1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kehamilan resiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi dan dapat memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kehamilan resiko tinggi seperti faktor usia ibu, penyakit yang menyertai kehamilan, perdarahan dalam kehamilan, dan riwayat obstetris yang buruk. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kehamilan yang beresiko tinggi menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas keluarga, misalnya keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, tidak mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, tidak membuat keputusan dan mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu memberikan lingkungan yang tepat, sehingga pada keluarga dengan ibu hamil reiko tinggi harus mendapatkan perhatian yang cukup agar keluarga memahami tentang dampak dari kehamilan resiko tinggi. Untuk itu, perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga tentang kehamilan resiko tinggi. Tahun 2008, WHO (World Health Organization) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin sebenarnya lebih dari 50% kematian di negara berkembang (Prawirohardjo, 2008). Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35/1.000 kelahiran
2
hidup, sedangkan angka kematian bayi baru lahir (Neonatal) sekitar 20/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI 2004). Dari data rekam medik Puskesmas Karang Ketug Pasuruan pada tahun 2015 didapatkan ibu hamil dengan resiko tinggi berjumlah 159 orang. Berbagai faktor dapat menyebabkan perempuan tergolong sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko tinggi. Faktor penyebab kehamilan risiko tinggi yaitu penyakit yang menyertai kehamilan seperti hipertensi, diabetes mellitus, infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), adanya penyulit kehamilan seperti plasenta previa dan kelainan uterus atau kandungan, riwayat obstetris yang buruk, riwayat abortus, umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak, serta keadaan sosio ekonomi yang rendah. Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada janin maupun pada ibu antara lain bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR), keguguran (abortus), perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, dan keracunan kehamilan/kejang-kejang. Dukungan penuh dari keluarga juga berpengaruh terhadap kehamilan resiko tinggi. Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan anggotanya, termasuk mengenal masalah tentang kehamilan resiko
3
tinggi, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan (Friedman, 1998 ). Dalam mengatasi masalah ini peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 1998 ). Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda tergantung dari penyakit apa yang sudah diderita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan. Tes penunjang sangat diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan. Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yang intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan antenatal. Selain itu perlu adanya pengenalan tentang resiko tinggi ibu hamil yang dapat dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau non kesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Berkaitan dengan data tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan untuk ” Asuhan Keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan”. 1.2
Batasan Masalah Dalam penulisan askep ini difokuskan pada Ny. L Keluarga Tn. H yang
merupakan salah satu ibu hamil dengan resiko tinggi.
4
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang tersebut maka penuls membuat laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan yang berjudul “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan?”
1.4
Tujuan Pembuatan Makalah
1.4.1
Tujuan Umum Pembuatan
Makalah
ini
dilakukan
untuk
melaksanakan
Asuhan
Keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan. 1.4.2
Tujuan Khusus Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik keluarga diharapkan
mampu: 1) Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan. 2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan. 3) Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan.
5
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan. 5) Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. L Keluarga Tn. H dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Kelurahan Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan.
1.5
Manfaat
1.5.1
Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Bagi institusi pelayanan kesehatan (Puskesmas Karang Ketug Pasuruan)
membantu program Puskesmas dalam program pengobatan dasar, khususnya dalam asuhan keperawatan keluarga. 1.5.2
Bagi Penulis Penulis
dapat
menambah
wawasan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan dan lebih memanfaatkan teori yang telah didapat dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga. 1.5.3
Bagi Profesi Keperawatan Bertambah keterampilan perawat dalam melakukan askep keluarga dan
memperluas wawasan dan pengetahuan. 1.5.4
Bagi Wilayah Puskesmas Karang Ketug Masyarakat (terutama keluarga binaan) di wilayah Puskesmas Karang
Ketug Pasuruan memperoleh banyak masukan pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi.
6
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Keluarga
2.1.1
Pengertian Keluarga Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (1998) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama
lain,
mempunyai
perannya
masing-masing-masing-masing
mempertahankan suatu kebudayaan.
6
dan
7
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah. 2.1.2
Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga Merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit / satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sehingga tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarananya. (Baylon Maglaya, 2008) 2.1.3
Tipe - Tipe Keluarga Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004)
1) Keluarga inti ( Nuclear family ) Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. 2) Keluarga besar ( Exstended family ) Adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi. 3) Keluarga bentukan kembali (Dyadic family) Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya 4) Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. 5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
8
6) Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone) 7) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual cohabiting family) 8) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family). 2.1.4
Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan,
keluargapun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing. Tahap dan tugas perkembangan itu menurut Suprajitno (2004) antara lain: 1) Tahap perkembangan keluarga baru menikah a) Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial. c) Membina rencana memiliki anak 2) Keluarga dengan anak baru lahir a) Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua b) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya 3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
9
b) Membantu anak untuk bersosialisasi c) Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi, d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 4) Keluarga dengan anak usia sekolah. a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas b) Mempertahankan keintiman pasangan c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. 5) Keluarga dengan anak remaja. a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
10
d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 6) Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa a) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga besar b) Mempertahankan keintiman pasangan c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat d) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah. 7) Keluarga dengan usia pertengahan. a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan b) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anakanaknya dan sebaya c) Meningkatkan keakraban pasangan. 8) Keluarga usia tua. a) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangan b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat d) Melakukan life review masa lalu.
11
2.1.5
Struktur Keluarga Struktur
keluarga
dapat
menggambarkan
bagaimana
keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat menurut Suprajino (2004), antara lain: 1) Struktur peran keluarga Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal 2) Nilai dan norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan 3) Pola komunikasi keluarga Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti. 4) Struktur kekuatan keluarga Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. 2.1.6
Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi afektif Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
12
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah 3) Fungsi reproduksi Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 4) Fungsi ekonomi Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 5) Fungsi pemerliharaan kesehatan Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi 2.1.7
Lima Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Menurut Suprajitno (2004), keluarga mempunyai 5 tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan antara lain: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. 2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
13
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang
tepat
sesuai
dengan
keadaan
keluarga,dengan
pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
bahkan
teratasi.Ketidaksanggupan
keluarga
mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan.Ketidakmampuan
keluarga
merawat
anggota
keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan. 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumbersumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
14
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.
2.2
Proses Keperawatan Keluarga Menurut Friedman (1998:), proses keperawatan merupakan pusat bagi
semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan. Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga. Friedman (1998) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima langkah dasar meliputi : 2.2.1 Pengkajian Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
15
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004). Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56) 1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga. 2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga a) Kebiasaan makan Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan Perilaku
keluarga
didalam
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit c) Pengobatan tradisional Keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional. 3) Status Sosial Ekonomi a) Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola
16
pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar. b) Pekerjaan dan Penghasilan Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga. 4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan. 5) Aktiftas Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 1998:9). 6) Data Lingkungan a) Karakteristik rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
17
b) Karakteristik Lingkungan Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi 7) Struktur Keluarga a) Pola komunikasi Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan
komunikasi.
Istilah
komunikasi
teurapetik
merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. b) Struktur Kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik. c) Struktur peran Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. 8) Fungsi Keluarga a) Fungsi afektif
18
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998). b) Fungsi sosialisasi . Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota
keluarga
menjadi
sepi.
Keadaan
ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress. c) Fungsi kesehatan Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. 9) Pola istirahat tidur Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. 10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
19
11) Koping keluarga Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal
dapat
mengidentifikasi
dan
menyusun
intervensi
masalah
keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan. 2.2.3 Intervensi Keperawatan 1) Menyusun prioritas Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang. 2) Menyusun tujuan Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi
kepada
klien
kemungkinan
sumber-sumber
penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan. Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
20
a) Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik b) Tujuan jangka menengah c) Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan 3) Menentukan kriteria dan standar evaluasi. Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai
penjelasan
tentang
masalah
kesehatan
(Friedman:1998:71) 2.2.4 Implementasi Keperawatan Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia. 2.2.5 Evaluasi Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan
dilihat
dari
respon
keluarga
bukan
intervensi
yang
diimplementasikan. Modifikasi dalam asuhan keperawatan mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
21
2.3
Konsep Kehamilan Resiko Tinggi
2.3.1
Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi Kehamilan ialah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai
konswepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2007). Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2007). 2.3.2
Penyebab Kehamilan Resiko Tinggi Berbagai faktor yang menyebabkan ada perempuan yang tergolong
sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi dibagi dalam 4 golongan: 1) Penyakit yang menyertai kehamilan a) Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin. b) Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus. c) Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula
22
d) Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan. e) Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa. f)
Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu dan janin.
2) Penyulit kehamilan a) Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. b) Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya. c) Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan
kembar
dan
gangguan
pertumbuhan
janin
dalam
kandungan. d) Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
23
e) Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea. 3) Riwayat obstetris yang buruk a) Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital (cacat bawaan) b) Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada waktunya. c) Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut. d) Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk menunda kehamilan dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil. 4) Keadaan ibu secara umum a) Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun b) Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak. c) Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk. d) Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm. e) Bentuk panggul ibu yang tidak normal. f)
Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
g) Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis h) Keadaan sosio ekonomi yang rendah i)
Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.
24
2.3.3
Komplikasi Kehamilan Resiko Tinggi Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi
pada janin maupun pada ibu antara lain : 1) Bayi a) Bayi lahir belum cukup bulan. b) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) c) Janin mati dalam kandungan. 2) Ibu a) Keguguran (abortus). b) Persalinan tidak lancar / macet. c) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. d) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia. e) Keracunan kehamilan/kejang-kejang. Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut selama kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan. 2.3.4
Penanganan Kehamilan Risiko Tinggi Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda
tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan. Tes penunjang sangat
25
diharapkan dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan. Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yng intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal. Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli. Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi persalinan atau tidak. 2.3.5
Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional dalam
upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut. Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman.
26
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu. Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu : 1) Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi 2) Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga 3) Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan 4) Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai 2.3.6
Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Darah Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan Down Syndrom. 2) Alfa Fetoprotein (AFP) Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar
Maternal-serum
alfa-fetoprotein
(MSAFP)
yang
tinggi
27
menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah. 3) Sampel Chorion Villus (CVS) Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down. 4) Ultrasonografi (USG) Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin, seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.
