1
PENDAHULUAN Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat mengakibatkan semakin meningkat pula polusi udara di lingkungan masyarakat. Paparan polusi kendaraan bermotor yang ditambah lagi dengan paparan debu, sinar matahari berlebih dan konsumsi makanan fast food akan meningkatkan radikal bebas dan mempengaruhi kesehatan kulit wajah seperti timbulnya jerawat pada kulit. Adanya radikal bebas pada kulit wajah akan mengakibatkan terjadinya penuaan dini yang ditandai dengan kulit keriput, kering dan kusam pada wajah. Paparan sinar matahari UV A dan UV B pada kulit dapat mengakibatkan inflamasi, pigmentasi dan kanker kulit wajah sehingga memperparah kesehatan kulit wajah (Angela, 2012). Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan subkutis. Kulit mengandung beberapa bagian kecil dari bermacam-macam ketebalan berdasarkan dari lokasinya yaitu rambut, kelenjar sebaseus, kelenjar keringat ekrin, kelenjar apokrin, dan bagian neurosensory. Epidermis adalah bagian yang tidak berkaitan dengan pembuluh darah yang secara terus-menerus memperbaharui diri sendiri dari lapisan basal sampai lapisan tanduk (Bernhardt, 2005). Dermis berada dibawah epidermis dan dipisahkan oleh sebuah membran yang disebut dermo-epidermal junction (DEJ). Tidak seperti lapisan epidermis, lapisan dermis menunjukkan aktivitas mitosis yang rendah dan pergantian protein yang lambat (Bernhardt, 2005). Kulit merupakan organ yang pertama terkena dampak buruk polusi, paparan sinar ultraviolet yang dapat merusak kulit. Selain itu, aktivitas sehari-hari juga dapat menimbulkan masalah pada kulit terutama kulit wajah. Apabila kulit wajah tidak dibersihkan dan dirawat dengan teratur akan mengakibatkan sel kulit mati, menumpuk dan menghambat produksi kolagen, sehingga memicu terbentuknya garis-garis halus dan kerutan pada kulit. Selain itu juga dapat menimbulkan kulit kusam, kering dan flek pada wajah serta memudahkan tumbuhnya bakteri yang dapat memicu terjadinya jerawat. Oleh karena itu, perawatan kulit sangat diperlukan untuk memelihara agar kulit tetap sehat, indah
2
dan terlihat bersih. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan masker wajah (Rahim, 2014). Radikal bebas dikenal sebagai oksigen yang reaktif. Molekul oksigen dengan pasangan elektron adalah oksigen yang stabil, namun oksigen yang stabil disebut sebagai reaktif oksigen karena kehilangan satu elektronnya. Reaktif oksigen menyebabkan keseluruhan proses penuaan termasuk menyebabkan photoaging, karsinogenesis dan inflamasi. Antioksidan dapat menyerap beberapa dampak yang diakibatkan oleh radikal bebas dan juga dapat mengurangi penyerapan sinar UV yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Radikal bebas juga dapat menyebabkan inflamasi yang dipercaya mempunyai peranan yang penting dalam proses penuaan kulit (Bauman, 2002). Tubuh
memiliki
mekanisme
perlindungan
yang
dikenal
sebagai
antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan alami yang terdapat pada kulit adalah superoksida dismutase, katalase, alfa tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), ubiquinon dan gluthathione. Penggunaan antioksidan secara topikal dapat menurunkan radiasi sinar UV A yang dapat menyebabkan kulit menjadi gelap. Antioksidan topikal juga digunakan untuk mencegah penuaan dan radiasi sinar UV yang menyebabkan kerusakan kulit, perawatan untuk mencegah kulit mengkerut dan erythema yang disebabkan oleh inflamasi seperti sebuah lapisan yang melindungi kulit (Bauman, 2002). Masker adalah salah satu kosmetik perawatan kulit. Namun, proses pemakaian masker pada umumnya cukup rumit, padahal gaya hidup masyarakat perkotaan dipenuhi dengan kesibukan. Sehingga dibutuhkan produk masker yang praktis dalam pemakaiannya, salah satunya adalah dengan memakai masker peel off. Masker peel-off memiliki beberapa manfaat diantaranya merelaksasikan otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit wajah (Aghina, 2015). Masker peel-off merupakan masker gel yang praktis dalam penggunaanya, setelah kering masker dapat langsung diangkat dan menghilangkan sisa kotoran dan polusi yang menempel pada kulit wajah (Siti, 2015). Masker peel off dapat dibuat dari bahan alam yang mengandung senyawa antioksidan yang dapat membantu untuk merawat kulit wajah. Antioksidan
3
merupakan suatu zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif yang dapat merusak sel (Budiarti, 2014). Masker wajah peel off dilepaskan dengan cara dikelupaskan dari wajah setelah sediaan mengering dan membentuk film. Masker ini tidak mengabsorbsi lipid dari kulit seperti masker dengan bahan dasar serbuk atau clay. Efek utama dari masker ini adalah dapat mencegah evaporasi air dari permukaan kulit, sehingga kelembaban kulit akan meningkat selama pemakaian (Mutiara, 2015). Tanaman buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) lebih banyak dikembangkan di Cina dan Australia. Buah naga biasanya dikonsumsi oleh orangorang secara langsung atau diproses menjadi jus. Oleh karena itu, produk sampingan utama buah naga adalah kulitnya. Betalains di pulp spesies Hylocereus ungu bertanggung jawab atas kapasitas antioksidan utama dan kulit juga mengandung lebih atau kurang sifat antioksidan karena warna yang sama. Dengan demikian, baik kulit dan buah dapat bermanfaat terutama dalam makanan (Nurliyana dkk., 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Berapa rendemen Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang dihasilkan? 2. Bagaimana formula sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) ? 3. Bagaimana stabilitas antioksidan sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) ? 4. Bagaimana stabilitas fisik masker peel off antioksidan berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)?
4
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian kali ini adalah : 1. Mengetahui berapa rendemen Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang dihasilkan. 2. Mengetahui formula sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). 3. Mengetahui stabilitas antioksidan sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). 4. Mengetahui stabilitas fisik masker peel off antioksidan berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Dari rumusan dan tujuan penelitian, maka manfaat dari penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan secara umum adalah sebagai bahan informasi bahwa masker peel off berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat digunakan sebagai antioksidan. Gambaran umum dari penelitian ini adalah ekstrak dari kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) diolah menjadi sediaan masker peel off dengan basis yang telah ditentukan, kemudian diuji aktivitas antioksidan menggunakan spektrofotometer serta dilakukan evaluasi pada sediaan masker peel off yang telah dibuat dan diuji. Gambaran umum hasil penelitian yang akan ditemukan yaitu adanya aktivitas antioksidan yang efektif pada masker peel off berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sehingga pada nantinya hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu kefarmasian.
5
BAB I KAJIAN PUSTAKA
1.1.
Tanaman Buah Naga Merah
1.1.1
Klasifikasi Dalam dunia taksonomi, buah naga masuk dalam Famili Cactaceae.
Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari buah naga (Idawati, 2012) : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Subfamili
: Hylocereanea
Genus
: Hylocereus
Spesies
: Hylocereus polyrhizus
Buah naga memiliki beberapa spesies. Ada empat jenis buah naga: (1) Hylocereus undatus atau white pitaya. Kulitnya merah dan daging buah putih, (2) Hylocereus polyrhizus kulitnya merah, daging merah keunguan, (3) Hylocereus costaricensis, daging buahnya lebih merah, dan (4) Selenicereus megalanthus, jenis ini kulit buahnya kuning tanpa sisik, sehingga cenderung lebih halus (Panjuantiningrum, 2009).
1.1.2
Morfologi Berdasarkan klasifikasi buah naga dalam ilmu taksonomi, maka secara
morfologis bisa digambarkan bahwa tanaman buah naga merupakan tumbuhan tidak lengkap sebab tidak memiliki daun seperti tumbuhan lainnya. Meskipun demikian, tanaman buah naga juga memiliki akar, batang, cabang, biji, dan juga
6
bunga. Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang eksotik, rasanya asam manis menyegarkan dan memiliki beragam manfaat untuk kesehatan (Idawati, 2012). Hylocereus polyrhizus lebih banyak dikembangkan di Cina dan Australia, memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan. kulitnya terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Tanaman ini tergolong jenis yang sangat rajin berbunga, bahkan cenderung berbunga sepanjang tahun. Sayangnya, tingkat keberhasilan bunga menjadi buah sangat kecil, hanya mencapai 50% sehingga produktivitas buahnya tergolong rendah. Jenis tanaman buah ini memiliki batang berlilin, hijau keputih-putihan dengan tepian tajam, memiliki duri yang kecil. Panjang buahnya sekitar 30 cm dengan daun-daun pembalut besar (Kristanto,2008).
Gambar 1.1 Buah naga merah Sumber : (Kristanto, 2008).
1.1.3
Kandungan Kimia Buah naga atau dragon fruit mempunyai kandungan zat bioaktif yang
bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan (dalam asam askorbat, betakaroten, dan antosianin), serta mengandung serat pangan dalam bentuk pektin. Selain itu, dalam buah naga terkandung beberapa mineral seperti kalsium,
7
phosfor, besi, dan lain-lain. Vitamin yang terdapat di dalam buah naga antara lain vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin C (Farikha dkk., 2013). Kandungan zat antioksidan dari buah naga merah dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kandungan Zat Antioksidan Buah Naga
Buah
TAA
TSP (μg GA/g
(mg/100g
puree)
puree)
ORAC (μM
DPPH (μg GA/g
TE/g puree)
puree)
Buah naga
1075,8 ± 71,7
55,8 ± 2,0
7,6 ± 0,1
134,1 ± 30,1
523,4 ± 33,6
13,0 ± 1,5
3,0 ± 0,2
34,7 ± 7,3
merah Buah naga putih (Sumber : Mahattanatawee dkk., 2006) Keterangan : TSP
: Total Soluble Phenolic
TAA : Total Ascorbic Acid ORAC : Oxygen Radical Absorbance Capacity DPPH : 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
Buah naga merah memiliki betalains yang mengandung fenolik dan struktur non-fenolik yang bertanggung jawab untuk kapasitas antioksidan utama Hylocereus ungu, sedangkan fenolik non-betalainik menyumbang senyawa hanya sampai batas kecil yaitu 7,21 ± 0,02 mg CE/100 gram. Betalains terkait dengan anthocyanin (yaitu turunan flavonoid), pigmen kemerahan yang ditemukan di kebanyakan tanaman. Namun, betalains secara struktural dan kimia seperti 16 anthocyanin karena mengandung nitrogen sedangkan anthocyanin tidak (Nurliyana dkk., 2010). Flavonoid yang terkandung dalam buah naga meliputi quercetin, kaempferol, dan isorhamnetin (Panjuantiningrum, 2009).
8
Buah naga biasanya dikonsumsi oleh orang-orang secara langsung atau diproses menjadi jus. Oleh karena itu, produk sampingan utama buah naga adalah kulitnya. Betalains di pulp spesies Hylocereus ungu bertanggung jawab atas kapasitas antioksidan utama dan kulit juga mengandung lebih atau kurang sifat antioksidan karena warna yang sama. Dengan demikian, baik kulit dan buah dapat bermanfaat terutama dalam makanan (Nurliyana dkk., 2010).
1.2.
Kulit Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Lapisan kulit pada dasarnya sama disemua bagian tubuh, kecuali ditelapak tangan, telapak kaki dan bibir. Ketebalan kulit berbeda dan bervariasi dari 0,5 mm dikelopak mata sampai 4 mm ditelapak kaki (Wibowo, 2002). Kulit pada manusia mempunyai peranan yang penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain, yaitu estetika, ras, indikator sistemik, dan sarana komunikasi non-verbal antara individu satu dengan yang lainnya. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinasi (Pratama, 2015). Kulit merupakan “selimut” yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Tranggono, 2007).
9
Kulit memiliki berbagai macam fungsi, yaitu : 1.
Fungsi Proteksi Kulit merupakan bagian luar tubuh yang menutupi yang menutupi organ-
organ tubuh manusia. Berdasarkan lokasinya, ketebalan kulit berbeda-beda, sesuai dengan fungsinya. Misalnya, kulit telapak kaki merupakan kulit yang tebal, sedangkan kulit bibir, dada dan paha kulit tampak lebih tipis, secara transparan tampak pembuluh darah (Dwikarya, 2007). 2.
Fungsi Absorbsi (Penyerapan) Kulit bayi lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang dewasa. Setelah
menjadi tua, kulit menjadi tipis kembali. Namun tipisnya berbeda dengan kulit bayi dan anak. Kulit orang tua yang menipis diikuti oleh menipisnya lapisan epidermis dan dermis. Akibat tipisnya lapisan kulit, penyerapan pada orang tua dan anak-anak lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa (Dwikarya, 2007). 3.
Fungsi Eksresi Fungsi eksresi terjadi karena adanya kelenjar keringat. Racun dan sisa-sisa
metabolisme didalam tubuh bisa dibuang melalui banyak cara, seperti melalui urin, feses (tinja), empedu, dan keringat. Jika seseorang mengalami gangguan kencing atau saluran kemihnya macet, keringat akan mengandung banyak racun dan sisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga bau keringat tidak sedap (Dwikarya, 2007). 4.
Fungsi Pengatur Tubuh Disebut memiliki fungsi pengatur tubuh karena adanya kelenjar keringat
dan pembuluh darah kapiler didalam kulit jangat. Jika udara panas, keringat akan keluar dan menguap. Akibatnya panas tubuh terserap sehingga udara menjadi sejuk dan sebaliknya (Dwikarya, 2007). Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Setiap lapisan mempunyai karakter yang spesifik dan fungsi yang berbeda-beda. Epidermis merupakan lapisan yang paling tipis pada kulit dan sangat penting untuk penggunaan kosmetik karena lapisan ini merupakan pembentuk tekstur dan kelembaban kulit, serta memberikan warna pada kulit. Jika permukaan dari epidermis kering atau kasar, maka kulit akan terlihat tua.
