3._laprak_histologi_i.docx.docx

  • Uploaded by: Jeanette Lynn
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 3._laprak_histologi_i.docx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,629
  • Pages: 10
HISTOLOGI I

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: Anjar Sari : B1A016123 : C1 :7 : Rahmi Mutia Mawardi

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017

I.

PENDAHULUAN

Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi, sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. (Wahyu, 2008). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama, serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang mendukung pertumbuhan pada tumbuhan. Tumbuhan berpembuluh matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan (Kimball, 1992). Berdasarkan asal pembentukannya, jaringan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer adalah jaringan yang berasal dari titik tumbuh primer (prokambium = meristem primer), contoh jaringan primer misalnya epidermis, korteks, xilem primer, floem primer, kambium, dan empulur. Pertumbuhannya disebut pertumbuhan primer, contohnya akar menjadi panjang, batang menjadi tinggi dan daun menjadi lebar (Saktiyono, 1989). Jaringan sekunder adalah jaringan yang terbentuk akibat aktivitas titik tumbuh sekunder (meristem sekunder). Pertumbuhannya disebut pertumbuhan sekunder, ada pada Gymnospermae dan dikotil. Titik tumbuh sekunder meliputi kambium vasis, kambium intervasis, perikambium (perisikel), dan kambium gabus (felogen). Jaringan akan membentuk organ tertentu pada tumbuhan, seperti akar, batang, dan daun (Saktiyono, 1989). Parenkim adalah jaringan penting pada xilem sekunder tanaman benih, dengan fungsi mulai dari penyimpanan hingga pertahanan dan dengan efek pada sifat fisik dan mekanik kayu (Morris et al, 2015). II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara sitologi II yaitu: 1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dan derivatnya, antara lain sel silika, sel gabus, stomata, dan trikomata. 2. Mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim), antara lain aerenkim dan aktinenkim.

III. MATERI DAN METODE

A. Materi Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara histologi I diantaranya mikroskop, object glass, cover glass, pipet tetes, jarum preparat, dan silet. Bahan-bahan yang digunakan adalah irisan membujur batang tebu (Saccharum officinarum), irisan membujur daun sosongkokan (Rhoeo discolor), irisan membujur daun jagung (Zea mays), irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), irisan membujur daun durian (Durio zibethinus), irisan melintang petiolus bunga tasbih (Canna sp), dan akuades. B. Metode Metode yang dilakukan dalam praktikum acara histologi I antara lain: 1. Irisan membujur batang tebu (Saccharum officinarum), daun sosongkokan (Rhoeo discolor), daun jagung (Zea mays), dan daun durian (Durio zibethinus) dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet. Irisan diletakkan di atas kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca penutup. 2. Preparat Saccharum officinarum, Rhoeo discolor, dan Zea mays diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, sedangkan preparat Durio zibethinus diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. 3. Irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dan petiolus bunga tasbih (Canna sp) dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet. Irisan diletakkan di atas kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca penutup. 4. Preparat Orthosiphon stamineus dan Canna sp diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. 5. Semua preparat diamati, letak sel silika dan sel gabus diperhatikan, bentuk sel epidermisnya panjang dengan dinding sel berlekuk-lekuk. Bentuk sel penutup pada stoma diamati dan tipenya ditentukan. Bentuk dan tipe trikoma diamati dan diperhatikan. 6. Bentuk dan susunan sel-sel parenkim diamati. 7. Semua preparat kemudian digambar dan diberi keterangan selengkapnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan : 1. Epidermis 2. Sel silika 3. Sel gabus 1 2 3

Gambar 1. Ø.B Epidermis Batang Tebu (Saccharum officinarum) Perbesaran 400x

Keterangan : 1

1. Sel tetangga 2. Sel penutup bentuk halter 3. Porus

3

4. Epidermis

4 Tipe stoma : 2

Graminae

Gambar 2. Ø.B Daun Jagung (Zea mays) Perbesaran 400x

Keterangan : 1. Sel penutup bentuk 1

ginjal 2. Porus

2

3. Sel tetangga 4. Epidermis

3 Tipe stoma : 4

Amaryllidaceae

Gambar 3. Ø.B Epidermis Daun Sosongkokan (Rhoeo discolor) Perbesaran 400x

Keterangan : 1. Epidermis atas 2. Jaringan palisade 3. Jaringan spons 1

4. Epidermis bawah 5. Trikoma

2 3

Tipe trikomata : Glanduler

5 4

Gambar 4. Ø.L Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus) Perbesaran 400x

