BAB IV HASIL PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn. W dan Tn. S khususnya terkait dengan fokus studi menurunkan kadar gula darah dengan senam diabetes di wilayah kerja Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang. Asuhan Keperawatan ini dilakukan pada tanggal 5 Januari 2019 sampai 19 Januari 2019. A. Hasil 1.
Gambaran Lokasi Pengambilan Data Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Srondol Banyumanik Kora Semarang. Puskesmas Srondol ini terdiri dari tiga kelurahan yaitu Srondol Kulon, Srondol Wetan, dan Banyumanik. Pelayanan yang tersedia di Puskesmas Srondol yaitu KIA, Imunisasi, Gigi, Gizi, Lansia, UKS, Pemberantasan Penyakit Menular,
Laboratorium
Sederhana,
Kesehatan
Lingkungan,
dan
Kesehatan Jiwa. Penulis
dalam
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
keluarga
mengambil dua klien yang bertempat tinggal di daerah kelurahan Banyumanik dan Srondol Wetan. Pada wilayah tempat tinggal kedua klien sudah terdapat kader kesehatan. Sebulan sekali wilayah tersebut
terdapat Posyandu Balita dan Lansia yang merupakan program Puskesmas Srondol. 2.
Pengkajian a.
No.
Identitas Kepala Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Klien 1
Klien 2
1.
Nama
Tn. W
Tn. S
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Laki-laki
3.
Umur
57 tahun
51 tahun
4.
Agama
Islam
Islam
5.
Pendidikan
SMA
SMP
6.
Pekerjaan
Pensiunan Swasta
Wiraswasta
7.
Alamat
Banyumanik
Banyumanik
b. Komposisi Keluarga Klien 1 No 1.
Nama Tn. W
Umur 55 th
Jenis
Hub dg
Kelamin
Keluarga
Laki-laki
Suami
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pensiunan Swasta
(Klien 1) 2.
Ny. S
53 th
Perempuan
Istri
SD
Wirausaha
3.
Tn. W
18 th
Laki-laki
Anak
SMK
Pelajar
Klien 2 No 1.
Nama Tn. S
Umur
Jenis
Hub dg
Kelamin
Keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
51 th
Laki-laki
Suami
SMP
Wiraswasta
(Klien 2) 2.
Ny. R
50 th
Perempuan
Istri
SD
Wirausaha
3.
Nn. F
23 th
Perempuan
Anak
SMK
Swasta
4.
Tn. B
17 th
Laki-laki
Anak
SMK
Pelajar
5.
An. R
10 th
Laki-laki
Anak
SD
Pelajar
c.
Genogram Klien 1
Klien 2
Keterangan : : Meninggal
: Tn. W
: Laki-laki
: Tn. S
: Perempuan
d. Tipe Keluarga dan Status Sosial Ekonomi Pengkajian Tipe keluarga
Klien 1
Klien 2
Keluarga Tn. W termasuk tipe Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) keluarga inti (nuclear family) dimana terdiri dari ayah, ibu, dan dimana ada ayah, ibu, dan anak anak tinggal dalam satu rumah.
Status
tinggal dalam satu rumah.
sosial Status ekonomi keluarga Tn. W Status ekonomi keluarga Tn. S
ekonomi
tergolong cukup. Keluarga Tn. W tergolong mempunyai
penghasilan
cukup
mampu.
yang Keluarga Tn. S mempunyai
tidak tetap. Penghasilan hanya penghasilan yang tidak tetap. berasal dari Ny. S. Keluarga Tn. Penghasilan keluarga berasal W
memiliki
tanggungan dari Tn. S dan Ny. R sebagai
membiayai sekolah anaknya yaitu orang tua. Keluarga Tn. S Tn. W
memiliki
tanggungan
membiayai anak sekolah yaitu Tn. B dan An. R. Sedangkan anaknya yang Nn. F sudah bekerja sendiri.
3.
Pengkajian Riwayat a.
Riwayat dan tahap perkembangan
Pengkajian
Klien 1 Tn.
Riwayat
Keluarga
keluarga
riwayat penyakit diabetes mellitus riwayat
sebelumnya
yaitu
ibunya.
W
Klien 2 mempunyai Keluarga Tn. S mempunyai
Tetapi
penyakit
diabetes
tidak mellitus yaitu dari ayahnya.
memiliki penyakit keturunan lain Tetapi tidak memiliki penyakit seperti
hipertensi,
jantung, keturunan
maupun penyakit menular seperti hipertensi,
lain
seperti
jantung,
maupun
TBC. Keluarga Tn. W pernah penyakit menular seperti TBC.
memeriksakan
penyakitnya
ke Keluarga
Tn.
S
pernah
Puskesmas Srondol karena berat memeriksaan penyakit diabetes badannya
yang
turun
drastis, mellitusnya
ke
Puskesmas
merasa haus berlebihan dan sering Srondol karena merasa mudah kencing
lapar dan mudah lelah.
Riwayat
Tn. W merupakan kepala rumah Tn. S memiliki tiga anak. Yaitu
keluarga inti
tangga yang mempunyai satu anak satu perempuan dan dua lakilaki-laki. Berdasarkan pengkajian laki. Berdasarkan pengkajian, riwayat keluarga inti, saat ini Tn. didapatkan bahwa Tn. S W menderita penyakit diabetes mengalami penyakit diabetes mellitus tipe 2. Sedangkan Ny. S mellitus tipe 2, dan Ny.R dan anak Tn. W
saat ini tidak beserta ketiga anaknya saat ini
mengalami masalah kesehatan.
tidak ada yang mengalami masalah kesehatan.
Tahap
Keluarga Tn. W dalam tahap Keluarga Tn. S dalam tahap
perkembangan
keluarga dengan anak remaja
keluarga
keluarga dengan anak dewasa
saat
ini
Tahap
Keluarga Tn. W sebagai keluarga Keluarga
Tn.
