamu apakah pelajaran kimia berguna bagi pemecahan masalah kehidupan sekitar? a. ya, saya tahu c. saya tidak tahu b. saya ragu-ragu d. saya tidak peduli 24. Apakah kamu sering merasa kesulitan untuk memahami materi pelajaran kimia dalam setiap bulannya? c. tidak pernah c. 3 sampai 4 kali dalam sebulan d. 1 sampai 2 kali dalam sebulan d. lebih dari 5 kali dalam sebulan 25. Apakah kamu merasa puas jika bisa mengerjakan 66% - 79% dari soal-soal kimia yang ditugaskan? a. tidak puas c. puas b. kurang puas d. sangat puas 26. Apakah kamu merasa menyesal jika nilai raport pelajaran kimia di bawah 70? a. sangat menyesal c. biasa saja b. menyesal d. tidak menyesal 27. Apabila menghadapi masalah kehidupan sekitar yang menurut kamu berkaitan dengan materi pelajaran kimia, berapa kali muncul dorongan untuk dapat menyelesaikannya? a. lebih dari 5 kali c. 1 sampai 2 kali b. 3 sampai 4 kali d. tidak pernah 28. Apakah kamu bisa mengaitkan antara pelajaran kimia dengan masalah kehidupan sekitar? a. sangat bisa mengaitkan c. kurang bisa mengaitkan b. bisa mengaitkan d. tidak bisa mengaitkan 29. Apabila kamu mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran kimia, kapan kamu mempelajarinya lagi? a. saat itu juga c. seminggu setelah itu b. sehari setelah itu d. sehari sebelum ujian semester

83

30. Mengapa kita perlu belajar kimia? a. karena dapat membantu dalam memecahkan masalah kehidupan sekitar b. sebagai pengetahuan saja c. karena di sekolah ada pelajaran kimia d. tidak tahu 31. Kapan waktunya kamu belajar kimia? c. setiap hari d. jika ada ulangan/PR

c. jika diperintah orang tua d. tidak pernah belajar

32. Bagaimana usahamu dalam menyelesaikan praktikum pelajaran kimia? a. dikerjakan sampai bisa dan selesai c. dikerjakan asal-asalan b. dikerjakan sebisanya d. tidak dikerjakan 33. Apa yang kamu lakukan jika ada materi kimia yang belum kamu pahami? a. mempelajari lagi secara mandiri b. mendiskusikan dengan teman yang pandai c. bertanya kepada guru d. diam saja 34. Bagaimana usahamu dalam mengerjakan PR kimia? a. dikerjakan sendiri c. bertanya kepada guru b. mendiskusikan dengan teman d. tidak dikerjakan 35. Bagaimana usahamu dalam menyelesaikan ulangan kimia? a. dikerjakan sendiri c. membuka buku catatan b. berbisik pada teman d. tidak dikerjakan 36. Apakah kamu percaya dengan jawabanmu sendiri dalam menyelesaikan tugastugas kimia? a. sangat percaya c. kurang percaya b. percaya d. tidak percaya 37. Berapa kali kamu mengerjakan soal-soal latihan kimia dalam setiap minggunya? a. setiap hari c. 1 sampai 2 kali seminggu b. 3 sampai 4 kali seminggu d. tidak pernah 38. Apakah kamu sering mengaitkan pelajaran kimia dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan? a. selalu mengaitkan c. sesekali mengaitkan b. hampir selalu mengaitkan d. tidak pernah mengaitkan 39. Apakah kamu tertarik tentang materi percobaan kimia? a. sangat tertarik c. kurang tertarik

84

d. tidak tertarik b. tertarik 40. Apakah kamu setuju tentang pelajaran kimia yang dikaitkan dengan pelajaran lain? c. sangat setuju c. kurang setuju d. setuju d. tidak setuju

85

LEMBAR JAWABAN ANGKET MOTIVASI BELAJAR

Nama

:

Kelas

:

No. absen

:

1.

A B C D

13. A B C D

2.

A B C D

14. A B C D

3.

A B C D

15. A B C D

4.

A B C D

16. A B C D

5.

A B C D

17. A B C D

6.

A B C D

18. A B C D

7.

A B C D

19. A B C D

8.

A B C D

20. A B C D

9.

A B C D

21. A B C D

10. A B C D

22. A B C D

11. A B C D

23. A B C D

12. A B C D

24. A B C D

BERWIRAUSAHA

Memulai sesuatu usaha diawali dengan usaha kecil-kecilan lebih dahulu. Hal ini untuk memperkecil resiko dan kegagalan sekaligus mendayagunakan modal sambil memantapkan strategi. Memulai strategi dari kecil dapat membantu menyusun strategi perusahaan yang lebih meyakinkan. Dari pengalaman-pengalaman, kita menentukan kekuatan serta kelemahan

86

usaha dan kita dapat mencari jalan yang lebih baik untuk mensukseskan usaha kita. Sebelum memulai untuk berwirausaha, ada empat hal yang perlu diperhatikan agar usaha tersebut sukses, diantaranya:

a. Start Memulai usaha apapun bentuknya selalu beresiko gagal, kesulitan dana dan sebagainya. Agar sukses diperlukan waktu, kesabaran dan kesiapan. b. Simple Untuk memulai usaha tidak perlu sampai semuanya ada. Manfaatkan yang ada dan lengkapi sambil berjalan. c. Self Memulai usaha sering kali perlu bantuan orang lain, seperti dari keluarga, teman. Sebelum mendapat dukungan orang lain, kita harus mulai dari diri sendiri. Kita harus yakin bahwa kita akan sukses. Bila sudah yakin dengan diri sendiri, kita akan mudah meyakinkan orang lain. d. Satisfy Modal utama dari sebuah usaha adalah rasa senang. Kita harus menyenangi bisnis yang kita kerjakan. Tanpa rasa senang, kita akan mudah menyerah ketika harus menghadapi beragam persoalan. Kita kita sudah merasa senang pada sebuah usaha, masalah apapun tidak akan mematahkan semangat untuk terus berjuang meraihnya sampai sukses. Sebagian orang percaya bahwa bisnis adalah perkara bakat. Bahkan kadang-kadang ada yang mengira kemampuan itu menyangkut keturunan. Tetapi jika kita mau berkembang sebaiknya kita tidak percaya hal tersebut. Karena perkembangan akan membawa pengalaman dan wawasan bagi kita. Menurut Suryo (2006:106), salah satu rahasia keberhasilan berwirausaha adalah dengan menggunakan sistem TRIK, yakni: Target, Rencana, Prinsip dan Kontrol. 7. Target Seorang wirausahawan harus mempunyai target yang realistis. Balik modal harus dipasang sebagi target yang cukup realistis juga.

87

Keuntungan yang diperoleh per hari akan membantu kita mengetahui seberapa lama kita akan bisa balik modal. Menurut Suryo (2006:82) rumusnya adalah: Waktu balik mod al investasi =

investasi awal keuntungan per hari

8. Rencana Rencana sangatlah diperlukan dalam menjalankan sebuah usaha. 9. Prinsip Prinsip di sini dijadikan pegangan untuk menjalankan banyak hal. Kita harus

mempunyai

prinsip-prinsip

dasar

dalam

berbisnis,

seperti:keseimbangan, orientasi jauh ke depan dan juga respon terhadap perubahan. 10. Kontrol Sebagai wirausahawan yang mandiri, siapa yang akan menjalankan fungsi kontrol jika tidak kita sendiri yang melakukannya. Menurut Suryo (2006:33), dalam berwirausaha diperlukan Rencana Bisnis atau Business Plan yang matang yang berguna menjadi panduan selama menjalankan bisnis. Dari sinilah kita semakin yakin apakah bisnis yang kita jalankan cukup realistis untuk dijalankan. Berapa modal yang dibutuhkan. Ini yang harus kita syukuri di kemudian hari, jika ada perubahan keadaan atau situasi yang sangat mempengaruhi bisnis, kita akan segera tahu bagaimana cara mengantisipasinya. Membuat rencana bisnis yang baik, harus dapat menjelaskan: a. Tujuan usaha Agar lebih baik dalam menjalankan usaha, kita harus mempunyai tujuan yang pasti. Apa saja yang ingin kita raih. Dengan begitu, kita akan tahu seberapa resiko yang akan kita tanggung jika sesuatu terjadi pada usaha tersebut. b. Gambaran usaha Gambaran usaha terdiri atas bagian-bagian sebagi berikut: 1) Jenis usaha yang akan dilakukan

88

2) Pengelola usaha 3) Prospek dan kemungkinan pengembangannya 4) Kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya c. Rencana pemasaran Pemasaran memainkan peranan penting bagi kesuksesan usaha. Strategi pemasaran harus benar-benar matang. Dalam rencana pemasaran, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Target yang akan kita bidik 2) Menarik pelanggan dan mempertahankan pelanggan 3) Pesaing atau kompetitor 4) Strategi harga 5) Iklan dan promosi d. Rencana keuangan Keuangan adalah “nyawa” dari usaha. Oleh sebab itu kita hrus mempersiapkannya secara matang dan bijaksana. Untuk keberhasilan usaha, perhatikan hal-hal berikut: Anggaran harus realistis. Anggaran harus mancakup dana riil yang diperlukan untuk memulai usaha dan dana untuk operasional sehari-hari. Bagian keuangan harus mencantumkan dana-dana luar yang dipakai, peralatan yang dimiliki dan daftar supplier atau pelanggan, neraca, analisa Break Even Point, proforma proyeksi laba rugi. e. Rencana manajemen Dalam merencanakan manajemen usaha, harus memperhatikan hal-hal berikut: Kelemahan kita dan cara mengatasinya dan tim yang akan duduk dalam manajemen usaha kita

Kerjakan soal di bawah ini!

89

1. Sebutkan hal-hal yang menunjukkan kekhasan atom karbon dengan unsur lainnya! 2. Perhatikan bagan di bawah ini! HIDROKARBON (1)

IKATAN JENUH (2)

ALKANA (4)

IKATAN TAK JENUH (3)

ALKENA (5)

ALKUNA (6)

Pertanyaan: a. Pertanyaan (1). Hidrokarbon adalah..... b. Pertanyaan (2). Ikatan jenuh adalah..... c. Pertanyaan (3). Ikatan tak jenuh adalah ..... d. Pertanyaan (4). Alkana adalah ..... Rumus umum alkana adalah ..... e. Pertanyaan (5). Alkena adalah ..... Rumus umum alkena adalah ..... f. Pertanyaan (6). Alkuna adalah .....

90

Rumus umum alkuna adalah ..... 3. Perhatikan senyawa di bawah ini!

1o

H3C

2o C H2

1o CH3

o 2o 4o 1 C CH3 C 3o H2 o o 1 2CH CH3 2

H C

o

1CH 3

1˚ = atom karbon primer 2˚ = atom karbon sekunder 3˚ = atom karbon tersier 4˚ = atom karbon kuarterner

Pertanyaan: a. Atom karbon primer adalah ..... b. Atom karbon sekunder adalah ..... c. Atom karbon tersier adalah ..... d. Atom karbon kuarterner adalah .....

I. INDIKATOR 1. Siswa dapat membuktikan keberadaan atom karbon dan hidrogen dalam senyawa karbon. 2. Siswa dapat menjelaskan perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. 3. Siswa dapat menjelaskan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon. 4. Siswa dapat menyebutkan bentuk rantai karbon berdasarkan ikatannya. 5. Siswa dapat menyebutkan bentuk rantai karbon berdasarkan bentuk ikatan rantainya. 6. Siswa dapat menjelaskan atom karbon dalam membentuk karboksida. 7. Siswa dapat membedakan kedudukan atom karbon berdasarkan posisinya. II. MATERI SENYAWA HIDROKARBON

91

Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon

Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejak Friedrich Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni) dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium sianat tersebut. O || NH4+CNO- → H2N - C - NH2

Begitu keberhasilan Wohler diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori tentang daya hidup hilang dan orang hanya menggunakan kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan arti yang sesungguhnya. Sejak saat itu banyak senyawa karbon berhasil disintesis dan hingga sekarang lebih dari 2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah setiap harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon sedemikian banyak bila dibandingkan dengan jumlah senyawa anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan ? Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang menyebabkan kimia karbon dibicarakan secara tersendiri , karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar antara senyawa karbon organik dan senyawa anorganik seperti yang dituliskan berikut ini. Senyawa karbon organik • • • • • • •

membentuk ikatan kovalen dapat membentuk rantai karbon non elektrolit reaksi berlangsung lambat titik didih dan titik lebur rendah larut dalam pelarut organik mudah terurai atau berubah struktur saat dipanaskan

Senyawa karbon anorganik • • • • • • •

membentuk ikatan ion tidak dapat membentuk rantai karbon elektrolit reaksi berlangsung cepat titik didih dan titik lebur tinggi larut dalam air Stabil pada pemanasan

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal.

92

Kegiatan Praktikum

A. Tujuan Menyelidiki adanya unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon. B. Alat dan Bahan 1. Alat : tabung reaksi, penjepit, pembakar spiritus, spatula, kertas kobalt. 2. Bahan : gula pasir C. Langkah kerja 1. Menguji unsur H dan O a. Ambil gula pasir dan masukkan ke dalam tabung reaksi. b. Panaskan gula dengan menutup lubang atas dengan kertas kobalt, seperti gambar (1). c. Amati perubahan warna kertas. 2. Menguji unsur C a. Campurkan gula dan CuO, masukkan ke dalam tabung reaksi. b. Panaskan campuran tersebut seperti gambar (2). Amati perubahannya D. Hasil kerja Percobaan Pengamatan Pengujian unsur H dan O Pengujian unsur C

E. Permasalahan 1. Pada percobaan 1, perubahan apa yang tampak pada gula tersebut? Jawab: 2. Pada percobaan 1, terjadi perubahan warna pada kertas kobalt. Unsur apakah yang menyebabkan perubahan warna tersebut? Jawab: 3. Pada percobaan 2, larutan menjadi keruh. Mengapa hal tersebut terjadi? Jawab: F. Kesimpulan

Kekhasan atom karbon

93

Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2, L = 4, jadi mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat digambarkan dengan rumus Struktur sebagai berikut, contoh nya untuk CH4. diagram sederhana dari molekul metana H H \ / C / \ H H

empat ikatan kovalen dari molekul metana Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom karbon lain membentuk rantai karbon yang terbuka atau tertutup/berlingkar. Contoh-contoh rantai karbon dapat digambarkan dengan rumus struktur

:

H3C

C H2

C H2

rantai terbuka

H2C

CH2

H2C

CH2

CH3

H 3C

H C

CH3

CH3

rantai terbuka dan bercabang

rantai tertutup Kestabilan ikatan dalam rantai karbon disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Semua elektron valensi atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan atom lain. 2. Elektron valensi atom karbon cukup dekat dengan inti, sehingga rantai ikatannya tidak mudah putus. Hal ini dikarenakan gaya tarik inti dengan elektron kuat. Dari fakta di atas, maka atom karbon mampu membentuk rantai panjang dengan komposisi dan posisi yang beraneka ragam, sehingga di alam ini terdapat banyak sekali senyawa karbon. Ikatan dalam rantai atom karbon dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Ikatan jenuh atau tunggal : ikatan ini terbentuk pada 2 buah atom karbon yang memberikan 1 buah elektronnya untuk digunakan bersama-sama.

94

H 3C

Contoh:

C H2

C H2

CH3

2. Ikatan tidak jenuh (rangkap) : ikatan tidak jenuh terjadi bila antara atom karbon masing-masing memberikan lebih dari 1 buah elektronnya, untuk dipakai bersamaan. Ikatan tidak jenuh dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Ikatan rangkap dua, menggunakan 2 elektron untuk dipakai bersama-sama. Contoh: H2C

CH2

2. Ikatan rangkap tiga, menggunakan 3 elektron untuk dipakai bersama. Contoh: HC

CH

Berdasarkan bentuk ikatan rantainya, senyawa karbon dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Senyawa alifatik : senyawa karbon yang rantai C-nya terbuka, baik lurus ataupun bercabang. Contoh: H3C

H C

C H2

CH3

CH3

Senyawa alifatik ini, dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Alifatik jenuh : senyawa alifatik yang terbentuk dari ikatan tunggal. b. Alifatik tidak jenuh : senyawa alifatik yang terbentuk dari ikatan rangkap 2 atau 3. 2. Senyawa siklik : senyawa yang ikatan antaratom C-nya membentuk cincin atau tertutup. Senyawa siklik dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Senyawa heterosiklik : senyawa siklik yang mempunyai atom selain atom C dalam ikatannya. Contoh: N H2C CH2

CH CH2

b. Senyawa karbosiklik : senyawa yang hanya mengandung atom C dalam ikatannya.

95

Senyawa ini dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Senyawa aromatik, terdiri dari 6 atom karbon dalam ikatannya. Contoh:

atau

HC

CH

HC

CH CH

C H 2) Senyawa alisiklik, merupakan senyawa karbosiklik yang rantai C-nya tertutup. Contoh: H2 C

CH2

C H2 Senyawa Karboksida

Atom karbon, selain berikatan dengan sesama atom karbon membentuk rantai karbon, juga dapat berikatan dengan membentuk senyawa karbon dioksida atau karboksida. Reaksinya : C(s) + O2(g) CO2(g) (karbon dioksida) Selain unsur karbon berikatan langsung dengan oksigen membentuk karboksida, senyawa karboksida terbentuk melalui pembakaran senyawa karbon. Bila pembakarannya sempurna, dihasilkan gas karbon dioksida, namun bila pembakarannya tidak sempurna, terbentuk gas karbon monoksida. Misal reaksi pembakaran gula : C6H12O6(s) + 6O2(g)

6CO2(g) + 6H2O(l) (pembakaran sempurna) karbondioksida

C6H12O6(s) + 3O2(g)

6CO(g) + 6H2O(l) ( pembakaran tidak sempurna) karbon monoksida

Reaksi ini dikenal sebagai reaksi oksidasi. Berdasarkan posisinya, ikatan antaratom karbon dibedakan sebagai berikut:

96

1. Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang mengikat satu atom karbon lain. 2. Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain. 3. Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lain. 4. Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang mengikat empat atom karbon lain. Contoh: atom C kuartener

H3C

H C

CH3

C C C C CH3 H2 H2 H CH3 CH3 CH2

atom C primer

CH3

atom C tersier

atom C sekunder

III. LATIHAN SOAL 1. Jelaskan mengapa di alam ini dapat ditemui senyawa karbon dengan jumlah yang sangat banyak! 2. Pembakaran suatu sampel organik menghasilkan CO2 dan uap air. Berdasarkan informasi ini, unsur apa yang dipastikan terdapat dalam sampel tersebut? 3. Dari senyawa berikut, tentukan posisi dari atom C berdasarkan ikatannya! (6) CH3

(3) C2H5 (1)

H3C (2)C H

(4) CH2

(8) CH3

(7) (5) CH C

(9) CH3

CH3 (10)

IV. EVALUASI 1. Jelaskan hubungan kedudukan karbon dalam sistem periodik (periode dan golongan) dengan kemampuan karbon membentuk banyak senyawa. 2. Apakah kayu tergolong senyawa karbon? Bagaimana Anda membuktikannya? 3. Jelaskan cara mengetahui adanya unsur C, H dan O pada senyawa karbon! 4. Bagaimana proses terbentuknya senyawa karboksida? 5. Gambarlah suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung atom karbon primer, sekunder, tersier dan kuarterner!

