31486_lp Aman Nyaman (nyeri).docx

  • Uploaded by: Isma Meliza Dewi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 31486_lp Aman Nyaman (nyeri).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,774
  • Pages: 12
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri) 1. Defenisi Rasa aman adalah suatu keadaan dimana badan dan pikiran merasa segar dan sehat yang membawa akibat menimbulkan rasa senang. Perubahan Kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial (Smatzler & Bare, 2002). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992).

2. Fisiologi Nyeri a. Nosisepsi Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensai nyeri disebut nosiseptor. Sedangkan proses fisiologis terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses tersebut terdiri empat fase, yakni : 1) Proses Transduksi Pada fase ini, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya bahan kimia, suhu, llistrik, atau mekanik) memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya

prostaglandin,

mensensorititasi nosiseptor.

bradikinin,

hsitamin,

substansi

P)

yang

2) Proses Transmisi Pada fase ini, nyeri terdiri atas 3 bagian. Pertama, nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis. Dua jenis serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adlah serabut C yang mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, serabut A-Delta yang mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi. Kedua, adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (spinothalamic tract [STT]) STT merupakan suatu sistem diskriminatif yang membawa informasi mengnai sifat dan lokasi stimulus ke thalamus. Selanjutnya pada bagian ketiga, sinyal tersebut diteruskan ke korteks sensorik somatik tempat nyeri di persepsikan. Impuls yang di transmisikan melalui STT meangaktifkan respons otonomi dna limbil. 3) Persepsi Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai stretegi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri (Mc Caffery dan Pasero, 1999). 4) Modulasi fase ini disebut juga “ sistem clesenden”. Pada fase ini, meuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke modula spinalis. Serabut desenden tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonim, dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medulla spinalis. b. Teori Gate Control Dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965) mereka menjelaskan bahwa substansi gelatinosa (SG) pada medulla spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau menghalangi masuknya impuls nyeri menuju otak. Pada mekanisme nyeri, stimulus nyeri di transmisikan melalui serabut saraf berdiameter besar yang juga melewati gerbang tersebut dapat menghambat

transmisi impuls nyeri dengan cara menutup gerbang itu. Impuls yang berkonduksi pada serabut beridameter besar bukan sekedar menutup gerbang, tetapi juga merambat langsung ke korteks agar dapat diidentifikasi dengan cepat (long,1996). c. Pengalaman nyeri Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi beberapa hal, yaitu : 1) Makna Nyeri Beberapa makna nyeri antara lain berbahaya atau merusak, menunjukkan adanya

komplikasi

(misal

:

infeksi),

memerlukan

penyembuhan,

menyebabkan ketidakmampuan, merupakan hukuman akibat dosa, merupakan sesuatu yang harus ditoleransi. 2) Persepsi nyeri Persepsi nyeri, tepatnya pada area korteks (fungsi evaluative kognitif) muncul akibat stimulus yang di transmisikan menuju jaras spinotalamikud dan talamikokartikalis. Persepsi nyeri bisa berkurang atau hilang pada periode stress berat atau keadaan emosi. Kerusakan pada ujung saraf dapat memblok nyeri atau sumbernya. 3) Toleransi terhadap nyeri Toleransi terhadap nyeri tergantung dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum mencari pertolongan. Meskipun setiap orng memiliki pola penahan nyeri yang relatif stabil, namun tingkat toleransi berbeda tergantung situasi yang ada. 4) Reaksi terhadap nyeri Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri. Ada orang yang menghadapinya dengan perasaan takut, gelisah, dan cemas, ada pula yang menghadapinya dengan sikap yang optimis dan penuh toleransi. Sebagian orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang, dan menjerit-jerit, meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau berjalan mondar-mandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Klasifikasi Nyeri a. Nyeri Berdasarkan waktu lamanya serangan 1) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan cepat dengan intensitas bervariasi (ringan-berat) dan berlangsung singkat (kurang dari enam bulan dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan). 2) Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yeang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh adanya keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau non keganasan. Berlangsung lebih lama (lebih dari enam bulan) dan akan berlanjut walaupun pasien diberikan pengobatan atau penyakit tampak sembuh. b. Nyeri berdasarkan tempatnya 1) Nyeri superfisial adalah nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit, mukosa. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. 2) Nyeri viseral dalam adalah nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viseral. Nyeri bersifat difus (menyebar) ke beberapa arah. 3) Nyeri alih adalah nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau struktur dalam tubuh yang di transmisikan ke bagian tubuh yang berbeda, bukan daerah asal nyeri. Nyeri dapat terasa dengan berbagai karakteristik. 4) Nyeri sentral adalah nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain. c. Nyeri berdasarkan sifatnya 1) Incidental pain adalah nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. 2) Steady pain adalah nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. 3) Paroxysmal pain adalah nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

d. Nyeri berdasarkan berat ringannya 1) Nyeri ringan adalah nyeri dengan intensitas rendah. 2) Nyeri sedang adalah nyeri yang menimbulkan reaksi. 3) Nyeri berat adalah nyeri dengan intensitas yang tinggi.