S
sebagai
perkembangan
dengan anak remaja, sehingga keluarga dengan anak dewasa,
keluarga yang tahap perkembangan yang belum sehingga tahap perkembangan belum
terpenuhi
yaitu
tahap yang belum terpenuhi yaitu
terpenuhi
perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan keluarga anak dewasa, keluarga dengan dengan usia pertengahan dan usia pertengahan dan keluarga keluarga dengan usia lanjut, dengan usia lanjut.
hal ini dikarenakan anak dari Tn. S belum meninggalkan rumah.
b. Pola Konsumsi Sehari-hari Klien 1
Klien 2
Keluarga Tn. W mempunyai kebiasaan Keluarga Tn. S mempunyai kebiasaan makan makanan
seperti tempe, tahu, makan-makanan
seperti
ayam,
ikan,
sayur, ikan laut, dan klien jarang sayuran dan terkadang buah-buahan. Klien mengonsumsi
buah-buahan.
Klien biasanya minum air putih dan kadang
minum air putih setiap hari dan tidak minum teh meskipun sedikit. Tn. S pernah minum teh karena takut gula memiliki pantangan dalam mengonsumsi darahnya naik. Tn. W juga melakukan makanan. pantangan makanan seperti makanan yang manis-manis dan gorengan.
c.
Pemeriksaan Fisik Klien 1
Klien 2
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn. W pada tanggal 5 Januari 2019 di Tn. S pada tanggal 6 Januari 2019 rumah Tn. W didapatkan data Tekanan dirumah Tn. S didapatkan data Tekanan Darah 140/80 mmHg, Nadi 68 x/menit, Darah 120/70 mmHg, Nadi 70x/menit, RR 18x/menit, GDS 240 mg/dL. Tn. W RR 20x/menit, GDS 238 mg/dL. Tn. S mengatakan sebulan yang lalu periksa mengatakan bahwa dua minggu yang lalu ke Puskesmas Srondol dengan kadar ia periksa ke Puskesmas Srondol karena gula
darahnya
242
mg/dL
dan mengalami
sering
kencing,
haus
mendapatkan obat untuk penyakitnya. berlebihan, mudah lelah dan juga obat Tn. W tidak memiliki alergi terhadap persediaannya sudah habis. Tn. S tidak makanan.
Klien
menyadari memiliki kebiasaan merokok. Tn. S juga
kemungkinan penyakitnya didapatkan tidak memiliki alergi terhadap makanan. dari keturunan yaitu ibunya. Klien Faktor
yang
menyebabkan
Tn.
S
sudah mengalami penyakit diabetes menderita penyakit diabetes mellitus tipe mellitus tipe 2 ini selama 8 tahun dan 2 adalah adanya faktor keturunan yaitu
setahun kemarin pernah terdapat luka di dari ayahnya. Penyakit diabetes mellitus kakinya, tetapi sudah sembuh. Tn. W tipe 2 ini diderita selama 10 tahun. Tn. S mengatakan tidak mengetahui apakah bekerja sebagai tukang ojek online. Tn. S ada terapi non farmakologi yang dapat mengatakan tidak mengetahui apakah ada dilakukan
untuk
penderita
diabetes terapi
mellitus tipe 2.
non
dilakukan
farmakologi untuk
yang dapat
penderita
diaetes
mellitus tipe 2 ini.
d. Tugas Keluarga Tugas keluarga
Klien 1
Klien 2
Fungsi
Hasil pengkajian fungsi perawatan Hasil
perawatan
kesehatan
kesehatan
bahwa keluarga Tn. W belum diketahui bahwa keluarga Tn. mampu
keluarga
pengkajian
fungsi
diketahui perawatan kesehatan keluarga
mengenal
masalah S belum mampu mengenal
kesehatan khususnya pengetahuan masalah kesehatan khususnya tentang terapi non farmakologi pengetahuan tentang terapi non yang
dapat
dilakukan
untuk farmakologi
penderita diabetes mellitus tipe 2 dilakukan khususnya Pengetahuan pengertian, tahapan
senam
diabetes. diabetes
terkait
dapat
untuk
penderita
mellitus
tipe
2
dengan khususnya senam diabetes. Tn.
manfaat, senam
yang
tujuan, S
mengatakan
“penyakit
diabetes. diabetes ya penyakit kalau gula
Sebagaimana yang disampaikan darahnya diatas 200 kan mbak oleh Tn. W yaitu “saya tahunya ? kalau obatnya ya obat dari obat untuk diabetes mbak, kayak puskesmas
itu
aja.
Kalau
metformin, glibenclamide, saya alternatif lain seperti senam belum tau kalau senam diabetes, diabetes saya belum pernah belum
tau
gerakannya
kayak ikut.”
Pengetahuan
terkait
gimana juga.” Tn. W mengatakan pengertian, manfaat,
tujuan,
“saya suka takut kalau mau ikut dan tahapan senam diabetes.
kegiatan-kegiatan mbak,
takut
gulanya
di
kampung Sebagaimana
dan disampaikan Tn. S yaitu “saya
kecapekan
naik
pengkajian
lagi.” saat
yang
Dalam tahu mbak kalau saya punya dilakukan penyakit diabetes tetapi saya
pemerikasaan kadar gula darah tidak tau bagaimana caranya dengan
alat
glukometer agar gulanya tidak naik terus.
didapatkan hasil 240 mg/dL.
Kalau masalah senam diabetes saya
pernah
dengar
di
puskesmas, tetapi saya malas untuk
ikut
karena
terlalu
pagi.” Dalam pengkajian saat dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah
dengan
alat
glukometer didapatkan hasil 238 mg/dL. Membuat
Dalam pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan
keputusan
sehubungan
tindakan
kesehatan yang diderita Tn. W, kesehatan yang diderita Tn. S,
dengan
masalah sehubungan dengan masalah
kesehatan yang keluarga Tn. W merawat sendiri keluarga Tn. S merawat sendiri tepat keluarga
bagi dirumah dengan memberikan obat di rumah dengan menggunakan metformin
dan
glibenclamide, obat
yang
diberikan
dari
tetapi setiap bulan tetap rutin puskesmas, dan rutin kontrol kontrol ke puskesmas karena obat setiap bulan ke puskesmas. yang diberikan juga terbatas. Merawat
Dalam
memberikan
perawatan Dalam memberikan perawatan
keluarga yang anggota keluarga yang sakit, jika anggota keluarga yang sakit, mengalami
ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn. S merasa bingung
gangguan
keluarga Tn. W merawat dengan jika ada keluarga yang sakit,
kesehatan
kemampuan yang dimilikinya saja mereka
merawat
dengan
dan berobat ke puskesmas jika kemampuan yang dimilikinya
tidak kunjung membaik. Seperti dan
kadang
halnya saat Tn. W mengalami puskesmas
berobat
kalaupun
ke
belum
sering haus dan sering kencing sembuh. Seperti halnya saat biasanya istrinya yaitu Ny. S Tn. S mengalami sering lapar menanyakan kepada Tn. W sudah dan mudah lelah, Ny. R hanya meminum obatnya atau belum. menganjurkan Tn. S untuk Dimana saat dilakukan pengkajian istirahat dan minum obat dari Ny. S mengatakan “tiap hari itu puskesmas. Dimana pada saat saya selalu mengingatkan untuk dilakukan pengkajian Ny. R minum obatnya kok mbak, kalau mengatakan
“kalau
bapak
dia tiba tiba merasa sering haus merasa mudah lelah dan sering dan sering kencing saya coba lapar
ya
saya
hanya
tanyakan obatnya udah diminum memintanya untuk minum obat atau belum gitu.”