97

I. INDIKATOR

1. Siswa dapat menyebutkan batasan tentang senyawa hidrokarbon. 2. Siswa dapat menyebutkan batasan tentang senyawa alkana. 3. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkana. 4. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkana dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. II. MATERI Klasifikasi hidrokarbon

Kita mulai dengan klasifikasi hidrokarbon yang merupakan senyawa yang hanya tersusun oleh karbon dan hidrogen. Sedangkan senyawa karbon lainnya dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon. Hidrokarbon masih dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: hidrokarbon alifatik, termasuk di dalamnya adalah yang berantai lurus, yang berantai cabang, dan rantai melingkar, dan kelompok kedua, hidrokarbon aromatik yang mengandung cincin atom karbon yang sangat stabil. Hidrokarbon alifatik masih dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelipatan ikatan karbon-karbon; hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbon-karbon; dan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap dua karbon-karbon atau ikatan rangkap tiga. Alkana Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut.

Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana

Suku ke

n

rumus molekul

nama

titik didih (°C/1 atm)

massa 1 mol dalam g

1

1 CH4

metana

-161

16

2

2 C2H6

etana

-89

30

3

3 C3H8

propana

-44

44

98

4

4 C4H10

butana

-0.5

58

5

5 C5H12

pentana

36

72

6

6 C6H14

heksana

68

86

7

7 C7H16

heptana

98

100

8

8 C8H18

oktana

125

114

9

9 C9H20

nonana

151

128

10

10 C10H22

dekana

174

142

Selisih antara suku satu dan suku berikutnya selalu sama, yaitu -CH2 atau 14 satuan massa atom, sehingga seperti suatu deret dan disebut deret homolog (deret sepancaran). Ternyata banyak senyawa-senyawa karbon yang merupakan deret seperti alkana seperti yang akan kita pelajari nanti. Bagaimana kita dapat memberi nama pada suku-suku alkana, untuk itu perhatikan nama setiap suku itu dan nama umum. Umpamanya, metana dan alkana apanya yang sama? Akhiran -ana, jadi alk- diganti dengan met- untuk suku pertama, suku kedua dengan et-, suku ketiga dengan prop-, suku keempat dengan but-, mulai suku kelima dan seterusnya diberi awalan angka-angka Latin; pent- untuk 5, heks- untuk 6, hept- untuk 7, okt- untuk 8, non- untuk 9, dan dek- untuk 10. Hasil penamaan sudah dapat anda lihat pada tabel di atas. Anda harus betul-betul menguasai nama-nama dari kesepuluh alkana yang sederhana ini karena akan merupakan dasar bagi penamaan senyawasenyawa karbon lainnya. Alkana-alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk mensintesis senyawa-senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam minyak bumi, dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi bertingkat. Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada temperatur kamar. Metana biasa disebut juga gas alam yang banyak digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga/industri. Gas propana, dapat dicairkan pada tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai bahan bakar yang disebut LPG (liquified petroleum gas). LPG dijual dalam tangki-tangki baja dan diedarkan ke rumah-rumah. Gas butana lebih mudah mencair daripada propana dan digunakan sebagai "geretan" rokok. Oktana mempunyai titik didih yang tempatnya berada dalam lingkungan bahan bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat dalam kerosin (minyak tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan parafin yang banyak digunakan untuk membuat lilin. Bagaimana sifat-sifat senyawa karbon yang termasuk dalam satu deret homolog? Perhatikan tabel di atas di mana terdapat salah satu sifat, yaitu titik didih. Titik didih semakin tinggi jika massa molekul relatifnya makin besar. Hal ini berarti wujudnya akan berubah pada suhu kamar dari gas ke cair kemudian padat. Kecenderungan sifat apa lagi yang dapat anda ramalkan? Dalam kimia karbon adalah panting bagi kita untuk dapat menuliskan rumus molekul dan rumus struktur. Rumus molekul menyatakan banyaknya atom setiap

99

unsur yang ada dalam suatu molekul. Sedangkan rumus struktur menggambarkan bagaimana atom-atom itu terikat satu sama lain. Karena atom karbon merupakan tulang punggung dari semua senyawa karbon, maka kita harus mampu menggambarkan rangka karbon dalam suatu molekul senyawa karbon. Setiap atom karbon dikelilingi secara tetrahedral oleh atom-atom terikat dalam gambaran tiga dimensi, tetapi biasanya molekul-molekul senyawa karbon cukup digambarkan dengan gambaran dua dimensi saja. H | H-C-H | H

rumus struktur metana (gambar 2 dimensi) Formula (rumus)

Nama

metana

Formula struktural H | H-C-H | H

CH4

etana

H | H-C| H

C2H6

propana

H | H-C| H

C3H8

butana

H | C-H | H H H | | C-C-H | | H H

H H | | H-C-C| | H H

C4H10

H H | | C-C-H | | H H

Sifat alkana sebenarnya berhubungan dengan rantai struktural molekulnya. Bila rantai karbon panjang atau bercabang, maka setelah anda buat rangka atom karbonnya tinggal membubuhkan atom-atom hidrogen pada ikatan atom karbon yang masih kosong. contoh : molekul butana |

|

|

|

100

-

C-C-C-C| | | |

sekarang anda tinggal membubuhkan atom-atom hidrogennya H H | | H-C-C| | H H

H H | | C-C-H | | H H

Kalau anda membuat molekul butana dengan molymod, terlihat bahwa rantai karbonnya tidak benar-benar lurus seperti rumus strukturnya, karena atom karbon tetrahedral mencegah gambaran rantai karbon lurus. Kebanyakan yang kita tuliskan adalah rumus struktur yang lebih sederhana lagi yaitu: CH3 - CH2 - CH2 - CH3 atau CH3CH2CH2CH3

Jadi asal terbaca rantai karbonnya, itulah yang akan kita gunakan selanjutnya asal selalu ingat bahwa sesungguhnya adalah gambaran ruang.

Tatanama Alkana

Sekarang bagaimana memberi nama isomer butana itu ? Untuk itu marilah kita gunakan aturan tata nama yang diterbitkan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). 1. Rantai karbon berurutan yang terpanjang dalam suatu molekul ditentukan sebagai rantai induk. Carilah namanya pada tabel suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dan letakkan di bagian belakang Kadangkadang rumus struktur itu tidak digambarkan dengan rantai karbon terpanjang dalam garis lurus. 2. Isomer bercabang diberi nama sebagai turunan rantai lurus di mana satu atau beberapa atom hidrogen diganti dengan pecahan alkana. Pecahan alkana ini disebut gugus alkil, biasa diberi tanda -R (dari kata radikal), dan mempunyai rumus umum -CnH2n+1 3. Dengan mengganti n dengan angka-angka diperoleh suku-sukunya seperti terlihat pada tabel berikut Beberapa gugus alkil n 1

-CnH2n+1 -CH3

Rumus struktur terinci H |

Rumus struktur sederhana -CH3

Nama metil

101

-C-H | H

2

3

4

-C2H5

H | -C| H

H | C-H | H

-CH2-CH3

-C3H7

H | -C| H

H H | | C - C- H | | H H

-CH2-CH2-CH3

-C4H9

H | -C| H

H H H | | | C-C-C-H | | | H H H

-CH2-CH2-CH2-CH3

etil

propil

butil

Tentunya anda dapat meneruskan untuk alkil-alkil lain, tetapi sebagai gugus cabang tentunya jarang yang berantai panjang. Letakkan nama gugus cabang ini di depan nama rantai induk 3. Untuk menentukan cabang pada rantai induk, rantai induk itu diberi diberi nomor dari kiri atau dari kanan sehingga cabang pertama mempunyai nomor terkecil. contoh : H | H - C5 | H

H H H H | | | | C4 - C3 - C2 - C1 - H | | | | H H H-C-H H | H

a.

Menurut aturan nomor satu, rantai C terpanjang 5, jadi menurut tabel ini, namanya pentana dan kita letakkan di bagian belakang.

b.

Cabangnya adalah metil

c.

Letakkan cabang itu pada atom C nomor dua dari kanan (karena kalau dari kiri menjadi nomor 4).

102

4. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu cabang. Jika cabang-cabang itu sama, namanya tidak perlu disebut dua kali. Cukup diberi awalan di- , kalau 3 cabang sama awalannya tri- , tetra untuk 4 cabang yang sama dan seterusnya. Ingat setiap cabang diberi satu nomor, tidak peduli cabangnya sama atau beda. contoh : H H H H | | | | H- 1C - 2C - 3C - 4C - H | | | | H H-C-H H-C-H H | | H H

2,3-dimetilbutana

a. Rantai terpanjangnya 4, jadi dinamakan butana b. Cabangnya adalah metil dan ada dua c. Letak cabangnya pada atom C nomor 2 dan nomor 3. Jika cabang-cabang itu berbeda, maka urutan menyebutnya adalah menurut urutan abjad huruf pertamanya, cabang etil disebut dulu dari cabang metil. III. LATIHAN SOAL

1. Bagaimana rumus alkana dari atom C sebanyak 5? 2. Berilah nama senyawa-senyawa berikut! a.

H3C

C H

CH3

b.

H3C

H C

CH3 CH CH3

CH3CH3

CH3

IV. EVALUASI

1. Tuliskan nama IUPAC dari senyawa-senyawa alkana di bawah ini! a.

H C C H2 H3C HC

H3 C

C CH3 H2 CH3

103

b.

H3C C

H C

H2

CH3 C H

CH2

H C C CH3 H2 CH3

CH3 CH3 c.

H3C

C H2

C CH3

C H2

H C

C H

CH3

C2 H5 CH3

2. Tuliskan rumus struktur dari senyawa yang mempunyai nama-nama berikut! a. 2,2,3-trimetil heksana b. 3-etil-4-metil heksana c. 3-etil-2,2,4-trimetil pentana 3. Benar atau salahkah penamaan berikut? Kalau salah nyatakan kesalahannya, kemudian tulis namanya yang benar. a. 4-metilpentana b. 2-etilpropana c. 2-metil-3-etilpentana

I. INDIKATOR 1. Siswa dapat menyebutkan batasan tentang isomer. 2. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkana. 3. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkana. 4. Siswa dapat menuliskan reaksi sederhana pada senyawa alkana.

II. MATERI Isomer Alkana

Bagaimana kita dapat memperoleh molekul alkana yang lebih panjang dari molekul yang lebih pendek ? Gantilah salah satu atom H dari metana dengan gugus -CH3 maka akan kita peroleh molekul etana. Demikian juga jika kita mengganti salah satu atom H dari etana dengan gugus -CH3 akan kita peroleh propana yang rantai karbonnya lebih panjang satu lagi.

104

CH3-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH3 CH3-CH2-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH2-CH3

Anda boleh memilih salah satu atom H yang mana saja untuk diganti dengan gugus -CH3 dan anda akan memperoleh hasil penggantian yang sama. Kita mengatakan bahwa setiap atom H terikat secara ekuivalen dengan atom karbon. Tetapi bila sekarang anda akan mengganti salah satu atom H dari propana dengan gugus -CH3 anda akan memperoleh lebih dari satu macam hasil, perhatikanlah: CH3-CH2-CH2-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH2-CH2-CH3 n-butana H CH3 | | CH3-CH-CH3 diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH-CH3 isobutana Jelas terlihat bahwa kedua hasil penggantian di atas berbeda, kita mengatakan atom H tidak lagi terikat secara ekuivalen. Atom C yang terikat dengan satu atom C dan 3 atom H disebut atom C primer, sedang atom C yang terikat dengan dua atom C den dua atom H disebut atom C sekunder. Kedua hasil penggantian itu mempunyai rumus struktur yang berbeda tetapi rumus molekulnya sama, peristiwa ini disebut isomer. Jadi dapatkah Anda mendefinisikan apa itu isomeri ? Kedua hasil penggantian itu adalah senyawa yang berbeda terbukti mempunyai sifat-sifat berbeda, titik beku dan titik didih dari yang berantai lurus adalah 138,3°C dan -0,5°C sedang yang rantainya bercabang adalah -159°C dan -12°C. Sekarang semakin jelas tentunya mengapa jumlah senyawa karbon itu demikian banyaknya. Isomer adalah senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus strukturnya berbeda. Isomer alkana dimulai pada senyawa dengan jumlah atom C sebanyak 4. Contoh: Isomer pada C4H10 dan C5H12

105

a.

H3C

CH2

CH3

C CH3 H2

H C

n-butana

2-metil propana atau isobutana

CH3

CH3

b.

H3C

CH2

H3C

CH2

C H2

C H2

H C

CH3

CH3

n-pentana

2-metil butana

CH3 CH3

CH3

C

CH3

2,2-dimetil propana

CH3

Semakin banyak atom C pada alkana semakin banyak pula isomernya. Perbedaan struktur akibat peristiwa isomerisasi pada senyawa hidrokarbon mengakibatkan sifat fisisnya berbeda. Sebagi contoh, adalah senyawa heksana (C6H14). Dalam senyawa heksana, terdapat 5 buah isomer. Isomer-isomer ini menyebabkan titik didih dan titik leburnya berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5.

Nama n-heksana 3-metil pentana 2-metil pentana 2,3-dimetil butana 2,2-dimetil butana

Isomer heksana Titik didih (˚C) 69 63 60 58 50

Titik lebur (˚C) -95 -18 -54 -129 -98

Sifat Fisis alkana

1. Merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air. 2. Pada suhu kamar, alkana dengan atom C1-C4 berfase gas, C5-C17 berfase cair, dan > C18 berfase padat. 3. Semakin banyak atom C, titik didih makin tinggi. Untuk alkana yang berisomer, dengan atom C sama banyak, titik didih makin tinggi bila rantai C makin panjang (semakin sedikit cabang), viskositas (kekentalan) semakin tinggi.

106

Reaksi pada alkana

1. Dapat mengalami reaksi substitusi/pergantian atom bila direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, I2). Contoh: H H

C C H H

H

H +

Br

Br

H

C C Br H

H

H +

HBr

H

2. Dapat mengalami reaksi oksidasi dengan gas O2, menghasilkan energi. Reaksi ini dinamakan juga reaksi pembakaran. Jika pembakaran sempurna akan terbentuk gas CO2, bila pembakaran tidak sempurna mengahsilkan gas CO. Rekasi yang terjadi: CH4(g) + 2O2(g) CH4(g) +

CO2(g) + 2H2O(g) + energi

1 O2(g) 2

CO(g) + 2H2O(g) + energi

3. Mengalami reaksi eliminasi, yaitu penghilangan beberapa atom untuk membentuk zat baru. Bila alkana dipanaskan dengan bantuan katalis logam Pt atau Ni, akan terbentuk senyawa dengan ikatan rangkap/alkena. Pada reaksi ini dibebaskan gas H2 (reaksi dehidrogenasi). Contoh reaksi: H3C

C CH3 H2 propana

Pt

H3C

C H

CH2 +

H2

propena

III. LATIHAN SOAL 1. Tulislah isomer dari heksana! 2. Tuliskan reaksi pembakaran pada C3H8 dan C5H12 !

IV. EVALUASI

1. Dalam beberapa senyawa alkana, bagaimana hubungan antara jumlah karbon dengan titik didih dan massa molekul relatifnya? Berikan contohnya! 2. Tuliskan semua isomer dari heptana dan berikan nama-nama isomer tersebut! 3. Tuliskan reaksi yang terjadi antar senyawa berikut!

107

C2H6 + Cl2

.....

I. INDIKATOR 1. Siswa dapat menyebutkan batasan tentang senyawa alkena. 2. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkena. 3. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkena dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. 4. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkena. 5. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkena. 6. Siswa dapat menjelaskan reaksi yang terjadi pada senyawa alkena.

