Ilmu dan Amal Membangun Dunia Akhirat Di dalam Islam, setip insan didorong agar memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan memadai. "Sesiapa saja yang menginginkan dunia dia akan peroleh dengan ilmu, sesiapa pula yang inginkan (kebahagiaan) akhirat, maka dia akan merebutnya dengan ilmu, bahkan yang menginginkan keduanya, juga hanya dengan ilmu".(Al Hadist). Menuntut ilmu pengetahuan adalah hak asasi bagi setiap Muslim, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu alihi wa salam. Di antara sabda beliau menyatakan,"Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat". (Al Hadist). Nilai ajaran Islam, tiada lain berintikan kewajiban belajar sepanjang hayat, sepanjang usia. Orang Minang sejak dahulu memulainya dari rumah tangga, kemudian kehidupan bersurau, sekolah, serta madrasah. Menambah ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada batas wilayah negeri saja. Malah dianjurkan jika perlu dinegeri lain. "Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina". Begitu bimbingan Islam. Dorongan menuntut ilmu ini telah dicatat oleh sejarah di dunia. Agama Islam sejak awalnya telah mengubah sikap manusia melaluyi ilmu pengetahuan. Dari apatis, statis menjadi pribadi-pribadi yang optimis dan dinamis. Hingga akhirnya, tidak dapat dipungkiri, Islam telah mendatangkan perubahan sikap bagi manusia yang setia menganut ajaran agamanya, mereka akan menjadi pintar, dinamis, kreatif, taat berdisiplin, yang sangat berguna untuk meraih kemajuan di dunia dan di akhirat. Dorongan kuat menuntut ilmu, yang diajarkan Islam, telah melahirkan pakar ilmu pengetahuan, seperti Avicienna (Ibnu Sina), Avierroes (Ibnu Rusyid), Al Khawarizmi (yang meninggalkan warisan teori tentang logaritma), dan lainnya. Ilmu pengetahuan saja sebenarnya belum mempunyai arti yang besar, sebelum ada usaha untuk mengamalkannya. Setinggi apapun ilmu pengetahuan belum mendatangkan manfaat, sebelum diaplikasi di dalam kenyataan hidup manusia. Ilmu hanyalah alat semata untuk mendapatkan atau menciptakan kebahagiaan hidup. Dalam realitas hidup, ilmu dan amal itu melahirkan hikmah. Allah SWT mencela seseorang yang berilmu tetapi tak mau mengamalkan ilmunya. Ancaman Allah sangat keras, “Wahai orang- orang yang beriman! Mengapa kamu ucapakan apa- apa yang tiada kamu perbuat? Sangat dibenci oleh Allah, bahwa kamu ucapkan apa- apa yang tiada kamu perbuat". (QS. Ash Shaaf, 61 : 2-3). Ayat ini bermakna bahwa ilmu tanpa amal akan mengundang bencana dan kutukan. Kualitas suatu ummat dilihat dari kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan mereka, atau pendayagunaan ilmu itu, dalam mengelola alam keliling hingga lebih bermanfaat dan bernilai guna. Juga ilmu yang diamalkan sangat berguna untuk menciptakan kesejahteraan ummat manusia secara umum, dengan amal usaha mereka sendiri. Kualitas ummat akan menurun jika mereka ditimpa penyakit enggan dan malas. Suatu indikasi yang mulai menggejala di tengah generasi kini, keengganan itu ternyata ada. Hingga mengundang under employment (pengangguran tek kentara) di tengah masyarakat. Gejala itu lahir karena enggan membaca, enggan mendengar, enggan berkarya, dan enggan memanfaatkan waktu dan tenaga, akhirnya enggan mengolah alam keliling. Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan firmanNya. ”Allah tidak akan mengubah apa- apa (keadaan, nasib, tingkat kehidupan) suatu kaum, hingga (lebih dahulu) kaum itu mengubah apa- apa (yang ada) di dalam diri mereka. (QS. Ar Ra'du, 13 : 11). Mudah-mudahan kita semua dapat meningkatkan pendayagunaan ilmu, alam, amal kita berdasarkan iman serta hidup berkualitas, dengan datangnya bulan Ramadhan ini. Insyaallah.