10
Pengetahuan tentang struktur epidermis sangat penting bagi praktisi kesehatan untuk meningkatkan penampilan dari kulit pasien (Baumann, 2002). Dermis berada diantara epidermis dan jaringan subkutan. Dermis bertanggung jawab untuk ketebalan dari kulit. Dermis memainkan peran kunci dalam penggunaan kosmetik. Ketebalan dari dermis bervariasi tergantung dari bagian tubuh dan bertambah dua kali lipat pada umur tiga sampai tujuh tahun dan pada saat pubertas. Saat mengalami penuaan, lapisan dermis menurun ketebalannya dan kelembabannya. Fibroblas adalah tipe sel primer yang terdapat pada dermis. Fibroblas memproduksi kolagen, elastin dan matriks protein lainnya serta enzim seperti kolagenase dan stromelisin. Sel imun seperti sel mast, polimorfonuklear leukosit (PMNs), limfosit, dan makrofag juga ada didalam dermis (Baumann, 2012). Luas kulit pada manusia rata-rata kurang lebih 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama yaitu : a. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar. b. Dermis (korium, kutis, kulit jangat) (Tranggono, 2007). Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga kedalam menjadi 5 lapisan , yakni : a. Lapisan tanduk (stratum corneum) sebagai lapisan yang paling atas. b. Lapisan jernih (stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier”. c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum). d. Lapisan malphigi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri. e. Lapisan basal (stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis selsel basal (Tranggono, 2007).
11
Gambar 1.2 Lapisan Kulit (Sumber : Tranggono, 2007)
1.2.1
Epidermis Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetik dipakai pada epidermis. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan utama dalam kosmetik medik (Tenggono,2002).
1.2.2
Dermis Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai
bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak (Tranggono, 2007). Didalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian rambut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis) (Tranggono, 2007).
12
1.3.
Radikal Bebas Menurut Soeatmaji yang dimaksud radikal bebas (free radical) adalah
suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya orbital yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Jika elektron yang terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut bersifat ionik, dampak yang timbul tidak begitu berbahaya. Akan tetapi bila elektron yang terikat radikal bebas berasal dari senyawa yang berikatan kovalen, akan sangat berbahaya karena ikatan digunakan secara bersama-sama pada orbital terluarnya (Winarsi, 2007).
1.4.
Antioksidan Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa-senyawa
pemberi elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007). Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatis dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis masih dibagi menjadi dua kelompok lagi, yaitu : a. Antioksidan larut lemak seperti α–tokoferol, keratenoid, flavanoid, quinon, bilirubin. b. Antioksidan larut air seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat heme (Winarsi, 2007). Menurut Kumalaningsih (2007) berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas
13
yang telah ada menjadi molekul yang tidak merugikan, Contohnya adalah Butil Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinone, propil galat, tokoferol alami maupun sintetik dan akil galat. b. Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi terutama logam-logam seperti: Fe, Cu, Pb dan Mn. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contohnya vitamin E, Vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan. c. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat dalam perbaikan DNA penderita kanker.
1.4.1. Antioksidan pada Kulit Tubuh
memiliki
mekanisme
perlindungan
yang
dikenal
sebagai
antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan alami yang terdapat pada kulit adalah superoksida dismutase, katalase, alfa tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), ubiquinon dan gluthathione. Penggunaan antioksidan secara topikal dapat menurunkan radiasi sinar UV A yang dapat menyebabkan kulit menjadi gelap. Antioksidan topikal juga digunakan untuk mencegah penuaan dan radiasi sinar UV yang menyebabkan kerusakan kulit, perawatan untuk mencegah kulit mengkerut dan erythema yang disebabkan oleh inflamasi seperti sebuah lapisan yang melindungi kulit. Pada pemakaian antioksidan secara oral, produk harus diabsorbsi dan dimetabolisme terlebih dahulu untuk meningkatkan level antioksidan dikulit, namun pada pemakaian secara topikal pada kulit, produk hanya harus diabsorbsi kedalam kulit dan dikirim ke jaringan target dalam bentuk aktif. Banyak produk menjadi teroksidasi dan menjadi inaktif sebelum mencapai target sehingga absorbsi juga menjadi faktor yang mempengaruhi antioksidan dalam tubuh (Baumann, 2002).
14
1.4.2. Kegunaan Antioksidan dalam Farmasi Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam (contohnya besi dan tembaga), asap rokok, obat, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan lain-lain (Alhabsyi, 2014). Dalam tubuh secara normal terdapat mekanisme untuk melindungi dari kerusakan yang dapat terjadi akibat kelebihan radikal bebas tetapi dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri, maka dibutuhkan zat-zat dari luar tubuh untuk dapat mengatasi kelebihan jumlah radikal bebas (Faramayuda, 2010). Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen. Pada tahap propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hiperperoksida dan radikal asam lemak baru. Hiperperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa rantai pendek seperti aldehida dan keton yang berasal dari pemecahan makanan berlemak. Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui reaksi antar radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal (Wahyuni dalam Putri, 2002). Untuk mencegah efek buruk radikal bebas yang dapat merusak sel-sel kulit yang bahkan bila dibiarkan dalam waktu yang lama akan menimbulkan kanker kulit, maka perlu dirancang formulasi suatu sediaan kosmetik yang mempunyai aktivitas antioksidan yang baik (Faramayuda, 2010).
15
1.5.
Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
1.5.1
Cara Dingin Ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu maserasi
dan perkolasi (Ditjen POM, 2000). a.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. b.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
1.5.2
Cara Panas Ekstraksi cara panas dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu refluks,
sokletasi, digesti, infudasi dan dekok (Ditjen POM, 2000).
16
a.
Refluks Refluks merupakan suatu metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. b.
Sokletasi Sokletasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan, yaitu pada temperatur 40-50 °C. d.
Infudasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 °C selama 15 menit. e.
Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 °C.
1.6.
Masker Wajah Masker wajah merupakan salah satu sediaan kosmetik yang biasa
digunakan wanita, masker adalah salah satu pembersih kulit wajah yang efektif. Sebaiknya gunakan masker selama 15-30 menit. Masker memiliki efek dan manfaat sebagai deep cleansing, yaitu membersihkan kotoran yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat sel-sel kulit yang telah mati, memperbaiki pori-pori kulit, membersihkan sisa-sisa kelebihan lemak pada permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, memberikan kenyamanan pada kulit, menghaluskan lapisan luar kulit, dan memberi nutrisi sehingga kulit terlihat cerah (Harry dalam Indrawan, 2015). Masker wajah merupakan suatu bentuk sediaan yang memiliki cara unik untuk membersihkan wajah sekaligus skin care. Sedian diaplikasikan pada wajah
17
berbentuk layer yang relatif tebal dan kemudian dilepaskan setelah beberapa waktu, biasanya 15 sampai 30 menit. Masker wajah memiliki banyak kelebihan, tergantung bahan formulasinya yaitu, membersihkan, melembutkan, mengecilkan pori (astringen), melembabkan dan menutrisi kulit (Mutiara, 2015). Jenis-jenis masker wajah yaitu : a.