II. MATERI Alkena

Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap dua antara dua atom C yang berurutan. Jadi rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih sedikit dari alkana karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+2-2H = CnH2n. Kekurangan jumlah atom H pada alkena dibandingkan dengan jumlah atom H pada alkana dapat dijelaskan sebagai berikut. Perhatikan untuk n = 2, pada alkana adalah C2H6 sedang pada alkena adalah C2H4, bagaimana dapat digambarkan rumus strukturnya? Perhatikan contoh berikut! H H | | H-C-C-H | | H H

berubah menjadi

H H | | H-C=C-H

Kedua atom H di bawah harus dibebaskan supaya elektron-elektron atom C yang tadinya dipakai untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom H dapat dialihkan untuk membentuk ikatan kovalen dengan sesama atom karbon. Alkena mengandung satu ikatan rangkap dua antara dua atom C, maka suku pertama alkena harus mengandung dua atom C. Jadi n = 2, dan beberapa suku lain dapat Anda lihat pada tabel berikut ini. Lima suku pertama alkena

108

Suku ke

n

1 2 3 4 5

2 3 4 5 6

rumus struktur

nama

CH2 = CH2 CH2 = CH - CH3 CH2 = CH - CH2 - CH3 CH2 = CH - CH2 - CH2 - CH3 CH2 = CH - CH2 - CH2 -CH2 - CH3

etena propena 1-butena 1-pentena 1-heksena

Nama alkena berbeda dengan alkana hanya pada bagian belakang, jadi bagian yang menunjuk pada jumlah tidak berubah. Bagaimana memberi nama alkena yang bercabang? Secara garis, besar tidak berbeda dengan cara memberi nama alkana yang bercabang, tetapi pada penentuan rantai induk yang terpanjang harus rantai yang mengandung ikatan rangkap. Jadi ikatan rangkapnya diutamakan dengan nomor terkecil. Sebagai contoh lihatlah rumus struktur berikut ini. H H H H | | | | 1 2 3 C = C - C - C4 - H | | | H CH3 H

3-metil-1-butena (bukan 2-metil-3-butena)

Bila suku alkena mempunyai 2 ikatan rangkap atau lebih, maka namanya diberi awalan sesuai jumlahnya (2 = di, 3 = tri dan seterusnya) Pada alkana tidak ada bagian dari rumus strukturnya yang mempunyai ciri khas, sebaliknya pada alkena ada bagian dari rumus strukturnya yang mengandung satu ikatan rangkap dua. Bagian ini (-C=C-) disebut gugus fungsional. Suku alkena yang banya dikenal adalah etena (etilena) dan propena (propilena) yang merupakan bahan dasar untuk membuat plastik polietena (politena) dan polipropilen. Keisomeran pada alkena, terbentuk oleh beberapa sebab, sebagai berikut: 1. Letak ikatan rangkap, contoh pada butena

H2C

C H

CH2

CH3

H3C

C H

C H

CH3

2-butena

1-butena

2. Ada tidaknya cabang, contoh:

H2C

C H

C H2

CH3

1-butena

3. Letak cabang ,Contoh

H2C

C CH3

CH3

2-metil-1-propena

109

CH2

CH

CH

H 2C

CH3

CH3

C

C CH3 H2

CH3 2-metil-1-butena

3-metil-1-butena

4. Perbedaan susunan ruang, terjadi hanya bila alkena mengikat 2 gugus atom yang berbeda (isomer geometrik), Contoh: H

H

C

Br

C

C Br

Br

H C

H

Br trans-1,2-dibromoetena

cis-1,2-dibromoetena

Sifat Fisis Alkena

Sifat fisis alkena sama seperti pada alkana. Besarnya titik didih dan titik lebur pada beberapa senyawa alkena diberikan pada tabel berikut: Jumlah atom C 2 3 4 5 6

Rumus molekul C2H4 C3H6 C4H8 C5H10 C6H12

Titik didih (˚C)

Titik lebur (˚C)

Mr

-103,6 -47,3 -6,2 1 38

-168,9 -185,1 -87,2 -106 -160

28 42 56 70 84

Sifat kimia alkena

1. Untuk jumlah atom C yang sama, suku-suku alkena lebih reaktif dibanding suku-suku alkana. 2. Dapat mengalami reaksi adisi (perubahan ikatan rangkap menjadi tunggal) bila menangkap atom lain.

Reaksi adisi ini terdiri dari beberapa macam, yaitu: a. Adisi alkena dengan hidrogen, Contoh: CH2 CH2

+

CH3

H2

CH3

b. Adisi alkena dengan halogen, Contoh: CH3

C C H2 H

C H

CH3

+

Br2

H 3C

CH2

CH

CH

CH3 CH3

CH3

110

c. Adisi alkena dengan air, Contoh:

H3C

C H

H2O

CH2 +

H C

H3C

CH3

OH

d. Adisi alkena dengan asam halida. Di sini berlaku aturan Markovnikov yaitu atom H dari asam akan menempel pada atom C yang berikatan rangkap yang memiliki H lebih banyak, Contoh: Cl

H3C C C CH2

+

HCl

H2 H

H3C C C CH3 H2 H

3. Dapat mengalami polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul sejenis menjadi molekul raksasa karena berantai karbon sangat panjang. Molekulmolekul yang bergabung disebut monomer, sedangkan gabungan monomermonomer disebut polimer. Contoh polimer PVC (polivinilklorida) terbentuk dari monomer kloroetana. Reaksi yang terjadi:

H2C

C H

Cl +

CH2 C H

Cl

....H

2C

H C Cl

C CH..... H2 Cl

n

Contoh-contoh polimer alkena yang lain seperti tabel berikut: Polimer Polietena

Monomer Etena/etilena

Polipropena

Propena/propilena

Polivinilklorida (PVC)

Kloroetena/vinilklorida

CH2 H2C

C H

CH3

H2C

C H

Cl

CF2 Polietrafluoro etena/teflon

Rumus CH2

CF2

tetrafluoroetena

III. LATIHAN SOAL

1. Bagaimanakah rumus molekul alkena dengan jumlah atom C = 9 dan C = 11? 2. Manakah dari yang berikut ini tergolong homolog alkena?

111

a. C4H8 b. C3H4

c. C5H12 d. C6H12

3. Suatu senyawa propena dapat mengalami reaksi adisi dengan senyawa halogen. Tuliskan reaksi yang terjadi! IV. EVALUASI

1. Perhatikan struktur senyawa berikut: a.

H2C

H C

C H

CH

CH3

C2H5CH3

CH3 b.

H3C

C

C H

C

CH2

CH3 c.

CH2

CH

C

CH2

CH3

Dari struktur senyawa di atas, tulislah: a. nama IUPAC b. rumus molekul dari struktur senyawa di atas 2. Tulislah a. Rumus molekul b. Rumus bangun (struktur) dari alkena berikut: i. 2-metil-2-pentena ii. 2,3-dimetil-2-butena iii. 2-etil-2-butena iv. 3-etil-2,3-dimetil-1-heksena 3. Benar atau salahkah penamaan alkena berikut? Jika salah, berilah nama yamg benar. a. 3-pentena b. 2-metil-3-pentena c. 4-metil-2-butena 4. Jelaskan hal-hal yang mendasari terjadinya isomerisasi cis-trans pada senyawa alkena! 5. Sebutkan sumber utama alkena dalam industri!

112

I. INDIKATOR

1. Siswa dapat menyebutkan batasan tentang senyawa alkuna. 2. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkuna. 3. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkuna dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. 4. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkuna. 5. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkuna. 6. Siswa dapat menjelaskan reaksi yang terjadi pada senyawa alkuna. II. MATERI Alkuna

Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dalam tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap 3 diantara dua atom C yang berurutan. Untuk membentuk ikatan rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6 elektron, sehingga tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa untuk mengikat atom H. Jumlah atom H, yang dapat diikat berkurang dua, maka rumus umumnya menjadi CnH2n+2 - 4H = CnH2n-2 Seperti halnya alkena, alkuna juga mempunyai suku pertama dengan harga n = 2, sehingga rumus molekulnya C2H2, sedang rumus strukturnya H - C ≡C - H. Senyawa alkuna tersebut mempunyai nama etuna atau dengan nama lazim asetilena. Asetilena merupakan suatu gas yang dihasilkan dari reaksi karbon dengan air dan banyak digunakan oleh tukang las untuk menyambung besi. CaC2 (s) + 2 H20 (l) → C2H2 (g) + Ca(OH)2 (aq) karbida asetilena

Tata nama alkuna sama dengan alkana atau alkena, bagian pertama menunjuk pada jumlah sedang bagian kedua adalah akhiran -una, tetapi suku pertamanya juga mempunyai n = 2 seperti alkena. Etuna merupakan suku alkuna satu-satunya yang dapat dibuat. Suku-suku alkuna lain sering diberi nama atau dianggap sebagai turunan etuna. Jadi propuna disebut metil asetilena. Seperti pada alkana, suku-suku rendah pada alkena dan alkuna pun hanya mempunyai satu rumus struktur, tetapi pada suku ketiga (jangan lupa harga n-nya 4) dapat kita tuliskan lebih dari satu rumus struktur yaitu , pada alkena

113

1-butena

CH2=CH-CH2-CH3

2-butena

CH3-CH=CH-CH3

2-metil-1-propena

CH2=C-CH3 | CH3

pada alkuna CH3≡C-CH2-CH3

1-butuna

CH3-C≡C-CH3

2-butuna

Jadi peristiwa isomeri terjadi pula pada alkena dan alkuna, bahkan penyebabnya dua. Kalau pada alkana hanya pada rantainya berbeda (disebut isomeri rantai), pada alkena dan alkuna dapat pula disebabkan ikatan rangkapnya berpindah tempat (disebut isomeri posisi) karena itu letak ikatan rangkap pada suku-suku alkena dan alkuna yang lebih tinggi selalu diberi nomor seperti terlihat di atas. Isomer alkuna

Isomer pada suku alkuna terjadi karena perbedaan letak ikatan rangkap 3 dan adanya cabang pada rantai utama. Contoh: isomer pada pentuna (C5H8) HC

C

C H2

C H2

CH3

H3C

C

C

C H2

CH3

HC

C

CH

1-pentuna

CH3

2-pentuna

3-metil-1-butuna

CH3

Sifat fisis alkuna

1. Semakin banyak Mr alkuna, titik didihnya makin tinggi 2. Semakin banyak atom C pada rantai karbon alkuna, titik didih dan titik leburnya makin besar. Perhatikan tabel berikut: Nama molekul Etuna Propuna

Rumus molekul C2H2 C3H4

Titik didih (˚C) -83,8 -23,1

Titik lebur (˚C) -80,7 -101.4

114

Butuna

C4H6

8,2

-125,6

3. Pada suhu kamar, alkuna dengan atom C2-C4 berfase gas, C5-C10 berfase cair. Sifat kimia alkuna

1. Karena jumlah atom H pada senyawanya sedikit, maka alkuna lebih reaktif daripada suku alkana dan alkena, pada jumlah atom C yang sama. 2. Dapat mengalami reaksi adisi dengan hidrogen membentuk alkena kemudian alkana, Contoh: H3C

C

C

CH3 +

H2

Pt H C 3

2-butuna

C H

C H

2-butena

CH3 +

H2

H3C

C C CH3 H2 H2

n-butana

Beberapa hidrokarbon lain

Seperti dikatakan dalam klasifikasi hidrokarbon, masih banyak hidrokarbon lainnya, tetapi rumus umumnya kadang-kadang sama dengan rumus umum yang ada antara lain rumus umum alkena. Rumus umum alkena juga menunjukkan hidrokarbon siklis yang jenuh yang dikenal sebagai siklana (siklo-alkana) dan siklo-propana sebagai suku pertamanya mempunyai harga n = 3. Alkandiena dan siklo-alkena mempunyai rumus umum yang sama dengan alkuna. Rumus molekul C5H8 dapat merupakan pentuna, isoprena (monomer dari karet alam atau siklopentana). H3C - CH2 - CH2 - C ≡ CH

pentuna

H2C = C - CH = CH2 | CH3

isoprena

Adalagi hidrokarbon berlingkar yang mengandung cincin segi enam, dikenal sebagai hidrokarbon aromatik karena umumnya hidrokarbon ini harum baunya walaupun banyak juga yang beracun. Struktur utama senyawa aromatik yang menjadi dasar sifat-sifat kimianya adalah cincin benzena. Cincin benzena biasa digambarkan sebagai segi-enam beraturan dengan tiap sudut ditempati oleh atom C yang mengikat satu atom H dan ikatan rangkap yang berselang-seling antara dua atom C yang berurutan (lihat gambar di bawah ini). Gambaran ini sempat menguasai senyawa aromatik untuk beberapa puluh tahun sebelum akhirnya diubah karena sifat-sifat utama ikatan rangkap tidak tampak pada gambaran struktur benzena sebelumnya. Hidrokarbon aromatik banyak pula terdapat dalam minyak bumi. rumus struktur benzena

115

H | H C H \ // \ / C C | || C C / \\ / \ H C H | H

III. LATIHAN SOAL

1. Tuliskan isomer dari senyawa heksuna! 2. Senyawa alkuna termasuk dalam kelompok senyawa tak jenuh. Mengapa demikian? IV. EVALUASI

1. Tuliskan nama senyawa-senyawa yang mempunyai rumus struktur berikut! CH3 a.

H3C

C

H C

CH3 C

C

CH c.

CH3 CH3

CH3 b.

H3C

C

C

C CH3

H3C

CH2

C2H5 C C H2 H

CH3

2. Tuliskan struktur dari senyawa-senyawa berikut! a. 3-metil-2-pentuna b. 3,4-dimetil-1-pentuna c. 3-metil-1-butuna 3. Tuliskan reaksi adisi yang terjadi pada senyawa berikut! a. C4H6 b. C6H10 c. C8H14

C

116

I. INDIKATOR

Siswa dapat menjelaskan kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. II. MATERI

Kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. Kegunaan alkana

1. Alkana umumnya digunakan sebagai bahan bakar, misalnya LPG, kerosin, bensin dan solar. 2. Pelarut. Berbagai jenis hidrokarbon, seperti petroleum eter dan nafta, digunakan sebagai pelarut dalam industri atau pencucian kering (dry cleaning). 3. Sumber hidrogen. Gas alam dan gas petroleum merupakan sumber hidrogen dalam industri, misalnya industri amonia dan pupuk. 4. Pelumas. Pelumas adalah alkana suku tinggi (jumlah atom karbon tiap molekulnya cukup besar, misalnya C18H38). 5. Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam merupakan bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam cuka, dll. 6. Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik, detergen, karet sintesis, minyak rambut dan obat gosok, dibuat dari minyak bumi atau gas alam. Industri yang mengolah minyak bumi dan gas alam ini disebut industri petrokimia (petroleum = minyak bumi). Kegunaan alkena

Alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan atau dengan bantuan katalisator, proses yang disebut juga perengkahan atau (cracking). Alkena, khususnya sukusuku rendah adalah bahan baku industri yang sangat penting, misalnya untuk membuat plastik, karet sintetik dan alkohol. Kegunaan alkena yang utama adalah untuk membuat bahan sintetis, seperti plastik. Alkena alami yang sering dimanfaatkan adalah karet dan getah perca. Kedua senyawa ini merupakan polimer, yang berasal dari monomer isoprena atau 2-metil-1,3-butadiena. Kegunaan alkuna

117

Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna, yang disebut juga asetilena, C2H2. Dalam industri, asetilena dibuat dari metana melalui pembakaran tak sempurna. 4CH4(g) + 3O2(g)

2C2H2(g) + 6H2O(g)

Dalam jumlah kecil asetilena juga dapat dibuat dari reaksi batu karbid (kalsium karbida) dengan air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CaC2(g) + 2H2O(l)

Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)

Gas yang dihasilkan dari reaksi batu karbid berbau tidak sedap. Sesungguhnya gas asetilena murni tidaklah berbau busuk bahkan sedikit harum. Bau busuk disebabkan adanya gas fosfin, PH3, yang selalu dihasilkan sebagai campuran. Di samping baunya yang busuk, gas fosfin juga bersifat racun. Gas asetilena digunakan untuk mengelas besi dan baja.

Kegiatan Diskusi Senyawa Alkana

Senyawa alkana merupakan salah satu senyawa karbon yang mempunyai ikatan tunggal. Di alam ini banyak sekali senyawa-senyawa alkana yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara alami maupun sengaja dibuat. Salah satu bentuk senyawa alkana dalam kehidupan sehari-hari adalah LPG (Liquified Petroleum Gas) yang merupakan campuran beberapa gas yang dicairkan dengan tekanan tinggi hingga mencair agar memudahkan dalam pengangkutan. Komposisi LPG adalah propana, n-butana, dan isobutana. Hasil pembakarannya tidak membentuk jelaga dan panasnya cukup tinggi sehingga pemasakan makanan dapat dilakukan dengan cepat. Permasalahan: 1. Senyawa alkana dengan jumlah atom C tertentu ada yang berwujud cair, gas dan padat. Sebutkan senyawa alkana yang termasuk fase gas dan cair! 2. Alkana tergolong dalam zat yang sukar bereaksi sehingga disebut juga parafin yang berarti afinitas kecil. Reaksi terpenting alkana adalah pembakaran, substitusi, dan cracking. Berikan contoh reaksi yang terjadi pada senyawa alkana! 3. LPG terdiri dari 3 komponen utama. Jelaskan sifat-sifat fisis dan kimia masing-masing komponen tersebut!

Lampiran 61 118

Oleh Ferina Agustini

Lampiran 1

KIMIA KELAS X / SEMESTER 2 SEKOLAH MENENGAH ATAS

119

120

Lampiran 2

121

Lampiran 3

122

Lampiran 4

123

Lampiran 5

124

Lampiran 6

125

Lampiran 7

126

Lampiran 8

127

Lampiran 9

128

Lampiran 10

129

Lampiran 11

130

131

132 Lampiran 12

133

134

135

136

137

138

Lampiran 13

139

Lampiran 14

140

141

Lampiran 15

142

Lampiran 16

143

Lampiran 17

144

145

146

147

Lampiran 18

148

Lampiran 19

149

Lampiran 20

150

151

Lampiran 21

152

Lampiran 22

153

Lampiran 23

154

155

156

157

158

159

160

Lampiran 24

161

162

163

164

165

166

Lampiran 25

167

Lampiran 26

168

Lampiran 27

169

170

Lampiran 28

171

Lampiran 29

172

Lampiran 30

173

Lampiran 31

174

Lampiran 32

175

Lampiran 33

176

Lampiran 34

177

Lampiran 35

178

Lampiran 36

179

Lampiran 37

180

Lampiran 38

181

182 Lampiran 39

183

Lampiran 40

184

Lampiran 41

185

Lampiran 42

186

Lampiran 43

187

Lampiran 44

188

Lampiran 45

189

Lampiran 46

190

Lampiran 47

191

Lampiran 59

INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK SISWA

No. Aspek penilaian 1. Keterampilan menggunakan alat 2. Keterampilan melakukan pengamatan 3. Keterampilan bekerjasama 4. Ketepatan prosedur praktikum 5. Kebersihan alat dan ruangan 6. Hasil praktikum Lampiran 48 7. Pembuatan laporan

1

2

3

4

5

Skor

KISI-KISI SOAL TES UJI COBA MATERI POKOK HIDROKARBON

No.

