2 Vira Pancasila.docx

  • Uploaded by: mute
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2 Vira Pancasila.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 441
  • Pages: 2
2. Aliran-Aliran dalam Filsafat Moral a. Etika Keutamaan Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue), apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Menurut etika keutamaan, keutamaan adalah suatu disposisi batin yang bersifat tetap sebagai akibat suatu latihan dan kebiasaan untuk berbuat baik. Etika keutamaan meletakkan tekanan pada fokus perhatiannya pada pribadi pelaku tindakan dan kualitas watak pribadi tersebut. Bagi para penganut etika keutamaan, pertanyaan pokok dalam etika bukan “apa yang harus/wajib aku lakukan?” (what should I do?) melainkan “mau menjadi apa manusia macam apakah aku ini?” (what should I be?). (Sudarminta, 1997) Gagasan awal mengenai etika keutamaan dapat ditelusuri dari pemikiran Aristoteles tentag “arete”. Kata arete dalam bahasa Yunani yang berarti keutamaan, ada kaitannya dengan keunggulan (excellence) serta dipakai untuk menunjukkan bahwa seseorang bisa melaksanakan fungsi pokoknya dengan baik. Keutamaan moral bagi Aristoteles adalah ciri-ciri watak manusia yang secara umum dijunjung tinggi dan dimiliki seseorang berkat latihan atau pembiasaan berbuat baik. Dalam pandangan Aristoteles, fungsi khas manusia terletak dalam kegiatan akalbudinya. Dalam paham keutamaan, karena pusat perhatian diarahkan pada pembentukan watak yang berbudi luhur dan bukan pada pemenuhan kewajiban tertentu atau pemakaian prinsip moral tertentu, peranan moral ideal menjadi penting (Sudarminta, 1997). Etika keutamaan menekankan pada karakter moral dan pembangunan moral seseorang (Kalidjernih, 2010). Beberapa watak yang terkandung nilai keutamaan adalah baik hati, kesatria, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, jujur, mandiri, dll (Ali Mudhofir, 2009) b. Etika Dentologi Etika Dentologi adalah teori etika yang membicarakan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukan membicarakan tujuan atau akibat dari etika dentologi dalam memberikan tekanan dna fokus perhatiannya pada prinsip-prinsip yang mendasari tindakan. Kata “deon” berasal dari Yunani yang artinya “kewajiban” yang merupakan inti dari teori ini mengasumsikan bahwa orang-orang bertindak secara moral bila mengikuti aturan-aturan yang benar atau baik (Kalidjernih, 2010). Aturan itu sebenarnya adalah kewajiban moral yang bersifat imperatif kategoris. Teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban moral. Deontologi tidak terpusat pada konsekuensi perbuatan, deontologi melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Oleh karena itu, ini bisa disebut etika kewajiban atau peraturan. Etika deontologi dengan konsep “imperatif kategoris” bahwa kewajiban moral merupakan perintah yang tidak bersyarat dan mutlak. Imperatif kategoris disimbolkan dengan perkataan “bertindaklah secara moral”, dimana perkataan itu mengandung perintah (command), tetapi sebagai perwujudan adanya suatu “keharusan objektif” untuk bertindak secara moral.

c. Etika Teleologi Etika teleologi adalah teori etika yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan. Etika teleologi menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada sejauh mana tindakan tersebut mencapai tujuannya. Etika ini juga menganggap bahwa kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan yang diinginkannya (Ali Mudhofir, 2009). Aliran-aliran etika teleologi meliputi eudaemonisme, hedonisme, dan utilitarianisme.

Related Documents


More Documents from "nasrin khosrowshahi"