28
5) Amiosentesis Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahanbahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut. 6) Sampel darah janin atau cordosentesis Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen. 7) Fetoskopi Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
29
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensalensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal. 8) Biopsi Kulit Janin Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu. 2.3.7
Prognosis Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada
ringan beratnya penyakit yang dialami ibu. Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk seorang ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan membawa beresiko pada bayi yang dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang tidak stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari hormon thyroid yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu dengan pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam batas yang terkontrol
30
selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama kehamilan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya. Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh kehamilan itu sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis ulcerative akan menunjukkan kondisi dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan ataupun dapat
membaik selama
kehamilannya . hal yang sama juga bisa dialami oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan selama kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang merasa tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini memang sulit untuk diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian, pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik sebaiknya harus kontrol secara rutin selama kehamilannya. Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus (penyakit yang disebabkan perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan peradangan pada jaringan penyokong dan organ – organ) atau dengan penyakit ginjal mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke bayi melalui plasenta, hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat berkembang
31
dan mengalami pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir meninggal. Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes dapat menyebabkan keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula dalam darahnya dengan hati-hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani kehamilan. Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan yaitu dengan sering berkunjung ke penyedia layanan kesehatan dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah medis biasanya berusaha untuk melakukan pola hidup sehat, dan biasanya kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita dengan masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut sebelum memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang mendapatkan perawatan dari perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus penyakit jantung berat, misalnya, risiko ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan kata lain mutlak tidak boleh hamil.
32
BAB 3 FORMAT PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. IDENTITAS KELUARGA 1.
Nama Kepala Keluarga : Tn. H
2.
Umur
: 40 tahun
3.
Alamat
: Karang Ketug RT 1 RW 6 Pasuruan
4.
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
5.
Pendidikan
: SMA
6.
Komposisi Keluarga
:
Nama
Jenis Kelamin
Hubungan
Umur
1.
Ny. L
P
Istri
40 th
2. 3.
An. H An. R
P L
Anak ke-1 Anak ke-2
16 th 10 th
No
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pelajar Pelajar
Pendidikan
SMA SMA SD
Genogram : Tn. A
Tn. M
Ny. I
Tn. H
Tn. N
Ny. P
An. H
32
Ny. K
Tn. A
An. R
Ny. L
33
Keterangan: : Laki-laki
: Meninggal
: Perempuan
: Keturunan
: Pasien
: Menikah
: Tinggal dalam satu rumah 7.
: Hubungan dengan keluarga
Tipe Keluarga: Tipe keluarga Tn. H adalah nuclear family (keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu, anak, yang tinggal dalam satu rumah.
8.
Latar Belakang Budaya (Etnis) a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga Suku bangsa yang dianut oleh keluarga Tn. H adalah suku Jawa dan tidak adat atau budaya yang khusus mempengaruhi pandangan keluarga terhadap kesehatan dan tidak ada pantangan dalam makan b. Tempat Tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat homogen). Mayoritas tetangga keluarga Tn. H adalah suku Jawa c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (Apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga). Di kampung keluarga Tn. H biasanya diadakan kegiatan pengajian setiap dua minggu sekali pada hari Kamis. Kegiatan kerja bakti kampung biasanya diadakan saat hari 17 Agustusan. d. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau modern).
34
Keluarga Tn. H biasanya makan makanan tradisional seperti rujak, sop, pecel dan menggunakan pakaian santai seperti kaos dan celana jika di rumah. e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ”modern”. Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah, semua anggota keluarga berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila masalah tidak teratasi maka keputusan ada di tangan Tn. H f. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. (Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktik-praktik
pelayanan
kesehatan
tradisional,
atau
memiliki
kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan). Keluarga biasanya datang ke puskesmas terdekat (Puskesmas Karang Ketug Pasuruan), praktek dokter keluarga, dan bidan terdekat untuk memeriksakan kesehatan. Keluarga tidak pernah datang ke dukun atau kyai untuk mengatasi masalah kesehatan. g. Penggunaan bahasa sehari- hari di rumah Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam keluarga Tn. H adalah bahasa Jawa. 9.
Identifikasi Religius a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragamaan mereka. Tidak ada perbedaan keyakinan dalam keluarga Tn. H. b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi-organisasi keagamaan lain.
35
Keluarga Tn. H rutin mengikuti kegiatan pengajian di kampungnya yang diadakan setiap dua minggu sekali pada hari Kamis. c. Keluarga menganut agama apa. Agama yang dianut oleh keluarga Tn. H adalah agama Islam. d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan. Keluarga Tn. H taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu, biasanya dilakukan bersama-sama di rumah dan terkadang di mushola dekat rumah. Keluarga juga yakin bahwa semua kesehatan atau sakit berasal dari Allah. 10. Status Kelas Sosial (berdasarkan pekerjaan, pendidikan dan pendapatan) Jumlah Pendapatan per Bulan: sekitar Rp 3.000.000,Sumber-sumber Pendapatan per Bulan: dari gaji Suami Jumlah Pengeluaran per Bulan: sekitar Rp 2.500.000,- dan keluarga masih bisa menyisihkan uang untuk menabung dan menyicil kredit motor. Apakah Sumber Pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga:
ya
tidak
11. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang Tulislah aktivitas-aktivitas waktu luang dari subsistem keluarga. Keluarga Tn. H biasanya pergi ke pemandian untuk renang tiap dua minggu sekali atau saat liburan sekolah. B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1.
Tahap perkembangan keluarga saat ini
36
Tahap perkembangan keluarga Tn. H adalah Tahap keluarga dengan anak remaja. Keluarga telah berusaha memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada kedua anaknya, keluarga selalu mencoba mempertahankan hubungan yang intim dengan anggota keluarga, selalu mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anggota keluarganya. 2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini. a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Tn. H dan keluarga mengetahui keadaan yang sedang dialami oleh Ny.L bahwa istrinya sedang hamil tua, tetapi masih belum tahu apa komplikasi yang akan terjadi pada kehamilan istrinya tersebut. Sedangkan Ny. L langsung memeriksakan kehamilannya sejak dia tahu kalau sedang hamil. Setahun yang lalu gula darah Ny.L tinggi, sehingga langsung memeriksakan kehamilannya, karena pengalaman dari tetangganya yang mempunyai gula darah tinggi langsung dilakukan kuret sehingga Ny.L takut terjadi apa-apa dengan kehamilannya. Untuk pertolongan persalinan dipikirkan nanti menjelang persalinan. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Ny.L mengatakan sudah periksa kehamilan ke puskesmas, dokter dan bidan keluarga dan selalu mengikuti anjuran dan pantanganpantangan dari puskesmas tersebut. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
37
Saat mengetahui Ny.L hamil, keluarga hanya pasrah dan berdoa kepada Tuhan karena tidak tahu bagaimana cara merawat Ny.L yang sedang hamil dengan usia 40 tahun tersebut. Ny.L sangat cemas jika nanti kehamilannya kenapa-kenapa. Sedangkan jika ada anggota keluarga yang sakit dirawat di rumah dulu dan beli obat ke apotek, tetapi jika penyakit lebih parah maka langsung dibawa ke puskesmas atau dokter keluarga. d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Keluarga
mengatakan
untuk
masalah
lingkungan,
keluarga
mengetahi hanya membersihkan rumah setiap hari. Perabotan dan tata ruang di rumah keluarga Tn. H sudah tertata dengan baik. Dalam rumah keluarga Tn. H terdapat satu kamar tidur, satu kamar mandi. Di kamar tidur terdapat ventilasi yang dibuka setiap pagi sampai siang. Kamar mandi juga diberi ventilasi dan dibersihkan dua minggu sekali. Jika selesai masak, Ny.L langsung membereskan peralatan masak yang telah dipakai. Ruang keluarga ditempatkan di depan kamar. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga Ny. L mengatakan bila ada keluarganya yang mengalami masalah kesehatan selalu membawa ke pelayanan fasiltias kesehatan, atau tenaga kesehatan lainnya di tempat klien yang dapat dijangkau
38
(puskesmas), dan keluarga Tn. H mempunyai kartu kesehatan untuk berobat. 3. Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan
dan
kejadian-kejadian
dan
pengalaman-pengalaman
kesehatan yang unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Tidak ada pengalaman kesehatan yang unik dalam keluarga Tn. H. 4. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua). Keluarga kedua orang tua Tn. H dan Ny. L berasal dari Kota Pasuruan sendiri dan hubungan dengan orang tua sangat baik sekali. Ny.L juga mengatakan sering bersilaturahmi ke rumah mertuanya di Bugul setiap minggu sekali. C. DATA LINGKUNGAN 1) Karakteristik Rumah a) Gambar tipe tempat tinggal dan denahnya (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini Rumah keluarga Tn. H adalah milik sendiri yaitu warisan dari orang tua Ny. L
39
Dapur
Ruang Keluarga
Kamar Makan
Batas tetangga
Kamar Mandi
20 m
Kamar Tidur
Tetangga
Ruang Tamu Teras 10 m
2m
b) Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot. Apakah penerangan ventilasi, pemanas. Apakah lantai, tangga, susunan dan bangunan yang lain dalam kondisi yang adekuat. Jelaskan. Rumah keluarga Tn. H terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, satu kamar tidur, dapur, kamar mandi. Biasanya di depan ruang keluarga digunakan kedua anaknya tidur. Cara pengaturan perabot cukup rapi, kebiasaan merawat rumah disapu sehari dua kali. Ukuran rumah 20 x 10 m tipe rumah permanen, atap terbuat dari asbes, lantai berubin dan terdapat ventilasi yang dibuka setiap pagi sampai siang dan kondisi ruangan tidak pengap. c) Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran. Jelaskan.
40
Keluarga kalau minum menggunakan air PDAM, memasak dengan LPG, tidak terdapat pengamanan untuk kebakaran. d) Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk. Jelaskan. Kamar mandi keluarga Tn.H tampak bersih, mandi menggunakan sanyo/kran, terdapat WC, sikat dan pasta gigi sabun dan handuk sudah tersedia masisng-masing. e) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan kebutuhan- kebutuhan khusus mereka lainnya. Jelaskan. Kamar tidur terdapat ventilasi 1 x 1, 1 tempat tidur, dan terdapat lemari baju, serta memadai bagi anggota keluarga. f) Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau masalah-masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatangbinatang piaraan. Jelaskan. Tidak terdapat serangga-serangga kecil seperti semut, kecoa, dan lalat. Keluarga tidak mempunyai binatang piaraan, rumah tampak bersih, dan selalu dibersihkan dua kali sehari. g) Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka. Jelaskan. Ny. L menganggap rumahnya memadai bagi keluarganya. h) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi mereka memadai. Jelaskan.
41
Di dalam kamar tidurnya terpasang gorden sebagai pengganti pintu kamar dan kamar mandi terdapat pintu. i) Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah/lingkungan. Tidak ada tanda-tanda bahaya. Lantai kamar mandi tidak licin dan terbuat dari plesteran. j) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah. Jelaskan. Sampah dikumpulkan di keranjang sampah dan dibuang setiap pagi oleh pemungut sampah. k) Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Jelaskan. Ny. L mengatakan seluruh anggota keluarganya merasa puas dengan pengaturan rumahnya. 2) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas a)
Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat dan komunitas yang lebih luas? (1) Tipe
lingkungan/komunitas
(desa,
kota,
subkota,
antarkota).