Indikator

1.

Siswa dapat menjelaskan keberadaan atom karbon dan hidrogen dalam senyawa karbon. Siswa dapat menyebutkan bentuk rantai karbon. Siswa dapat menjelaskan atom karbon dalam membentuk karboksida. Siswa dapat membedakan kedudukan atom karbon berdasarkan posisinya. Siswa dapat menyebutkan penggolongan hidrokarbon. Siswa dapat menyebutkan

2. 3. 4. 5. 6.

C1 1,5,6,7

10

Jenjang C2 C3 2,3

3

8,9

1

11

16 19

C4 4

Jumlah item 7

17,18

12,13 ,14

3

15

2 3

192

7.

8. 9. 10. 11.

12. 13.

14. 15.

16. 17. 18.

rumus umum dan deret homolog senyawa alkana. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkana dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkana. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkana. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkena. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkena dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkena. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkena. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkuna. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkuna dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkuna. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkuna. Siswa dapat menjelaskan kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika.

21

20

2

22

23,24

3

25

26,27, 28 31

4

32,33, 34,35

4

29,30

3

2

36

37

38

39,42

40,43

44

45

2

46

1

41

47 48 50

6

1 49

2 1

193

Jumlah soal Prosentase jumlah soal

16 32%

22 44%

8 16%

4 8%

50 100%

RENCANA PEMBELAJARAN 01

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Kekhasan Atom Karbon : 2 x 45 menit

V. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. VI. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon. VII.

INDIKATOR

1. Siswa dapat menjelaskan keberadaan atom karbon dan hidrogen dalam senyawa karbon. 2. Siswa dapat menyebutkan bentuk rantai karbon. 3. Siswa dapat menjelaskan atom karbon dalam membentuk karboksida. 4. Siswa dapat membedakan kedudukan atom karbon berdasarkan posisinya. VIII.

MATERI PEMBELAJARAN

1. Senyawa karbon. 2. Perbedaan antara senyawa organik dan anorganik. 3. Kekhasan atom karbon. 4. Bentuk rantai karbon berdasarkan ikatannya. 5. Bentuk rantai karbon berdasarkan bentuk ikatannya. 6. Senyawa karboksida. 7. Kedudukan atom karbon berdasarkan posisinya. IX. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi, diskusi informasi, ceramah, tanya jawab, penugasan

194

X. STRATEGI PEMBELAJARAN No.

Kegiatan

Waktu (menit) 5

I.

PENDAHULUAN Apersepsi : memberi contoh kongkrit senyawa hidrokarbon yang ada di sekitar peserta didik (dalam kehidupan seharihari), misalnya: kertas, kayu dan gula pasir

II.

KEGIATAN POKOK a. Membuktikan bersama dengan siswa keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon. b. Guru meminta siswa menyebutkan contoh senyawa organik dan an organik yang dapat mereka temui seharihari c. Guru menjelaskan perbedaan sifat senyawa organik dan anorganik. d. Guru menjelaskan kekhasan atom karbon e. Guru menjelaskan pembentukan rantai pada atom karbon f. Guru menjelaskan atom karbon dalam membentuk karboksida. g. Guru menjelaskan kedudukan atom karbon berdasarkan posisinya. h. Guru memberikan masukan kepada siswa tentang pemanfaatan karbon dalam kehidupan sehari-hari (dimanfaatkan sebagai bahan pembuat semir sepatu) i. Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan semir sepatu (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir)

70

III.

PENUTUP a. Latihan soal b. Pertanyaan sebagai evaluasi awal c. PR d. Tugas mempelajari materi berikutnya

15

XI. SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis, OHP

195

XII.

EVALUASI Terlampir

XIII.

SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

196

RENCANA PEMBELAJARAN 02

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Hidrokarbon Alkana : 1 x 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. II. KOMPETENSI DASAR Menggolongkan

senyawa

hidrokarbon

berdasarkan

strukturnya

hubungannya dengan sifat-sifat senyawa. III. INDIKATOR 1. Siswa dapat menyebutkan penggolongan hidrokarbon. 2. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkana. 3. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkana dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. IV. MATERI PEMBELAJARAN 1. Senyawa alkana. 2. Rumus umum dan deret homolog senyawa alkana. 3. Tata nama senyawa alkana sesuai dengan aturan IUPAC. V. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, ceramah, tanya jawab, penugasan.

dan

197

VI. STRATEGI PEMBELAJARAN No. I.

II.

III.

Kegiatan PENDAHULUAN c. Mengingat kembali mengenai senyawa hidrokarbon. d. Menanyakan kepada siswa materi apa yang sebelumnya telah dipelajari oleh siswa. KEGIATAN POKOK b. Guru melanjutkan materi pelajaran yang lalu. c. Guru menjelaskan rumus umum dan deret homolog senyawa alkana. d. Guru menjelaskan penamaan senyawa alkana sesuai dengan aturan IUPAC. e. Guru menjelaskan nama senyawa alkana dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. f. Guru memberi masukan kepada siswa tentang cara berwirausaha dari sumber-sumber alkana yang ada dalam kehidupan sehari-hari (misalnya paraffin untuk membuat lilin hias dan balsem gosok) g. Guru menginformasikan kepada siswa tentang cara pembuatan lilin hias dan balsem gosok (alat, bahan dan cara pembuatan terlampir) PENUTUP a. Latihan soal b. Pertanyaan sebagai evaluasi awal c. PR d. Tugas mempelajari materi berikutnya

Waktu (menit) 5

30

10

VII. SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis, OHP VIII. EVALUASI Terlampir IX. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo.

198

c. Bahan ajar

RENCANA PEMBELAJARAN 03

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Hidrokarbon Alkana : 2 x 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. II. KOMPETENSI DASAR Menggolongkan

senyawa

hidrokarbon

berdasarkan

strukturnya

hubungannya dengan sifat-sifat senyawa. III. INDIKATOR 1. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkana. 2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkana. IV. MATERI PEMBELAJARAN 1. Isomer senyawa alkana. 2. Sifat-sifat (fisis dan kimia) senyawa alkana. 3. Reaksi hidrokarbon pada alkana a. Reaksi oksidasi b. Reaksi adisi c. Reaksi substitusi d. Reaksi eliminasi V. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, ceramah, tanya jawab, penugasan.

dan

199

VI. STRATEGI PEMBELAJARAN No. I.

II.

III.

Kegiatan PENDAHULUAN a. Mengingat kembali mengenai penamaan senyawa alkana. b. Guru memotivasi siswa untuk lebih mengenal senyawa alkana. KEGIATAN POKOK a. Guru meminta salah satu siswa untuk menjelaskan pengertian isomer. b. Guru menjelaskan isomer-isomer pada senyawa alkana. c. Guru menjelaskan sifat-sifat (fisis dan kimia) senyawa alkana. d. Guru menjelaskan reaksi yang terjadi pada senyawa alkana. e. Guru membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa mengenai materi senyawa alkana. f. Guru membagi kelompok kerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. PENUTUP a. Latihan soal b. Pertanyaan sebagai evaluasi awal c. PR d. Tugas mempelajari materi berikutnya

Waktu (menit) 5

70

15

VII. SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis, OHP VIII. EVALUASI Terlampir IX. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

200

RENCANA PEMBELAJARAN 04

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Senyawa Hidrokarbon : 2 x 45 menit

I. METODE PEMBELAJARAN Praktikum II. STRATEGI PEMBELAJARAN No.

Kegiatan

I.

PENDAHULUAN Guru meminta siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. KEGIATAN POKOK a. Siswa melakukan percobaan membuat produk (lilin hias, semir sepatu dan balsem) yang memanfaatkan senyawa alkana, yaitu parafin. b. Guru mengobservasi kegiatan siswa. c. Guru meminta siswa membuat laporan praktikum PENUTUP Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa.

II.

III.

Waktu (menit) 5 75

10

III. SARANA PEMBELAJARAN Alat dan bahan kimia IV. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

201

RENCANA PEMBELAJARAN 05

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Senyawa Hidrokarbon : 1 x 45 menit

I. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, tanya jawab. II. STRATEGI PEMBELAJARAN No.

Kegiatan

I.

PENDAHULUAN Guru memotivasi siswa agar lebih mengenal tentang kewirausahaan KEGIATAN POKOK a. Menjelaskan tentang kewirausahaan b. Guru bersama-sama dengan siswa menghitung analisa lanjut/tindak lanjut dari praktikum dengan pendekatan pembelajaran CEP (perhitungan modal kerja, modal tetap, biaya operasional, keuntungan, BEP). c. Menjelaskan tentang Rencana Bisnis sebagai tindak lanjut dari kewirausahaan. d. Menjelaskan tentang Laporan Kegiatan Praktikum PENUTUP Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa.

II.

III.

Waktu (menit) 5 30

10

III. SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis dan OHP IV. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

202

RENCANA PEMBELAJARAN 06

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Senyawa Hidrokarbon : 2 x 45 menit

I. METODE PEMBELAJARAN Praktikum. II. STRATEGI PEMBELAJARAN No.

Kegiatan

I.

PENDAHULUAN Guru meminta siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing (sesuai kreativitas siswa). KEGIATAN POKOK a. Melakukan percobaan membuat produk (lilin hias, semir sepatu dan balsem) yang sesuai dengan kreativitas siswa. b. Mengobservasi kegiatan siswa. c. Menjelaskan tentang Laporan Kegiatan Praktikum PENUTUP Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa.

II.

III.

Waktu (menit) 5 75

10

III. SARANA PEMBELAJARAN Alat dan bahan kimia IV. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

203

RENCANA PEMBELAJARAN 07

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Hidrokarbon Alkena : 1 x 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. II. KOMPETENSI DASAR Menggolongkan

senyawa

hidrokarbon

berdasarkan

strukturnya

hubungannya dengan sifat-sifat senyawa. III. INDIKATOR 1. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkena. 2. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkena dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. 3. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkena. 4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkena. IV. MATERI PEMBELAJARAN 1. Senyawa alkena. 2. Rumus umum dan deret homolog senyawa alkena. 3. Tata nama senyawa alkena sesuai dengan aturan IUPAC. 4. Isomer senyawa alkena. 5. Sifat-sifat senyawa alkena. 6. Reaksi senyawa alkena V. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, ceramah, tanya jawab, penugasan.

dan

204

VI. STRATEGI PEMBELAJARAN No. I.

II.

III.

Kegiatan PENDAHULUAN a. Mengingat kembali mengenai senyawa hidrokarbon. b. Guru memotivasi siswa untuk lebih mengenal senyawa alkena. KEGIATAN POKOK a. Menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkena. b. Menjelaskan penamaan senyawa alkena sesuai dengan aturan IUPAC. c. Menuliskan nama senyawa alkena dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. d. Menentukan isomer-isomer pada senyawa alkena. e. Menjelaskan sifat-sifat senyawa alkena. f. Menjelaskan reaksi yang terjadi pada senyawa alkena. g. Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa mengenai materi senyawa alkena. h. Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa mengenai materi senyawa alkena. PENUTUP a. Latihan soal b. Pertanyaan sebagai evaluasi awal c. PR d. Tugas mempelajari materi berikutnya

Waktu (menit) 5

30

15

VII. SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis, OHP VIII. EVALUASI Terlampir IX. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

205

RENCANA PEMBELAJARAN 08

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Hidrokarbon Alkuna : 2 x 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. II. KOMPETENSI DASAR Menggolongkan

senyawa

hidrokarbon

berdasarkan

strukturnya

hubungannya dengan sifat-sifat senyawa. III. INDIKATOR 1. Siswa dapat menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkuna. 2. Siswa dapat menentukan nama senyawa alkuna dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. 3. Siswa dapat menentukan isomer-isomer pada senyawa alkuna. 4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat senyawa alkuna. IV. MATERI PEMBELAJARAN 1. Senyawa alkuna. 2. Rumus umum dan deret homolog senyawa alkuna. 3. Tata nama senyawa alkuna sesuai dengan aturan IUPAC. 4. Isomer senyawa alkuna. 5. Sifat-sifat senyawa alkuna. 6. Reaksi pada senyawa alkuna. V. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, ceramah, tanya jawab, penugasan.

dan

206

VI. STRATEGI PEMBELAJARAN No. I.

II.

III.

VII.

Kegiatan PENDAHULUAN a. Mengingat kembali mengenai senyawa hidrokarbon. b. Guru memotivasi siswa untuk lebih mengenal senyawa alkuna. KEGIATAN POKOK a. Menyebutkan batasan tentang senyawa alkuna. b. Menyebutkan rumus umum dan deret homolog senyawa alkuna. c. Menjelaskan penamaan senyawa alkuna sesuai dengan aturan IUPAC. d. Menuliskan nama senyawa alkuna dari rumus struktur senyawa tersebut dan sebaliknya. e. Menentukan isomer-isomer pada senyawa alkuna. f. Menjelaskan sifat-sifat senyawa alkuna. g. Menjelaskan reaksi yang terjadi pada senyawa alkuna. h. Membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa mengenai materi senyawa alkuna. PENUTUP a. Latihan soal b. Pertanyaan sebagai evaluasi awal c. PR d. Tugas mempelajari materi berikutnya

Waktu (menit) 5

70

15

SARANA PEMBELAJARAN Papan tulis, OHP

VIII.

EVALUASI Terlampir

IX.

SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

207

RENCANA PEMBELAJARAN 09

Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu

: Kimia : X/2 : Senyawa Hidrokarbon : 1 x 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. II. KOMPETENSI DASAR Menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. III. INDIKATOR Siswa dapat menjelaskan kegunaan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni dan estetika. IV. MATERI PEMBELAJARAN Kegunaan senyawa hidrokarbon. V. METODE PEMBELAJARAN Diskusi informasi, tanya jawab.

208

VI. STRATEGI PEMBELAJARAN No. I.

II.

III.

Kegiatan PENDAHULUAN a. Mengingat kembali mengenai senyawa hidrokarbon. b. Guru memotivasi siswa untuk lebih mengenal kegunaan senyawa hidrokarbon KEGIATAN POKOK a. Menjelaskan sumber dan kegunaan senyawa hidrokarbon b. Membahas kegiatan diskusi PENUTUP a. Guru membahas hal-hal yang belum dimengerti siswa. b. Guru menutup pelajaran kimia materi hidrokarbon. c. Guru berterimakasih kepada siswa atas perhatian dan partisipasinya selama proses pembelajaran berlangsung d. Guru meminta siswa mencoba menerapkan pengetahuan yang selama ini didapatkan dari materi hidrokarbon untuk berwirausaha e. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi hidrokarbon di rumah

Waktu (menit) 5

30

10

VII. SARANA PEMBELAJARAN Alat dan bahan kimia VIII. EVALUASI Terlampir IX. SUMBER BACAAN a. Buku Kimia Erlangga kurikulum 2004 berbasis kompetensi untuk SMA kelas X 1B. b. Kimia Kreatif, Kelas XB semester genap Kurikulum 2004, Viva Pakarindo. c. Bahan ajar

BALSEM

209

Apersepsi ◙ Tahukah

kalian tentang balsem?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan obat gosok?

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat balsem. 2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. 3. Untuk meningkatkan minat berwirausaha.

B. ALAT DAN BAHAN a. Alat yang diperlukan - panci atau cawan porselin - pengaduk

- kaleng kecil-kecil atau botol-botol kecil. - kompor

Bahan yang diperlukan

210

- 5 gram mentol kristal

- 100 gram vaselin putih - 30 gram lilin putih - 10 gram kamfer - 10 ml minyak permen - 25 ml minyak gondopuro

b. Cara pembuatan

1. Jaranglah air (1 liter) dalam panci yang ada pegangannya di atas kompor (gbr. I). Vaselin dan lilin putih dipanaskan dalam cawan/panci hingga semua melebur, diaduk-aduk terus sampai lumer (gbr. II).

2. Ambil mangkok lain. Tuangkan Eucalyptus Oil, campur dengan kamfer dan mentol kristal aduk-aduk sampai cair. Adukkan ini diamsukkan dalam mangkok yang berisi vaseline dan lilin. Aduk-aduk terus sampai semua bahan larut menjadi satu (gbr. III).

211

3. Beberapa menit kemudian angkatlah, dan tuang dalam botol-botol kecil, dan biarkan dingin, simpan dengan ditutup rapat-rapat. Setelah dingin, cairan ini akan membeku/kental (gbr.IV). 4. Balsem ini dapat disimpan lama. Sewaktu-waktu dapat dipakai jika diperlukan.