Masker Serbuk Masker serbuk merupakan bentuk masker yang paling awal dan populer.
Banyak produsen kosmetika baik tradisional maupun modern yang memproduksi jenis masker serbuk. Biasanya masker serbuk terbuat dari bahan-bahan yang dihaluskan dan diambil kadar airnya (Harry dalam Indrawan, 2015). b.
Masker Gel (Peel Off) Masker peel off merupakan sediaan kosmetik perawatan kulit yang
berbentuk gel dan setelah diaplikasikan ke kulit dalam waktu tertentu hingga mengering, sediaan ini akan membentuk lapisan film transparan yang elastis, sehingga dapat dikelupaskan. Masker peel off memiliki banyak keunggulan dibandingkan masker jenis lain yaitu sediaannya berbentuk gel yang sejuk mampu merelaksasikan dan membersihkan wajah secara maksimal dan juga dengan mudah (Rahim, 2014). Masker wajah peel off dilepaskan dengan cara dikelupaskan dari wajah setelah sediaan mengering dan membentuk film. Masker ini tidak mangabsorbsi lipid dari kulit seperti masker dengan bahan dasar serbuk atau clay. Efek utama dari masker ini adalah dapat mencegah evaporasi air dari permukaan kulit, sehingga kelembaban kulit akan meningkat selama pemakaian (Mutiara, 2015). c.
Masker Krim Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Salah satu
keuntungan lain dari masker krim adalah dapat dipadukan dari beberapa jenis bahan masker. Oleh karena itu masker ini merupakan pilihan tepat bagi yang memiliki kulit kombinasi. Untuk daerah kering digunakan masker untuk kulit kering, sedangkan untuk daerah berminyak digunakan masker untuk kulit berminyak. Masker krim digunakan pada wajah dan leher dan ditunggu hingga
18
kering (15-20 menit) dan angkat dengan menggunakan handuk yang lembab hangat (Harry dalam Indrawan, 2015). d.
Masker Kertas atau Kain Masker jenis kertas atau kain biasanya mengandung bahan-bahan alami
yang dapat meluruhkan sel-sel kulit mati, membantu menyamarkan bercak atau noda hitam, mengecilkan pori-pori, serta memperhalus kerutan di wajah. Selain itu masker ini dapat merangsang pertumbuhan sel kulit baru dan membuat kulit lebih berseri. Masker kertas biasanya berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, hidung dan mulut. Sedangkan masker kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan (Harry dalam Indrawan, 2015).
1.7.
Pengujian Antioksidan
1.7.1. Metode DPPH Metode penentuan aktivitas antioksidan ada bermacam cara, salah satunya adalah metode DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (α,α-difenil β-pikrilhidrazil). DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul. Delokalisasi elektron bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH, sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH (Molyneux, 2004). Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini dapat diamati berdasarkan dari hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan. Intensitas warna dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri UVVis pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Hasil persen (%) inhibisi tersebut disubstitusikan dalam persamaan linear. Hasil dari substitusi persen (%) inhibisi tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai IC50. Persen inhibisi adalah perbandingan antara selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko. Persen inhibisi digunakan untuk menentukan persentase
19
hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap senyawa radikal bebas. IC 50 didefinisikan sebagai jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi awal DPPH sebesar 50%. Parameter ini diperkenalkan oleh BrandWilliams dan rekan-rekannya tahun 1995. Pada metode ini memiliki keuntungan, yaitu lebih sederhana dan waktu analisis lebih cepat (Molyneux, 2004).
1.7.2. Metode Tiosianat Metode ini didasarkan pada kemampuan senyawa antioksidan dalam menghambat terbentuknya radikal yang reaktif. Pembentukan radikal bebas oleh oksidasi asam linoleat. Oksidasi lipid sering disebut juga sebagai autooksidasi karena pada reaksi tetap berlangsung walaupun tidak ada zat pengoksidasi. Aktivitas antioksidan yang ditemukan dengan metode tiosianat membutuhkan suatu kontrol positif, pembanding ini biasanya merupakan senyawa yang telah diketahui sifat antioksidannya, seperti vitamin C, butil hidroksi toluene (BHT) atau tokoferol vitamin E. Oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer yang diinkubasi pada suhu 37oC menggunakan FeCl2 dan ammonium tiosianat sebagai pereaksi oksidator dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga menghasilkan merah darah yang dapat menyerap sinar tampak pada panjang gelombang 500 nm. (Wahyuni dalam Putri, 2002)
1.7.3. Metode Xanthine Oxidase Suatu sistem uji evaluasi aktivitas penangkal untuk sampel melawan superoksida anion radikal bebas. Pada metode ini digunakan SOD (Superoksida Dismutase). Superoksida dismutase merupakan antioksidan endogen yang dapat mengkatalisis radikal superoksida (O2) menjadi hidrogen peroksida (H2O2), sehingga SOD disebut sebagai scavenger atau pembersih superoksida (O2). Larutan ekstrak yang akan diuji dicampur dengan SOD atau Xhantine dan kemudian diukur absorbansinya (Wahyuni dalam Putri, 2002).
20
1.7.4. Metode Deoksiribosa Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk karbonil dan dikarbonil diantaranya malondialdehid (MDA). Adanya MDA dapat dideteksi dengan asam tiobarburat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu kromogen yang berwarna merah muda. Jumlah kromogen MDA-TBA yang terbentuk sangat tergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin tinggi
konsentrasi
deoksiribosa
yang
ditambahkan
akan
menyebabkan
peningkatan absorbansi kromogen MDA-TBA (Wahyuni dalam Putri, 2002).
1.8.
Uji Stabilitas Antioksidan Uji stabilitas antioksidan dapat dilakukan dengan metode Freeze-thaw.
Sediaan disimpan dengan metode freeze thaw yang dilakukan pada dua suhu yang berbeda (4ºC dan 45ºC). Pada penyimpanan dilakukan dalam beberapa siklus. Setiap siklus diamati setelah 3 hari penyimpanan pada suhu 4ºC dan 3 hari setelah penyimpanan pada suhu 45ºC (Lachman, 1994).
1.9.
Uji Stabilitas Fisik
1.9.1
Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan (Mappa, 2013).
1.9.2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah dibuat homogen atau tidak. Caranya gel dioleskan pada kaca transparan dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar (Mappa, 2013).
21
1.9.3. Uji pH Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjadi gel tidak menyebakan iritasi pada kulit. pH sediaan gel diukur dengan menggunakan stik pH universal. Stik pH universal dicelupkan kedalam sampel gel yang telah diencerkan, diamkan beberapa saat dan hasilnya disesuaikan dengan standar pH universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria dari pH kulit yaitu pH dengan interval 4,5-6,5 (Mappa, 2013).