Sebutkan. Tipe lingkungan keluarga Tn. H adalah daerah perkotaan. Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli pasuruan. (2)Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan industri kecil, agraris) di lingkungan. Sebutkan. Tipe tempat tinggal keluarga Tn. H adalah hunian.
42
(3)Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak terpelihara, sementara diperbaiki). Jelaskan. Keadaan tempat tinggal sekitar rumah keluarga Tn. H sudah bagus dan terpelihara dengan baik, tidak sedang dalam perbaikan. Jalan sudah dipaving. (4)Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll). Jelaskan. Kebersihan jalan sudah baik. Sampah dikumpulkan di rumah masing-masing dan dipungut oleh pemungut sampah setiap pagi. (5)Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (udara, kebisingan, masalah-masalah polusi air). Jelaskan. Tidak terdapat jenis industri di sekitar rumah keluarga Tn. H, jarak rumah sekitar 30 meter dari jalan raya, sehingga biasanya terganggu sedikit jika keadaan jalan ramai. b) Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas? (1) Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. Sebutkan. Karakteristik tetangga dan komunitas Tn. H adalah karyawan pabrik dengan mayoritas suku jawa dan berasal dari Pasuruan asli, di lingkungannya tidak ada budaya atau aturan yang mempengaruhi kesehatan. (2) Perubahan-perubahan
secara
demografis
yang
belakangan ini dalam lingkungan/komunitas. Jelaskan.
berlangsung
43
Tidak terdapat perubahan secara demografis di masyarakat. Dari dulu hingga sekarang lingkungan sekitar keluarga adalah kelompok suku Jawa. (3) Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas? (a) Fasilitas-fasilitas
ekonomi
(warung,
toko,
apotik,
pasar).
Sebutkan. Rumah keluarga Tn. H tidak jauh dari jalan raya, mudah dijangkau oleh sepeda motor/kendaraan roda 4. Ny. L kalau membeli bumbu/belanja cukup di sekitar rumahnya tepatnya di tetangganya dan itu cukup dengan jalan kaki. Dekat dengan pasar sekitar 1,5 km. Apotek juga dapat dijangkau dengan sepeda motor. (b) Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas gawat darurat). Sebutkan. Lingkungan dan komunitas Tn. H dekat dengan puskesmas Karangketug Pasuruan sekitar 100 m dari lingkungannya. (c) Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan). Sebutkan. Tempat konseling juga dekat dan dapat dijangkau dengan speda motor. Banyak terdapat pabrik mebel kursi di sekitar lingkungan kampung. c)
Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas dapat diakses dan bagaimana kondisinya? Jelaskan.
44
a. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. Sebutkan. Tempat rekreasi lumayan jauh dari rumah. Tetapi masih bisa dijangkau dengan menggunakan sepeda motor atau roda 4. b. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana pelayanan-pelayanan dan fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses (dalam arti, jarak, kecocokan, dan jam, dll) kepada keluarga. Jelaskan. Terdapat angkutan umum, bis yang biasanya lewat di jalan raya dekat rumah keluarga Tn. H dengan jarak dari jalan raya sekitar 20 m atau sekitar 2 menit. c. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah ada masalah keselamatan yang serius?. Jelaskan. Tidak pernah ada insiden kejahatan yang serius seperti pembunuhan, atau pencurian di daerah keluarga Tn. H. 3) Mobilitas Geografis Keluarga a. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini. Rumah keluarga Tn. H adalah rumah orang tua Ny.L sejak Ny.L lahir hingga sekarang sekitar 40 tahun. b. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal? Jelaskan. Ny. L mengatakan pernah berpindah tempat tinggal di rumah mertuanya (orang tua Tn. H) di daerah Bugul tetapi hanya 1 bulan, kemudian kembali lagi di rumah yang sekarang. 4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas dalam Komunitas a. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan?. Sebutkan tempat pelayanan kesehatannya.
45
Ny. L mengatakan An. R sering pergi ke puskesmas/prakter dokter keluarga, karena An. R sering sakit tenggorokan dan panas. b. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan fasilitas? Sekitar 5 kali pada An. R. Untuk anggota keluarga yang lain jarang. Ny. L selama hamil anak ke-3 ini juga sudah 3 kali datang ke tempat pelayanan kesehatan. c. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya? Ny. L mengatakan komunitas yang ada di sekitar rumahnya sangat memadai dan bagus. 5) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga: Siapa menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktivitas-aktivitas keluarga (Sebutkan Lembaga Formal atau Informal; Informal: Ikatan Keluarga, teman-teman dekat, tetangga; Formal: Lembaga Resmi Pemerintah maupun Swasta/LSM) Yang menolong adalah tetangga dekat rumahnya terutama bibi Ny.L yang rumahnya berada di sebelah kiri rumah keluarga Tn.H.
D. STRUKTUR KELUARGA 1.
Pola-pola Komunikasi a. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi? Mayoritas pesan udah sesuai dengan isi dan instruksi dari perawat saat melakukan pengkajian.
46
b. Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka dengan jelas? Pola komunikasi yang digunakan Anggota keluarga Tn.H komunikasi terbuka, tiap anggota keluarga mengungkapkan pendapatnya masing masing hal ini dapat dilihat pada waktu perawat melakukan pengkajian c. Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons dengan baik terhadap pesan? Masing-masing anggota keluarga memberikan respon yang baik saat perawat memberikan pertanyaan kepada mereka. d. Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan? Keluarga dalam keluarga Tn. H saling terbuka dalam komunikasi dan saling menghargai satu sama lain antar anggota keluarga serta menerima pesan yang disampaikan perawat. e. Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga? Keluarga Tn.H menggunakan bahasa Jawa f. Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak langsung?. Jelaskan. Keluarga berkomunikasi dan mengutarakan pendapatnya secara langsung. g. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga? Pesan-pesan emosional yang disampaikan sudah jelas. Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling membutuhkan satu sama lain. Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan
47
dalam rumah tangganya dan setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga. h. Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?. Sebutkan. Saat diberikan pertanyaan, smua anggota keluarga menjawab semua pertanyaan sambil tersenyum. i. Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau keduanya?. Sebutkan. Semua anggota keluarga memberikan respon positif. j. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung dalam keluarga? Jelaskan Keluarga Tn. H berkomunikasi kepada anggota keluarga yang lain jika ada perlu, dan interaksi antar anggota baik. k. Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting? (langsung, tidak langsung, sebutkan caranya) Pola komunikasi yang digunakan keluarga Tn. H adalah secara langsung. l. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-pola komunikasi keluarga?. Sebutkan An. H dan An. R masih malu-malu dalam mengutarakan pendapatnya karena bertemu dengan orang yang beru dikenal. Ny. L terbuka dan menjawab semua pertanyaan dengan lancar. m. Adakah
hal-hal/masalah
didiskusikan?. Sebutkan.
dalam
keluarga
yang
tertutup
untuk
48
Tidak ada, tetapi tergantung masalahnya, jika masalah pribadi antara Tn. H dan Ny.L saja maka anak-anak mereka tidak diikutkan dalam berunding.
Tetapi
jika
permasalahannya
bersama,
maka
dimusyawarahkan secara bersama-sama. 2.
Struktur Kekuasaan a) Keputusan dalam Keluarga 1) Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga? Semua permasalahan dimusyawarahkan bersama, tetapi jika masalah tidak dapat diselesaikan, maka keputusan ada di tangan Tn. H 2) Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga? Semua penggunaan keuangan/pengeluaran dan biaya kehidupan sehari-hari dipegang oleh Ny.L 3) Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau tempat tinggal? Dilakukan musyawarah bersama oleh seluruh anggota keluarga Tn.H 4) Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak? Yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak adalah Tn. H dan Ny.L 5) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter, musyawarah/kesepakatan, individu)?
diserahkan
pada
masing-masing
49
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan semua anggota keluarga berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila masalah tidak teratasi maka keputusan ada di tangan Tn. H 6) Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan tersebut? Semua anggota keluarga merasa puas karena telah diikutkan dalam pengambilan keputusan dan pendapat yang mereka utarakan dihargai oleh smua anggota keluarga Tn.H b) Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan? (Kekuasaan tak berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan, kekuasaan berdasarkan kekuatan/berpengaruh, kekuasaan aktif). Sebutkan. Dalam mengambil keputusan, keluarga lebih memberikan kekuasaan kepada Tn.H sebagai kepala keluarga. c) Kekuasaan dalam keluarga didominasi oleh siapa? Sebutkan dan Jelaskan Didominasi oleh Tn.H sebagai kepala keluarga dalam rumah. 3.
Struktur Peran a. Struktur Peran Formal 1) Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga? Tn. H sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah Ny. L berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya An.H berperan sebagai anak pertama An. R berperan sebagai anak kedua
50
2) Gambarkan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peranperan formal mereka. Tn. H sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya disamping itu Tn. H sebagai pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman pada keluarga Ny. L berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny. L sebagai ibu rumah tangga memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik anak-anaknya An.H berperan sebagai anak pertama dan siswi SMA yang harus belajar dan patuh pada kedua orang tuanya serta sebagai pelindung bagi adiknya. An. R berperan sebagai anak kedua dan siswa SD yang harus belajar dan patuh kepada kedua orang tuanya dan kakaknya. 3) Adakah konflik peran dalam keluarga?. Jelaskan. Tidak ada permasalahan/konflik yang serius dalam peran masingmasing keluarga. Semua anggota keluarga saling menghargai masing-masing peran. b. Struktur Peran Informal a. Adakah peran-peran informal dalam keluarga? Jelaskan. Tidak ada. b. Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peranperan tersebut sering dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan secara konsisten? Tidak ada peran infromal dalam keluarga.
51
c. Tujuan dari peran-peran informal yang dijalankan keluarga adalah: Sebutkan Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang lain d. Jika peran-peran informal bersifat disfungsional, siapa yang melaksanakan peran-peran ini pada generasi sebelumnya? Tidak ada peran informal e. Apa pengaruh/dampak terhadap orang yang memainkan peran-peran tersebut? Tidak ada peran infromal. c. Analisa Model Peran 1) Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran di keluarga?. Sebutkan. Kepala keluarga yaitu Tn.H sebagai peran ayah yang bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya, sedangkan Ny.L menjadi model seorang ibu yang baik dan mengurusi suami dan anak-anaknya. 2) Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga? Status sosial keluarga tidak mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga Tn.H. 3) Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga?