TINDAK LANJUT BALSEM

212

Analisis Usaha

1. Analisis Usaha a).Modal 1).Modal Tetap Panci

Rp 10.000

Pengaduk kayu

Rp 1.000

Kompor

Rp 25.000

Jumlah

+

Rp.36.000

2. Modal kerja Pembuatan obat gosok berikut adalah untuk ukuran 1 resep, dengan perincian harga: 5 gram mentol kristal 100 gram vaselin putih 30 gram lilin putih 10 gram kamfer 10 ml minyak permen 25 ml minyak gondopuro Total biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 9.500 3).Total Modal Rp 36.000 + Rp 9.500 = Rp 45.500 b).Biaya operasional Minyak tanah 1 liter

Rp

2.300

Kaleng tempat balsem 3 x Rp.600

Rp

1.800

Operasional penjualan

Rp 10.000 +

Total

Rp 14.100

c).Perhitungan Keuntungan

213

Harga produk material per 0,25 resep : Rp. 3.000 Jadi harga pokok material balsem adalah Rp.3.000 dengan memasukkan biaya kemasan = Rp.5.000,-. Setiap 0,25 resep material bisa menghasilkan 3 buah balsem untuk ukuran pot plastik 35 cc, sehingga harga pokok material setiap balsemnya =Rp.2.000,-. Jika harga jual balsem ke penyalur Rp.3.000,-/balsem dan harga eceran tertinggi Rp.5.000,-/balsem. Dengan demikian harga jual per 0,25 resep-nya = Rp.9.000,-, sehingga keuntungan per 0,25 resepnya = Rp.4.000 3. Perhitungan Break Even Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp.14.100 ,− Rp. 3.000 ,−

= 4,7 resep/minggu =

4,7 resep / min ggu 7 hari / min ggu

= 0,67 resep/hari

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 0,67 resep/harinya Dengan melihat laba yang cukup besar maka pembuatan balsem ini dapat dikembangkan dalam skala besar, misalnya dalam home industri rumah tangga sebab proses pembuatannya relatif mudah serta bahan dan alat yang dibutuhkan mudah didapat. Selain dapat mengembangkan ilmu pengetahuan maka dapat untuk menaikkan pendapatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. 2003. 1001 Sumber Penghasilan. Solo: CV. Aneka

LILIN HIAS

214

Apersepsi ◙ Tahukah

kalian tentang fungsi lilin?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan lilin?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembuatan lilin hias. 2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. 3. Untuk menumbuhkan sikap kewirausahaan. D. LANDASAN TEORI

Sebagai alat penerangan, lilin memiliki kelebihan karena mudah dibawa, mudah dikemas dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Berawal dari bentuk dan warna lilin yang sederhana, kini bermunculan kreasi baru dari lilin. Salah satu kreasi yang unik adalah lilin hias. Bahan dasar dari pembuatan lilin adalah parafin yang merupakan senyawa hidrokarbon jenis alkana, dengan rumus molekul C21H44 -C24 H50. Guna

215

mendapatkan produk lilin yang diinginkan, maka perlu memodifikasi seluruh unsur atau faktor yang ada, faktor tersebut antara lain : a. Sumbu Sumbu memegang peranan penting pada proses terbakarnya bahan lilin. Nyala dari sumbu yang baik harus terus bertahan hingga seluruh media (lilin) terbakar habis. Untuk itu diperlukan bahan yang berkualitas dan ukuran sumbu yang sesuai dengan ukuran lilin. Penyusun sumbu dikenal 3 macam bahan yaitu : katun (cotton), polyester serta campuran cotton dan polyester. Diantara ketiga bahan tekstil di atas, katun merupakan bahan sumbu yang paling baik, apalagi katun yang berasal dari bahan alami terbukti lebih awet. Benang sumbu yang hendak digunakan harus dicelup dulu pada adonan lilin yang masih cair. Hal ini untuk memudahkan terjadinya pembakaran saat sumbu dinyalakan. Selain itu, pencelupan dimaksudkan untuk membuat sumbu menjadi kaku, sehingga mempermudah penggunannya. b. Dasar lilin (tabing) Tabing adalah bahan yang terbuat dari logam lunak, misalnya seng atau alumunium. Fungsi tabing adalah untuk menstabilkan posisi sumbu agar tetap pada posisinya pada saat lilin mencair (yang diletakkan pada dasar cetakan). Terutama pada cetakan yang tak dapat dilubangi, seperti gelas. Tabing terbuat dari lembaran logam. Bentuk tabing bisa apa saja, yang terpenting dapat digunakan untuk menenmpelkan sumbu. Bagian tengah tabing dilubangi untuk memsaukkan sumbu dan mengunci sumbu. Untuk menempelkan tabing di dasar gelas hias digunakan perekat yang kuat, semisal power glue. c. Cara membuat adonan Lilin Jelly Masukkan white oil ke dalam panci. Panci harus bersih dari bahan lain. Panaskan white oil hingga benar-benar panas. Setelah itu, masukkan jelly lilin secara bertahap. Komposisinya, setiap satu liter white oil dicampur dengan satu ons jelly lilin. Saat memasukkan jelly lilin harus dibarengi dengan pengadukan. Lakukan hingga semua jelly lilin larut. Cirinya, tidak tampak lagi butiran jelly lilin yang berwarna putih di dalam white oil. Api jangan terlalu

216

besar. Juga, jangan meninggalkan white oil di atas kompor yang sedang menyala. E. METODE PEMBUATAN

1. Alat ƒ

Panci

ƒ

Penangas/ kompor

ƒ

Pengaduk kayu

ƒ

Mangkok stainless

ƒ

Gelas Hias

ƒ

Lidi

ƒ

Paku dan Palu

ƒ

Gunting

ƒ

Timbangan

2. Bahan o White oil 0,5 lt o Jelly lilin 0,5 ons o Sumbu o Pewarna lilin (biru) o Tabing o Aksesoris akuarium

3. Cara Pembuatan a. Siapkan adonan lilin jelly plus white oil dan pewarna biru. b. Siapkan gelas dengan pemasangan sumbu dan tabing. Tempelkan ujung sumbu bertabing pada dasar gelas hias. Pasang sumbu dalam kondisi tegang, dibantu dengan lidi agar tegak dan tepat di tengah. c. Masukkan aksesori seperti pasir, kerang, batu, ke dalam gelas. d. Masukkan lilin jelly bening sampai setengah gelas, tunggu hingga dingin. e. Masukkan ikan plastik. f. Masukkan lilin jelly warna biru, sampai gelas penuh.

217

g. Rapikan. Lihat gambar di bawah ini:

Jika ingin efek gelembung, tuangkan lilin jelly saat mulai mendingin. Jika ingin mulus, tanpa gelembung, tuangkan saat panas.

TINDAK LANJUT LILIN HIAS AQUARIUM JELLY

218

1. Analisis Biaya

a.

Modal 1) Modal Tetap Panci

Rp. 10.000

Kompor

Rp. 25.000

Pengaduk kayu

Rp.

1.000

Paku dan palu

Rp.

5.000

Gunting

Rp.

2.000

Jumlah

Rp. 43.000

2) Modal Kerja White oil

1 lt

Rp. 20.000

Jelly lilin

1 ons

Rp. 25.000

Pewarna biru ¼ ons

Rp.

9.750

Sumbu 1 rol

Rp.

1.000

Tabing

Rp.

1.000

Aksesoris akuarium

Rp. 15.000+

Jumlah

Rp. 71.750

3) Total Modal (Investasi) Total modal = modal tetap + modal kerja = Rp. 43.000 + Rp. 71.750 = Rp. 114.750 b.

Biaya Operasional Minyak tanah 1 lt

Rp. 2.300

Gelas hias

Rp. 13.000

Operasional penjualan

Rp. 10.000 +

Jumlah

c.

Perhitungan keuntungan

Rp. 25.300

+

219

Berikut harga bahan baku Lilin aroma terapi : White oil

= Rp. 5.000 ,-/ 0,25 lt

Jelly lilin

= Rp. 6.500 ,-/ 0,25 ons

Pewarna biru

= Rp. 1.000

Sumbu

= Rp

500

Tabing

= Rp.

500

Harga produk material : Rp. 13.500 Jadi harga pokok material lilin adalah Rp.13.500, dengan memasukkan biaya kemasan = Rp.15.000,-. Setiap 0,25 lt material bisa menghasilkan 5 buah lilin untuk ukuran gelas 20 ml, sehingga harga pokok material setiap lilinnya =Rp.3.000,-. Jika harga jual lilin ke penyalur Rp. 5.000,-/lilin dan harga eceran tertinggi Rp.7.000,-/lilin. Dengan demikian harga jual per 0,25 lt nya = Rp.25.000,-, sehingga keuntungan per 0,25 lt-nya = Rp. 10.000 d.

Perhitungan Break Even Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp. 25.300 Rp. 5.000

,− ,−

= 5,06 lt/minggu =

5,06 lt/minggu = 0,72 lt/hr 7 hari/minggu

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 0,72 lt/harinya

2. Prospek Usaha dan Pemasaran

220

Sebagai alat penerangan, lilin memiliki kelebihan karena mudah dibawa, mudah dikemas dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Berawal dari bentuk dan warna lilin yang sederhana, kini bermunculan kreasi baru dari lilin. Lilin hias ini dapat digunakan sebagai hiasan/ornamen rumah, sebagai souvenir dalam pernikahan, dll. DAFTAR PUSTAKA Apriyatno, Veri dan Murhananto. 2006. Teknik Dasar Membuat Lilin Hias. Jakarta: Kawan Pustaka

(LEMBAR KERJA SISWA)

HIDROKARBON

221

KIMIA KELAS X / SEMESTER 2 SEKOLAH MENENGAH ATAS LILIN HIAS

Apersepsi ◙ Tahukah

kalian tentang fungsi lilin?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan lilin?

F. TUJUAN

1. Untuk mengetahui cara pembuatan lilin hias.

222

2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. 3. Untuk meningkatkan minat berwirausaha. G. LANDASAN TEORI

Sebagai alat penerangan, lilin memiliki kelebihan karena mudah dibawa, mudah dikemas dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Berawal dari bentuk dan warna lilin yang sederhana, kini bermunculan kreasi baru dari lilin. Salah satu kreasi yang unik adalah lilin hias. Bahan dasar dari pembuatan lilin adalah parafin yang merupakan senyawa hidrokarbon jenis alkana, dengan rumus molekul C21H44 -C24 H50. Guna mendapatkan produk lilin yang diinginkan, maka perlu memodifikasi seluruh unsur atau faktor yang ada, faktor tersebut antara lain : Sumbu Sumbu memegang peranan penting pada proses terbakarnya bahan lilin. Nyala dari sumbu yang baik harus terus bertahan hingga seluruh media (lilin) terbakar habis. Untuk itu diperlukan bahan yang berkualitas dan ukuran sumbu yang sesuai dengan ukuran lilin. Penyusun sumbu dikenal 3 macam bahan yaitu : katun (cotton), polyester serta campuran cotton dan polyester. Diantara ketiga bahan tekstil di atas, katun merupakan bahan sumbu yang paling baik, apalagi katun yang berasal dari bahan alami terbukti lebih awet. Benang sumbu yang hendak digunakan harus dicelup dulu pada adonan lilin yang masih cair. Hal ini untuk memudahkan terjadinya pembakaran saat sumbu dinyalakan. Selain itu, pencelupan dimaksudkan untuk membuat sumbu menjadi kaku, sehingga mempermudah penggunaannya. Pemakaian sumbu pada wadah yang tinggi, harus tetap tegak berdiri. Cara membuat sumbu dapat tegak berdiri dan tepat di tengah adalah dengan menggunakan bantuan lidi sebagai penopang. H. METODE PEMBUATAN

4. Alat ƒ

Panci

223

ƒ

Penangas/ kompor

ƒ

Pengaduk kayu/sumpit bambu

ƒ

Mangkok stainless

ƒ

Cetakan dari pipa stainless silinder, kotak atau elips.

ƒ

Lidi

ƒ

Paku dan Palu

ƒ

Gunting

ƒ

Timbangan

ƒ

Plastik dan pita hias

5. Bahan o Parafin blok o Stearic Acid o Sumbu o Pewarna lilin (merah, biru, kuning, hijau)

6. Cara Pembuatan a. Siapkan adonan lilin blok plus stearic acid, pewarna. b. Siapkan pipa stainless dengan menutup lubang salah satunya dengan kertas karton atau lempengan karet. c. Lubangi penutup tadi dengan paku untuk keluarnya sumbu d. Pasang sumbu, jepit bagian atas, luruskan tepat di tengah e. Tuang adonan lilin, tunggu sampai mengeras. f. Tambal bagian yang cekung g. Lepaskan lilin dari cetakan h. Rapikan atau potong sumbu I. TINDAK LANJUT 3. Analisis Biaya

e.

Modal 1) Modal Tetap Panci

Rp. 10.000,-

Kompor

Rp. 25.000,-

224

Sumpit bambu

Rp.

1.000,-

Paku dan palu

Rp.

3.000.-

Gunting

Rp.

2.000,- +

Jumlah

Rp. 41.000,-

2) Modal Kerja Parafin blok

Rp. 7.800,-

Steraic Acid

Rp. 1.500,-

Pewarna

Rp. 2.500,-

Sumbu

Rp.

Jumlah

200,- +

Rp. 12.000,-

3) Total Modal (Investasi) Total modal = modal tetap + modal kerja = Rp. 41.000,- + Rp. 12.000,= Rp. 53.000,f.

Biaya Operasional Minyak tanah 1 lt

Rp. 2.300,-

Cetakan pipa

Rp. 6.000,-

Plastik dan pita hias

Rp. 3.000,-

Operasional penjualan

Rp. 10.000,- +

Jumlah g.

Rp. 21.300,-

Perhitungan keuntungan Berikut harga bahan baku Lilin hias : Parafin blok

= Rp. 7.800,-/ ½ kg

Stearic acid

= Rp. 1.500,-/ 1 ons

Pewarna merah

= Rp. 1.300,-,-/ 5 gram

Pewarna kuning = Rp. 1.200,-/ 5 gram Sumbu

= Rp

200,-/ rol

Harga produk material= Rp. 12.000,Jadi harga pokok material lilin hias adalah Rp. 12.000,-, dengan memasukkan biaya kemasan = Rp. 15.000,-. Setiap 0,5 kg material bisa menghasilkan 5 buah lilin, sehingga harga

225

pokok material setiap lilinnya =Rp. 3.000,-. Jika harga jual lilin ke penyalur Rp.4.000,-/lilin dan harga eceran tertinggi Rp.5.000,-/lilin. Dengan demikian harga jual per 0,5 kg nya = Rp.20.000,-, sehingga keuntungan per 0,5 kg-nya = Rp.5.000,h.

Perhitungan Break Even Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp. 21.300,− Rp. 4.000,−

= 5,3 kg/minggu =

5,3 kg/minggu = 0,8 kg/hr 7 hari/minggu

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 0,8 kg/harinya. 4. Prospek Usaha dan Pemasaran

Sebagai alat penerangan, lilin memiliki kelebihan karena mudah dibawa, mudah dikemas dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Berawal dari bentuk dan warna lilin yang sederhana, kini bermunculan kreasi baru dari lilin. Lilin hias ini dapat digunakan sebagai hiasan/ornamen rumah, sebagai souvenir dalam pernikahan, dll. DAFTAR PUSTAKA Apriyatno, Veri dan Murhananto. 2006. Teknik Dasar Membuat Lilin Hias. Jakarta: Kawan Pustaka

226

(LEMBAR KERJA SISWA)

HIDROKARBON

227

KIMIA KELAS X / SEMESTER 2 SEKOLAH MENENGAH ATAS OBAT GOSOK REMASHON

◙ Tahukah

Apersepsi

kalian tentang obat gosok remashon?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan obat gosok?

J. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat obat gosok remashon. 2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon.

228

3. Untuk meningkatkan minat berwirausaha.

K. ALAT DAN BAHAN c. Alat yang diperlukan - panci atau cawan porselin - pengaduk

- kaleng kecil-kecil atau botol-botol kecil. - kompor

d. Bahan yang diperlukan

a. Parafin Cair 100 ml Stearic Acid 75 gr Minyak Gandapura 30 ml b. Aquadest 200 ml T.E.A 10 ml Borax 5 gr c. M.Permen 5 ml Menthol 5 gr Comphora 10 gr e. Cara pembuatan

1. Jaranglah air (1 liter) dalam panci yang ada pegangannya di atas kompor. Parafin cair dan stearic acid dipanaskan dalam cawan/panci hingga semua melebur, diaduk-aduk terus sampai lumer.Kemudian masukkan minyak gandapura (larutan I). Angkat dari kompor. 2. Ambil mangkok lain. Panaskan dan campurkan aquadest, T.E.A dan borax (larutan II). Aduk-aduk terus sampai semua bahan larut menjadi satu. Angkat dari kompor. 3. Larutan II dimasukkan sedikit-sedikit kedalam larutan I dalam keadaan masih panas, sambil diaduk terus sampai dingin dan rata.

229

4. Setelah putih (masih hangat), masukkan campuran III (yang berisi M.Permen, Menthol dan Comphora). 5. Kemudian tuang dalam botol-botol kecil, dan biarkan dingin, simpan dengan

ditutup

rapat-rapat.

Setelah

dingin,

cairan

ini

akan

membeku/kental. 6. Obat gosok Remashon ini dapat disimpan lama. Sewaktu-waktu dapat dipakai jika diperlukan.

L. TINDAK LANJUT Analisis Usaha

Analisis usaha untuk pembuatan obat gosok adalah sebagai berikut: 4. Analisis Usaha a. Modal i.

Modal Tetap

Panci

Rp 10.000,-

Pengaduk kayu

Rp 1.000,-

Kompor

Rp 25.000,- +

Jumlah ii.

Rp.36.000,-

Modal kerja

Pembuatan obat gosok berikut adalah untuk ukuran 1 resep, yaitu: a. Parafin Cair 100 ml Stearic Acid 75 gr Minyak Gandapura 30 ml b. Aquadest 200 ml T.E.A 10 ml Borax 5 gr c. M.Permen 5 ml Menthol 5 gr Comphora 10 gr

230

Total biaya yang dibutuhkan = Rp 11.500,iii.

Total Modal

Rp 36.000,- + Rp 11.500,- = Rp 47.500,b. Biaya operasional

Minyak tanah 1 liter

Rp 2.300,-

Kaleng tempat obat gosok

Rp 6.000,-

Operasional penjualan

Rp10.000,- +

Total

Rp18.900,-

c. Perhitungan Keuntungan

Harga produk material= Rp. 11.500,Jadi harga pokok material remashon adalah Rp. 11.500,-, dengan memasukkan biaya kemasan = Rp. 15.000,-. Setiap 1 resep material bisa menghasilkan 10 buah remashon, sehingga harga pokok material setiap remashonnya =Rp. 1.500,-. Jika harga jual remashon ke penyalur Rp. 2.000,-/remashon dan harga eceran tertinggi Rp. 3.000,-/remashon. Dengan demikian harga jual per 1 resep-nya = Rp. 20.000,-, sehingga keuntungan per 1 resepnya = Rp. 5.000,5. Perhitungan Break Even Point (BEP)

BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp.18.900,− Rp. 2.000,−

= 9,45 resep/minggu =

9,45 resep / min ggu 7 hari / min ggu

= 1,4 resep/hari

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 1,4 resep/harinya. Dengan melihat laba yang cukup besar maka pembuatan remashon ini dapat dikembangkan dalam skala besar, misalnya dalam home industri rumah tangga sebab proses pembuatannya relatif mudah serta bahan dan alat yang dibutuhkan

231

mudah didapat. Selain dapat mengembangkan ilmu pengetahuan maka dapat untuk menaikkan pendapatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. 2003. 1001 Sumber Penghasilan. Solo: CV. Aneka

(LEMBAR KERJA SISWA)

HIDROKARBON

232

KIMIA KELAS X / SEMESTER 2 SEKOLAH MENENGAH ATAS SEMIR SEPATU HITAM (CAIR)

◙ Tahukah

Apersepsi

kalian tentang semir sepatu?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan semir sepatu?

I. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat semir sepatu hitam cair. 2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. 3. Untuk meningkatkan minat berwirausaha.

233

II. PENDAHULUAN

Penampilan seseorang tidak hanya ditentukan / dipengaruhi oleh bagian atas saja, tetapi bagian bawah juga ikut menentukan. Tidak hanya dari pakaian, perhiasan, dandanan, rambut, dan perawatan kulit saja yang dapat mempengaruhi penampilan seseorang, tetapi juga sepatu. Terutama sepatu dari bahan kulit ataupun imitasi, yang tidak pernah disemir akan kelihatan kotor dan kusam walaupun sudah dicuci dengan air. Sepatu yang tidak pernah disemir juga akan cepat rusak, karena tak ada lapisan pelindungnya. Oleh karena itu, semir sepatu sampai saat ini masih merupakan bahan yang dibutuhkan orang karena merupakan bahan yang penting untuk merawat sepatu agar tetap awet dan dapat meningkatkan penampilan seseorang. Sepatu yang disemir dengan licin , cemerlang akan meningkatkan percaya diri seseorang. Sehingga jika ada orang dapat membuat semir sepatu untuk kepentingan pribadi, maka orang tersebut telah menguasai teknologi dan orang tersebut memiliki menejemen keuangan rumah tangga yang baik karena lebih efisien yang mana sangat cocok bagi yang berekonomi pas-pasan. Bagi yang berekonomi lebih, penguasaan ketrampilan pembuatan semir sepatu dapat mengembangkan home industri maupun industri kecil, menengah ataupun besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Jadi, industri semir sepatu masih memiliki prospek yang cemerlang. III. METODE PEMBUATAN a) Alat dan Bahan 1) Alat

Kaleng logam bekas / bekerglas / kendil / panci

1 buah

Pengaduk kayu

1 buah

Kaleng semir bekas

secukupnya

2) Bahan

Bahan-bahan:

234

-Karbon black / wenter hitam

5 gram

-Gom arab

5 gram atau gliserin 10 ml

-Alkohol 96 %

50 ml

-Aquades

40 ml

-Minyak silikon

10 ml

b) Cara Pembuatan

Berturut-turut

kedalam alkohol ditambahkan silikon oil dikocok, kemudian

ditambahkan aquadest. Menyusul dimasukkan karbon black / wenter dan gom arab. Larutan terus dikocok sampai bercampur homogen. Kemudian dimasukkan kedalam kaleng dan kemudian ditutup sangat rapat dan siap dipasarkan. IV. Tindak Lanjut

6. Analisis Usaha a).Modal 1).Modal Tetap Panci

Rp 10.000,-

Pengaduk kayu

Rp 1.000,- +

Jumlah

Rp.11.000,-

2).Modal Kerja •

Karbon black 1 ons

Rp.1.000,-



Gom arab 1 ons

Rp.2.000,-



Alkohol 96 % 50 ml

Rp.1.800,-



Aquades 40 ml

Rp. 200,-



Minyak silikon 1 botol

Rp.6.500,- +

Jumlah

Rp11.500,-

3).Total Modal Rp 11.000,- + Rp 11.500,- = Rp 22.500,b).Biaya operasional Minyak tanah 1 liter

Rp 2.300,-

Kaleng tempat semir sepatu

Rp 6.000,-

235

Operasional penjualan

Rp10.000,- +

Total

Rp18.300,-

c).Perhitungan Keuntungan Harga produk material: •

Karbon black / wenter hitam 5 gram Rp.

20,-



Gom arab 5 gram

Rp.

40,-



Alkohol 96 % 50 ml

Rp.1.800,-



Aquades 40 ml

Rp. 200,-



Minyak silikon 10 ml

Rp.2.000,- +

Jumlah

Rp 4.060,-

Harga pokok material semir sepatu hitam cair = Rp. 4.060,Jadi harga pokok material semir sepatu adalah Rp. 4.060,-, dengan memasukkan biaya kemasan = Rp. 5.000,-. Setiap 1 resep material bisa menghasilkan 5 buah semir sepatu, sehingga harga pokok material setiap semirnya =Rp. 1.000,-. Jika harga jual semir sepatu ke penyalur Rp. 2.000,/semir dan harga eceran tertinggi Rp. 4.000,-/semir. Dengan demikian harga jual per 1 resep-nya = Rp. 10.000,-, sehingga keuntungan per 1 resepnya = Rp. 5.000,7. Perhitungan Break Even Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp.18.300,− Rp. 2.000,−

= 9,15 resep/minggu =

9,15 resep / min ggu 7 hari / min ggu

= 1,3 resep/harinya

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 1,3 resep/harinya.

Daftar Pustaka

Suhartono. 2003. 1001 Sumber Penghasilan. Solo: CV. Aneka

236

SEMIR SEPATU HITAM (PASTA)

Apersepsi ◙ Tahukah

kalian tentang semir sepatu?

◙ Tahukah

kalian tentang bahan dasar pembuatan semir sepatu?

M. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat semir sepatu hitam. 2. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. 3. Untuk meningkatkan minat berwirausaha. N. PENDAHULUAN Penampilan seseorang tidak hanya ditentukan / dipengaruhi oleh bagian atas saja, tetapi bagian bawah juga ikut menentukan. Tidak hanya

237

dari pakaian, perhiasan, dandanan, rambut, dan perawatan kulit saja yang dapat mempengaruhi penampilan seseorang, tetapi juga sepatu. Terutama sepatu dari bahan kulit ataupun imitasi, yang tidak pernah disemir akan kelihatan kotor dan kusam walaupun sudah dicuci dengan air. Sepatu yang tidak pernah disemir juga akan cepat rusak, karena tak ada lapisan pelindungnya. Oleh karena itu, semir sepatu sampai saat ini masih merupakan bahan yang dibutuhkan orang karena merupakan bahan yang penting untuk merawat sepatu agar tetap awet dan dapat meningkatkan penampilan seseorang. Sepatu yang disemir dengan licin , cemerlang akan meningkatkan percaya diri seseorang. Sehingga jika ada orang dapat membuat semir sepatu untuk kepentingan pribadi, maka orang tersebut telah menguasai teknologi dan orang tersebut memiliki menejemen keuangan rumah tangga yang baik karena lebih efisien yang mana sangat cocok bagi yang berekonomi pas-pasan. Bagi yang berekonomi lebih, penguasaan ketrampilan pembuatan semir sepatu dapat mengembangkan home industri maupun industri kecil, menengah ataupun besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Jadi, industri semir sepatu masih memiliki prospek yang cemerlang. Walaupun sekarang telah ada semir sepatu instan, semir sepatu gosok ternyata memiliki keunggulan, hasil semirannya lebih awet karena tidak mengandung bahan-bahan yang mudah menguap.

O. METODE PEMBUATAN c) Alat dan Bahan 1) Alat

Kaleng logam bekas / bekerglas / kendil / panci

1 buah

Pengaduk kayu

1 buah

Timbangan

1 buah

Kaki tiga / penyangga kaleng / pawon

1 buah

Senduk makan

1 buah

238

Senduk teh

1 buah

Api pemanas

1 buah

Kaleng semir bekas

secukupnya

2) Bahan

Langes / jelaga / wenter hitam Malam tawon / lebah Parafin padat / lilin Terpentin Gas / minyak tanah arang / kayu secukupnya ( untuk pemanas) d) Cara Pembuatan

1) Parafin padat / lilin dan malam lebah dimasukkan kedalam kaleng ditaruh diatas penyangga (gbr. I) , kemudian dilelehkan sampai mencair diatas api pemanas. gbr. I

2) Pewarna sedikit demi sedikit dimasukkan dan diaduk (gbr. II). 3) Setelah menjadi cairan hitam dan rata, adonan diangkat dari api. 4) Setelah temperaturnya turun sampai suhu masih diatas 500 C sambil diaduk ditambahkan sedikit terpentin. (gbr. II). gbr. II

5) Setelah menjadi bubur agak encer, pengadukan dihentikan kemudian dimasukkan kedalam kaleng dan kemudian ditutup sangat rapat dan siap dipasarkan. (gbr. III).

239

gbr. III

TINDAK LANJUT SEMIR SEPATU HITAM PASTA

8. Analisis Usaha a).Modal 1).Modal Tetap Panci

Rp 10.000

Pengaduk kayu

Rp 1.000

Kompor

Rp 25.000

Jumlah

+

Rp.36.000

2).Modal Kerja Jelaga / wenter hitam Malam lebah Parafin padat / lilin Terpentin Jumlah per 1 resepnya

Rp 15.000

3).Total Modal Rp 36.000,- + Rp 15.000,- = Rp 51.000 b).Biaya operasional Minyak tanah 1 liter

Rp 2.300

Kaleng tempat semir sepatu 5x600

Rp 3.000

Operasional penjualan

Rp 10.000 +

Total

Rp 15.300

c).Perhitungan Keuntungan

240

Harga produk material per 0,5 resep : Rp. 8.000 Jadi harga pokok material semir adalah Rp. 8.000,-, dengan memasukkan biaya kemasan = Rp. 10.000,-. Setiap 0,5 resep material bisa menghasilkan 5 buah semir sepatu, sehingga harga pokok material setiap semirnya =Rp.2.000,-. Jika harga jual semir ke penyalur Rp. 3.000,-/semir dan harga eceran tertinggi Rp.5.000,-/semir. Dengan demikian harga jual per 0,5 resepnya = Rp.15.000,-, sehingga keuntungan per 0,5 resepnya = Rp. 5.000 9. Perhitungan Break Even Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan persamaan sbb : BEP

=

Biaya Operasional Harga Jual

=

Rp. 15.300 ,− Rp. 3.000 ,−

= 5,1 resep/minggu =

5,1 resep / min ggu 7 hari / min ggu

= 0,73 resep/hari

dengan demikian, agar tidak rugi paling tidak harus terjual 0,73 resep/harinya

Daftar Pustaka

Suhartono. 2003. 1001 Sumber Penghasilan. Solo: CV. Aneka DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL TES HASIL BELAJAR

Mata Pelajaran

: Kimia

Materi Pokok

: Hidrokarbon

Kelas/ Semester

:X/2

Waktu

: 45 menit

241

Petunjuk Umum

1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia. 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada lembar jawaban yang sudah disediakan. 3. Bacalah soal dengan sebaik-baiknya dan kerjakan dahulu soal-soal yang anda anggap mudah. 4. Segera laporkan kepada pengawas, jika terdapat tulisan yang kurang jelas. 5. Berilah tanda silang (X) pada huruf yang jawabannya anda anggap benar. 6. Bila anda akan memperbaiki jawaban, coretlah pilihan yang dibatalkan dengan dua garis mendatar, kemudian silanglah jawaban baru Contoh:

Pilihan semula: A

B

C

D

Pembetulan

B

C

D

:A

7. Periksalah pekerjaan anda dan bila anda telah selesai mengerjakan soalsoal boleh menyerahkan lembar jawaban dan soal kepada pengawas 8. Berdo’alah sebelum memulai pekerjaan anda

SELAMAT MENGERJAKAN !

SOAL

1. Percobaan pembakaran glukosa ditunjukkan gambar berikut ini:

242

1. CuO berfungsi sebagai oksidator 2. Terbentuknya CO2 pada pembakaran ditunjukkan oleh air kapur yang jernih 3. Terbentuknya H2O dikenali dengan kertas kobalt dimana air pada bagian (a) akan mengubah kertas kobalt dari biru menjadi merah. 4. Pada akhir pembakaran, sampel organik di dalam tabung reaksi akan habis. Pernyataan yang benar adalah.... A. 3 saja D. 1, 3, 4 B. 1, 2, 3 E. 1, 2, 4 C. 2, 3, 4 2. Diantara zat di bawah ini yang bukan senyawa organik adalah.... A. kayu D. daging B. kulit E. karbondioksida C. urea 3. Kekhasan atom karbon yang menyebabkan unsur karbon mempunyai banyak ragam senyawa adalah.... A. mempunyai 4 elektron valensi yang dapat untuk berikatan kovalen B. dapat membentuk rantai karbon dengan berbagai bentuk C. mempunyai konfigurasi elektron yang belum stabil seperti gas mulia D. bentuk ruang ikatan padat atom karbon adalah tetrahedron E. merupakan zat padat yang sangat stabil pada suhu kamar 4. Diantara senyawa berikut: 1) C4H10 3) C3H8 2) C3H6 4) C4H6 yang termasuk pasangan senyawa hidrokarbon jenuh adalah.... A. 1 dan 2 D. 3 dan 4 B. 1 dan 3 E. 2 dan 4 C. 2 dan 3 5. Senyawa berikut ini yang merupakan hidrokarbon tak jenuh adalah....

243

A. C3H8 B. C2H6 C. C4H10

D. C5H12 E. C4H8

6. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai senyawa karboksida adalah, kecuali .... A. merupakan unsur karbon yang berikatan langsung dengan oksigen B. terbentuk melalui pembakaran senyawa karbon C. bila pembakarannya sempurna, menghasilkan gas karbon dioksida D. bila pembakarannya tidak sempurna, menghasilkan gas karbon monoksida E. merupakan unsur karbon yang berikatan langsung dengan air. 7. Perhatikan rumus struktur di bawah ini:

Berdasarkan rumus tersebut, zat itu mempunyai…. A. 2 atom C primer, 2 atom C sekunder, 1 atom C tersier, dan 1 atom C kuartener B. 4 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 1 atom C tersier C. 3 atom C primer, 3 atom C sekunder, dan 1 atom C tersier D. 3 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 1 atom C kuartener E. 2 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 2 atom C tersier 8. Suatu hidrokarbon mempunyai rumus empiris sebagai CH2. Mr senyawa itu = 42. Rumus molekul senyawa tersebut adalah..... A. CH3 D. C3H8 B. C3H3 E. C3H4 C. C3H6 9. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai senyawa alkana adalah..... A. hidrokarbon tak jenuh, berikatan tunggal B. hidrokarbon jenuh, berikatan rangkap C. hidrokarbon jenuh, berikatan tunggal D. hidrokarbon jenuh, berikatan rangkap tiga E. hidrokarbon tak jenuh, berikatan rangkap dua 10. Perhatikan hidrokarbon berikut: 1. CH3C(CH3)2CH3 3. CH3CH2CH2CH3 2. CH3CH2CH3 4. CH3CHC(CH3)CH3 Yang termasuk alkana adalah ..... A. 1, 2 dan 3 D. hanya 4 B. 1 dan 3 E. 1 dan 4 C. 2 dan 4 11. Senyawa hidrokarbon yang paling sederhana hanya terdiri dari satu atom karbon dan 4 atom hidrogen. Senyawa tersebut adalah .....

244

A. etana B. propana C. butana

D. karbonmonoksida E. metana

12. Berilah nama untuk zat yang rumus bangunnya: CH3

CH3 C C CH CH3 H

H2

CH2 CH3

A. 1,1,1-trimetilpentana B. 2-etil-4-metilpentana C. 2-metil-4-etilpentana

D. 2,4-dimetilheksana E. 3,5-dimetilheksana

13. Salah satu penamaan berikut tidak sesuai aturan IUPAC, yaitu ..... D. 3-metilbutana A. 2-metilpropana E. 3-metilheksana B. 2-metilbutana C. 3-metilpentana 14. Suatu senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi rumus bangun atau strukturnya berbeda, disebut .... D. monomer A. polimerisasi E. makromolekul B. isomer C. polimer 15. Dari senyawa-senyawa berikut: (1).

H 3C

CH3 C CH2 H2 CH3

(3).

H

CH3 (2).

H3C C

H3C C C CH3 H2

H

CH3

CH3

Yang merupakan isomer adalah..... A. (1) dan (2) B. (1) dan (3) C. (1) dan (4)

(4).

H3C C CH CH3 CH3CH3

D. (2) dan (4) E. (2) dan (3)

16. Senyawa haloalkana berikut yang dapat digunakan sebagai obat bius adalah.... D. karbon tetra klorida A. halotan E. diklor difenil trikloro etana B. iodoform C. etil klorida 17. Reaksi berikut yang merupakan reaksi substitusi adalah.....