1.9.4. Uji Daya Sebar Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit yang dilakukan segera setelah gel dibuat. Gel ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain atau bahan transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 gram, didiamkan 1 menit. Dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik adalah antara 5-7 cm (Mappa, 2013).
1.9.5. Uji Viskositas Viskositas diukur menggunakan alat Viskometer Rhions. Sediaan masker peel off diletakkan dalam suatu wadah, kemudian spindel yang telah dipasang pada tempatnya, ditempelkan pada sediaan dengan jarak ± 1 mm. Alat dinyalakan dan dibiarkan spindel berputar dengan kecepatan 10 rpm hingga waktu yang telah ditentukan. Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatu zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat tersebut (Septiani, 2011).
22
1.9.6. Uji Waktu Mengering Uji waktu mengering bertujuan untuk mengetahui berapa lama gel akan mengering pada permukaan kulit dan membentuk lapisan film caranya yaitu dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari mulai dioleskannya masker gel pada kaca objek hingga gel nantinya benarbenar mengering pada kaca objek (Ainaro,2014).
23
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2.1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat masker peel off
antioksidan.
2.2.
Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui berapa rendemen
ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang dihasilkan, mengetahui formula sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), mengetahui stabilitas antioksidan sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan mengetahui stabilitas fisik masker peel off antioksidan berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
2.3.
Manfaat Penelitian
2.3.1. Manfaat terhadap Ilmu Pengetahuan Manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan secara umum adalah sebagai bahan informasi bahwa masker peel off berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat digunakan sebagai antioksidan.
2.3.2. Manfaat terhadap Terapan Keilmuan Manfaat penelitian terhadap terapan keilmuan adalah dapat dijadikan untuk penelitian lebih lanjut mengenai formulasi masker peel off Ekstrak kulit buah naga merah Hylocereus polyrhizus sebagai antioksidan, sehingga kedepannya tanaman ini dapat dikembangkan sebagai sediaan fitofarmaka.
24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Metode Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi simplisia kulit buah
naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan metode maserasi hingga diperoleh ekstrak dan rendemen ekstrak kulit buah naga merah. Kemudian ekstrak diuji aktivitas
antioksidannya.
Selanjutnya,
Ekstrak
kulit
buah
naga
merah
diformulasikan menjadi sediaan masker peel off lalu diuji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan masker peel off dengan menggunakan metode DPPH.
3.2.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan, yaitu
penelitian gabungan dari penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif serta menghasilkan produk. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian dengan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dari pengujian stabilitas fisik masker peel off antioksidan berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan basis tanpa bahan aktif sebagai kontrol uji. Sedangkan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian dengan teknik pengumpulan data menggunakan suatu metode untuk menghasilkan suatu nilai atau angka yang menggambarkan suatu variabel yang diteliti, yaitu dengan memperoleh aktivitas antioksidan dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan masker peel off berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
3.3.
Bahan yang Diteliti Bahan yang diteliti adalah masker peel off antioksidan berbahan aktif
ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Bahan tambahan yang digunakan dalam formula masker peel off adalah polivinil alkohol, propilenglikol, HPMC, propil paraben, metil paraben dan air suling.
25
3.4.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas berupa rendemen ekstrak kuliat buah naga, formula masker peel off, dengan variabel terikat berupa rendemen ekstrak, aktivitas antioksidan, stabilitas fisik, IC50, organoleptik, homogenitas, viskositas, daya sebar serta waktu mengering.
3.4.2. Definisi Operasional Secara operasional beberapa istilah yang terkait dengan variabel penelitian ini adalah : a.
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal
b.
Formula adalah rancangan bahan yang ditentukan sebagai petunjuk untuk membuat sediaan masker peel off antioksidan dari ekstrak kulit buah naga merah
c.
Masker peel off merupakan sediaan kosmetik perawatan kulit yang berbentuk gel dan setelah diaplikasikan ke kulit dalam waktu tertentu hingga mengering, sediaan ini akan membentuk lapisan film transparan yang elastis, sehingga dapat dikelupaskan
d.
Stabilitas fisik adalah suatu kemampuan masker peel off untuk dapat mempertahankan keutuhan fisik sebelum dan sesudah penyimpanan
e.
Organoleptik adalah tampilan dari sediaan yang meliputi parameter warna, bau, dan bentuk sediaan
f.
Homogenitas adalah susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butirbutir kasar dari sediaan
g.
Daya sebar adalah kemampuan basis dan zat aktif menyebar ke permukaan kulit untuk memberikan efek terapi
h.
pH adalah derajat keasaman untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa sediaan masker peel off
26
i.
Viskositas adalah tahanan suatu sistem untuk mengalir pada suatu tekanan yang diberikan
j.
Waktu mengering adalah waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering membentuk lapisan film
k.
Aktivitas antioksidan adalah kemampuan suatu senyawa untuk meredam radikal bebas
l.
IC50 adalah konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen penghambatan 50%.
3.5.
Data dan Sumber Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data-data
yang diperoleh langsung berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan. Data penelitian diperoleh dari hasil pengukuran aktivitas antioksidan masker peel off berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang diperoleh melalui pengujian dengan metode DPPH.
3.6.
Teknik Pengumpulan Data
3.6.1. Pengumpulan Data Rendemen Pengumpulan data rendemen diperoleh dengan cara penimbangan ekstrak baik sebelum ataupun sesudah diekstraksi atau dengan metode gravimetri.
3.6.2. Pengumpulan Data Formula Pengumpulan data formula dilakukan dengan cara pengamatan pada konsentrasi dan kegunaan dari setiap bahan aktif maupun bahan tambahan dalam formula masker peel off.
27
3.6.3. Pengumpulan Data Aktivitas Antioksidan Pengumpulan data aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri dan diukur absorbansi dari sampel.
3.6.4. Pengumpulan Data Parameter Evaluasi Stabilitas Fisik Pengumpulan data formula dilakukan dengan cara pengamatan pada parameter stabilitas fisik seperti organoleptik, homogenitas, viskositas, daya sebar dan waktu mengering.
3.7.
Teknik Analisis Data
3.7.1. Analisis Data Rendemen Untuk menentukan hasil rendemen ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ) data yang diperoleh dari presentasi kadar dimana jumlah berat sampel hasil proses dibagi dengan berat sampel awal. % Rendemen =
Jumlah berat sampel hasil × 100% Jumlah berat sampel awal
3.7.2. Analisis Data Formula Analisis data formula dilakukan secara deskriptif dengan mengamati konsentrasi dan kegunaan setiap bahan aktif maupun bahan tambahan dalam formula masker peel off.