Keterangan : 1. Trikoma 2

bentuk

bintang 2. Trikoma

bentuk

sisik

Tipe trikoma : Non glanduler 1

Gambar 5. Ø.B Epidermis Bawah Daun Durian (Durio zibethinus) Perbesaran 100x

Keterangan : 1. Aktinenkim 2. Aerenkim

1

2

Gambar 6. Ø.L Petiolus Bunga Tasbih (Canna sp) Perbesaran 400x

B. Pembahasan Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis dan jaringan parenkim (Yatim, 1987). Jaringan pelindung (epidermis) merupakan jaringan yang menutupi permukaan organ tubuh tumbuhan. Jaringan ini berfungsi melindungi jaringan yang ada disebelah dalamnya. Jaringan ini tidak terdapat klorofil kecuali pada daerah sekitar stomata. Jaringan dasar tersusun atas sel-sel parenkim yang membentuk suatu jaringan yang sederhana pada tumbuhan yang menempati tempat disebelah dalam jaringan epidermis. Jaringan parenkim terdiri atas sel-sel hidup, letak selnya renggang sehingga terdapat rongga antar interseluler. Jaringan parenkim yang terdiri atas jaringan tiang dan jaringan spons berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis dan tempat menyimpan cadangan makanan (Pratiwi, 2000). Derivat epidermis adalah alat tambahan pada epidermis yang berasal dari epidermis itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis antara lain stomata, trikomata, sel silika, dan sel gabus. Stomata berupa suatu pintu yang mempunyai dua sel penutup di kedua samping kanan dan kirinya. Stomata lebih banyak di permukaan bawah helaian daun dibandingkan dengan permukaan atas (Tambaru et al, 2014). Stomata dapat berfungsi sebagai pintu keluar dan masuk udara dari dan untuk fotosintesis, juga berfungsi dalam evaporasi untuk menjaga kestabilan air dalam tumbuhan (Hidayat, 1995). Ada beberapa tipe stomata yang terdapat pada tumbuhan yaitu tipe anomositik, tipe diasitik, tipe parasitik, tipe aktinositik, tipe siklositik (Woelaningsih, 1988). Trikomata merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak dibentuk dari sel epidermis yang tersusun oleh jaringan. Trikoma dibagi menjadi dua jenis yaitu trikoma non glandular (tidak menghasilkan sekret) dan trikoma glandular (menghasilkan sekret). Fungsi trikoma ialah untuk mengurangi penguapan, mengurangi gangguan hewan, meneruskan rangsang, mengeluarkan madu untuk menarik serangga, membantu penyerbukan, mencegah gangguan serangga yang akan merusak biji, menyerap air, serta untuk memanjat (Mulyani, 2006). Diantara sel-sel epidermis yang memanjang, di sebelah atas tulang daun, terdapat sel silika dan sel gabus yang sering kali berturut-turut dibentuk dalam pasangan. Sel silika yang berkembang mengandung badan silika yang berupa massa silika yang isotropik dan ditengahnya berupa granula renik. Sel gabus