dan istirahat gitu aja mbak.” Keluarga
mengatakan
tidak
mengerti apa ada terapi non farmakologi dilakukan
yang untuk
dapat pasien
diabetes. Ny. R mengatakan “saya nggak tahu gimana cara mengontol
gulanya
mbak,
bapak juga kadang masih suka minum teh manis kalo saya nggak ada di rumah.” Memodifikasi
Selanjutnya
untuk
tugas Selanjutnya
untuk
tugas
lingkungan
kemampuan
keluarga
dalam kemampuan keluarga dalam
memelihara
lingkungan
yang memelihara lingkungan yang
sehat, keluarga Tn. W selalu sehat, keluarga Tn. S selalu menjaga
kebersihan
dan menjaga
kebersihan
kenyamanan rumah agar anggota lingkungan dan kenyamanan keluarganya nyaman di rumah dan rumah
agar
anggota
terhndar dari penyakit.
keluarganya nyaman di rumah dan terhindar dari penyakit.
Memanfaatkan
Tugas kesehatan yang terakhir Adapun tugas kesehatan yang
fasilitas
yaitu
layanan
menggunakan fasilitas kesehatan, keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan
saat ini keluarga Tn. W memiliki kesehatan, saat ini keluarga Tn.
kemampuan
keluarga terakhir
yaitu
kemampuan
jaminan kesehatan yaitu BPJS S memiliki jaminan kesehatan kesehatan.
4.
yaitu BPJS kesehatan.
Analisa Data
No
Data Fokus Klien 1
1.
Klien 2
Data Subjektif :
Data Subjektif :
- Tn. W mengatakan “senam
- Tn. S mengatakan “penyakit
diabetes itu gimana gerakannya
diabetes ya penyakit kalau gula
ya mbak ?”.
darahnya diatas 200 kan mbak
- Keluarga Tn. W mengatakan tidak mengetahui
pengertian,
puskesmas
itu
aja.
Kalau
manfaat, tujuan, dan tahapan
alternatif lain seperti senam
senam diabetes.
diabetes saya belum pernah
- Tn. W mengatakan “saya tahu obatnya diabetes ya metformin,
ikut.” mengatakan “kalau
- Ny. R
glibenclamide itu aja, kalau
bapak merasa mudah lelah dan
terapi non farmakologi saya
sering lapar ya saya hanya
belum tahu.”
memintanya untuk minum obat dan istirahat gitu aja mbak.”
Data Objektif : -
? kalau obatnya ya obat dari
Dilakukan pemeriksaan kadar
Data Objektif :
gula
- Dilakukan pemeriksaan kadar
darah
dengan
alat
glukometer didapatkan hasil
gula
darah
240 mg/dL.
glukometer
dengan
alat
didapatkan
hasil
-
Keluarga
Tn.
W
tampak
bingung saat ditanya tentang
238 mg/dL. - Keluarga Tn. S tampak bingung
senam diabetes -
Klien
belum
mengenai
saat memahami
senam
diabetes
- Klien
memahami
Tn. W mengatakan “saya suka
- Ny. R mengatakan “saya nggak
takut kalau mau ikut kegiatan-
tahu gimana cara mengontol
kegiatan di kampung mbak,
gulanya
takut kecapekan dan gulanya
kadang masih suka minum teh
naik lagi.”
manis kalo saya nggak ada di
mbak,
bapak
juga
rumah.”
-
Tn. W tampak tidak nyaman
-
Tn. W berkeluh kesah dan
- Keluarga tampak khawatir
melaporkan
- Keluarga
kurang
senang
Data Objektif :
dengan situasi tersebut.
Klien 1
belum
Data Subjektif :
Data Objektif :
5.
senam
mengenai senam diabetes
Data Subjektif : -
tentang
diabetes
beserta gerakannya 2.
ditanya
belum
mampu
mengatasi masalah keluarga
Diagnosa Keperawatan Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai
diabetes
tipe
2;
senam
diabetes. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit. Klien 2
Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai
diabetes
tipe
2;
senam
diabetes. Ketidakefektifan
koping
keluarga
berhubungan dengan gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat untuk mengatasi tugas adaptif.
6.
Skoring Prioritas Masalah Diagnosa Keperawatan Keluarga Klien 1 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diabetes tipe 2; senam diabetes.
No
Kriteria
Skala
1.
Sifat masalah : 2
Bobot
Skoring
1
2/3 x 1 = Tn. W memiliki penyakit
ancaman
2/3
kesehatan
Keterangan
kronis yang apabila tidak ditangani
dapat
mengakibatkan ancaman kesehatan bagi keluarga. 2.
Kemungkinan
2
2
dapat diubah :
2/2 x 2 = Tn. W bersedia untuk 2
mudah
melakukan latihan fisik senam
diabetes
untuk
menurunkan kadar gula darah diharapkan
sehingga kadar
gula
darah bisa normal. 3.
Potensial masalah
3 untuk
dicegah : tinggi
1
3/3 x 1 = Senam 1
merupakan
diabetes salah
satu
latihan fisik yang aman dilakukan untuk terapi non farmakologi pasien diabetes tipe 2
4.
Menonjolnya
2
masalah
:
masalah
berat
harus
1
2/2 x 1 = Tn. W menderita diabetes 1
tipe 2 sejak 8 tahun yang lalu
segera
dan
merupakan
penyakit keturunan dari
ditangani
ibu Tn. W
Total
4 2/3
Diagnosa Keperawatan Keluarga Klien 1 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit. No
Kriteria
Skala
1.