3.7.3. Analisis Data Aktivitas Antioksidan dan IC50 Penentuan ini membandingkan aktivitas atau absorbansi DPPH dengan sampel uji. Setelah mendapatkan nilai absorbansinya, persen hambatan masingmasing larutan dihitung dengan menggunakan rumus : %Aktivitas Hambatan =
Abs. Blanko – Abs. Sampel × 100 % Abs. Blanko
28
Setelah mendapatkan persen aktivitas hambatan, kemudian dicari nilai probitnya dengan cara melihat tabel probit. Setelah mendapat nilai probit, dicari nilai IC50 melalui persamaan regresi linier menggunakan rumus : y = ax + b dimana : y = variabel respon atau variael akibat (Dependent) x = variable predictor atau variabel faktor (Independent) a = konstanta b = koefisien regresi
3.7.4. Analisis Evaluasi Fisik Basis dan Masker Peel Off Analisis evaluasi fisik basis dan sediaan masker peel off berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) untuk organoleptis diperoleh dengan pengamatan langsung dari sediaan yaitu dari bentuk, bau dan warna, pengujian homogenitas menggunakan pengamatan secara visual terdapat atau tidak zat yang tidak terlarut, pengujian daya sebar diperoleh dari pengukuran pada alat daya sebar, data pH diperoleh dengan pH meter, uji konsistensi dengan mengamati konsistensi sediaan setelah disentrifugasi, viskositas dengan menggunakan viskometer Rhion dan uji waktu mengering dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering.
3.7.5. Analisis Stabilitas Antioksidan Analisis data stabilitas antioksidan dilakukan secara deskriptif dengan mengamati perubahan yang terjadi selama masa penyimpanan.
3.8.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diawali dengan perhitungan rendemen dan uji
aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah naga merah. Kemudian dilakukan optimasi basis masker peel off , basis yang paling baik kemudian diolah menjadi sediaan masker peel off berbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus
29
polyrhizus). Sediaan masker peel off tersebut kemudian diuji aktivitas antioksidannya terhadap radikal DDPH dan diuji stabililitasnya.
3.8.1. Penyiapan dan Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah Kulit buah naga merah Dikeringkan dan dipotong kecil-kecil Simplisia kulit buah naga merah Diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol Residu
Larutan ekstrak etanol Rotary evaporator Ekstrak kental Water bath
Ekstrak kering kulit buah naga merah Gambar 3.1 Skema Ekstraksi
3.8.2. Penentuan Rendemen Ditimbang
Kulit buah naga merah Dikeringkan Kulit buah naga merah
Ditimbang Dimaserasi
Ekstrak kering kulit buah naga merah
Dihitung rendemen ekstrak Gambar 3.2 Skema Perhitungan Rendemen Ekstrak
Ditimbang
30
3.8.3. Rancangan Uji Aktivitas Antioksidan Tabel 3.1 Rancangan Uji Aktivitas Antioksidan Konsentrasi Ulangan K1 K2 K3 K4 K5 U1 K1U1EKBN K2U1EKBN K3U1EKBN K4U1EKBN K5U1EKBN U2
K1U2EKBN K2U2EKBN K3U2EKBN K4U2EKBN K5U2EKBN
U3
K1U3EKBN K2U3EKBN K3U3EKBN K4U3EKBN K5U3EKBN
Keterangan : K : Konsentrasi, U : Ulang, EKBN : Ekstrak Kulit Buah Naga 3.8.4. Rancangan Formula Tabel 3.2 Formula Optimasi Basis Komposisi
Formula F1 (%)
F2 (%)
F3 (%)
Polivinil alkohol
5
10
15
HPMC
1
1.5
2
Propilenglikol
12
12
12
Propil paraben
0,05
0,05
0,05
Metil paraben
0,5
0,5
0,5
Air suling ad
100
100
100
Keterangan : F : Formula
Tabel 3.3 Formula Masker Peel Off Komposisi
Ekstrak kulit buah naga merah Polivinil alcohol HPMC Propilenglikol Propil paraben Metil paraben Air suling ad Keterangan : F : Formula
Formula FA (%)
FB (%)
FC (%)
X
X
X
X X 12 0,02 0,5 100
X X 12 0,02 0,5 100
X X 12 0,02 0,5 100
31
3.8.5. Rancangan Evaluasi Fisik Basis dan Masker Peel Off 1.
Evaluasi Fisik
a.
Pengujian Organoleptis dan Homogenitas
Tabel 3.4 Pengujian Organoleptis dan Homogenitas Siklus
Bau F1
F2
Warna F3
F1
Pemisahan F2
F3
F1
F2
F3
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula
b.
Pengujian pH
Tabel 3.5 Pengujian pH Ph
Siklus FA S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula
FB
FC
32
c.
Pengujian Viskositas
Tabel 3.6 Pengujian Viskositas Viskositas (Cps)
Siklus FA
FB
FC
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula d.
Pengujian Daya Sebar
Tabel 3.7 Pengujian Daya Sebar Luas Daya Sebar (cm)
Siklus FA
FB
FC
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula
e.
Pengujian Waktu Pengeringan
Tabel 3.8 Pengujian Waktu Pengeringan Waktu Kering (menit)
Siklus FA S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula
FB
FC
33
f.
Pengujian Aktivitas Antioksidan
Tabel 3.9 Pengujian Aktivitas Antioksidan Nilai IC50 (ppm)
Siklus FA
FB
FC
S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 Keterangan : F : Formula 2.
Uji Stabilitas Antioksidan Masker Peel Off
Tabel 3.10 Rancangan Pengujian Stabilitas Antioksidan Masker Penyimpanan
Freeze-thaw
Stabilitas Antioksidan S0
S6
F0K1S0
F0K1S6
F0K2S0
F0K2S6
F0K3S0
F0K3S6
F0U1S0
F0U1S6
F0U2S0
F0U2S6
F0U3S0
F0U3S6
Keterangan : Fo: Formula optimasi, K : Kontrol, U : Uji, S : Siklus.
3.9.
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli 2018 hingga September
2018. Tempat pelaksanaan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
34
BAB IV BAHAN DAN PERALATAN 4. 1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang dimaksud adalah sejumlah bahan yang diperlukan dalam proses pengumpulan data. Bahan-bahan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Bahan yang diperlukan dalam pengumpulan data penelitian No.
Bahan Penelitian
Wujud Bahan
Kegunaan dalam Penelitian
1.
Kulit buah naga merah
Simplisia
Bahan aktif
2.
Polivinil alkohol
Padat
Pembentuk Lapisan Film
3.
Propilenglikol
Cair
Humektan
4.
HPMC
Padat
Basis Gel
5.
Propil paraben
Padat
Pengawet
6.
Metil paraben
Padat
Pengawet
7.
Aquadest
Cair
Pelarut
9.
Etanol
Cair
Pelarut
10.
Metanol
Cair
Pelarut
11.
DPPH
Padat
Radikal bebas
4. 2. Peralatan Penelitian Peralatan penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Sejumlah peralatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Peralatan penelitian No.
Alat
Fungsi
1.
Toples kaca
Wadah ekstraksi sampel
2.
