20 Kesediaan Jadi Kader

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20 Kesediaan Jadi Kader as PDF for free.

More details

  • Words: 626
  • Pages: 2
Kesediaan Jadi Kader Pembangunan Umat ALHAMDULILLAH, di bulan ini ada ibadah besar yang dapat dilaksanakan secara khusus, yaitu umrah di bulan Ramadhan. Di samping Ramadhan sebagai bulan mustajab berterimanya doa orang yang sedang berpuasa setiap harinya, maka untuk yang sempat melakukan umrah, tentulah dia dapat membisikkan munajahnya di bawah lindungan ka'bah dan di pelataran Masjidil Al Haram di tanah Suci Makkah Al Mukkaramah dalam beberapa hari, ketika thawaf dan sa'i serta qiyamullail. Dalam melaksanakan umrah itu, ketika berpakaian ihram, di tengah-tengah perjalanan suci, menyahut panggilan-Nya jua, "Panggilan- Mu, aku taati, Ya Allah, panggilan-Mu ku patuhi, tak ada sekutu bagi- Mu, kepunyaan-Mu segala puja dan puji, milik MU segala nikmat dan kekuasaan.Tak ada sekutu bagi-Mu." Talbiyyah ini dikumandangkan sejak berpakaian ihram, berselimutkan dua potong handuk putih. Tak berjahit membalut badan. Tanpa ada pakaian dalam sepotongpun, bagi yang lelaki. Menanggalkan segala atribut yang sehari-harian biasa dipakai, meninggalkan kemewahan dan keharuman. Bertanggang mata, dengan munajah 'Panggilan- Mu ku ta'ati, Ya Allah'. Rasulullah mengibaratkan perjalanan umrah dalam bulan Ramadhan, seakan sama dengan berhaji bersama-sama beliau. Seakan perjalanan seorang yang rambut dan pakaiannya kusut masai, berdebu dalam perjalanan musafir, menempuh perjalanan yang jauh, dengan bau badan menusuk hidung tanpa berharum-haruman ketika berihram. Semuanya terjadi karena masing-masing disibukkan oleh kerja keras ibadah, dan dilakukan sambil berpuasa, imsak menahan diri dari makan dan minum pula. Maka ibadah umrah di bulan Ramadhan adalah satu rihlah ibadah. Maka Rasulullah menyebutkan upah mereka, dengan ungkapan bersahaja berisikan makna mendalam."Hajji – juga umrah - yang mabruur tidak ada baginya pembalasan selain Syorga" (HR Imam Ahmad dan Baihaqi). Kemabruran itu ada karena adanya pembinaan peribadi. Setelah menempuh latihan-latihan berat dan masa-masa sulit. Kesabaran dalam menghadapi setiap rintangan alam. Meninggalkan kemewahan dan kesenangan. Mencari keredhaan Allah Khaliqul Rahman. Dan mematuhi setiap aluran, kepatuhan dan peraturan (sunnah dan syari'at), yang tergambar dalam setiap gerak manasik, dan setelah kembali kekampung halaman. Yang dijemput dengan ibadah umrah dalam Ramadhan adalah pakaian utama, yakni pakaian jiwa yang disebut libaasut taqwa = perhiasan taqwa membalut hati dan jiwa para hujjaj kita. Inilah hasil yang sangat diharapkan dari ibadah umnrah dalam bulan Ramadhan itu. Hasil tersebut akan tampak dalam keseharian, ikut mengatasi kelaparan, kemiskinan, menjadi pelopor dalam menyebarkan keselamatan melalui usaha-usaha pribadi, kelompok atau bermasyarakat, dengan kesabaran yang tinggi, kebersamaan mendalam dan saling membantu (ta'awunitas). Dengan perkataan lainnya, menyediakan diri menjadi kader pembangunan ummat. Tugas ini sungguh berat, namun tinggi nilainya sebagai mata rantai pembangunan bangsa, dan Negara, terlebih lagi ketika kampung halaman ditimpa bencana gempa saat ini, yang dilakukan semata-mata dalam mencari redha Allah. Hendaknya jangan ada antara para ‘abid yang pulang dari umrah Ramadhan menjadi marduud, yang ditolak amalannya, masih membumbui hidupnya dengan tipu- tepok, melakukan sikap perangai yang negatif, dan tidak melaksanakan tanggung jawab secara amanah. Perilaku negative tersebut, semestinya terjauh dari tindakan perbuatan para abid, yang senantiasa mengharapkan kemabruuran dari umrah Ramadhan yang dilakukannya.

Dalam usaha mensyukuri nikmat Allah, perlu senantiasa menyucikan dan membersihkan iman-tauhuid, meningkatkan pemahaman dan ketaatan terhadap keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, membersihkan diri dari anasir-anasir syirk dan kekufuran, disertai dengan pengembalian puja dan syukur kepada Allah semata. Permohonan istighfar yang tak henti-hentinya atas segala tindak tanduk kita adalah pencerminan dari kesediaan masing-masing diri melakukan introspeksi dan retrospeksi yang jujur dalam mengevaluasi tindakan (perjuangan hidup) yang telah lalu. Muhasabah sangat dituntut dilakukan dalam bulan Ramadhan yang berkah ini. Kesediaan melakukan usaha-usaha peningkatan Iman dan keinginan melakukan evaluasi setiap saat dan akhirnya menampilkan citra amaliyah yang lebih sempurna. Dari sini melahirkan sikap istiqomah (=konsisten). Istiqomah (konsisten) itu penting adanya bagi insan pejuang. Yakni tetap berada dalam garis jalan Allah, dimedan juang apapun kita berada. Dalam mengisi hidup dan kehidupan nyata ini. Nilai-nilai mulia itulah kiranya, yang dijemput dan direbut dalam perjalanan ibadah di bulan Ramadhan, membentuk diri menjadi seorang Muhtadin, yakni orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT. Insyaallah.

Related Documents


More Documents from "Shauna Simmons"