dindingnya mengandung suberin dan sering mengandung bahan organik yang padat. Distribusinya menyebabkan pengerasan pada kulit batang (Mulyani, 2006). Berdasarkan fungsi, parenkim dibedakan menjadi parenkim asimilasi yaitu sebagai pembuat zat makanan yang diproses dari fotosintesis di daun. Parenkim penimbun berfungsi dalam menyimpan cadangan makanan berupa hasil fotosintesis. Parenkim air berfungsi sebagai tempat menyimpan air pada tumbuhan xerofit atau epifit untuk menghadapi kemarau. Parenkim udara disebut sebagai aerenkim bertugas menyimpan udara dalam kantung besarnya. Parenkim pengangkut bertugas mengangkut sari makanan hasil proses fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan (Wilkins, 1989). Epidermis batang Saccharum officinarum dari Poaceae memiliki stoma yaitu sel silika dan sel gabus. Menurut referensi, pada Gramineae atau Poaceae di antara sel-sel epidermis yang memanjang, di sebelah atas tulang daun, terdapat sel pendek yang terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel silika dan sel gabus (Mulyani, 2006). Daun Zea mays dari Poaceae memiliki stoma bertipe Graminae. Stomata dengan tipe gramineae memiliki ciri-ciri sel penutup berbentuk halter, arah membukanya sel penutup sejajar dengan permukaan epidermis (Dwijoseputro, 1984). Epidermis daun Rhoeo discolor bertipe stoma yaitu Amaryllidaceae. Stomata tipe ini mempunyai sel penutup jika dilihat dari atas berbentuk ginjal. Dinding punggung tipis, dinding perut lebih tebal, dinding atas dan bawah terjadi penebalan kutikula, serta sel-sel tetangga berbatasan dengan sel penutup (Fahn, 1992). Daun Orthosiphon stamineus memiliki tipe trikoma yaitu glandular. Trikom ini dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik. Trikom glandular terlibat dalam sekresi berbagai bahan (Campbell, 2003). Epidermis bawah daun Durio zibethinus bertipe trikoma non glandular. Rambut uniselular sederhana atau multiselular uniseriat, yang tidak memipih, umum dijumpai pada Lauraceae, Moraceae, Triticium, Hordeum, Pelargonium, dan Gossypium (Mulyani, 2006). Parenkim pada petiolus Canna sp adalah aktinenkim dan aerenkim. Parenkim bintang (aktinenkim) dinamakan sesuai bentuknya yang menyerupai bintang karena bersegi lima menjuntai atau lebih. Aerenkim adalah jaringan parenkim yang mampu

menyimpan

udara

karena

mempunyai

ruang

antar

sel

yang

besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit (Syamsuni, 2009).

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Epidermis batang tebu (Saccharum officinarum) memiliki stoma yaitu sel silika dan sel gabus. Daun jagung (Zea mays) memiliki stoma bertipe Graminae. Epidermis daun sosongkokan (Rhoeo discolor) bertipe stoma yaitu Amaryllidaceae. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) memiliki tipe trikoma yaitu glandular. Epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus) bertipe trikoma non glandular 2. Parenkim pada petiolus bunga tasbih (Canna sp) adalah aktinenkim dan aerenkim. Aktinenkim adalah parenkim bercabang-cabang seperti bintang, sedangkan aerenkim ialah parenkim penyimpan udara. B. Saran Saran untuk praktikum ini adalah jangan memberikan poin pembahasan untuk laporan secara “lengkap” mengingat laporan ini dibatasi maksimal hanya 10 lembar.

DAFTAR REFERENSI

Campbell, N. 2003. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Dwijoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia. Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan. Ketiga ed. Yogyakarta : UGM Press. Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB. Kimball, J. W. 1992. Biologi. Jakarta : Erlangga. Morris, H. et al. 2016. A global analysis of parenchyma tissue fractions in secondary xylem of seed plants. New Phytologist, Volume 209, pp. 553–1565. Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius. Pratiwi. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga. Saktiyono. 1989. Biologi 2. Jakarta : Bumi Aksara. Syamsuni. 2009. Diktat Anatomi Tumbuhan. Indramayu : Universitas Wiralodra. Tambarua, E., Umara, M. R., Latunra, A. R. & Sulaeman, M. 2014. Peranan Stomata Bambu Betung Dendrocalamus asper (Schult f.) Backer ex Heyne Sebagai Pengabsorbsi Karbon Dioksida di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Alam dan Lingkungan, 5(10), pp. 1-6. Wahyu, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. Jurnal Kedokteran Maranatha, 2(7), pp. 193-202. Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bina Aksara. Woelaningsih, S. 1988. Diktat Penuntun Praktikum Botani Dasar: Histologi. Yogyakarta : Lab. Anatomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito.

More Documents from "Jeanette Lynn"