Sifat masalah : 1
Bobot
Skoring
1
1/3 x 1 = Tn. W memiliki masalah
keadaan
1/3
sejahtera
Keterangan
gangguan rasa nyaman yang merupakan keadaan sejahtera
2.
Kemungkinan
2
2
dapat diubah :
2/2 x 2 = Dengan melakukan terapi 2
mudah
non farmakologi senam diabetes
secara
rutin
dapat menurunkan kadar gula darah 3.
Potensial masalah
3
1
untuk
3/3 x 1 = Tn. W memiliki motivasi 1
dicegah : tinggi
tinggi untuk mengubah dan
memperbaiki
masalahnya 4.
Menonjolnya masalah : ada masalah tidak
1
1
1/2 x 1 = Gangguan rasa nyaman 1/2
tapi
waktu
perlu
dan
ditangani
segera ditangani Total
pasien tidak terjadi setiap
berjalannya waktu 3 5/6
dapat seiring
Diagnosa Keperawaan Keluarga Klien 2 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diabetes tipe 2; senam diabetes. No
Kriteria
Skala
1.
Sifat masalah : 2
Bobot
Skoring
1
2/3 x 1 = Tn. S memiliki penyakit
ancaman
2/3
kesehatan
Keterangan
kronis yang apabila tidak ditangani
maka
akan
menjadi masalah keluarga 2.
Kemungkinan
2
2
dapat diubah :
2/2 x 2 = Senam 2
mudah
diabetes
merupakan
salah
satu
latihan fisik yang dapat membantu
menurunkan
kadar gula darah 3.
Potensial masalah
2
1
untuk
2/3 x 1 = Tn. S memiliki motivasi 2/3
dicegah : cukup
yang
kurang
untuk
melakukan latihan fisik seperti senam diabetes
4.
Menonjolnya
2
1
2/2 x 1 = Tn. S menderita diabetes
masalah
:
masalah
berat
yang lalu dan merupakan
segera
penyakit keturunan dari
harus
1
ditangani
tipe 2 sejak 10 tahun
ayah Tn. W
Total
3 4/3
Diagnosa Keperawaan Keluarga Klien 2 : Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat untuk mengatasi tugas adaptif. No
Kriteria
1.
Sifat masalah : 1 keadaan
Skala
Bobot
Skoring
1
1/3 x 1 = Koping 1/3
Keterangan
akan
keluarga
baik
meningkatkan
sejahtera
keadaan
sejahtera
keluarga 2.
Kemungkinan
1
2
dapat diubah :
1/2 x 2 = Dengan 1
sebagian
memberi
penyuluhan
mengenai
informasi
penyakit
diabetes mellitus tipe 2 yang
tidak
dimengerti
keluarga dapat mengubah koping
keluarga
berhubungan
dengan
masalah keluarga 3.
Potensial masalah
3
1
untuk
3/3 x 1 = Keluarga Tn. S kooperatif 1
dicegah : tinggi
terhadap
asuhan
keperawatan
yang
diberikan 4.
Menonjolnya masalah : ada masalah tidak
1
1
1/2 x 1 = Keluarga 1/2
tapi
namun
dapat
ditangani dengan waktu
perlu
yang panjang.
segera ditangani Total
khawatir
merasa
2 5/6
7.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
Klien 1 dan 2 Defisit
pengetahuan Setelah
berhubungan
dilakukan
tindakan Pertemuan ke-1
dengan keperawatan selama 30 menit x 7 hari,
ketidakmampuan
keluarga kedua,
kedua
keluarga
mengenal
masalah mengetahui
kesehatan
keluarga tujuan, dan tahapan senam diabetes,
pengertian,
mampu manfaat,
mengenai diabetes tipe 2; dengan kriteria hasil : keluarga mampu senam diabetes
1. Kaji pengetahuan tentang penyakit diabetes tipe 2 dan senam diabetes 2. Mengukur kadar gula darah dengan alat glukometer 3. Jelaskan pengertian, manfaat, tujuan, dan tahapan senam diabetes menggunakan leaflet
mengenal masalah kesehatan mengenai Pertemuan ke-2 diabetes tipe 2, mengambil keputusan untuk senam diabetes
1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes 2. Melakukan senam diabetes 3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes Pertemuan ke-3 1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes
2. Melakukan senam diabetes 3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes Pertemuan ke-4 1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes 2. Melakukan senam diabetes 3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes Pertemuan ke-5 1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes 2. Melakukan senam diabetes 3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes Pertemuan ke-6 1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes 2. Melakukan senam diabetes
3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes Pertemuan ke-7 1. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sebelum senam diabetes 2. Melakukan senam diabetes 3. Mengukur kadar gula darah klien dengan alat glukometer sesudah senam diabetes 4. Melakukan evaluasi secara keseluruhan
8.
Implementasi
Diagnosa
Tanggal/jam
Keperawatan
Tindakan
Respon
Keperawatan
Klien 1
ke-1 Mengkaji pengetahuan DS :
Klien 2
Defisit
Pertemuan
pengetahuan
(Klien 1)
berhubungan
5 Januari 2019 diabetes tipe 2 dan obat untuk diabetes mbak, kayak diabetes ya penyakit kalau gula
dengan
pukul 16.00 WIB
tentang
penyakit Tn. W mengatakan “saya tahunya Tn.
senam diabetes
ketidakmampuan
DS :
metformin,
glibenclamide,
ke-1
belum
tau
gerakannya
mengatakan
“penyakit
saya darahnya diatas 200 kan mbak ?
belum tau kalau senam diabetes, kalau
keluarga mengenal Pertemuan
S
obatnya
ya
obat
dari
kayak puskesmas itu aja. Kalau alternatif
masalah kesehatan (Klien 2)
gimana juga.”
lain seperti senam diabetes saya
keluarga mengenai 6 Januari 2019
DO :
belum pernah ikut.”
diabetes
Tn. W tampak bingung
DO :
tipe
2; pukul 14.00 WIB
senam diabetes
Tn. S tampak bingung
Melakukan pemeriksaan
DS :
DS :
kadar Tn. W mengatakan “iya mbak Tn. S mengatakan “baik mbak,
gula darah dengan alat silahkan dicek saja.”
saya siap untuk dicek.”
glukometer
DO :
DO :
Menjelaskan
Hasil
pemeriksaan
darah
dengan
kadar
alat
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
alat
glukometer
menunjukkan 240 mg/dL.
menunjukkan 238 mg/dL.