Corong Buchner
Menyaring sampel
3.
Timbangan analitik
Menimbang bahan
4.
Rotary evaporator
Memekatkan ekstrak
5.
Water bath
Menguapkan pelarut
35
6.
Labu ukur
Membuat variasi konsentrasi
7.
Gelas kimia
Menampung bahan
8.
Batang pengaduk
Menghomogenkan larutan
9.
Pipet tetes
Mengambil larutan / cairan
10.
Mortir dan stemper
Menggerus sediaan
12.
Spektrofotometer
Mengukur absorbansi
13.
Sendok tanduk
Mengambil bahan
14.
Cawan porselen
Menampung sediaan
15.
Viskometer Rheosys
Mengukur viskositas sediaan
16.
pH meter
Mengukur pH sediaan
36
BAB V PROSEDUR PENELITIAN 5.1.
Fokus Penelitian
5.1.1. Fokus Umum Fokus umum dalam penelitian ini yaitu membuat formula masker peel off antioksidanberbahan aktif ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
5.1.2. Fokus Khusus Fokus khusus dalam penelitian ini yaitu menghitungrendemen Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ) yang dihasilkan, mengetahui formula sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ), menguji stabilitas antioksidan sediaan masker peel off dari Ekstrak kulit buah naga merah(Hylocereus polyrhizus ) dan menguji stabilitas fisik masker peel offantioksidan berbahan aktif Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ).
5.2.
Prosedur Pengumpulan Data
5.2.1. Prosedur Umum a.
Penyiapan Bahan Aktif Proses diawali dengan pengumpulan bahan aktif, yaitu kulit buah naga
merah. Dikumpulkan bahan aktif, Sampel yang dikumpulkan lalu disortasi, dipilih kulit buah naga merah yang masih baik dilihat dari tampilan fisiknya. Kulit daun naga merah kemudian dicuci dan dirajang kemudian dikeringkan di tempat yang tidak terkena cahaya atau sinar matahari secara langsung. Kering atau tidaknya sampel dilihat melalui tampilan fisik sampel yaitu dari warna kulit buah naga yang awalnya merah keunguan berubah menjadi warna coklat, pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar air dari bahan.Ditimbang dan diperoleh berat serbuk simplisia kulit buah naga yang siap diekstraksi.
37
b.
Ekstraksi Bahan Aktif Sampel kering yang telah diketahui beratnya dilakukan pengekstraksian
sampel dengan cara maserasi didalam wadah kaca menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 hari. Kemudian dilakukan pengadukan setiap 24 jam, begitu seterusnya hingga didapat pelarut berwarna bening. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 400C sampai pelarut habis menguap.Hasil ekstrak yang telah dipekatkan lalu diangin-anginkan hingga diperoleh ekstrak kental.Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang beratnya. c.
Optimasi Basis Masker Peel Off Disiapkan
eksipien
yang
digunakan
berupa
polivinil
alkohol,
propilenglikol, HPMC, propil paraben, metil paraben dan air suling.Pembuatan basis masker peel off dimulai dengan menimbang semua bahan yaitu polivinil alkohol, propilenglikol, HPMC, propil paraben, metil paraben dan air suling.Dibuat gelling agent dengan cara mengembangkan HPMC dalam air suling dingin hingga mengembang dan PVA dalam air suling panas suhu 80oC hingga mengembang sempurna selama satu hari, kemudian diaduk menggunakan magnetic bar. Kedua massa tersebut kemudian dicampurkan.Dilarutkan metil paraben dalam propilenglikol dengan perbandingan 1 : 5 dan propil paraben dalam propilenglikol dengan perbandingan 1 : 3,9 hingga terlarut.Dicampurkan metil paraben dan propil paraben yang telah terlarut dan membentuk massa yang homogen dengan propilenglikol kedalam gelling agent yang telah terbentuk lalu diaduk sampai terbentuk massa yang homogen.Ditambahkan air suling yang masih tersisa kedalam massa yang telah tercampur, kemudian diaduk hingga homogen. d.
Pembuatan Sediaan Masker Peel Off Disiapkan
eksipien
yang
digunakan
berupa
polivinil
alkohol,
propilenglikol, HPMC, propil paraben, metil paraben dan air suling. Pembuatan basis masker peel off dimulai dengan menimbang semua bahan yaitu polivinil alkohol, propilenglikol, HPMC, propil paraben, metil paraben dan air
38
suling.Dibuat gelling agent dengan cara mengembangkan HPMC dalam air suling dingin hingga mengembang dan PVA dalam air suling panas suhu 80oC hingga mengembang sempurna selama satu hari, kemudian diaduk menggunakan magnetic bar. Kedua massa tersebut kemudian dicampurkan. Dilarutkan metil paraben dalam propilenglikol dengan perbandingan 1 : 5 dan propil paraben dalam propilenglikol dengan perbandingan 1 : 3,9 hingga terlarut. Dicampurkan metil paraben dan propil paraben yang telah terlarut dan membentuk massa yang homogen dengan propilenglikol kedalam gelling agent yang telah terbentuk lalu diaduk sampai terbentuk massa yang homogen. Ditambahkan dengan ekstrak kulit buah naga merah dengan basis dan digerus perlahan sampai homogen. Ditambahkan air suling yang masih tersisa kedalam massa yang telah tercampur, kemudian diaduk hingga homogen.
5.2.2. Prosedur Khusus 1.
Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan cara menimbang berat kulit buah naga merah segar yang telah dikumpulkan. Kemudian dibandingkan dengan berat kulit buah naga merah setelah dikeringkan dan berat kulit buah naga merah setelah diekstraksi. Berat kulit buah naga merah yang telah diperoleh dari hasil tersebut kemudian dihitung menggunakan perhitungan rendemen. 2.
Pengujian Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus ) Diambil 1 gram ekstrak dilarutkan dengan 4 mL larutan metanol, dilakukan
penyaringan dan sentrifuge.Setelah homogen diambil 2 mL filtrat tersebut kemudian ditambahkan 2 mL larutan DPPH 40 ppm ke dalam tabung reaksi dan divortex.Dibiarkan ditempat gelap pada suhu kamar selama 30 menit. Sebagai kontrol
negatif digunakan 2 mL pelarut, ditambah 2 mL larutan DPPH 40
ppm.Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. 3.
Pengujian Stabilitas Fisik Basis dan Masker Peel Off Pengujian kestabilan fisik pada masker dilakukan untuk mengetahui
pengaruh waktu penyimpanan terhadap kestabilan fisik masker. Karakteristik fisik
39
yang di uji yaitu organoleptis (bentuk atau tekstur, bau dan warna), homogenitas, daya sebar, pH dan viskositas serta waktu mengering. a.
Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah dibuat (Mappa, 2013). b.
Uji Homogenitas Gel dioleskan pada kaca transparan dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu
atas, tengah dan bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar pada sediaan (Mappa, 2013). c.