52
Dalam budaya Jawa anak laki-laki harus mempunyai tanggung jawab kepada keluarga, keluarga Tn. H selalu mematuhi aturanaturan dan norma yang berhubungan dengan agama dan masyarakat. 4) Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahap perkembangannya? Peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu keluarga dengan anak remaja. Tn.H dan Ny.L telah berusaha memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada kedua anaknya 5) Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran keluarga? Jika Ny.L sakit, maka Tn.H menggantikan peran Ny.L, begitu sebaliknya. 6) Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah, dll)? Jika Tn.H (kepala keluarga dan pencari nafkah) sedang sakit, maka untuk sementara Ny.L yang berperan sebagai kepala keluarga. Begitu sebaliknya dengan Ny.L, jika Ny.L sedang sakit, maka Tn.H yang mengurusi kedua anaknya. Sedangkan An.H dan An.R tetap berperan sebagai anak yang harus patuh kepada orang tuanya. 7) Bagaimana
anggota
baru/menyesuaikan diri?
keluarga
menerima
peran-peran
53
Keluarga saling membantu anggota keluarga yang menyesuaikan diri dengan peran barunya dan selalu menghargai peran antar anggota keluarga. 8) Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran? Biasanya jika ada permasalahan/konflik peran, maka keluarga Tn. H segera dibicarakan dengan anggota keluarga untuk mencari pemecahan masalah. 9) Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya peran? Bersikap menyadari atas perubahan atau hilangnya peran untuk sementara. 4.
Nilai-Nilai Keluarga a. Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas yang lebih luas? Jelaskan Iya ada, karena banyak warga disana termasuk Ny.L yang sangat mempercayai kebiasaan pada orang Jawa pada saat sedang hamil. Ny.L selalu membawa-bawa gunting, peniti, benang dan jimat kemana pun dia pergi. b. Bagaimana pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga? Jelaskan Penting, Ny.L percaya bahwa itu semua dapat melindungi dirinya dan kandungannya. c. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar? Dianut secara sadar. d. Apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga? Sebutkan
54
Tn.H takut kalau Ny.L membawa-bawa gunting saat sedang hamil, nanti dapat membahayakan kehamilan Ny.L e. Bagaimana
kelas
sosial
keluarga,
latar
belakang
kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga? Jelaskan. Kelas sosial keluarga Tn.H tergolong menengah dan suku Jawa, sehingga semua nilai-nilai keluarga masih ada yang menganut kebiasan adat Jawa. f. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga? Jelaskan Nilai-nilai yang dianut tidak sampai mempengaruhi kesehatan keluarga. E. FUNGSI KELUARGA 1.
Fungsi Afektif a. Pola Kebutuhan Keluarga – Respons 1) Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individuindividu lain dalam keluarga? Iya, Keluarga Tn. H saling mendukung kebutuhan sehingga dapat terpenuhi kehidupan sederhana. 2) Apakah orang tua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhankebutuhan psikologis anggota keluarganya? Tn.H dan Ny.L selalu memberikan kasih sayang kepada kedua anaknya. Jika salah satu anaknya bersedih, maka Tn.H dan Ny.L berusaha untuk dijadikan teman curhat bagi kedua anaknya. 3) Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya?
55
An.H dan An.R lebih sering mencurahkan isi hatinya kepada Ny.L karena Tn.H pulang kerjanya malam, jadi tidak mempunyai banyak waktu untuk kedua anaknya. 4) Apakah
kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan,
perbedaan
dihormati oleh anggota keluarga yang lain? Iya, semua yang dirasakan oleh anggota keluarga yang satu , juga dirasakan oleh anggota keluarga yang lainnya. 5) Apakah dalam keluarga ada saling menghormati satu sama lain? Iya, ada. An.R dan An.H selalu berpamitan kepada kedua orang tuanya saat akan pergi atau berangkat sekolah, dan mereka memnaggila sebutan ayah dan ibu kepada orang tuanya. Ny.L juga memanggil Tn.H dengan sebutan ayah. Begitu sebaliknya. 6) Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan setiap individu? Iya , jika ada anggota keluarga yang mengalami permasalahan, maka dibicarakan saling terbuka untuk diselesaikan secara bersama. b. Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), Keakraban, dan Identifikasi 1) Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain? Jika salah satu anaknya bersedih, maka Tn.H dan Ny.L berusaha untuk dijadikan teman curhat bagi kedua anaknya. Ny.L selalu menyiapkan masak untuk suami dan kedua anaknya. 2) Apakah mereka saling mendukung satu sama lain? Di dalam keluarga Tn.H saling mendukung satu sama lain.
56
3) Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga? Iya, terutama An.R yang selalu dekat kepada Ny.L dan Tn.H, sedangkan An.H lebih mandiri. 4) Apakah menunjukkan kasih sayang satu sama lain? Iya, karena dalam keluarga Tn.H jarang bertengkar hebat. An.H juga mengajari adiknya belajar. c. Keterpisahan dan Keterikatan 1) Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan dengan anggota keluarga?. Jelaskan. 40 hari yang lalu, ibu Ny.L meninggal dunia, Ny.L dan Tn.H sangat bersedih tetapi mereka harus ikhlas. 2) Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu dengan yang lainnya? Iya, dalam keluarga Tn.H mempunyai hubungan yang sangat baik. 2.
Fungsi Sosialisasi a. Adakah otonom setiap anggota dalam keluarga? Jelaskan. Iya, masing-masing anggota keluarga diberikan hak dan kebebasan untuk berpendapat saat musyawarah atau saat akan membeli sesuatu. b. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga? Iya, semua keputusan ada di tangan Tn.H jika masalah tidak teratasi. c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi?
57
Ny.L lebih banyak peran dalam mengurusi rumah tangga dan anakanaknya karena Tn.H harus bekerja. d. Apakah fungsi ini dipikul bersama? Iya, semua anggota keluarga saling membantu satu sama lain. e. Jika demikian, bagaimana hal ini diatur? Ny. L bertanggung jawab lebih dalam mengurus rumah tangga dan kedua anaknya, serta pengatur keuangan, sedang Tn.H sebagai pencari nafkah dan pelindung istri dan kedua anaknya. An. H juga membantu Ny.L dalam mengurus rumah tangga seperti membersihkan rumah, sedang An.R harus belajar dan membantu orang tuanya juga. f. Adakah faktor sosial – budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak?. Jelaskan. Iya, budaya Jawa dimana orang tua selalu mendidik dan menyayangi penuh kedua anaknya dan anak yang lebih muda harus selalu menghormati orang yang lebih tua. g. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh anak?. Sebutkan. Tidak ada. h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok dengan tahap perkembangan anak)? Lingkungan sekitar rumah keluarga Tn.H banyak terdapat anak-anak sebaya dengan An.R sehingga An.R bisa bermain dengan temantemannya. Sedangkan An.H lebih memilih bermain dengan teman sekolahnya seperti bekerja kelompok.
58
i. Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan usia? Iya, biasanya An.R dan An.H bermain permainan di Handphone nya. 3.
Fungsi Perawatan Kesehatan a.
Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga: 1) Nilai-nilai apa yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan? Ny.L mengatakan jika hamil biasanya membawa seperti gunting, peniti, untuk keselamatan janin dan ibunya. 2) Apakah terdapat kekonsistenan antara nilai-nilai kesehatan keluarga dengan perilakunya? Jelaskan. Iya, Tn. H selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalau Ny. L sakit ia segera membawa ke puskesmas. 3) Kegiatan-kegiatan apa saja peningkatan kesehatan apa saja yang dilaksanakan dalam keluarga? Sebutkan. Tn. H sekeluarga selalu membersihkan rumah mereka, tetapi jarang untuk berolahraga karena tidak punya waktu. 4) Apakah perilaku dari semua anggota keluarga mendukung peningkatan kesehatan keluarga? Jelaskan. Iya saling mendukung. Misalnya ada salah satu yang tidak enak badan, atau tidak mau makan , maka diberikan obat.
b.
Definisi dari keluarga tentang sehat/sakit dan tingkat pengetahuan mereka: 1) Bagaimana keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi anggota keluarga
59
Ny.L mengatakan kesehatan itu kondisi tubuh tidak lemas, capek, dan terlihat bugar. Sakit jika tubuh tidak bisa melakukan aktifitas dengan baik. 2) Dapatkan keluarga dapat melaporkan dan mengobservasi gejalagejala dan perubahan-perubahan penting pada anggota yang sakit? Iya, bisa misal ada anggota keluarga yang mengalami mual muntah, maka langsung diberi obat maag. 3) Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga? Yaitu dari tetangga dan saudara. 4) Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan diteruskan kepada anggota keluarga? c.
Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang dirasa/diketahui: 1) Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga mengalami masalah kesehatan? Iya keluarga mengetahui, saat Ny.L telat datang bulannya, lalu Ny.L segera melakukan tes kehamilan, dan ternyata hasilnya positif, kemudian Ny.L memeriksakan kehamilannya ke puskesmas untuk meyakinkan kembali. 2) Masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga? Sebutkan. Ny.L hanya mengetahui bahwa dia hamil, tetapi tidak tahu tentang faktor usianya yang beresiko tinggi jika hamil.
60
3) Masalah kesehatan apa yang dianggap serius/sangat penting bagi keluarga? Sebutkan. Masalah kesehatan jika nanti persalinan Ny.L tidak lancar. 4) Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah kesehatan saai ini. Sebutkan. Keluarga langsung memeriksakan ke dokter atau puskesmas terdekat untuk mencari solusinya. d.
Praktik diet keluarga: 1) Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi?. Jelaskan. Iya, Ny.L biasanya memasak nasi, sayur bayam, sop, tempe, tahu, ayam, terkadang juga memberi keuda anaknya susu dan buah tapi tidak setiap hari. 2) Apakah diet keluarga memadai? (catatan riwayat pola-pola makan keluarga untuk tiga hari). Sebutkan. Keluarga Tn.H makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore. 3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan penyiapan makanan? Ny. L yang bertanggung jawab dalam perencanaan menu makan sehari-hari karena Ny.L yang paling bisa memasak dan pintar dalam mengatur uang belanja. 4) Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng, direbus, dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disaji mentah?
61
Kebanyakan digoreng, karena lebih praktis, gurih dan tidak biasa makanan yang direbus atau dipanggang 5) Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari? Sebutkan. Jenis menu nasi, sayur bayam, sop, tempe, tahu, ayam, telur. 6) Apakah ada pembatasan-pembatasan anggaran? Iya, biasanya uang untuk belanja sebulan adalah Rp 700.000,7) Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar? Jelaskan. Setelah memasak, Ny.L meletakkan makanan di meja makan dan ditutup, jika makanan masih ada/sisa maka dipanaskan lagi atau dimasukkan ke kulkas. 8) Jadwal makan keluarga (utama dan selingan). Sebutkan. Sarapan biasanya nasi, sayur bayam dan telur dadar. Siang biasanya nasi sayur sop, ayam goreng. Sore biasanya sisa darimenu makan siang yNg dipanaskan kembali. e.
