346654749-lp-kolesistektomi.docx

  • Uploaded by: Danang Budi Setiawan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 346654749-lp-kolesistektomi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,207
  • Pages: 8
LAPORAN PENDAHULUAN DAN TEKNIK ISNTRUMENTASI KOLESISTEKTOMI DI KAMAR OPERASI RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh : DANANG BUDI SETIAWAN NIM 1501460020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN PERIOPERATIF MALANG 2019

LAPORAN PENDAHULUAN KOLESISTEKTOMI A. DEFINISI Kolesistektomi adalah

pengangkatan kantung

empedu melalui

proses bedah,

yang

tekniknya dapat dilakukan dengan laparoskopi atau bedah terbuka (Chari & Shah, 2007).

B. TUJUAN Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan mencegah kekambuhan, mencegah perjalan penyakit menjadi suatu penyakit menahun.

C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI Indikasi Kolesistektomi (Chari & Shah, 2007) Urgensi (dalam 24-72 jam)

Elektif

• Kolesistitis akut

• Diskinesia biliaris

• Kolesistitis emfisema

• Kolesistitis kronik

• Empiema kandung empedu

• Kolelitiasis simpomatik

• Perforasi kandung empedu • Riwayat koledokolitiasis

Kontraindikasi Kolesistektomi Absolut

Relatif

• Kolangiokarsinoma

• Sirosis tahap lanjut/gagal hati

• Ketidakmampuan untuk

• Koagulopati

toleransi bius umum • Kolagulopati tidak terkontrol

• Peritonitis • Riwayat pembedahan diabdomen bagian atas • Syok septik • peritonitis akut berat

D. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN 1.Kolesistektomi Terbuka Kolesistektomi terbuka telah menjadi prosedur yang jarang dilakukan biasanya dilakukan sebagai konversi dari kolesistektomi laparoskopi (Chari & Shah, 2007). Kolesistektomi terbuka dilakukan dengan melakukan insisi sekitar 6cm-8cm pada bagian abdomen kanan atas menembus lemak dan otot hingga ke kandung empedu. Duktusduktus lainnya di klem, kemudian kandung empedu diangkat (Turner&Malagoni, 2009).

2 Kolesistektomi Laparoskopi Kontraindikasi untuk kolesistektomi laparoskopi antara lain pasien yang tidak bisa menoleransi anestesi umum atau bedah mayor. Kondisi seperti koagulopati, kehamilan dan sirosis tidak lagi dianggap sebagai kontraindikasi namun memerlukan perhatian dan persiapan lebih dan evaluasi resiko beserta keuntungannya (Litwin & Cahan, 2008). Kolesistektomi laparoskopi merupakan pengangkatan total dari kandung empedu tanpa insisi yang besar. Insisi kecil 2-3 cm dilakukan di umbilikus dan laparoskop dimasukkan. Dokter bedah mengembangkan abdomen dengan cara memasukkan gas yang tidak berbahaya, seperti karbon dioksida (CO2), agar tersedia ruang untuk dilakukan operasi. Dua potongan kecil 0,5 – 1 cm dilakukan di bawah batas iga kanan. Insisi keempat di abdomen bagian atas dekat dengan tulang dada. Insisi ini dilakukan untuk memasukkan instrument seperti gunting dan forsep untuk mengangkat dan memotong jaringan. Klip surgikal ditempatkan pada duktus dan arteri yang menuju kandung empedu untuk mencegah kebocoran ataupun perdarahan. Kandung empedu kemudian diangkat dari dalam abdomen melalui salah satu dari insisi tersebut. Bila batu yang dijumpai berukuran besar, maka insisi dapat diperlebar. Pada beberapa keadaan, dapat juga dilakukan X-ray yang disebut kolangiogram bila dicurigai terdapat batu di saluran empedu. Operasi umumnya berlangsung 30 hingga 90 menit, tergantung dari ukuran kandung empedu, seberapa berat inflamasinya, dan tingkat kesulitan operasi (Soonawala, 2012).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Ultrasonografi (USG): merupakan pemeriksaan yang banyak digunakan untuk mendeteksi batu empedu. USG memiliki sensitivitas 95% dalam mendiagnosis batu kandung empedu yang berdiameter 1,5mm atau lebih. 2. Computed Tomography (CT) : berguna untuk mendeteksi atau mengeksklusikan batu empedu, terutama batu yang sudah terkalsifikasi,namun lebih kurang sensitif dibandingkan dengan USG dan membutuhkanpaparan terhadap radiasi. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Cholangiopancreatography(MRCP) : lebih berguna untuk menvisualisasi saluran pankreas dansaluran empedu yang terdilatasi. 4. Endocospic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) : lebih untuk mendeteksi batu pada saluran empedu.