DS :
DS :
manfaat,
- Tn. W mengatakan “gerakan
tujuan, dan tahapan
senam diabetes itu gimana ya
diabetes
senam
mbak ?”
gimana ya mbak ?”
pengertian,
diabetes
menggunakan leaflet
- Tn. W mengatakan “oh jadi senam
diabetes
itu
- Tn. S mengatakan “senam
bisa
diabetes beda dengan senam lainnya ya mbak.”
Tn. W
tampak
S
tampak
mendengarkan dengan
seksama
penjelasan dengan seksama
Pertemuan ke-2
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
6 Januari 2019 alat
klien
yang
DO :
DO : Tn.
senam
- Tn. S mengatakan “senam
menurunkan kadar gula darah ya mbak.”
itu
mendengarkan dan
sesekali
bertanya
DS :
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak Tn.
S
mengatakan
“
seperti
glukometer silahkan, sama seperti kemarin kemarin kan mbak mengukurnya.”
pukul 07.30 WIB
sebelum
senam kan.”
diabetes
DO :
DO : Hasil pemeriksaan kadar gula darah
Pertemuan ke-2
Hasil
pemeriksaan
(Klien 2)
darah
dengan
7 Januari 2019
menunjukkan 238 mg/dL.
alat
kadar
gula dengan
alat
glukometer
glukometer menunjukkan 241 mg/dL.
pukul 07.30 WIB Melakukan
senam DS :
DS :
Tn. W mengatakan “lama juga ya Tn. S mengatakan “sederhana juga
diabetes
mbak senamnya.”
ya mbak gerakannya ternyata, coba
DO :
besuk saya hafalkan”
Tn. W mengikuti dengan baik DO : senam diabetes yang diajarkan
Tn. W mengikuti dengan baik senam diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 235 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 236 mg/dL.
Pertemuan ke-3
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
klien
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak Tn. S mengatakan “iya mbak
glukometer siap.”
8 Januari 2019 alat pukul 07.30 WIB
DS : silahkan diukur kali aja berubah.”
sebelum
senam DO :
DO :
diabetes
Hasil
pemeriksaan
Pertemuan ke-3
darah
dengan
(Klien 2)
menunjukkan 233 mg/dL.
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
alat
glukometer
menunjukkan 235 mg/dL.
9 Januari 2019 pukul 07.30 WIB
Melakukan
senam DO :
diabetes
DO :
Tn. W mengikuti dengan baik Tn. S mengikuti dengan baik senam senam diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
diabetes yang diajarkan
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 230 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 232 mg/dL.
Pertemuan ke-4
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
klien
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak Tn. S mengatakan “seperti kemarin
glukometer silahkan.”
11 Januari 2019 alat pukul 07.30 WIB
DS : kan mbak”
sebelum
senam DO :
DO :
diabetes
Hasil
pemeriksaan
Pertemuan ke-4
darah
dengan
(Klien 2)
menunjukkan 230 mg/dL.
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
alat
glukometer
menunjukkan 231 mg/dL
12 Januari 2019 pukul 07.30 WIB
Melakukan
senam DO :
diabetes
DO :
Tn. W mengikuti dengan baik Tn. W mengikuti dengan baik senam diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
senam diabetes yang diajarkan
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 225 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 227 mg/dL.
Pertemuan ke-5
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
klien
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak Tn. S mengatakan “iya mbak”
glukometer silahkan.”
13 Januari 2019 alat pukul 07.30 WIB
DS :
DO :
sebelum
senam DO :
Hasil pemeriksaan kadar gula darah
diabetes
Hasil
pemeriksaan
Pertemuan ke-5
darah
dengan
(Klien 2)
menunjukkan 225 mg/dL.
alat
kadar
gula dengan
alat
glukometer
glukometer menunjukkan 224 mg/dL
14 Januari 2019 pukul 07.30 WIB
Melakukan
senam DO :
diabetes
DO :
Tn. W mengikuti dengan baik Tn. S mengikuti dengan baik senam senam diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
diabetes yang diajarkan
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 223 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 220 mg/dL.
Pertemuan ke-6
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
klien
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak, Tn. S mengatakan “iya mbak”
glukometer silahkan kali aja berubah.”
16 Januari 2019 alat pukul 07.30 WIB
DS :
sebelum
senam DO :
diabetes
Hasil
pemeriksaan
Pertemuan ke-6
darah
dengan
(Klien 2)
menunjukkan 220 mg/dL.
DO : Hasil pemeriksaan kadar gula darah
alat
kadar
gula dengan
alat
glukometer
glukometer menunjukkan 218 mg/dL
17 Januari 2019 pukul 07.30 WIB
Melakukan
senam DO :
diabetes
DO :
Tn. W mengikuti senam diabetes Tn. S mengikuti dengan baik senam dengan baik
diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 215 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 210 mg/dL.
Pertemuan ke-7
Mengukur kadar gula DS :
(Klien 1)
darah
klien
19 Januari 2019 alat pukul 07.15 WIB
DS :
dengan Tn. W mengatakan “iya mbak Tn. S mengatakan “silahkan mbak,
glukometer silahkan,
semoga
saja
senam normal.”
sebelum diabetes
bisa semoga aja tidak naik lagi.” DO :
DO :
Hasil pemeriksaan kadar gula darah
Pertemuan ke-7
Hasil
pemeriksaan
(Klien 2)
darah
dengan
19 Januari 2019
menunjukkan 210 mg/dL.
alat
kadar
gula dengan
alat
glukometer
glukometer menunjukkan 207 mg/dL
pukul 08.30 WIB Melakukan
senam DO :
diabetes
DO :
Tn. W mengikuti dengan baik Tn. S mengikuti dengan baik senam senam diabetes yang diajarkan
Mengukur kadar gula DO : darah alat sesudah diabetes
klien
dengan Hasil
glukometer darah
diabetes yang diajarkan
DO : pemeriksaan dengan
alat
kadar
gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah
glukometer dengan
senam menunjukkan 195 mg/dL.
alat
glukometer
menunjukkan 190 mg/dL.