Kebiasaan tidur dan istirahat 1) Pada jam berapa keluarga biasa tidur? Ny.L, An.H, dan An.R b iasanya tidur jam 10 malam. Sedangkan Tn.H tidur diatas jam 10 karena baru pulang kerja. 2) Apakah jumlah jam tidur setiap anggota keluarga cukup? Bila tidak, alasannya? Iya cukup. 3) Adakah kesulitan tidur pada keluarga? Sebutkan. Jika keadaan ramai, maka keluarga lebih sulit untuk tidur.
62
4) Di mana anggota keluarga tidur? Tn.H dan Ny.L tidur diatas kasur di kamar, sedangkan An.R dan An.H tidur di depan ruang keluarga dengan dialasi kasur. f.
Latihan dan rekreasi 1) Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olah raga secara aktif sangat dibutuhkan untuk kesehatan? (Menyadari/tidak) Keluarga menyadari menyadari bahwa rekreasi dan olah raga secara aktif sangat dibutuhkan untuk kesehatan 2) Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota keluarga lakukan secara reguler? Sebutkan. Biasanya hanya jalan-jalan pagi setiap minggu jika ada waktu luang. 3) Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga atau hanya anggota tertentu? Jelaskan. Iya diikuti oleh semua anggota jika tidak sibuk.
g.
Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga: 1) Apakah ada kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau, kopi, cola atau teh (kafein dan teobromin, adalah stimulan) yang dilakukan oleh keluarga? Tn.H biasanya minum kopi setiap pagi dan malam (atau sekitar 2 gelas kopi per hari), Ny.L terkadang minum teh jika bersantai/ menunggu anak-anak pulang. 2) Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-obatan tanpa resep atau dengan resep? (dengan resep/tidak)
63
Biasanya membeli obat pusing/oskadon di warung terdekat, dan obat penurun panas atau parasetamol di apotek tanpa resep, tetapi jika dirasa penyakitnya parah maka keluarga langsung membawa ke dokter atau puskesmas. 3) Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama dan menggunakannya kembali? (Ya/tidak) Iya, keluarga biasanya menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama
tetapi
sebelum
menggunakannya
melihat
tanggal
kadaluwarsanya dulu. 4) Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak? (Ya/tidak) Ya. h.
Peran keluarga dalam praktek perawatan diri: 1) Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan?. Jelaskan. Selalu
menjaga
kesehatan
dengan
makanan
yang
bergizi,
berolahraga rutin setiap hari, menghindari stres. 2) Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit?. Jelaskan. Biasanya Ny.L membelikan keluarga buah sebagai vitamin untuk daya tahan tubuh. 3) Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam keluarga? Tn.H dan Ny.L
64
4) Apakah keluarga mengetahui cara perawatan pada anggota keluarga yang sakit? Jelaskan Tn. H dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya misal jika ada yang panas, maka keluarga langsung memberi kompres dan membeli obat penurun panas. i.
Praktik lingkungan 1) Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari lingkungan? Jelaskan. Keluarga sering merasa bising dengan suara kendaaran, karena dekat dengan jalan raya. 2) Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembersih, lem, pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah?. Sebutkan. Jika ada tikus yang masuk ke rumah, biasanya keluarga menggunakan racun tikus. 3) Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, penggunaan jamban. Keluarga mandi dua kali sehari. Menggunakan WC sekali sehari yaitu saat pagi.
j.
Cara-cara pencegahan secara medis 1) Bagaimana pendapat keluarga tentang kondisi sehat? Kondisi sehat jika tubuh tidak lemas, atau sakit-sakitan. 2) Kapan pemeriksaan terakhir terhadap kesehatan dilakukan? Saat anggota keluarga sakit.
65
3) Apa status imunisasi dari keluarga pada bayi, balita, ibu hamil?. Jelaskan. Imunisasi telah diberikan lengkap kepada kedua anaknya dan Ny.L diberikan TT ke-5 saat periksa kehamiln di puskesmas tgl 1 Februari 2016 k.
Praktik kesehatan gigi 1) Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi? Jelaskan Keluarga jarang periksa gigi, jika periksaa saat sedang sakit gigi saja. 2) Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi? Keluarga menggosok gigi dua kali sehari saat mandi, tidak pernah gosok gigi sebelum tidur. 3) Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)? Iya, keluarga sering makan permen, tetapi coklat jarang
l.
Riwayat kesehatan keluarga: Buatlah riwayat genetika dan penyakit keluarga pada masa lalu maupun masa sekarang – diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stroke dan reumatik, penyakit ginjal, tiroid, asma, keadaan alergi lain, penyakit-penyakit darah, dan penyakit keluarga lainnya. Tn.H = kepala simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mukosa bibir lembab, CRT<2 detik, akral hangat, kekuatan otot baik, ekstremitas atas bawah baik/normal, tidak ada nyeri tekan perut, TTV normal
66
Ny.L = kepala simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mukosa bibir lembab, CRT<2 detik, akral hangat, kekuatan otot baik, ekstremitas atas bawah baik/normal, tidak ada nyeri tekan perut, TTV normal, terkadang mengeluh pusing dan mual. Setahun yang lalu GDA Ny.L= 184 g/dL , tetapi saat dites GDA lagi tanggal 2 Februari 2016= 160 g/dL An.H = kepala simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mukosa bibir lembab, CRT<2 detik, akral hangat, kekuatan otot baik, ekstremitas atas bawah baik/normal, tidak ada nyeri tekan perut, TTV normal An.R = kepala simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mukosa bibir lembab, CRT<2 detik, akral hangat, kekuatan otot baik, ekstremitas atas bawah baik/normal, tidak ada nyeri tekan perut, TTV normal. An.R sering sakit tenggorokan dan panas. m. Apakah terdapat riwayat penyakit-penyakit keluarga yang berkaitan dengan lingkungan? Jika musim hujan, keluarga sering mengalami batuk dan pilek. n.
Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima 1) Dari praktisi perawatan kesehatan apa dan/atau lembaga perawatan kesehatan apa anggota keluarga menerima perawatan? Dari psukesmas dan dokter keluarga 2) Apakah praktisi atau lembaga ini bertemu dengan semua anggota keluarga dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan perawatan kesehatan anggota keluarga?
67
Tidak semuanya, hanya anggota keluarga yang sakit saja. o.
Perasaan dan persepi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan 1) Apa perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan kesehatan bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas?. Jelaskan. Keluarga merasa tenang jika terdapat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar rumahnya, sehingga tidak perlu jauh-jauh jika ada anggota keluarga yang mengalami keadaan gawat darurat. 2) Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan pelayanan perawatan kesehatan yang keluarga terima?. Jelaskan. Keluarga Tn.H selalu diperlakukan dengan baik saat datang ke pelayanan kesehatan. 3) Apakah keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan perawatan yang diterimanya dari pemberi pelayanan kesehatan?. Jelaskan. Keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan perawatan yang diterimanya dari pemberi pelayanan kesehatan. 4) Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat? Semoga perawat semakin maju dan dapat memberikan pelayanan kesehatan lebih baik lagi.
p.
Pelayanan kesehatan darurat 1) Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga tahu di mana pelayanan darurat terdekat (menurut syarat-syaratnya) baik untuk anak-anak maupun anggota keluarga yang dewasa?. Jelaskan.
68
Keluarga masih belum pernah memanggil pelayanan darurat terdekat apalagi dengan ambulans jadi saat ada hal darurat, keluarga langsung mendatangi rumah sakit/puskesmas 2) Apakah keluarga tahu bagaimana memanggil ambulans dan perawatan paramedis?. Jelaskan Keluarga masih belum pernah memanggil pelayanan darurat terdekat apalagi dengan ambulans sehingga belum tahu. 3) Apakah keluarga memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat?. Jelaskan. Iya, saat persalinan anak ke-3 mereka. q.
Sumber pembiayaan 1) Bagaimana
keluarga
akan
membayar
pelayanan-pelayanan
kesehatan? Jelaskan. Keluarga memilik kartu BPJS untuk berobat ke dokter keluarga, untuk ke rumah sakit atau puskesmas masih menggunakan umum. 2) Apakah keluarga memiliki asuransi swasta atau bantuan medis; haruskan keluarga membayar penuh atau sebagian?. Jelaskan. Iya asuransi dari perusahaan tempat Tn.H bekerja 3) Apakah keluarga mendapat pelayanan gratis (atau mengetahui pelayanan gratis bagi mereka)? Tidak. r.
Transportasi untuk mendapat perawatan 1) Berapa jauh fasilitas perawatan dari rumah keluarga? Jarak dari rumah ke puksesmas sekitar 1 km.
69
2) Alat transportasi apa yang keluarga gunakan untuk mencapai fasilitas perawatan? Menggunakan sepeda motor atau naik becak. 3) Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalahmasalah apa yang timbul dalam hubungannya dengan jam pelayanan
dan
lamanya
perjalanan
ke
fasilitas
pelayanan
kesehatan?. Jelaskan. Kalau naik angkutan umum harus menunggu lama, terkadang juga ramai, jadi tempat duduknya harus saling berdempetan. Jika mau ke rumah sakit, biasanya sekitar 20 menit dengan jarak sekitar 6 km. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1.
Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga?
Stresor jangka panjang: Saat ini keluarga Tn. H memikirkan agar anaknya dapat menerusksn ke jenjang yang lebih tinggi dibanding ayah dan ibunya yang lulusan SMA
Stressor jangka pendek: Ny. L merasakan takut nanti persalinannya tidak berjalan lancar karena faktor usia yang sudah 40 tahun.
2.
Apakah keluarga dapat mengatasi stressor ? Jelaskan. Iya bisa
3.
Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut? Jelaskan. Keluarga Tn. H selalu melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.
70
4.
Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipetipe masalah? koping apa yang dibuat? Strategi koping yang dipakai adalah dengan berkumpul dan bermusyawarah dengen keluarga agar masalah terselesaikan. Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi pada akhirnya Tuhan yang menentukan.
5.
Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap masalah-masalah mereka sekarang? Jelaskan. Ny.L mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dan selalu menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
G. RIWAYAT KEBIDANAN 1.
Status Obsetri: G3P2002Ab000
2.
Riwayat haid: Menarche: usia 11 tahun Lamanya: 7 hari Siklus: teratur Banyaknya: ganti 3x pembalut setiap hari Keluhan: pusing
3.