Uji pH Stik pH universal dicelupkan kedalam sediaan gel yang telah diencerkan,
kemudian didiamkan beberapa saat dan hasilnya disesuaikan dengan standar pH universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria dari pH kulit yaitu pH dengan interval 4,5-6,5 (Mappa, 2013). d.
Uji Daya Sebar Gel ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan ditengah kaca bulat
berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain atau bahan transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 gram, didiamkan 1 menit. Kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik adalah antara 5-7 cm (Mappa, 2013). e.
Uji Viskositas Viskositas diukur menggunakan alat Viskometer Rheosys. Sediaan masker
peel off diletakkan dalam suatu wadah, kemudian spindel yang telah dipasang pada tempatnya, ditempelkan pada sediaan dengan jarak ± 1 mm. Alat dinyalakan dan dibiarkan spindel berputar dengan kecepatan 10 rpm hingga waktu yang telah ditentukan. Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatu zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat tersebut (Septiani, 2011).
40
f.
Uji Waktu Mengering Mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu
dari mulai dioleskannya masker gel pada kaca objek hingga masker peel off benarbenar mengering (Ainaro,2014). 4.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Peel Off Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ) Diambil 1 gram sediaan masker peel off dilarutkan dengan 4 mL larutan
metanol, dilakukan penyaringan dan sentrifuge. Setelah homogen diambil 2 mL filtrat tersebut kemudian ditambahkan 2 mL larutan DPPH 40 ppm ke dalam tabung reaksi dan divortex. Selanjutnya dibiarkan ditempat gelap pada suhu kamar selama 30 menit. Sebagai kontrol negatif digunakan 2 mL pelarut, ditambah 2 mL larutan DPPH 40 ppm. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan pengujian pada siklus ke-0 hingga siklus ke 6. Data absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menentukan % inhibisi. 5.
Pengujian Stabilitas Antioksidan Sediaan Masker Peel OffEkstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ). Pengujian stabilitas antioksidan masker peel off kulit buah naga merah
dilakukan dengan cara menyimpan sediaan dalam suhu yang berbeda yaitu dengan penyimpanan freeze-thaw yaitu penyimpanan dalam suhu 4oC dan suhu 40oC secara berselang-seling selama 6 siklus. Satu siklus dihitung selama 1 minggu.
5.3.
Prosedur Analisis Data
5.3.1. Prosedur Umum Prosedur umum analisis data yang digunakan adalah pengukuran absorbansi DPPH sisa yang telah dicampurkan dengan filtrat sediaan uji setelah melewati
masa
inkubasi
30
menit
dengan
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
instrumen
41
5.3.2. Prosedur Khusus Prosedur khusus analisis data yang digunakan adalah uji normalitas untuk mengetahui distribusi data aktifitas antioksidan, uji homogenitas untuk mengetahui homogenitas antar varians data, dan Independent Samples T-Test untuk mengetahui adanya perbedaan penghambatan DPPH antar masker peel off pada sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan.
42
BAB VI HASIL PENELITIAN YANG DIHARAPKAN
Hasil penelitian yang diharapkan adalah diketahui rendemen ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus ) yang dihasilkan, diketahui formulasi sediaan masker peel off dari ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) baik stabilitas antioksidan dan stabilitas fisik dari masker peel off.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ainaro, E, dkk. 2015. Formulasi Masker Gel Peel Off Mengandung Lendir Bekicot (Achatina folica Bowdich) sebagai Pelembab Kulit. Prosiding SpeSIA Unisba 2015. Alhabsyi, D, dkk. 2014. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya pada Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho(Musa acuminate L.). Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi Volume 3 No.2 Tahun 2014. Angela L FT.2012. Aktivitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Anti-Aging yang Mengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.). Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia: Jakarta. Baumann, L. 2002. Cosmetic Dermatology : Principles and Practice. The McGraw-Hill Companies : New York. Benhard. 2005. Cosmetology, Theory and Practice Volume 1. Interscience Publisher Inc : New York. Ditjen POM. 2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Dwikarya, M. 2007. Merawat Kulit dan Wajah. Kawan Pustaka : Jakarta. Faramayuda, F, dkk. 2010. Formulasi Sediaan Losion Antioksidan Ekstrak Air Daun The Hijau(Camellia sinensis L.). Majalah Obat Tradisional Volume 15 No. 3 Tahun 2010. Farikha, I. N., C. Anam, dan E. Widowati. 2013. Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan penstabil alami terhadap karakteristik fisikokimia sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) selama penyimpanan. Jurnal Teknosains Pangan. 2 (1) : 30 – 38.
44
Idawati, Nurul.2012. Budidaya Buah Naga Hitam Varietas Baru yang Kian Diburu.Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Indrawan. 2015. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Bina Husada Kendari. Kristanto, D. 2008. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan di Kebun (Edisi Revisi). Penebar Swadaya : Jakarta. Kumalaningsih, S. 2007. Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana : Surabaya. Lachman, L., Lieberman, A.H., Kaning, J.L. 1994. Teori dan Praktek FarmasiIndustri. Universitas Indonesia Press :Jakarta. Mahattanawee, K., Manthey, J.A., Luzio, G., Talcott, S.T., Goodner, K. dan Baldwin, E.A. 2006. Total Antioxidant Activity and Fiber Contant of Select Florida-Grown Tropical Fruit. Journal of Agricultural and Food Chemistry ,54: 7355-7363 Mappa, T, dkk. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia pellucida (L.) dan Uji Efektivitasnya terhadap Luka Bakar pada Kelinci (Oryctulagus cuniculus). Pharmacon, Jurnal UNSRAT volume 2 no.2. Molyneux, P. 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenylpicryhydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.Songklanakarin J. Sci. Technol. Volume 6 No.2 Tahun 2004. Mutiara, R, dkk. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamonum burmanni) dan Formulasinya dalam Bentuk Sediaan Masker Gel Peel Off. Prosiding Penelitian PReSIA UNISBA 2015. ISSN. 2460-6472. Nurliyana, R., Syed Z.I., Mustapha S.K., Aisyah, M.R., dan Kamarul R.K. 2010. Antioxidant study of pulp and peel dragon fruits: a comparative study. Int. Food Res. J. 17: 365-375.
45
Panjuantiningrum, Feranose. 2009. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizuz) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi ,Universitas Sebelas Maret. Pratama, W, dkk. 2015. Uji SPF In Vitro dan Sifat Fisik Beberapa Produk Tabir Surya yang Beredar di Pasaran. Majalah Farmaseutik Volume 11 No.1 Tahun 2015. Rahim, F, dkk. 2014. Formulasi Masker Peel Off Ekstrak Rimpang Rumput Teki(Cyperus rotundus L.) sebagai Anti Jerawat. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014. Septiani, S., N. Wathoni, dan S. R. Mita. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetumgnemon Linn.). Jurnal Unpad volume 1 no. 1. Tranggono, R. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia : Jakarta. Wibowo, D. 2002. Anatomi Tubuh Manusia. Gramedia : Jakarta. Winarsih, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan ke-5. Kanisius : Yogyakarta.