9.
Evaluasi
Tanggal/jam Pertemuan
ke-7 Defisit
(Klien 1) 19
Januari
Januari
dengan
- Keluarga
Tn.
menjelaskan
W
mampu
- Keluarga
Tn.
S
mampu
kembali
tentang
memahami tentang pengertian,
mengenal
masalah
pengertian, manfaat, tujuan, dan
manfaat, tujuan, dan tahapan
kesehatan
keluarga
tahapan senam diabetes.
senam diabetes.
ke-7 mengenai diabetes tipe 2;
- Tn. W mengatakan sudah bisa
- Tn. S mengatakan sudah bisa
melakukan senam diabetes secara
melakukan senam diabetes secara
mandiri
mandiri
senam diabetes 2019
pukul 08.30 WIB
Klien 2 S:
2019 ketidakmampuan keluarga
(Klien 2) 19
Klien 1
pengetahuan S :
berhubungan
pukul 07.15 WIB
Pertemuan
Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
O:
O: -
Hasil pemeriksaan kadar gula Hasil pemeriksaan kadar gula darah darah dengan alat glukometer dengan alat glukometer terakhir adalah terakhir
adalah
195
mg/dL 190
mg/dL
mengalami
penurunan
mengalami penurunan sebanyak sebanyak 48 mg/dL dari sebelum 45 mg/dL dari sebelum dilakukan dilakukan intervensi yaitu 238 mg/dL. intervensi yaitu 240 mg/dL
A:
A:
Masalah teratasi
Masalah teratasi
P:
P: - Motivasi mendorong
keluarga Tn.
W
untuk melakukan
senam diabetes secara rutin.
- Motivasi membantu
keluarga Tn.
S
untuk melakukan
senam diabetes secara rutin di setiap minggunya.
10. Pemaparan Fokus Study a. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan penulis, dapat diketahui hasil pemeriksaan kadar gula darah sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga No
Klien
Hasil Pemeriksaan
1.
Tn. W (Klien 1)
240 mg/dL
2.
Tn. S (Klien 2)
238 mg/dL
Diagram 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga 250
240
238
Tn. W (Klien 1)
Tn. S (Klien 2)
200
150
100
50
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Diagram 4.1 diketahui bahwa pemeriksaan kadar gula darah dengan alat glukometer mendapatkan hasil 240 mg/dL dan 238 mg/dL dimana termasuk dalam kriteria inklusi penelitian. b. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Diabetes Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan penulis, dapat diketahui perbandingan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan senam diabetes seperti Tabel 4.2 dan Diagram 4.2. Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Diabetes 1. Klien 1 No
Waktu
Hasil Pemeriksaan Sebelum
Sesudah
1.
Pertemuan 2
238 mg/dL
235 mg/dL
2.
Pertemuan 3
233 mg/dL
230 mg/dL
3.
Pertemuan 4
230 mg/dL
225 mg/dL
4.
Pertemuan 5
225 mg/dL
223 mg/dL
5.
Pertemuan 6
220 mg/dL
215 mg/dL
6.
Pertemuan 7
210 mg/dL
195/dL
2. Klien 2 No
Waktu
Hasil Pemeriksaan Sebelum
Sesudah
1.
Pertemuan 2
241 mg/dL
236 mg/dL
2.
Pertemuan 3
235 mg/dL
232 mg/dL
3.
Pertemuan 4
231 mg/dL
227 mg/dL
4.
Pertemuan 5
224 mg/dL
220 mg/dL
5.
Pertemuan 6
218 mg/dL
210 mg/dL
6.
Pertemuan 7
207 mg/dL
190 mg/dL
Diagram 4.2 Hasil Pemeriksaaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Diabetes 1. Klien 1 250
238 235 233 230 230 225 225 223 220 215 210 195
200 150
Sebelum Senam Diabetes
100
Sesudah Senam Diabetes
50
2. Klien 2 250
200
241 236 235 232 231
227 224 220 218
210 207 190
150
Sebelum Senam Diabetes
100
Sesudah Senam Diabetes
50
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Diagram 4.2 diketahui bahwa kadar gula darah kedua klien yaitu Tn. W dan Tn. S mengalami penurunan. Total keseluruhan penurunan kadar gula darah dari hari pertama hingga hari keenam kedua klien yaitu klien pertama Tn. W sebanyak 45 mg/dL sedangkan klien kedua Tn. S sebanyak 48 mg/dL. B. Pembahasan Pada bab ini dijelaskan analisa untuk mengidentifikasi permasalahan – permasalahan yang muncul berdasarkan referensi tentang hasil pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn. W dan Tn. S khususnya terkait dengan fokus studi menurunkan kadar gula darah dengan senam diabetes di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang. 1.
Pengkajian Pada hasil pengkajian biodata keluarga diketahui bahwa pada keluarga Tn. W dan Tn. S merupakan keluarga inti (nuclear family). Dimana pada keluarga Tn. W anggota keluarga meliputi Tn. W (55 tahun) sebagai ayah, Ny. S (53 tahun) sebagai ibu, dan Tn. W (18 tahun) sebagai anak tunggal. Untuk keluarga Tn. S anggota keluarga meliputi Tn. S (51 tahun) sebagai ayah, Ny. R (50 tahun) sebagai ibu, Nn. F (23 tahun) sebagai anak pertama, Tn. B (17 tahun) sebagai anak kedua, dan An. R (10 tahun) sebagai anak ketiga. Pada keluarga Tn.W merupakan pendatang di tempat tinggal yang sekarang. Kedua keluarga ini sesuai dengan pendapat Muhlisin (2012) bahwa yang dimaksud dengan
keluarga ini (nuclear family) keluarga yang terdiri dari seorang suami – istri dan anak (kandung/angkat). Ketika
melakukan
pengkajian
pemeriksaan
fisik,
penulis
melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengat alat glukometer pada kedua klien dan didapatkan hasil klien pertama Tn. W 240 mg/dL sedangkan klien kedua Tn. S didapatkan hasil 238 mg/dL. Klien pertama menderita diabetes mellitus tipe 2 sudah 8 tahun, sedangkan klien kedua mengalami penyakit diabetes mellitus tipe 2 ini sejak 10 tahun yang lalu. Berdasarkan pengkajian riwayat keluarga sebelumnya pada kedua klien terdapat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien. Pada klien 1 yaitu Tn. W sebulan yang lalu sudah periksa ke Puskesmas Srondol dan mendapatkan obat metformin dan glibenclamide. Tn. W selalu rutin kontrol ke puskesmas setiap bulannya agar tahu kadar gula darahnya. Sedangkan klien 2 Tn. S mengatakan bahwa dua minggu yang lalu periksa ke Puskesmas Srondol karena merasa sering haus, sering kencing, mudah lelah, dan juga obat persediaannya sudah habis. Kedua klien tidak memilik kebiasaan merokok, ataupun alergi makanan. Tetapi kedua klien masih malas dalam hal berolahraga rutin sebagai cara untuk membantu menurunkan kadar gula darah mereka. Menurut Maulana (2009) pengobatan terhadap penderita diabetes mellitus tipe 2 ini dapat diawali dengan berolahraga, mengurangi asupan karbohidrat (termasuk nasi), dan berdiet dengan tujuan mengurangi berat badan.