Riwayat perkawinan: menikah hanya sekali selama 17 tahun
4.
Riwayat penggunaan KB: pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak pertama, setelah kelahiran anak ke-2 memakai KB pil
71
H. RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU a. Riwayat kehamilan yang lalu Jenis keluhan pada Dengan Anak tribulan kesuami kekeI II III Mual 1 1 muntah Mual 1 2 muntah Hamil 1 ini
Kehamilan berakhir Aterm
Prematur
Mati
Hidup
Aterm
Hidup
Aterm
Hidup
b. Riwayat persalinan yang lalu Anak Cara Tanggal Penolong ke- melahirkan lahir
Jenis kelamin
AS
Spontan
Bidan BPS
16 th
3200 gram
P
9-10
2
Spontan
Bidan Puskesmas
10 th
4000 gram
L
9-10
3
Hamil ini
1
I.
BBL
Nifas (Lamanya dan masalah) 1,5 bulan, tidak ada masalah 1,5 bulan, tidak ada masalah
PEMERIKSAAN KEHAMILAN SEKARANG (Tanggal 1 Februari 2016)
1. HPHT : 21 Desember 2015 2. Usia Kehamilan: ± 6 minggu 3. TB: 160 cm 4. BB: 79 kg 5. LILA: 36,5 cm
72
6. Status TT : TT ke-5 7. Keluhan pada saat hamil (Tribulan I, II, III): Ny.L pernah mengalami pusing, mual, muntah saat hamil, tetapi sekarang sudah tidak 8. Taksiran tgl persalinan : 28 September 2016 9. Pemeriksaan Leopold : belum teraba 10. ANC di puskesmas Karang Ketug Pasuruan, jumlah kunjungan sekali J.
DATA KB a. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Kb suntik 3 bulan dan pil KB b. Lamanya : pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak pertama, setelah kelahiran anak ke-2 memakai KB pil c. Keluhan yang dirasakan : pusing d. Kontrasepsi yang dipilih setelah persalinan ini : Kb suntik 3 bulan
K. DATA PENUNJANG Hasil Laboratorium satu tahun yang lalu Kadar gula darah = 187 mg/dL Hasil Laboratorium tgl 1 Februari 2016 Golongan darah: O Hb: 12,6 g/dL Hasil Laboratorium tgl 2 Februari 2016 Kadar gula darah = 160 mg/dl L. TERAPI/PENGOBATAN Terapi tanggal 1 Februari 2016 di Poli KIA Puskesmas Karang Ketug Pasuruan Asam Folat 2 x 1
73
Tablet Fe 1 x 1 (1 bungkus isi 30 tablet) B6 3 x 1 M. KARTU SKOR POEDJI ROCHJATI
I
II
III
IV Triwulan
KEL
N
F.R
O.
Masalah / Faktor Resiko
I Skor Awal Ibu Hamil
I
SKOR
2
1
Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun
4
2
Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun
4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun
4
3
Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun
4
4
Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun
4
5
Terlalu banyak anak, 4 atau lebih
4
6
Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun
4
7
Terlalu pendek ≥145 cm
4
8
Pernah gagal kehamilan
4
Pernah melahirkan dengan a. tarikan tang/vakum 9
10 II
4
c. diberi infus/transfuse
4
Pernah operasi sesar
8
a. Kurang Darah b. Malaria, 11
12
4
b. uri dirogoh
Penyakit pada ibu hamil
c. TBC Paru
d. Payah Jantung
4 4
e.
Kencing Manis (Diabetes)
4
f.
Penyakit Menular Seksual
4
Bengkak pada muka / tungkai
2
4
4
4
II
III .1
III.2
74
dan tekanan darah tinggi.
III
13
Hamil kembar
4
14
Hydramnion
4
15
Bayi mati dalam kandungan
4
16
Kehamilan lebih bulan
4
17
Letak sungsang
8
18
Letak Lintang
8
19
Perdarahan dalam kehamilan ini
8
20
Preeklampsia/kejang-kejang
8
JUMLAH SKOR
10
PENYULUHAN KEHAMILAN/PERSALINAN AMAN-RUJUKAN TERENCANA Jml. Skor 0-2
Kel. ResiKo KRS
6-10
KRT
≥ 12
KRST
Kehamilan Perawatan
Bidan Bidan Dokter Dokter
Rujuk-an
Tempat
Tidak diperlukan Bidan PKM Rumah sakit
Rujukan Polindes Polindes PKM/RS Rumah Sakit
Persalinan Dengan Resiko Penolong Rujukan
Kehamilan ibu dalam kematian: 1. Abortus
Bidan
RDB
RDR
Bidan Dokter Dokter
2.Lain-lain
RTW
75
N. PEMERIKSAAN FISIK No
Aspek yang
Tn. H
dikaji 1.
Penampilan
Ny. L
An.H
An.R
Tampak lemas
Tampak sehat
Tampak sehat
Tampak sehat
umum 2.
Kesadaran
Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
3.
Tekanan darah
120/80 mmHg
120/80 mmHg
120/80 mmHg
120/80 mmHg
4.
Nadi
86x/mnt
75x/mnt
89x/mnt
90x/mnt
Suhu
360C
360C
360C
360C
RR
18x/mnt
19x/mnt
18x/mnt
20x/mnt
BB
75 kg
79 kg
48 kg
30 kg
Bulat
Bulat
LILA: 36,5 cm TB: 160 cm 5.
Kepala
Bulat
Bulat
76
6.
Hitam, bersih, Lurus, dan
Hitam, bersih, agak
Hitam, bersih, Lurus,
Hitam, bersih, Lurus,
sudah mulai tumbuh uban,
beregelombang dan sudah
dan tidak ada benjolan
dan tidak ada benjolan
tidak ada benjolan
mulai tumbuh uban, tidak
Sawo matang, turgor
Sawo matang, turgor
baik , oedema (-), akral
baik , oedema (-), akral
(+),
hangat (+),
hangat (+),
CRT <2 detik
CRT <2 detik
CRT <2 detik
Simetris, konjungtiva tidak
Simetris, konjungtiva
Simetris, konjungtiva
Simetris, konjungtiva
anemis dan sklera tidak
tidak anemis dan sklera
tidak anemis dan sklera
tidak anemis dan sklera
ikterik, penglihatan baik,
tidak ikterik, penglihatan
tidak ikterik, tidak
tidak ikterik tidak
tidak menggunakan alat
baik, tidak menggunakan
menggunakan alat bantu
menggunakan alat bantu
bantu penglihatan
alat bantu penglihatan
penglihatan
penglihatan
Bersih, fungsi penghidu
Bersih, fungsi penghidu
Bersih, fungsi penghidu
Bersih, fungsi penghidu
baik
baik
baik
baik
Mulut &
Bersih, tidak berbau, gigi
Bersih, tidak berbau, gigi
Bersih, tidak berbau, gigi Bersih, tidak berbau, gigi
tenggorokan
bersih, tidak ada nyeri telan
bersih, tidak ada nyeri
tidak lengkap, tidak ada
tidak lengkap, tidak ada
telan
nyeri telan
nyeri telan
Rambut
ada benjolan 7.
Kulit
Sawo matang, turgor baik ,
Sawo matang, turgor baik
oedema (-), akral hangat (+), , oedema (-), akral hangat CRT <2 detik
8.
9.
10.
Mata
Hidung
77
11.
12.
13.
Telinga
Leher
Simetris, pendengaran baik,
Simetris, pendengaran
Simetris, pendengaran
Simetris, pendengaran
tidak menggunakan alat
baik, tidak menggunakan
baik, tidak menggunakan baik, tidak menggunakan
bantu, tidak ada serumen
alat bantu, tidak ada
alat bantu , tidak ada
alat bantu , tidak ada
serumen
serumen
serumen
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, Tidak
kelenjar tiroid, Tidak
kelenjar tiroid, Tidak
kelenjar tiroid, Tidak
terdapat distensi vena
terdapat distensi vena
terdapat distensi vena
terdapat distensi vena
jugular
jugular
jugular
jugular
Bentuk simetris, sonor, a. suara P vesikuler, Tidak ada
Bentuk simetris, sonor,
Bentuk simetris, sonor,
Bentuk simetris, sonor,
vesikuler, Tidak ada suara
vesikuler, Tidak ada
vesikuler, Tidak ada
a napas tambahan ,wheezing r (-), ronchi (-),
napas tambahan
suara napas tambahan
suara napas tambahan
,wheezing (-), ronchi (-),
,wheezing (-), ronchi (-),
,wheezing (-), ronchi (-),
Dada Paru-Paru
u
78
15.
15.
Jantung
Abdomen
Tidak ada pulsasi pada
Tidak ada pulsasi pada
Tidak ada pulsasi pada
Tidak ada pulsasi pada
prekordium, tidak ada
prekordium, tidak ada
prekordium, tidak ada
prekordium, tidak ada
pembesaran jantung, bunyi
pembesaran jantung,
pembesaran jantung,
pembesaran jantung,
jantung dullnes, S1 & S2
bunyi jantung dullnes, S1
bunyi jantung dullnes,
bunyi jantung dullnes,
tunggal, murmur (-)
& S2 tunggal, murmur (-)
S1 & S2 tunggal,
S1 & S2 tunggal,
murmur (-)
murmur (-)
Bentuk simetris, timpani,
Bentuk simetris, timpani,
Bentuk simetris, timpani, Bentuk simetris, timpani,
tidak ada benjolan/massa,
tidak ada benjolan/massa,
tidak ada
tidak ada
tidak kembung, tidak nyeri
tidak kembung, tidak
benjolan/massa, tidak
benjolan/massa, tidak
tekan, acites (-), Bising
nyeri tekan, acites (-),
kembung, tidak nyeri
kembung, tidak nyeri
Usus dbn, tidak ada
Bising Usus dbn, tidak
tekan, acites (-), Bising
tekan, acites (-), Bising
pembesaran hepar dan lien
ada pembesaran hepar dan Usus dbn, tidak ada
Usus dbn, tidak ada
lien , TFU belum teraba,
pembesaran hepar dan
pembesaran hepar dan
belum bisa dilakukan
lien
lien
pemeriksaan leopold
79
16.
Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk,
Tidak ada kelainan bentuk Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
kekuatan otot
, kekuatan otot
bentuk , kekuatan otot
bentuk , kekuatan otot
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
80
O. ANALISA DATA DATA
PENYEBAB
DS: - Tn.