4. Etiologi nyeri Adapun etiologi nyeri yaitu : a. Trauma pda jaringan tubuh misalnya karena bedah, akibat terjadinya kerusakan langsung dan iritasi secara langsung pada reseptor. b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema, akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri. c. Tumor dpat juga menekan pada reseptor nyeri. d. Spasme otot dapat menstimulasi mekanik. e. Inflamasi, pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan local dan juga karena ada pengeluaran zat histamine dan zat kimia bioaktif lainnya.

5. Manifestasi klinis a. Gangguan tidur b. Posisi menghindari nyeri c. Gerakan menghindari nyeri d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih) e. Perubahan nafsu makan f. Tekanan darah meningkat g. Nadi meningkat h. Pernapasan meningkat i. Depresi

6. Cara mengukur intensitas nyeri a. Skala nyeri menurut Hayward skala

keterangan

0

Tidak nyeri

1-3

Nyeri ringan

4-6

Nyeri sedang

7-9

Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan

10

Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

b. Skala nyeri menurut Mc. Gill skala

keterangan

0

Tidak nyeri

1

Nyeri ringan

2

Nyeri sedang

3

Nyeri berat

4

Nyeri sangat berat

5

Nyeri hebat

7. Pathway

8. Penatalaksaan nyeri a. Farmakologi Pemberian analgesic dan indikasi terapi : 1) Analgesik Non narkotik -

Asitaminofen ( Tynlenol )

= nyeri pasca operasi

-

Asam asetilsalisilat

= demam

NSAID ( Nonsteroid ) obat anti inflamasi -

Ibuprofen (motrin, nuprin)

= dismenore

-

Naproksen (Naprosyn)

= nyeri kepala vaskuler

-

Indometasin (Indocin)

= artritis remathoid

-

Tolmetin (tolectin)

= cedera atletik

-

Piroksikam (feldone)

= goat

-

Keterolak (taradol)

= nyeri pasca operasi, nyeri traumatic berat

2) Analgesik narkotik -

Mepedrin (Demerol)

= nyeri kanker

-

Metilorfin (kodein)

= nyeri miokard

-

Morfin sulfat

3) Adjuvant (obat tambahan atau koanalgesik) : -

Amitriptilin (evavil)

= cemas

-

Hidroksin (vistaril)

= depresi

-

Klorpromizin (thorazine)

= mual muntah

-

Diazepam (valium)

= cemas

b. Non Farmakologi Tindakan no-farmakologi yang secara mandiri dapat dilakukan perawat antara lain : 1) Guided imaginary 2) Distraksi 3) Relaksasi 4) Stimulus kutaneus

B. Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri 1. Pengkajian Pengkajian nyeri yang faktula dan akurat data yang dibutuhkan adalah : a. Melakukan pengumpulan dta tentang informasi pasien tentang nama, umur, alamat, anggota keluarga, riwayat kesehatan dan lain-lain.

b. Mengumpulkan data tentang alasan masuk rumah sakit seperti keluhan utama, saat masuk RS dan saat dikaji pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang dan kesehatan sebelumnya. c. Melakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur tekanan darah, nasi, pernafasan, dan suhu tubuh. d. Mengkaji tingkat nyeri pasien : -

Pengkajian tingkat berdasarkan PQRST P : Provokatif / paliatif (penyebab timbulnya nyeri) Q : Qualitas / quantitas (seperti apa nyerinya : ditusuk-tusuk, terbakar, dll) R : Region / radiasi (lokasi nyeri dirasakan) S : Skala Seviritas (intensitas nyeri/skala nyeri) T : Time (kapan keluhan nyeri dirasakan)

e. Mengkaji pengalaman masa lalu dalam mengatasi nyeri -

Riwayat nyeri meliputi a. Lokasi b. Intensitas nyeri c. Kualitas nyeri d. Pola e. Faktor presipitasi f. Gejala yang menyerta g. Pengaruh pada aktivitas h. Sumber koping i. Respon afektif

2. Diagnosa keperawatan a. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang tidak hilang b. Nyeri yang berhubungan dengan : 1) Cedera fisik atau trauma 2) Penurunan suplai darah ke jaringan 3) Proses melahirkan normal

c. Nyeri kronik berhubungan dengan : 1) Jaringan parut 2) Kontrol nyeri yang tidak adekuat d. Ketidakberdyaan yang berhubungan dengan nyeri maligna kronik e. Ketidak efektifan koping individu yang berhubungan dengan nyeri kronik f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri musculoskeletal g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri punggung bagian bawah h. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstermitas i. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri j. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan

3. Perencanaan Keperawatan Secara umum rencana keperawatan tindakan yang dapat diberikan adalah delegatif farmakologi sesuai program dokter dan non farmakologi. Intervansi menurut nanda (2013) a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presifitan b. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan c. Gunakan teknik komunikasi terapuitik untuk mengetahui pengalaman nyeri d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu, pencahayaan dan kebisingan. i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervansi k. Ajarkan tentang teknik non farmakologi l. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri m. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

n. Tingkatkan istirahat o. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil p. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Tujuan dari perencanaan tindakan untuk mengatasi nyeri, yakni : a. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu b. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktivitas fisik yang diperlukan untuk penyembuhan (missal : batuk dan nafas dalam, ambulasi) c. Mencegah timbulnya gangguan tidur

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz, Alimul, Hidayat. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta : Salemba Medika. Carpenito & Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Mubarak, W, I dan Nurul. C. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Related Documents

Aman
November 2019 34
Aman
October 2019 30

More Documents from ""