Terkait dengan fungsi perawatan keluarga yaitu keluarga Tn. W dan keluarga Tn. S belum mampu dalam mengenal kesehatan keluarganya. Keluarga klien pertama memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi dalam pengetahuan tentang kesehatan masih kurang dikarenakan tidak adanya sumber informasi
yang
meyakinkan.
Sedangkan klien kedua memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pula tetapi dalam hal informasi tentang kesehatan dan penyakit yang dialami klien juga masih kurang. Menurut Muhlisin (2012) hal tersebut adalah salah satu gangguan yang terjadi pada fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, dimana fungsi pemeliharaan kesehatan adalah keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi dan fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal kesehatan keluarga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat atas masalah kesehatan yang menyebabkan keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit. 2. Perumusan Diagnosa Berdasarkan
data
fokus
dalam
pengkajian
maka
permasalahan/diagnosis keperawatan yang didapati dari kedua klien adalah pada klien pertama defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diabetes mellitus tipe 2; senam diabetes dengann total skoring 4 2/3 dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit dengan total skoring 3 5/6. Sedangkan diagnosa klien kedua adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diabetes mellitus tipe 2; senam diabetes dengan total skoring 3 4/3 dan ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan gara koping yang tidak sesuai antara orang terdekat untuk mengatasi tugas adaptif dengan total skoring 2 5/6. Berdasarkan hasil dari skoring prioritas masalah maka didapatkan skor terbesar kedua klien sama yaitu diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diabetes mellitus tipe 2; senam diabetes dengan total skor klien pertama 4 2/3dan klien kedua 3 4/3. Kedua klien memiliki total skor prioritas masalah yang berbeda hal ini dikarenakan potensi masalah dapat dicegah klien kedua mendapatkan hasil cukup dikarenakan motivasi yang dimiliki klien kedua untuk melakukan senam asma rutin masih kurang. Pada kedua klien skor tertinggi pada diagnosa kurang pengetahuan dikarenakan diagnosa ini merupakan ancaman kesehatan bagi klien dan keluarga. Diagnosis keperawatan ini dimunculkan karena sesuai batasan karakteristik pada NANDA (2015) yaitu kurang pengetahuan dan perilaku yang tidak tepat, ditandai dengan mengungkapkan kurang pengetahuan atau permintaan informasi.
3. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang penulis lakukan yaitu berdasarkan diagnosa prioritas kedua klien. Selain itu sesuai fokus studi yang penulis lakukan pada karya tulis ilmiah ini yaitu menurunkan kadar gula darah dengan senam diabetes maka rencana keperawatan yang dilakukan kepada kedua klien adalah melakukan senam diabetes selama dua minggu sebanyak enam kali pertemuan dengan sebelum dan sesudah senam diukur kadar gula darah pada masing-masing klien menggunakan alat glukometer. Dalam membuat sebuah perencanaan, tentunya penulis melibatkan peran anggota keluarga dengan tujuan untuk mempermudah klien memecahkan masalahnya. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nursalam (2008) bahwa perencanaan keperawatan keluarga terdiri atas penetapan tujuan yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, dilengkapi dengan kriteria dan standart serta rencana tindakan. Penetapan tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama dengan keluarga, karena keyakinan bahwa keluarga bertanggung jawab dalam hal mengatur kehidupannya, dan perawat membantu menyediakan informasi yang relevan untuk memudahkan keluarga mengambil keputusan. Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga di klarifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (perilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer pada akhirnya
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan (Muhlisin, 2012). Tindakan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. W dan Tn. S adalah melakukan senam diabetes sebagai bentuk terapi non farmakologi dan latihan jasmani bagi penderita diabetes mellitus tipe 2. Manfaat yang didapat diantaranya mengontrol gula darah, menghambat dan memperbaiki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, menurunkan berat
badan,
memperbaiki
gejala-gejala
neuropati
perifer
dan
osteoporosis, memberikan keuntungan psikologis, serta mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin. Metode yang dilakukan pada keluarga Tn. W dan Tn. S adalah dengan menggunakan metode pendidikan individual karena diharapkan dengan dilakukan pendidikan individual dapat membina perilaku baru atau dapat menuju pada perubahan perilaku atau inovasi yang lebih baik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penyuluhan, dengan cara ini kontak antara klien dengan penulis lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu penyelesaiannya. Dalam memberikan penyuluhan tentunya penulis menyesuaikan dengan tingkat pemahaman klien, ulangi bila diperlukan, karena tingkat pemahaman klien berbeda. Teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang salah satunya adalah pendidikan. Karena terlihat dari tingkat pendidikan keluarga Tn. W yaitu SMA dan Tn. S yaitu SMP, pendidikan rendah ataupun kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal, sehingga selain metode individual metode demonstrasi juga dilakukan dalam pendidikan kesehatan dengan harapan klien lebih memahami mengenai pendidikan kesehatan yang telah diperoleh. 4.