Ketidakmampuan H
dan
mengetahui
keluarga keluarga
keadaan
bahwa istrinya sedang hamil tua, tetapi masih belum tahu apa komplikasi yang akan terjadi pada kehamilan istrinya tersebut. - Sedangkan Ny. L langsung memeriksakan
kehamilannya
sejak dia tahu kalau sedang hamil. DO: - Jarak
kehamilan
kehamilan
dengan
sebelumnya
10
tahun - Umur Ny.L 40 tahun - K/U baik - Sempat merasa pusing dan mual tetapi sekarang sudah tidak. - UK: ± 6 minggu - HPHT: 21 Desember 2015 - Edema (-) - Akral hangat - Konjungtiva tidak anemis - Skor Poedji Rohjati=10 - TTV TD: 120/80 mmHg
Resiko terjadinya
mengenal komplikasi
yang masalah kesehatan
sedang dialami oleh Ny.L
MASALAH
persalinan Ny. L
81
Suhu: 36 0C Nadi: 75x/mnt RR: 19x/menit BB: 79 kg TB: 160 cm LILA: 36,5 cm Hasil Lab tgl 1-2-2016 : Hb= 12,6 g/dL Golongan darah= O GDA= 160 mg/dL (tgl 2-22016) DS: - Ny.
ketidakmampuan L
mengatakan
ini
keluarga
melakukan tindakan
- Ny. L dan Tn.H mengatakan
perawatan kesehatan
cemas
jika
kehamilannya kenapa-kenapa - Ny.L
mengatakan
membawa-bawa peniti,
benang
selalu gunting,
dan
jimat
kemana pun dia pergi untuk melindungi
dirinya
dan
janinnya. - Saat mengetahui Ny.L hamil, keluarga hanya pasrah dan berdoa kepada Tuhan karena tidak tahu bagaimana cara merawat Ny.L yang sedang hamil dengan usia 40 tahun tersebut. Do : - Ny. L tampak bingung dan
yang tepat kepada anggota yang
pada
dalam keluarga Tn.H
merupakan kehamilan ke-3
merasa
Ansietas
keluarga mengalami
kecemasan.
82
cemas - Ny. L sering bertanya tentang kehamilan - TTV TD: 120/80 mmHg Suhu: 36 0C Nadi: 75x/mnt RR: 19x/menit BB: 79 kg TB: 160 cm LILA: 36,5 cm Hasil Lab tgl 1-2-2016 : Hb= 12,6 g/dL Golongan darah= O GDA= 160 mg/dL (tgl 2-22016) P. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN No. 1.
Diagnosis keperawatan Resiko
terjadinya
komplikasi
persalinan
Ny.
L
keluarga
Tn.H
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2.
Ansietas pada keluarga Tn.H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang mengalami kecemasan.
Q. PRIORITAS MASALAH Nama Masalah : 1. Resiko terjadinya komplikasi persalinan Ny. L keluarga Tn.H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
83
No
Kriteria
Perhitu-
Bobot
Pembenaran
ngan skor 1.
Sifat masalah : Ancaman kesehatan
Umur ibu 40 tahun 2/3 x 1=2/3
1
Skala:
10 tahun beresiko
a. Tdk/Kurang
Sehat
terjadi
(Skor 3) b. Ancaman
dan jarak kehamilan
komplikasi
kehamilan Kesehatan
(skor 2) c. Keadaan
Sejahtera
(skor 1) 2.
Kemungkinan
masalah
1/2 x 2=1
2
Sumber
daya
dapat diubah : sebagian
keluarga
cukup,
Skala:
fasilitas
kesehatan
a. Mudah (skor 2)
mudah
dijangkau
b. Sebagaian (skor 1)
namun pengetahuan
c. Tidak Dapat (skor 0)
Keluarga
tentang
komplikasi kehamilan kurang. 3.
Potensial masalah untuk dicegah : cukup
2/3 x 1 = 2/3
1
Ny.
L
sudah
memeriksakan
Skala:
kehamilannya
dan
a. Tinggi (skor 3)
faktor resiko tinggi
b. Cukup (skor 2)
(umur ibu dan jarak
c. Rendah (skor 1)
kehamilan).
84
4.
Menonjolnya
masalah-
1/2 x 1=1/2
1
Keluarga menyadari
masalah : Ada masalah,
masalahn
tetapi
dihadapi
tidak
perlu
yang sehingga
ditangani
untuk
pertolongan
Skala:
persalinan
akan
a. Masalah Berat,Harus
dipilirkan
nanti
Segera Ditangani
menjelang persalinan
(skor 2)
.
b. Ada Masalah,Tetapi Tidak Perlu Ditangani (skor 1) c. Masalah Tidak Dirasakan (skor 0) Jumlah skore
25/6
Nama Masalah : 2. Ansietas pada keluarga Tn.H berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga
dalam
melakukan
tindakan
perawatan
kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang mengalami kecemasan. No
Kriteria
Perhitu-
Bobot
Pembenaran
ngan skor 1.
Sifat masalah : keadaan sejahtera
1/3 x 1=1/3
Skala: Sehat
(Skor 3)
mengatakan merasa jika
kehamilannya kenapa-kenapa
b. Ancaman Kesehatan (skor 2)
(skor 1)
1
cemas
a. Tdk/Kurang
c. Keadaan
Ny. L dan Tn.H
Sejahtera
sehingga
dapat
ditangani
jika
keluarga
mengenal
penanganan kehamilan
resiko
85
tinggi 2.
Kemungkinan masalah
2/2 x 2=2
2
Masalah
dapat
dapat diubah : mudah
diubah
karena
Skala:
keluarga mempunyai
a. Mudah (skor 2)
kemampuan,
b. Sebagaian (skor 1)
kemauan
dan
c. Tidak Dapat (skor 0) 3.
Potensial masalah untuk
3/3 x 1 = 1
1
Masalah
dapat
dicegah : tinggi
dicegah
dengan
Skala:
mudah
karena
a. Tinggi (skor 3)
keluarga
b. Cukup (skor 2)
diberikan
c. Rendah (skor 1)
pendidikan
mau
kesehatan tenaga
oleh pelayanan
kesehatan 4.
Menonjolnya masalah-
1/2 x 1=1/2
1
Ny.L merasa cemas,
masalah : Ada masalah,
tetapi
tetapi
segera
tidak
perlu
tidak
perlu
ditangani.
ditangani
Ny.L dan keluarga
Skala:
hanya
a. Masalah Berat,Harus
berdoa
Segera Ditangani
Tuhan.
(skor 2) b. Ada Masalah,Tetapi Tidak Perlu Ditangani (skor 1) c. Masalah Tidak Dirasakan (skor 0) Jumlah skore
23/6
pasrah
dan
kepada
86
R. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA N
Diagnosa
o
keperawatan
1
Tujuan dan kriteria hasil Tujuan
Resiko
jangka
panjang:
Intervensi
Setelah 1. Bina hubungan saling percaya 1. Meningkatkan kooperatif
terjadinya
diberikan pendidikan kesehatan selama
komplikasi
2x24 jam keluarga mampu mengenal 2. Jelaskan tentang
persalinan Ny. L
masalah kesehatan
keluarga
Tn.H Tujuan
jangka
kepada keluarga
- pengertian kehamilan resiko pendek:
Rasional
Setelah
tinggi
keluarga terhadap perawat 2. Meningkatkan pengetahuan keluarga 3. Keluarga
jadi
mengerti
berhubungan
diberikan pendidikan kesehatan selama
- syarat dikatakan kehamilan
tentang
dengan
1x15 menit keluarga mampu mengenal
resiko tinggi
kehamilan resiko tinggi
ketidakmampuan
masalah kesehatan keluarga
-komplikasi persalinan
keluarga
Kriteria hasil :
mengenal
o
masalah kesehatan.
o
keluarga
mampu
3. Diskusikan dengan keluarga menyebutkan
tentang:
penanganan
4. Memantau keadaan umum ibu dan janin 5. Reinforcement
dapat
pengertian kehamilan resiko tinggi
- komplikasi
membantu jika keluarga
keluarga mampu menyebutkan syarat
kehamilan/persalinan
kurang
dikatakan kehamilan resiko tinggi
- Gizi seimbang bagi ibu
penjelasan perawat
o keluarga mampu menyebutkan
hamil
jelas
dengan
6. Mengevaluasi
tingkat
komplikasi kehamilan/persalinan dan
- Memantau keluhan/kelainan
pengetahuan keluarga atas
cara penanggulangannya
yang muncul
apa
yang
telah
kita
87
o Ny.L mengatakan akan selalu kontrol 4. Observasi Tanda-tanda vital, kehamilannya Puskesmas
secara
teratur
ke
BB dan LILA 5. Beri reinforcement kepada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 6. Tanyakan kembali hal-hal yang telah didiskusikan 7. Beri reinforcement positif kepada keluarga 8. Motivasi Ny.L untuk tetap memeriksakan kehamilan secara teratur di Puskesmas. 9. Sarankan kepada KK untuk memberikan perhatian yang lebih kepada ibu. 10. Anjurkan ibu untuk
sampaikan 7. Reinforcement dapat
positif
membuat
hati
keluarga senang. 8. Mengetahui keadaan ibu dan janin dalam keadaan sehat atau tidak 9. Perhatian
sang
suami
dapat membuat sang ibu menjadi lebih baik 10. Aktivitas berlebihan dapat beresiko
terhadap
gangguan kehamilan 11. Menurunkan
komplikasi
resiko tinggi 12. Keadaan gembira dapat
mengurangi aktivitas yang
menurunkan tekanan pada
berlebihan dan banyak
ibu dan janin
istirahat
13. Mengatasi keluhan secara
88
11. Anjurkan ibu untuk
dini
meminum obat yang dianjurkan oleh bidan/perawat 12. Motivasi keluarga dan ibu untuk selalu gembira menunggu kelahiran bayinya. 13. Motivasi keluarga untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan bila ibu mengalami keluhan pada Tujuan
2. Ansietas keluarga
panjang:
Setelah 1. Kaji pengetahuan keluarga
1. Meningkatkan
diberikan pendidikan kesehatan selama
tentang kehamilan resiko
berhubungan
1x24 jam keluarga mampu melakukan
tinggi
dengan
tindakan perawatan kesehatan yang 2. Diskusikan dengan keluarga
ketidakmampuan
tepat kepada anggota keluarga yang
tentang pengertian, penyebab,
keluarga
mengalami kecemasan.
penanganan, pencegahan, dari
membantu jika keluarga
kehamilan resiko tinggi dan
kurang
cara merawat ibu hamil
penjelasan perawat
melakukan tindakan
Tn.H
jangka
dalam
Tujuan
jangka
pendek:
Setelah
diberikan pendidikan kesehatan selama
pengetahuan keluarga 2. Meningkatkan pengetahuan keluarga 3. Reinforcement
jelas
dapat
dengan
89
perawatan
1x15
kesehatan tepat
yang kepada
anggota keluarga
menit
melakukan
keluarga tindakan
mampu
perawatan 3. Beri reinforcement kepada
4. Mengevaluasi
keluarga untuk menanyakan
apa
keluarga yang mengalami kecemasan.
hal-hal yang kurang jelas
sampaikan
o Keluarga
4. Tanyakan kembali hal-hal dapat
menyebutkan
pengertian kehamilan resiko tinggi o Keluarga
dapat
menyebutkan
penyebab kehamilan resiko tinggi o Keluarga
dapat
menyebutkan
penanganan kehamilan resiko tinggi o Keluarga
dapat
menyebutkan
pencegahan kehamilan resiko tinggi o Keluarga dapat menyebutkan cara merawat ibu hamil dengan resiko tinggi
yang telah didiskusikan 5. Beri reinforcement positif kepada keluarga 6. Beri HE kepada ibu untuk tenang dalam menghadapi masalah.
tingkat
pengetahuan keluarga atas
kesehatan yang tepat kepada anggota
yang mengalami Kriteria hasil : kecemasan.
dengan resiko tinggi
yang
telah
5. Reinforcement dapat
membuat
kita
positif hati
keluarga senang. 6. Kondisi
tenang
mengurangi ansietas
dapat
90
S. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN No. tanggal dan waktu No. I
Diag. Kep.