245

A. B. C. D. E.

CH2 ═ CH2 + HCl CH3 ―CH2Cl CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O C10H22 C6H12 + C4H10 C2H6 + Br2 C2H5Br + HBr CH4 C2H2 + 3H2

18. Alkena merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan.... D. selang-seling A. tunggal E. kovalen B. rangkap 2 C. rangkap 3 19. Diantara senyawa berikut: (4) C4H10 (1) C4H8 (5) C5H8 (2) C5H12 (3) C6H12 Yang merupakan satu homolog adalah..... D. (1) dan (3) A. (1) dan (2) E. (2) dan (5) B. (2) dan (3) C. (3) dan (4) 20. Nama yang benar untuk senyawa dengan rumus struktur di bawah ini adalah.... H3C

C

C H

CH2

C CH3 H2

CH3

A. 2-etil-2-pentena B. 2-etil-3-pentena C. 3-metil-3-heksena

D. 4-etil-3-pentena E. 4-metil-3-heksena

21. Nama dari senyawa berikut adalah...... Cl H3C H2C

C C

CH2 CH3 Cl

A. cis-2,3-dikloroetena B. trans-1,2-dietil-1,2-kloroetena C. cis-2,3-dikloro pentena

D. trans-2,3-dikloro heksena E. dikloro heksena

22. Jumlah isomer struktur alkena dengan rumus C5H10 adalah.... A. 3 D. 6 B. 4 E. 7 C. 5

246

23. Alkena mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali..... A. mempunyai ikatan karbon-karbon rangkap B. berlaku aturan Markovnikov C. dapat diadisi hidrogen membentuk alkana D. pada jumlah atom C yang sama, alkena kurang reaktif dibandingkan terhadap alkana E. dapat mengalami polimerisasi 24. Persamaan reaksi senyawa karbon: 1. CH2 ═ CH2 + Cl2 CH2Cl ― CH2Cl CH3 ― CH2 ― CH2Cl + HCl 2. CH3 ― CH2 ― CH3 + Cl2 Jenis reaksi senyawa karbon itu secara berurutan adalah…. A. adisi dan substitusi D. eliminasi dan substitusi B. reduksi dan substitusi E. eliminasi dan adisi C. substitusi dan eliminasi 25. Bila 2-metil-1-butena direaksikan dengan asam klorida akan menghasilkan senyawa yang namanya.... A. 2,2-diklorobutana D. 3-kloro-2-metilbutana B. 2,3-dimetilbutana E. 1-kloro-2-metilbutana C. 2-kloro-2-metilbutana 26. Dalam setiap molekul alkuna..... A. semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan rangkap tiga B. terdapat setidaknya satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga C. terdapat satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga D. semua atom karbon mengikat 4 atom hidrogen E. jumlah atom H lebih sedikit daripada atom C

27. (CH3)3C ― C ≡ C ― CH(CH3)2 Nama IUPAC senyawa di atas adalah..... A. 2,2,5-trimetil-4-heksuna D. 2,2,5,5-tetrametil-4-pentuna B. 2,2,5-trimetil-3-heksuna E. 1,1,4,4-tetrametil-3-pentuna C. 2,2,5,5-tetrametil-3-pentuna 28. Jumlah isomer dari senyawa C6H10 adalah..... A. 3 D. 6 B. 4 E. 7 C. 5 29. Perhatikan pernyataan tentang alkuna berikut: 1. dapat mengalami adisi 2. mempunyai rumus umum CnH2n+2 3. merupakan hidrokarbon tak jenuh

247

4. memiliki isomer geometri Pernyataan yang benar tentang alkuna adalah..... A. 1 dan 3 D. 2 dan 4 E. 1 dan 4 B. 1 dan 2 C. 2 dan 3 30. Senyawa hidrokarbon yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar adalah yang berasal dari senyawa ..... A. alkana D. alkadiena B. alkena E. asetilena C. alkuna

KISI-KISI ANGKET KEWIRAUSAHAAN SISWA

Variabel

Deskriptor

No. Soal

Ulet

1,2,3

Jumlah butir soal 3

Percaya diri

4,5,6

3

3. Sikap jujur dan tanggung jawab

Ketepatan bekerja

7,8,9

3

4. Ketahanan fisik dan mental

Sanggup bekerja dalam waktu

10,11,12

3

Indikator

Kewirausahaan 1. Kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup 2. Keyakinan kuat atas kekuatan diri

248

panjang 5. Ketekunan dalam bekerja dan berusaha

Teliti

13,14,15

3

6. Pemikiran yang kreatif dan konstruktif

Modern

16,17,18

3

7. Berorientasi ke masa depan

Ingin sukses

19,20,21

3

Spekulasi

22,23,24

3

8. Berani mengambil resiko

Lampiran 57

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ANGKET UJI COBA MINAT BERWIRAUSAHA Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/ Semester Waktu

: Kimia : Hidrokarbon :X/2 : 45 menit

V. PETUNJUK

6. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang kamu anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 7. Bila ingin membetulkan jawaban yang anda anggap masih kurang sesuai, berilah tanda coret pada jawaban yang telah anda silang tadi ( X ), kemudian pilihlah jawaban yang anda kehendaki dengan memberi tanda silang ( X ). 8. Jawaban apapun yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kamu 9. Bila ada kesulitan, tanyakan pada pengawas 10. Selamat mengerjakan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. VI. ANGKET UJI COBA MINAT BERWIRAUSAHA

249

41. Apakah kamu berminat untuk menciptakan produk-produk kimia dengan tangan sendiri? e. sangat berminat c. kurang berminat d. tidak berminat f. berminat 42. Apabila menghadapi kesulitan dalam menuangkan ide tentang usaha di bidang kimia, berapa kali kamu mencari sumber belajar lain (majalah, surat kabar, internet,dll)? a. lebih dari 5 kali dalam setiap bulan b. 3 sampai 4 kali dalam setiap bulan c. 1 sampai 2 kali dalam setiap bulan d. tidak pernah 43. Berapa kali muncul dorongan untuk menciptakan suatu produk usaha di bidang kimia? c. lebih dari 3 kali dalam setiap bulan c. 1 kali dalam setiap bulan d. 2 kali dalam setiap bulan d. tidak pernah 44. Apakah kamu merasa yakin bahwa dalam memulai suatu usaha di bidang kimia, usahamu akan berkembang dengan baik? e. sangat yakin c. kurang yakin f. yakin d. tidak yakin 45. Apakah kamu percaya bahwa semua kemampuan dan bakat yang kita miliki dalam bidang kimia dapat disalurkan melalui dunia wirausaha? a. sangat percaya c. kurang percaya b. percaya d. tidak percaya 46. Apakah kamu yakin dengan kemampuan diri sendiri untuk berwirausaha khususnya di bidang kimia, walaupun mungkin akan terjadi kegagalan? a. sangat yakin c. kurang yakin b. yakin d. tidak yakin 47. Dalam menciptakan suatu desain produk kimia yang dibuat bersama teman kelompok, saya akan: a. berpikir dengan memperhatikan sudut pandang saya dan teman saya agar ada titik temunya b. berpikir menemukan cara penyelesaian yang sesuai dengan teman saya c. berpikir dari sudut pandang saya saja d. menunggu hasil pemikiran teman saya saja 48. Saya kurang puas dengan keterangan materi praktek kimia yang diberikan oleh guru, maka saya: a. bertanya lebih lanjut dan memberikan tanggapan kepada guru b. minta penjelasan kepada guru lagi c. menerima keterangan tersebut apa adanya d. akan diam saja

250

49. Pada saat praktik di laboratorium kimia, alat yang saya pakai rusak, maka saya akan: a. melapor kepada guru dan berusaha memperbaikinya b. berusaha memperbaiki sendiri c. menyimpan alat tersebut di tempatnya semula d. diam saja dan membiarkan alat tersebut tetap rusak 50. Bila disuruh memasarkan suatu produk kimia yang caranya sudah ditentukan, saya akan: a. melaksanakan dengan cara tersebut dan mencari cara yang baru untuk memasarkannya b. melaksanakan dengan cara yang sudah ditentukan c. melaksanakan dengan cara saya sendiri d. melaksanakan dengan cara yang biasa dilakukan saja 51. Pada saat memasarkan hasil produk kimia, keterangan yang saya berikan sulit diterima oleh orang lain, maka saya: a. mampu mengubah cara berpikir agar keterangan saya mudah diterima b. akan memberikan keterangan yang lain tapi tujuannya sama c. mengulangi keterangan saya beberapa kali sampai orang tersebut tahu d. membiarkan orang tersebut dalam keadaan tidak tahu 52. Apabila produk hasil percobaan kimia yang kita hasilkan kurang sesuai dengan harapan kita, apa yang kamu lakukan? a. melakukan percobaan berulang-ulang b. menyerahkan pada orang lain yang lebih bisa c. membuang produk tersebut d. menyerah dan putus asa 53. Apa yang kamu lakukan sebelum melaksanakan percobaan kimia? a. semua anggota kelompok meneliti kembali alat dan bahan apakah sudah lengkap atau belum b. mengandalkan salah satu teman untuk meneliti kembali c. tidak meneliti kembali karena sudah dipersiapkan oleh guru atau laboran d. tidak mempedulikan 54. Apabila dihadapkan pada suatu kejadian di laboratorium pada saat praktik kimia, maka saya: a. mengupayakan macam-macam kemungkinan penyebab dan akibat dari kejadian tersebut b. mengupayakan cara penyelesaian dari kejadian tersebut c. mencoba mencari penyebabnya d. bersikap diam terhadap kejadian tersebut 55. Pada waktu membuat produk kimia di sekolah, waktu yang tersedia tinggal sedikit dan produk saya belum selesai, maka yang saya lakukan adalah:

251

a. menggunakan waktu yang tersedia dengan optimal sehingga produk saya dapat selesai dengan cepat dan baik b. berusaha menyelesaikan produk lebih cepat c. tetap membuat produk seperti sebelumnya sambil menunggu waktunya habis d. membiarkan produk saya tidak selesai sampai waktunya habis 56. Terhadap pelajaran praktikum kimia yang saya peroleh di sekolah, saya: a. mengembangkan menjadi bentuk dan variasi yang lain b. mengembangkan dengan cara berlatih c. menerapkan bila saya membutuhkan saja d. membiarkan saja 57. Bila sudah menemukan satu cara dalam membuat suatu produk kimia, saya akan: a. berusaha berpikir untuk menemukan cara yang lain dan membuatnya b. mencoba membuatnya lagi c. satu cara sudah baik bagi saya d. tidak berpikir untuk mencari cara lain lagi 58. Apa yang kamu lakukan agar produk kimia yang kita hasilkan tetap berjalan lancar? a. membuat produk kimia dengan berbagai kreasi dan inovasi b. membuat produk kimia dengan harga jual yang tinggi c. membuat produk kimia dengan harga jual yang rendah d. membuat produk kimia dengan apa adanya/semampu kita 59. Apakah kamu merasa tertarik untuk mengembangkan hasil percobaan kimia dalam skala yang lebih besar? a. sangat tertarik c. kurang tertarik b. tertarik d. tidak tertarik 60. Apakah kamu setuju tentang pelajaran kimia yang dikaitkan dengan kewirausahaan? e. sangat setuju c. kurang setuju f. setuju d. tidak setuju 61. Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan bahwa “modal bukanlah syarat utama untuk membentuk jiwa wirausaha, tetapi yang lebih penting adalah minat dan kemauan seseorang menjadi wirausaha”? a. sangat setuju c. ragu-ragu b. setuju d. tidak setuju 62. Apakah kamu merasa yakin bisa membuat/menghasilkan suatu produk kimia, walaupun belum ada orang yang mengerjakannya?

252

a. sangat yakin b. yakin

c. kurang yakin d. tidak yakin

63. Jika ada peluang bagus di lingkunganmu, apakah kamu berminat untuk membuka usaha di bidang kimia? a. sangat berminat c. kurang berminat b. berminat d. tidak berminat 64. Apakah kamu merasa yakin dapat bersaing di era globalisasi ini, dengan menekuni dunia wirausaha bidang kimia? c. kurang yakin a. sangat yakin b. yakin d. tidak yakin KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA

Variabel

1,2,3,4,5

Jumlah butir soal 5

2. Senang mencari dan memecahkan masalah kimia (memberi waktu yang lebih dan penafsiran terhadap kimia)

6,7,8,9,10

5

3. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas terhadap prestasi yang dicapai dalam pelajaran kimia

11,12,13,14,15

5

4. Tekun menghadapi tugas pelajaran kimia (bersemangat, dapat bekerja terus menerus dalam rentang waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai/tanggung jawab)

16,17,18,19,20

5

5. Lebih senang bekerja sendiri (tidak tergantung pada orang lain)

21,22,23,24,25

5

6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia

26,27,28,29,30

5

Jumlah

30

Indikator

Motivasi 1. Menunjukkan minat terhadap belajar pelajaran kimia

No. Soal

253

Lampiran 54

VII.

PETUNJUK

11. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang kamu anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 12. Bila ingin membetulkan jawaban yang anda anggap masih kurang sesuai, berilah tanda coret pada jawaban yang telah anda silang tadi ( X ), kemudian pilihlah jawaban yang anda kehendaki dengan memberi tanda silang ( X ). 13. Jawaban apapun yang diberikan tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kamu 14. Bila ada kesulitan, tanyakan pada pengawas 15. Selamat mengerjakan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. VIII. ANGKET UJI COBA MOTIVASI BELAJAR

65. Untuk siapa kita belajar kimia? a. untuk masa depan kita sendiri b. untuk para guru di sekolah

c. untuk orang tua d. tidak tahu

66. Apakah kamu tertarik pada pelajaran kimia? c. sangat tertarik c. kurang tertarik d. tertarik d. tidak tertarik 67. Berapa kali kamu membaca buku pelajaran kimia dalam setiap minggunya? a. setiap hari c. 2 kali seminggu b. 3 sampai 5 kali seminggu d. tidak pernah 68. Selama proses pembelajaran kimia, bagaimana perhatianmu terhadap pelajaran kimia? e. saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh dari awal sampai akhir pelajaran f. saya memperhatikan hanya saat guru menjelaskan materi pelajaran g. saya memperhatikan pada bagian materi pelajaran yang saya senangi saja h. saya kurang memperhatikan selama pelajaran

254

69. Bagaimana pendapatmu tentang pandangan bahwa “belajar kimia itu tidak berguna”? c. sangat tidak setuju c. ragu-ragu d. setuju d. tidak setuju 70. Berapa kali kamu ke perpustakaan untuk mencari atau meminjam buku pelajaran kimia dalam setiap minggunya? a. 4 kali seminggu c. 2 kali seminggu d. 1 kali seminggu b. 3 kali seminggu

71. Apakah kamu merasa tertarik dengan adanya manfaat dari materi kimia yang kamu pelajari? a. sangat tertarik c. kurang tertarik b. tertarik d. tidak tertarik 72. Berapa persen dari pelajaran kimia yang dapat kamu pahami dengan baik? c. 80% - 100% c. 56% - 65% d. 66% - 79% d. kurang dari 55% 73. Bagaimana pendapatmu tentang materi pelajaran kimia yang dikaitkan dengan masalah kehidupan? a. sangat setuju c. ragu-ragu b. setuju d. tidak setuju 74. Menurut kamu apakah pelajaran kimia berguna bagi pemecahan masalah kehidupan sekitar? c. ya, saya tahu c. saya tidak tahu d. saya ragu-ragu d. saya tidak peduli 75. Apakah kamu sering merasa kesulitan untuk memahami materi pelajaran kimia dalam setiap bulannya? g. tidak pernah c. 3 sampai 4 kali dalam sebulan h. 1 sampai 2 kali dalam sebulan d. lebih dari 5 kali dalam sebulan 76. Apakah kamu merasa puas jika bisa mengerjakan 66% - 79% dari soal-soal kimia yang ditugaskan? c. tidak puas c. puas d. kurang puas d. sangat puas 77. Apakah kamu merasa menyesal jika nilai raport pelajaran kimia di bawah 70? c. sangat menyesal c. biasa saja d. menyesal d. tidak menyesal

255

78. Apabila menghadapi masalah kehidupan sekitar yang menurut kamu berkaitan dengan materi pelajaran kimia, berapa kali muncul dorongan untuk dapat menyelesaikannya? e. lebih dari 5 kali c. 1 sampai 2 kali f. 3 sampai 4 kali d. tidak pernah 79. Apakah kamu bisa mengaitkan antara pelajaran kimia dengan masalah kehidupan sekitar? a. sangat bisa mengaitkan c. kurang bisa mengaitkan b. bisa mengaitkan d. tidak bisa mengaitkan

80. Apabila kamu mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran kimia, kapan kamu mempelajarinya lagi? c. saat itu juga c. seminggu setelah itu d. sehari setelah itu d. sehari sebelum ujian semester 81. Mengapa kita perlu belajar kimia? e. karena dapat membantu dalam memecahkan masalah kehidupan sekitar f. sebagai pengetahuan saja g. karena di sekolah ada pelajaran kimia h. tidak tahu 82. Kapan waktunya kamu belajar kimia? g. setiap hari h. jika ada ulangan/PR

c. jika diperintah orang tua d. tidak pernah belajar

83. Walaupun kamu ikut berbagai kegiatan di sekolah, apakah kamu tetap mengerjakan tugas pelajaran kimia yang diberikan? a. dikerjakan sampai bisa dan selesai c. melihat jawaban teman b. dikerjakan sebisanya d. tidak dikerjakan 84. Bagaimana usahamu dalam menyelesaikan praktikum pelajaran kimia? a. dikerjakan sampai bisa dan selesai c. dikerjakan asal-asalan b. dikerjakan sebisanya d. tidak dikerjakan 85. Apa yang kamu lakukan jika ada materi kimia yang belum kamu pahami? e. mempelajari lagi secara mandiri f. mendiskusikan dengan teman yang pandai g. bertanya kepada guru h. diam saja 86. Bagaimana usahamu dalam mengerjakan PR kimia? c. dikerjakan sendiri c. bertanya kepada guru d. mendiskusikan dengan teman d. tidak dikerjakan

256

87. Bagaimana usahamu dalam menyelesaikan ulangan kimia? c. dikerjakan sendiri c. membuka buku catatan d. tidak dikerjakan d. berbisik pada teman 88. Apakah kamu percaya dengan jawabanmu sendiri dalam menyelesaikan tugastugas kimia? c. sangat percaya c. kurang percaya d. tidak percaya d. percaya

89. Apakah kamu selalu mendiskusikan materi yang belum jelas dengan orang lain (teman, guru atau orang tua)? a. tidak pernah c. 3 sampai 5 kali dalam sebulan b. 1 sampai 2 kali dalam sebulan d. lebih dari 6 kali dalam sebulan 90. Berapa kali kamu mencari sumber belajar lain (surat kabar, ensiklopedi, internet) dalam setiap bulannya? a. lebih dari 5 kali dalam setiap bulan c. 1 sampai 2 kali dalam setiap bulan b. 3 sampai 4 kali dalam setiap bulan d. tidak pernah 91. Berapa kali kamu mengerjakan soal-soal latihan kimia dalam setiap minggunya? a. setiap hari c. 1 sampai 2 kali seminggu b. 3 sampai 4 kali seminggu d. tidak pernah 92. Apakah kamu sering mengaitkan pelajaran kimia dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan? c. selalu mengaitkan c. sesekali mengaitkan d. hampir selalu mengaitkan d. tidak pernah mengaitkan 93. Apakah kamu tertarik tentang materi percobaan kimia? c. sangat tertarik c. kurang tertarik d. tertarik d. tidak tertarik 94. Apakah kamu setuju tentang pelajaran kimia yang dikaitkan dengan pelajaran lain? 49 Lampiran g. sangat setuju c. kurang setuju h. setuju d. tidak setuju DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL TES UJI COBA

257

Mata Pelajaran

: Kimia

Materi Pokok

: Hidrokarbon

Kelas/ Semester

:X/2

Waktu

: 45 menit

Petunjuk Umum

9. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia. 10. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada lembar jawaban yang sudah disediakan. 11. Bacalah soal dengan sebaik-baiknya dan kerjakan dahulu soal-soal yang anda anggap mudah. 12. Segera laporkan kepada pengawas, jika terdapat tulisan yang kurang jelas. 13. Berilah tanda silang (X) pada huruf yang jawabannya anda anggap benar. 14. Bila anda akan memperbaiki jawaban, coretlah pilihan yang dibatalkan dengan dua garis mendatar, kemudian silanglah jawaban baru Contoh:

Pilihan semula: A

B

C

D

Pembetulan

B

C

D

:A

15. Periksalah pekerjaan anda dan bila anda telah selesai mengerjakan soalsoal boleh menyerahkan lembar jawaban dan soal kepada pengawas 16. Berdo’alah sebelum memulai pekerjaan anda

SELAMAT MENGERJAKAN !