F. PATHWAY KEPERAWATAN (YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS TINDAKAN) Pola Hidup, Pola Makan, Usia Pembentukan Batu Empedu

Menyumbat Saluran Kantong Empedu

Nyeri, Mual, Kembung

Indikasi Operasi

Post Operasi

Pre Operasi Inra Operasi Gugup panik

kurang informasi

ansietas

Pembedahan Nyeri

kurang pengetahuan

Perdarahan

Mengaktivasi Reseptor

Insisi

Terputus Pembuluh darah

Syok hipovolemik

Menekan pusat pernafasan dan sistem perkemihan

Pembiusan

Kesadaran diturunkan

Termoregular terganggu

Resiko hipotermia Kerja organ pernafasan menurun

Suhu ruangan dingin Kelemahan otot pernafasan

Rileks batuk dan menelan berkurang

Terakumulasi sekret

Fungsi ginjal menurun

Trauma jaringan kulit

Reflek berkemih menurun

Resiko kerusakan integritas kulit

Inkontinesia Bersihan jalan nafas tidak efektif Perubahan pola eliminasi

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN DAN KRITERIA HASIL NTERVENSI DAN RASIONAL Pre operasi : Ansietas b.d perubahan besar Intervensi 1. Kaji tingkat kecemasan pasien

Rasional 1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien

2. Berikan penjelasan yang akurat tentang kondisi 2. Pasien mengetahui secara penyakit saat ini dan proses terjadinya penyakit.

pasti apa yang sedang dihadapi saat ini.

3. Bantu

klien

memahami

untuk

mengidentifikasi

berbagai

perubahan

cara 3. Usaha memberikan akibat

penyakitnya.

koping adaptif. 4. Meningkatkan kekuatan diri untuk berani

4. Beri dukungan untuk tindakan operasi.

menghadapi oprasi 5. Setelah pasien

5. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan mereka

mengekpresikan diharapkan pasien mampu

6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tidak

mengkontrol ansietasnya

menakutkan bagi pasien.

dikemudian. 6. Mengurangi factor terjadinya kecemasan yang semakin mendalam.

Intra operasi : Syok Hipovolemik b.d perdarahan Intervensi 1. Monitor keadaan umum pasien

Rasional 1. untuk monitor kondisi pasien selama perawatan

2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih.

terutama

saat

terjadi

Pendarahan. 3. kolaborasi : Pemberian cairan Intravena.

2.

Perawat

perlu

terus

mengobservasi vital sign 4. Kolaborasi : pemberian HB, PCV, trombosit

untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok. 3.

Cairan

Intravena

di

perlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat. 4. Untuk mengetahui tingkat pembuluh darah yang

dialami pasien untk acuan tindakan lanjut . Hipotermi b.d suhu lingkungan tinggi Intervensi Kontrol temperatur ruangan

Rasional Membantu menstabilkan suhu

Post operasi : Nyeri b.d agent cidera biologis Intervensi Rasional 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 1. Untuk mengetahui termasuk faktor pencetus, kualitas, lokasi, skala,

keadaan neri yang dialami

durasi, dan frekuensi nyeri

klien

2. Lakukan pengajaran tentang teknik distraksi

dan

menentukan

tindakan selanjutnya

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan analgetik untuk meredakan nyeri

2. Membantu

mengurangi

4. Tingkatkan istirahat

nyeri yang dialami klien

5. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

dengan pengalihan nyeri

nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

3. Membantu

mengatsai

nyeri secara farmakologi

4. Mengurangi stimulus nyeri

5. Membantu klien dalam mengontrol nyeri yanag dialami Resiko Kerusakan Integritas Kulit b.d proses insisi Intervensi 1.Berikan perawatan luka operasi yang bersih.

Rasional 1.

Mencegah infeksi

2.Hindari terjadinya infeksi pada luka operasi yang

yang

membuat

dapat membuat parahnya integritas kulit.

terjadinya dapat terjadinya

kerusakan integritas kulit lebih lanjut. 2.

Adanya membuat

infeksi

dapat

kerusakan

integritas kulit lebih parah

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan

1. Kaji

Intervensi fungsi pernapasan

(bunyi

nafas, 1.

Rasional Penurunan bunyi

nafas

kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan

menunjukkan

otot sensori)

ronkhi

menunjukkan

akumulasi

sekret

2. Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi,

atelektatis,

ketidakefektifan

catat kateter sputum.

pengeluaran sekresi yang selanjutnya

3. Berikan posisi yang nyaman (fowler/semi

dapat

menimbulkan

fowler).

otot

penggunaan

sesesori

dan

peningkatan 4. Ajarkan klien latihan napas dalam dan batuk efektif

dan

kerja

pernapasan 2.

Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi

5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari

dan

(kecuali kontraindikasi), tawarkan air hangat, daripada dingin.

hidrasi

yang

tidak

adekuat) 3.

Posisi

fowler

memaksimalkan

ekspansi

paru dan menurunkan upaya bernapas 4.

Ventislasi

maksimal

membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan 5.

Cairan

khususnya

yang

hangat

mobilisasi

dan

mengeluarkan sekret

H. DAFTAR PUSTAKA (10 tahun terakhir) Chari, R.S., dan Shah, S.A., 2007. Billiary System. Dalam : Townsend Ed, Sabiston Textbook Of Surgery. Edisi ke-18. USA : Saunders. Litwin, D. E. M. dan Cahan, M.A., 2008. Laparoscopic Cholecystectomy. Available from : www.surgical.theclinics.com (diakses 08 januari 2017). Soonawala, Z., 2012. About Cholecystectomy : Surgical Removal of the Gallbladder. Available from : http ://www.ouh.nhs.uk/patient-guide/leaflets/files%5 cholecystectomy.pdf (diakses 08 januari 2017). Turner, P.L., Malangoni, M., 2009 Cholecystectomy : Surgical Removal of the Gallbladder. Available from : http://www.facs.org/public info/opertaion/brochures/ cholecystectomy.pdf (diakses 08 januari 2017).

More Documents from "Danang Budi Setiawan"