1. Resiko terjadinya
Implementasi
1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
6 Februari
komplikasi persalinan
2016
Ny. L keluarga Tn.H
Jam 13.00
berhubungan dengan
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan
ketidakmampuan
umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan
keluarga mengenal
ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
masalah kesehatan.
2. Menjelaskan tentang -
-
pengertian kehamilan resiko tinggi
syarat dikatakan kehamilan resiko tinggi a. Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun b. Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun c. Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun d. Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun e. Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun f. Terlalu banyak anak, 4 atau lebih g. Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun h. Terlalu pendek ≥145 cm i. Pernah gagal kehamilan
91
j. Pernah melahirkan dengan tarikan tang/vakum, uri dirogoh, diberi infus/transfuse k. Pernah operasi sesar l. Penyakit pada ibu hamil seperti Kurang Darah, Malaria, TBC Paru, Payah Jantung, kencing manis (Diabetes mellitus), dan penyakit menular seksual m. Bengkak pada muka / tungkai dan tekanan darah tinggi. n. Hamil kembar o. Hydramnion /kembar air p. Bayi mati dalam kandungan q. Kehamilan lebih bulan r. Letak sungsang s. Letak Lintang t. Perdarahan dalam kehamilan ini u. Preeklampsia/kejang-kejang -
komplikasi persalinan a. Terhadap Bayi Bayi lahir belum cukup bulan. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) Janin mati dalam kandungan.
92
b. Terhadap Ibu Keguguran (abortus). Persalinan tidak lancar / macet. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. Ibu hamil / bersalin meninggal dunia. Keracunan kehamilan/kejang-kejang. 3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang: -
Cara mengatasi resiko komplikasi kehamilan/persalinan Dengan memeriksa kehamilan secara rutin minimal 4x selama kehamilan agar dapat menemukan sedini mungkin adanya penyakit pada ibu dan segera mendapat pengobatan oleh tenaga kesehatan (perawat/dokter/bidan)
-
Gizi seimbang bagi ibu hamil dengan banyak minum susu ibu hamil dan air putih, makan sayur yang berwarna hijau tua (seperti bayam, sawi), banyak makan buah segar seperti pisang, banyak makan daging, hati, telur, hindari makan makanan yang kurang matang seperti mayonnaise, sushi, kerang karena dapat berakibat buruk ke janin.
-
Memantau keluhan/kelainan yang muncul seperti mual, muntah, nafsu makan menurun, BB turun ≥ 2,5 – 5 kg, air kencing berwarna gelap
93
4. Mengobservasi tanda-tanda vital, BB dan LILA -
TD: 120/80 mmHg
-
Suhu: 36 0C
-
Nadi: 85x/mnt
-
RR: 20x/menit
-
BB: 79 kg
-
TB: 160 cm
-
LILA: 36,5 cm
5. Memberi reinforcement kepada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 6. Menanyakan kembali hal-hal yang telah didiskusikan 7. Memberi reinforcement positif kepada keluarga 8. Memotivasi Ny.L untuk tetap memeriksakan kehamilan secara teratur di Puskesmas. 9. Menyarankan kepada KK untuk memberikan perhatian yang lebih kepada ibu. 10. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan dan banyak istirahat. 11. Memotivasi keluarga untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan bila ibu mengalami keluhan No. I 6 Februari 2016
2. Ansietas pada keluarga Tn.H berhubungan dengan
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kehamilan resiko tinggi 2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang: pengertian kehamilan resiko tinggi
94
Jam 13.40
ketidakmampuan
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum
keluarga dalam
seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada
melakukan tindakan
kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
perawatan kesehatan
Penyebab kehamilan resiko tinggi
yang tepat kepada
Adanya penyakit yang menyertai kehamilan seperti kencing manis, darah tinggi,
anggota keluarga yang
penyakit jantung, infeksi, TBC paru, adanya penyulit kehamilan seperti riwayat
mengalami
obstetric yang buruk, bekas operasi sesar, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
kecemasan.
dari 35 tahun. Penanganan dari kehamilan resiko tinggi Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yang intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan kehamilan. Pencegahan Kehamilan resiko tinggi Pencegahan dapat dilakukan dengan pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau non kesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Cara merawat ibu hamil dengan resiko tinggi
95
a. Makan makanan yang bergizi seimbang b. Menjaga kebesihan diri dan selalu gembira menanti kelahiran janin c. Memeriksakan kehamilan secara rutin dan berkala minimal 4x (1-1-2 kali) selama kehamilan 3. Memberi reinforcement kepada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 4. Menanyakan kembali hal-hal yang telah didiskusikan 5. Memberi reinforcement positif kepada keluarga 6. Memberi HE kepada ibu untuk tenang dalam menghadapi setiap masalah.
T. EVALUASI Tanggal dan waktu 7 Februari 2016 Jam 09.00
No. Diag. Kep. 1
Evaluasi
S : -
Ny. L mengatakan sudah mengerti tentang: pengertian kehamilan resiko tinggi syarat dikatakan kehamilan resiko tinggi komplikasi persalinan
96
Cara mengatasi komplikasi kehamilan/persalinan Gizi seimbang bagi ibu hamil -
Ny.L mengatakan sudah bisa memantau keluhan/kelainan yang muncul
-
Ny.L mengatakan akan selalu memeriksakan kehamilan secara teratur di Puskesmas.
-
Ny.L mengatakan akan mengurangi aktivitas dan banyak istirahat
-
Tn.H dan kedua anaknya mengatakan akan selalu lebih memperhatikan Ny.L
O : -
Jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya 10 tahun
-
Umur Ny.L 40 tahun
-
K/U baik
-
BB: 79 kg
-
UK: ± 6 minggu
-
TB: 160 cm
-
Edema (-)
-
LILA: 36,5 cm
-
Akral hangat
-
Hasil Lab tgl 2-2-2016:
-
Konjungtiva tidak anemis
-
Hb= 12,6 g/dL
-
Skor Poedji Rohjati=10
-
GDA= 160 mg/dL
-
TTV TD: 120/80 mmHg Suhu: 36 0C Nadi: 85x/mnt
97
RR: 20x/menit A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi No. 1,2,3,7 7 Februari
S :
2016
-
Jam 09.45
Ny.L mengatakan sudah tidak cemas dengan kehamilannya asal dapat merawat kandungannya dengan baik.
-
Ny.L sekeluarga mengatakan tahu tentang pengertian kehamilan resiko tinggi
-
Ny.L sekeluarga mengatakan paham tentang pengertian sudah mengerti pengertian, penyebab, dan pencegahan, serta penanganan kehamilan resiko tinggi
-
Tn.H sekeluarga sudah paham bagaimana cara merawat Ny.L
O : -
Ekspresi wajah Tn.H dan Ny.L tidak bingung
-
Tn.H dan Ny.L sudah tidak bertanya tentang kehamilan resiko tinggi.
A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi No. 1,2,3
98
BAB 4 PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian terhadap Ny.L keluarga Tn.H degan kehamilan resiko tinggi maka didapatkan dua diagnose keperawatan keluarga yaitu: 1) Resiko
terjadinya
komplikasi
persalinan
Ny.
L
keluarga
Tn.H
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2) Ansietas pada keluarga Tn.H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang mengalami kecemasan. Dalam memberikan intervensi keperawatan, keluarga berespon dengan baik. Dari hasil evaluasi, kedua masalah keperawatan tersebut sudah teratasi dalam waktu 2x24 jam bahwa keluarga mengerti Ny. L mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, komplikasi, penanganan, pencegahan, syarat dikatakan kehamilan resiko tinggi, dan cara merawat Ny.L, paham tentang gizi seimbang bagi ibu hamil. Keluarga juga mengatakan sudah bisa memantau keluhan/kelainan yang muncul dan akan selalu memeriksakan kehamilan secara teratur di Puskesmas. Ny.L mengatakan akan mengurangi aktivitas dan banyak istirahat. Tn.H dan kedua anaknya mengatakan akan selalu lebih memperhatikan Ny.L, selalu gembira menunggu kelahiran bayinya, serta menjaga kebersihan diri dan keluarga.
98
99
BAB 5 PENUTUP
6.1
Kesimpulan Dari pembahasan masalah yang berjudul Asuahan Keperawatan pada Ny.
L Keluarga Tn.H dengan Kehamilan Resiko Tinggi, penulis menyimpulkan: 1. Dapat mengidentifikasi masalah kehamilan resiko tinggi pada Ny. L keluarga Tn.H 2. Dapat melakukan pengkajian secara keseluruhan yang diperlukan untuk mengumpulakan data. 3. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang ada. 4. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. L keluarga Tn.H dengan Kehamilan resiko tinggi 5. Semua intervensi dapat kami lakukan 6. Pada evaluasi masalah teratasi sebagian dan teratasi.
6.2
Saran Meningkatkan kemampuan keluarga klien untuk mengontrol kehamilan
dan aktivitas klien setiap harinya. Serta memotivasi keluarga klien untuk tetap hidup sehat dan rutin kontrol sehingga tidak terjadi komplikasi .
99
100
KATA PENGANTAR
Bandiyah, Siti. 2009. Kehamilan, Persalinan dan Gangguan Kehamilan. Nuha Medika: Yogyakarta Bobak. 2004. Buku Ajar keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta: EGC. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Suprajitno, 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.