SOAL

31. Hidrokarbon merupakan golongan karbon paling sederhana yang hanya terdiri dari unsur…. A. hidrogen dan oksigen D. karbon dan hidrogen B. hidrogen dan nitrogen E. karbon dan klor

258

C. klor dan nitrogen 32. Gas metana (CH4) merupakan gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Gas ini dihasilkan dari pemisahan fraksi minyak bumi. Unsur penyusun utama dari gas tersebut adalah karbon (C) dan hidrogen (H), oleh karena itu gas metana disebut sebagai senyawa.... D. karbon A. karbon anorganik B. hidrokarbon E. logam C. non logam 33. Sampel organik ditambah dengan CuO kemudian dipanaskan, maka akan menghasilkan gas yang dapat mengeruhkan air kapur. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel organik mengandung.... B. karbon D. karbon dan hidrogen C. glukosa E. karbon dan oksigen D. oksigen 34. Percobaan pembakaran glukosa ditunjukkan gambar berikut ini:

1. CuO berfungsi sebagai oksidator 2. Terbentuknya CO2 pada pembakaran ditunjukkan oleh air kapur yang jernih 3. Terbentuknya H2O dikenali dengan kertas kobalt dimana air pada bagian (a) akan mengubah kertas kobalt dari biru menjadi merah.

259

4. Pada akhir pembakaran, sampel organik di dalam tabung reaksi akan habis. Pernyataan yang benar adalah.... D. 3 saja D. 1, 3, 4 E. 1, 2, 3 E. 1, 2, 4 F. 2, 3, 4 35. Diantara zat di bawah ini yang bukan senyawa organik adalah.... D. daging D. kayu E. kulit E. karbondioksida F. urea 36. Di bawah ini yang termasuk ciri senyawa organik adalah.... A. reaksi berlangsung lambat B. tahan panas C. reaksi berjalan cepat D. titik didih tinggi E. larut dalam air 37. Kekhasan atom karbon yang menyebabkan unsur karbon mempunyai banyak ragam senyawa adalah.... F. mempunyai 4 elektron valensi yang dapat untuk berikatan kovalen G. dapat membentuk rantai karbon dengan berbagai bentuk H. mempunyai konfigurasi elektron yang belum stabil seperti gas mulia I. bentuk ruang ikatan padat atom karbon adalah tetrahedron J. merupakan zat padat yang sangat stabil pada suhu kamar 38. Diantara senyawa berikut: 1) C4H10 3) C3H8 2) C3H6 4) C4H6 yang termasuk pasangan senyawa hidrokarbon jenuh adalah.... D. 1 dan 2 D. 3 dan 4 E. 1 dan 3 E. 2 dan 4 F. 2 dan 3 39. Senyawa berikut ini yang merupakan hidrokarbon tak jenuh adalah.... D. C3H8 D. C5H12 E. C2H6 E. C4H8 F. C4H10 40. Diantara hidrokarbon berikut: 1.

H

H H

H

C C

C H

H H

H

260

H

H

H

H

H

H

C C C C

2.

H

H

H

4.

H

H

H H

H

C 3.

C

C

C

C

C

H 5.

H

H C C C C H

H

H

yang tergolong senyawa aromatik adalah.... A. (1) dan (2) D. (3) dan (4) E. (5) saja B. (2) dan (5) C. (3) saja 41. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai senyawa karboksida adalah, kecuali .... F. merupakan unsur karbon yang berikatan langsung dengan oksigen G. terbentuk melalui pembakaran senyawa karbon H. bila pembakarannya sempurna, menghasilkan gas karbon dioksida I. bila pembakarannya tidak sempurna, menghasilkan gas karbon monoksida J. merupakan unsur karbon yang berikatan langsung dengan air. 42. Jumlah atom C kuartener pada senyawa di bawah ini sebanyak….

A. 1 buah B. 2 buah C. 3 buah

D. 4 buah E. 5 buah

43. Perhatikan rumus struktur di bawah ini:

Berdasarkan rumus tersebut, zat itu mempunyai…. F. 2 atom C primer, 2 atom C sekunder, 1 atom C tersier, dan 1 atom C kuartener G. 4 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 1 atom C tersier H. 3 atom C primer, 3 atom C sekunder, dan 1 atom C tersier I. 3 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 1 atom C kuartener J. 2 atom C primer, 2 atom C sekunder, dan 2 atom C tersier 44. Jumlah atom C sekunder pada senyawa di bawah ini sebanyak….

261

A. 1 buah B. 2 buah C. 3 buah

D. 4 buah E. 5 buah

45. Suatu hidrokarbon mempunyai rumus empiris sebagai CH2. Mr senyawa itu = 42. Rumus molekul senyawa tersebut adalah..... D. C3H8 A. CH3 E. C3H4 B. C3H3 C. C3H6 46. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai senyawa alkana adalah..... A. hidrokarbon tak jenuh, berikatan tunggal B. hidrokarbon jenuh, berikatan rangkap C. hidrokarbon jenuh, berikatan tunggal D. hidrokarbon jenuh, berikatan rangkap tiga E. hidrokarbon tak jenuh, berikatan rangkap dua 47. Perhatikan hidrokarbon berikut: 3. CH3CH2CH2CH3 3. CH3C(CH3)2CH3 4. CH3CHC(CH3)CH3 4. CH3CH2CH3 Yang termasuk alkana adalah ..... D. hanya 4 A. 1, 2 dan 3 E. 1 dan 4 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 48. Senyawa hidrokarbon yang paling sederhana hanya terdiri dari satu atom karbon dan 4 atom hidrogen. Senyawa tersebut adalah ..... D. karbonmonoksida A. etana E. metana B. propana C. butana 49. Perhatikan deretan senyawa berikut: C2H6, C3H8, C4H10. Suku lebih tinggi berikutnya adalah ..... D. C5H12 A. C4H12 E. C6H12 B. C5H8 C. C5H10

50. Berilah nama untuk zat yang rumus bangunnya:

262

CH3

CH3 C C CH CH3 H

H2

CH2 CH3

A. 1,1,1-trimetilpentana B. 2-etil-4-metilpentana C. 2-metil-4-etilpentana

D. 2,4-dimetilheksana E. 3,5-dimetilheksana

51. Salah satu penamaan berikut tidak sesuai aturan IUPAC, yaitu ..... D. 3-metilbutana D. 2-metilpropana E. 2-metilbutana E. 3-metilheksana F. 3-metilpentana 52. Suatu senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi rumus bangun atau strukturnya berbeda, disebut .... D. monomer A. polimerisasi E. makromolekul B. isomer C. polimer 53. Dari senyawa-senyawa berikut: (1).

CH3

H 3C

C CH2 H2 CH3

(3).

H

CH3 (2).

H3C C

H3C C C CH3 H2

H

CH3

(4).

H3C C CH CH3 CH3CH3

CH3

Yang merupakan isomer adalah..... A. (1) dan (2) B. (1) dan (3) C. (1) dan (4)

D. (2) dan (4) E. (2) dan (3)

54. Di antara rumus struktur berikut ini yang bukan isomer C7H16 adalah.... D. H C CH C CH CH3 A. H C C CH2 CH2 CH3 3 2 H CH3 2

CH3

H2

CH3 CH3

B.

H3C C C C C C CH3 H2 H2 H2 H2 H2

C.

H3C C CH C C CH3 H2

CH3

H2 H2

E.

H3C C C C CH CH3 H 2 H2 H 2

263

55. Senyawa haloalkana berikut yang dapat digunakan sebagai obat bius adalah.... D. karbon tetra klorida A. halotan E. diklor difenil trikloro etana B. iodoform C. etil klorida 56. Satu liter gas CxHy dibakar sempurna menghasilkan 3 lt CO2. Jika pada pembakaran ini diperlukan 5 lt O2 pada STP, rumus molekul CxHy adalah.... D. C5H10 A. C3H5 E. C5H12 B. C3H8 C. C3H6 57. Reaksi berikut yang merupakan reaksi substitusi adalah..... CH3 ―CH2Cl A. CH2 ═ CH2 + HCl CO2 + 2H2O B. CH4 + 2O2 C. C10H22 C6H12 + C4H10 C2H5Br + HBr D. C2H6 + Br2 C2H2 + 3H2 E. CH4 58. Perhatikan persamaan reaksi substitusi halogen pada alkana berikut ini: CH3Cl(g) + HCl(g) CH4(g) + Cl2(g) Nama senyawa haloalkana yang terbentuk adalah..... D. trikloro etana A. monokloro-metana E. tetrakloro etana B. dikloro metana C. trikloro metana 59. Alkena merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan.... D. selang-seling A. tunggal B. rangkap 2 E. kovalen C. rangkap 3 60. Dari senyawa hidrokarbon berikut ini, yang tergolong alkena adalah.... D. C4H6 A. C3H4 E. C4H10 B. C3H6 C. C3H8 61. Diantara senyawa berikut: (4) C4H10 (4) C4H8 (5) C5H8 (5) C5H12 (6) C6H12 Yang merupakan satu homolog adalah..... D. (1) dan (3) D. (1) dan (2) E. (2) dan (5) E. (2) dan (3) F. (3) dan (4) 62. Nama yang benar untuk senyawa dengan rumus struktur di bawah ini adalah....

264

H3C

C

C H

C CH3 H2

CH2 CH3

A. 2-etil-2-pentena B. 2-etil-3-pentena C. 3-metil-3-heksena

D. 4-etil-3-pentena E. 4-metil-3-heksena

63. Nama IUPAC untuk senyawa: (CH3)2CH C

CH

CH3

CH2 C2H5

Adalah..... A. 3-etil-1,1-dimetil-2-butena B. 2-isopropil-3-etil-1-pentena C. 2-isopropil-4-metil-3-heksena

D. 3-etil-2-isopropil-1-butena E. 1,1,3-trimetil-2-butena

64. Perhatikan rumus struktur di bawah ini: H3C C CH C C CH3 H2

CH2

H

CH3

CH2 CH3

Nama yang tepat untuk senyawa di atas adalah..... A. 4-etil-2-metil-2-heptena D. 4-etil-2-metil-5-heksena E. 4-propil-2-metil-2-heksena B. 4-etil-2-metil-2-heksena C. 4-etil-2-metil-5-heptena 65. Nama dari senyawa berikut adalah...... Cl H3C H2C

C

CH2 CH3 C Cl

D. cis-2,3-dikloroetena E. trans-1,2-dietil-1,2-kloroetena F. cis-2,3-dikloro pentena

D. trans-2,3-dikloro heksena E. dikloro heksena

66. Jumlah isomer struktur alkena dengan rumus C5H10 adalah.... D. 6 A. 3

265

B. 4 C. 5

E. 7

67. Pasangan senyawa yang berisomer geometris di bawah ini adalah....

A.

B.

C.

H

H

Br

C

C H

H

Br

H

H

C

C

Br

Br

Br

Br

C

C

H

H

H H dan

C C H

Br

H Br

dan

dan

Br

H

C

C

H

Br

H

H

C

C

Br Br

O D.

C2H5 C H

C2H5 C CH3

dan

O O E.

C2 H 5 C

OCH3

dan

C2H5 C OC2H5 O

68. Alkena mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali..... A. mempunyai ikatan karbon-karbon rangkap B. berlaku aturan Markovnikov C. dapat diadisi hidrogen membentuk alkana D. pada jumlah atom C yang sama, alkena kurang reaktif dibandingkan terhadap alkana E. dapat mengalami polimerisasi 69. Perhatikan reaksi di bawah ini! A CH3 ― C(CH3) ═ CH ― CH3 + HBr Zat A yang merupakan hasil utama reaksi di atas adalah…. A. CH3 ― CH(CH3) ― CHBr― CH3 B. CH3 ― CBr(CH3) ― CH2― CH3 C. CH2Br ― CH(CH3) ― CH2― CH3 D. CH3 ― CH(CH3) ― CH2― CH2Br E. CH3 ― CH(CH2Br) ― CH2― CH3 70. Pembakaran sempurna suatu hidrokarbon menghasilkan CO2 dan H2O dalam jumlah mol yang sama. Hidrokarbon itu termasuk homolog….

266

A. alkana B. alkena C. alkuna

D. alkadiena E. alkenuna

71. Suatu hidrokarbon mengandung tiga atom karbon dan dapat bereaksi dengan HBr menghasilkan 2-bromopropana (CH3 ― CHBr― CH3). Hidrokarbon tersebut adalah….. D. propadiena A. propana E. butena B. propena C. propuna 72. Persamaan reaksi senyawa karbon: CH2Cl ― CH2Cl 1. CH2 ═ CH2 + Cl2 CH3 ― CH2 ― CH2Cl + HCl 2. CH3 ― CH2 ― CH3 + Cl2 Jenis reaksi senyawa karbon itu secara berurutan adalah…. D. eliminasi dan substitusi D. adisi dan substitusi E. eliminasi dan adisi E. reduksi dan substitusi F. substitusi dan eliminasi 73. Bila 2-metil-1-butena direaksikan dengan asam klorida akan menghasilkan senyawa yang namanya.... D. 3-kloro-2-metilbutana D. 2,2-diklorobutana E. 1-kloro-2-metilbutana E. 2,3-dimetilbutana F. 2-kloro-2-metilbutana 74. Dalam setiap molekul alkuna..... A. semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan rangkap tiga B. terdapat setidaknya satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga C. terdapat satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga D. semua atom karbon mengikat 4 atom hidrogen E. jumlah atom H lebih sedikit daripada atom C 75. Senyawa CH ≡ CH disebut..... A. etana B. etena C. etuna

D. etil E. metuna

76. (CH3)3C ― C ≡ C ― CH(CH3)2 Nama IUPAC senyawa di atas adalah..... D. 2,2,5,5-tetrametil-4-pentuna A. 2,2,5-trimetil-4-heksuna E. 1,1,4,4-tetrametil-3-pentuna B. 2,2,5-trimetil-3-heksuna C. 2,2,5,5-tetrametil-3-pentuna 77. Jumlah isomer dari senyawa C6H10 adalah..... D. 6 A. 3

267

B. 4 C. 5

E. 7

78. Perhatikan pernyataan tentang alkuna berikut: 5. dapat mengalami adisi 6. mempunyai rumus umum CnH2n+2 7. merupakan hidrokarbon tak jenuh 8. memiliki isomer geometri Pernyataan yang benar tentang alkuna adalah..... D. 2 dan 4 A. 1 dan 3 B. 1 dan 2 E. 1 dan 4 C. 2 dan 3 79. Pada pembakaran sempurna 5 lt alkuna CxHy, dibutuhkan 20 lt gas oksigen dan terbentuk 15 lt gas karbondioksida serta sejumlah air. Rumus senyawa alkuna yang dibakar adalah..... D. C5H8 A. C2H2 E. C6H10 B. C3H4 C. C4H6 80. Senyawa hidrokarbon yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar adalah yang berasal dari senyawa ..... D. alkadiena A. alkana E. asetilena B. alkena C. alkuna

Lampiran 50

LEMBAR JAWABAN

268

Nama

:

Kelas

:

No. absen

:

1.

A B C D E

21. A B C D E

41. A B C D E

2.

A B C D E

22. A B C D E

42. A B C D E

3.

A B C D E

23. A B C D E

43. A B C D E

4.

A B C D E

24. A B C D E

44. A B C D E

5.

A B C D E

25. A B C D E

45. A B C D E

6.

A B C D E

26. A B C D E

46. A B C D E

7.

A B C D E

27. A B C D E

47. A B C D E

8.

A B C D E

28. A B C D E

48. A B C D E

9.

A B C D E

29. A B C D E

49. A B C D E

10. A B C D E

30. A B C D E

50. A B C D E

11. A B C D E

31. A B C D E

12. A B C D E

32. A B C D E

13. A B C D E

33. A B C D E

14. A B C D E

34. A B C D E

15. A B C D E

35. A B C D E

16. A B C D E

36. A B C D E

17. A B C D E

37. A B C D E

18. A B C D E

38. A B C D E

19. A B C D E

39. A B C D E

20. A B C D E Lampiran 51

40. A B C D E

KUNCI JAWABAN UJI COBA

1. D

26. B

269

2. B 3. A 4. D 5. E 6. A 7. A 8. B 9. E 10. D 11. E 12. A 13. C 14. B 15. C 16. C 17. A 18. E 19. D 20. D 21. D 22. B 23. E 24. A 25. A

27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.

D A B B D C C A D C B D B B B A C B C B E A B A

More Documents from "Febriyatul Husna"

2011-1-00398-ka 3.pdf
December 2019 0
4001505004.pdf
December 2019 0
Awalan Proposal.docx
June 2020 30
Bab 1 Lama.docx
July 2020 25
Daftar Pustaka.docx
July 2020 18