Implementasi Sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan kepada kedua klien implementasi yang dilakukan adalah mengkaji/mengecek kadar gula darah dengan alat glukometer dan mengkaji pengetahuan tentang terapi non farmakologi / latihan jasmani untuk pasien diabetes mellitus tipe 2. Kedua hasil pengukuran di hari pertama klien pertama mendapatkan 240 mg/dL sedangkan klien kedua 238 mg/dL. Hasil ini adalah sebagai tolak ukur untuk kriteria inklusi klien dimana kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar gula darah <250 mg/dL. Sedangkan untuk pengetahuan tentang diabetes mellitus tipe 2 dan senam diabetes kedua klien memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Kedua klien merasa asing dengan senam diabetes dan tertarik untuk mengetahui lebih dalam. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pertemuan
kedua
penulis
melakukan
penelitian
dengan
mengaplikasikan senam diabetes dengan kedua pasien dimana sebelum dan sesudah senam diabetes diukur kadar gula darahnya dengan alat
glukometer. Pada pertemuan kedua didapatkan hasil Tn. W sebelum senam diabetes 238 mg/dL dan sesudah senam diabetes 235 mg/dL. Sedangkan Tn. S didapatkan hasil sebelum senam diabetes 241 mg/dL dan sesudah senam diabetes 236 mg/dL. Dari kedua klien sedikit ada perubahan di hari pertama pengaplikasian senam diabetes. Kedua klien masih asing dengan gerakan yang ada di senam diabetes sehingga kedua klien belum maksimal dalam melakukan senam diabetes. Klien terlihat kaku saat melakukan senam diabetes. Kedua klien sebelumnya tidak pernah rutin melakukan aktifitas fisik sehingga senam diabetes yang dilakukan di hari pertama masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Ilyas (2013) latihan jasmani semisal senam diabetes menyebabkan peningkatan aliran darah pada tubuh. Hal tersebut menyebabkan jalan kapiler semakin terbuka. Pada tahap lanjut kondisi ini akan membuat tubuh memproduksi banyak reseptor insulin sehingga berpengaruh pada penurunan kadar gula darah pada tubuh (Nirwanto, 2016). Setelah dilakukan senam diabetes pada pertemuan ketiga dan keempat kedua klien mengalami penurunan kadar gula darah yaitu pada klien pertama Tn. W menurun 5 mg/dL dari 230 mg/dL menjadi 225 mg/dL sedangkan klien kedua Tn. S menurun 5 mg/dL dari 232 mg/dL menjadi 227 mg/dL. Dari kedua klien sedikit demi sedikit mengalami penurunan kadar gula darah setelah pengaplikasian senam diabetes.
Meskipun masih sedikit kaku tetapi klien berantusias dalam melakukan senam diabetes. Setelah dilakukan senam diabetes pada pertemuan kelima dan keeenam kedua klien mengalami penurunan kadar gula darah kembali yaitu pada klien pertama Tn. W menurun 8 mg/dL dari 223 mg/dL menjadi 215 mg/dL sedangkan klien kedua Tn. S menurun kembali dari 10 mg/dL dari 220 mg/dL menjadi 210 mg/dL. Dari kedua klien selalu mengalami penurunan kadar gula darah setelah pengaplikasian senam diabetes, hal ini dibuktikan dengan penguasaan pada gerakan senam diabetes. Mereka selalu antusias dan semangat saat melakukan senam diabetes. Klien kedua menurun lebih banyak 2 mg/dL dibandingkan dengan klien pertama. Untuk pertemuan terakhir dalam pengaplikasian senam diabetes pada kedua klien didapatkan hasil pada klien pertama Tn. W sebelum senam diabetes 210 mg/dL dan sesudah senam diabetes 195 mg/dL, sedangkan klien kedua Tn. W didapatkan hasil sebelum senam diabetes 207 mg/dL dan sesudah senam diabetes 190 mg/dL. Kedua klien sudah sedikit hafal dengan gerakan senam diabetes sehingga kedua klien bisa melakukannya dengan maksimal dan menganjurkan rutin untuk dilakukan selama tiga kali dalam seminggu. Implementasi senam diabetes yang dilakukan kepada kedua klien pada penelitian ini yaitu 3 kali dalam seminggu selama dua minggu. Hasil yang didapatkan terjadi penurunan kadar gula darah dan diharapkan
apabila pasien melakukan secara rutin dapat menurunkan kadar gula darahnya sehingga bisa dalam rentang normal. Dengan kadar gula darah yang terkendali maka akan mencegah salah satunya yaitu ulkus diabetik. 5. Evaluasi Evaluasi dan tindakan keperawatan dilaksanakan pada kunjungan ketujuh yaitu pada tanggal 19 Januari 2019 pukul 07.15 WIB di rumah Tn. W dan pada tanggal 19 Januari 2019 pukul 08.30 WIB di rumah Tn. S yaitu mengevaluasi hasil dari dilakukannya senam diabetes yang sudah dilakukan selama 3 hari dalam kurun waktu dua minggu. Dan didapatkan hasil klien pertama Tn. W mengalami penurunan kadar gula darah sebanyak 45 mg/dL sedangkan Tn. S mengalami penurunan kadar gula darah sebanyak 48 mg/dL. Penurunan kadar gula darah yang diperoleh kedua pasien menunjukkan bahwa ada pengaruh baik dari senam diabetes bagi penderitas diabetes mellitus tipe 2 yaitu untuk menurunkan kadar gula darah. Kedua pasien merasa lebih bugar setelah melakukan senam diabetes karena sebelumnya kedua pasien tidak pernah rutin melakukan latihan fisik. Menurut Ilyas (2013) latihan jasmani semisal senam diabetes menyebabkan peningkatan aliran darah pada tubuh. Hal tersebut menyebabkan jalan kapiler semakin terbuka. Pada tahap lanjut kondisi ini akan membuat tubuh memproduksi banyak reseptor insulin sehingga berpengaruh pada penurunan kadar gula darah pada tubuh (Nirwanto, 2016).
Pengetahuan kedua klien tentang diabetes mellitus tipe 2 dan senam diabetes semakin meningat setelah dilakukan asuhan keperawatan. Dilihat dari pasien mampu melakukan senam diabetes secara mandiri di rumah. Pasien merasakan manfaat positif setelah dilakukan senam diabetes seperti lebih bugar dan mengatakan akan melakukan secara rutin setelah ini. Rencana tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan video senam diabetes sehingga pasien dapat melakukan senam diabetes mandiri di rumah. Leaflet penyuluhan yang berisi materi senam diabetes sudah diberikan kepada pasien pada saat penyuluhan di hari pertama.