1.docx

  • Uploaded by: ALhy Prathama Harefa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 930
  • Pages: 3
1. Kesehatan Fisik Pada Lansia Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama menurut kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,pancaindera, potensi & kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap eksklusif ( Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia wajib beradaptasi balik dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai menggunakan beberapa agresi penyakit seperti gangguan dalam sirkulasi darah, persendian,sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yg sering terjadi adalah gampang letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sinkron dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) berkata buat menkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya misalnya menurunnya telinga, penglihatan, gerakan yg terbatas, dan waktu respon yang lamban.

2. Kesehatan Psikis Pada Lansia Dengan menurunnya berbagai kondisi pada diri orang lanjut usia secara otomatis akan ada kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan menurunnya fungsi dan kemampuan telinga bagi orang lanjut usia maka poly menurut mereka yang gagal pada menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri. 3. Faktor Ekonomi Pada Lansia Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yg kurang produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap & rawan (Trimarjono, 1997).Golongan mantap merupakan para lanjut usia yg berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sebagai akibatnya pada usia lanjut bisa berdikari dan nir tergantung dalam pihak lain. Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yg tinggi ,namun sempat mengadakan investasi dalam anak-anaknya, contohnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu menaruh bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purna tugas tiba akan mendatangkan kecemasan lantaran terancam kesejahteraan Pemenuhan kebutuhan ekonomi bisa dicermati dari pendapatan lanjut usia & kesempatan kerja.

4. Faktor Pendapatan Lansia Pendapatan orang lanjut usia asal menurut banyak sekali asal. Bagi lanjut usia yg sampai ketika ini bekerja menerima penghasilan dari honor atau upah. Selain itu sumber keuangan yang lain merupakan keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan menurut pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan famili (Kartari, 1993 ; Yulmardi, 1995). Upah/gaji sebagai imbalan menurut hasil kerja para lanjut usia tidaklah tinggi. 5. Faktor Kesempatan Kerja Bagi Lansia Bekerja adalah suatu aktivitas jasmani atau rohani yang membentuk sesuatu (Sumarjo, 1997).Bekerja seringkali dikaitkan menggunakan penghasilan & penghasilan seringkali dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk itu agar bisa permanen hidup insan wajib bekerja. Dengan bekerja orang akan bisa member makan dirinya dan keluarganya, bisa membeli sesuatu, bisa memenuhi kebutuhannya yang lain Saat ini ternyata diantara lanjut usia banyak yg nir bekerja. Tingkat pengangguran lanjut usia nisbi tinggi pada daerah perkotaan, yaitu dua,2%. Dengan makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan pengangguran lanjut usia akan semakin poly . Partisipasi angkatan kerja makin tinggi pada perdesaan daripada pada kota. Lanjut usia yg masih bekerja sebagian akbar terserap pada bidang pertanian. Di perkotaan lebih banyak yang bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4% sedangkan yg bekerja disektor pertanian 27,0% , sisanya berada disektor jasa 17,3%, industri 9,tiga% angkutan tiga,tiga%,bangunan 2,8% dan sector lainnya relatif mini 1%.Seringkali mereka menemukan fenomena bahwa sangat sedikit kesempatan kerja yg tersedia bagi mereka, walaupun mereka ingin bekerja dan mampu untuk melakukan pekerjaan tadi, lantaran pendidikan yg dimiliki lanjut usia nir lagi terarah pada pasar tenaga kerja nir dimasukkan pada kebijakan –kebijakan pendidikan yg berkelanjutan. Pembinaan ketrampilan & pembinaan yg dilakukan terus-menerus hanya berlaku bagi orang-orang muda . Hal inilah yg menyebabkan sulitnya lanjut usia bersaing di pasaran kerja, sehingga banyak orang lanjut usia yg tidak bekerja meskipun tenaganya masih bertenaga & mereka masih berkeinginan buat bekerja. 6. Faktor Hubungan Sosial Pada Lansia Faktor hubungan sosial meliputi interaksi sosial antara orang lanjut usia dengan keluarga, teman sebaya/ usia lebih muda, & rakyat. Dalam interaksi ini dikaji berbagai bentuk aktivitas yang diikuti lanjut usia pada kehidupan sehari-hari. 7. Faktor Sosialisasi Pada Masa Lansia

Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran selesainya terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat purna tugas. Teman-teman sekerja yg umumnya sebagai curahan segala perkara telah nir dapat dijumpai setiap hari.Lebih-lebih lagi saat sahabat sebaya/sekampung sudah lebih dahulu meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan merupakan dengan famili & masyarakat yang relatif berusia muda .Pada umumnya hubungan sosial yg dilakukan para lanjut usia merupakan lantaran mereka mengacu dalam teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya dari menurut interaksi sosial.

Hubungan ini mendatangkan kepuasan yg timbul dari konduite orang lain.Pekerjaan yang dilakukan seorang diripun bisa menimbulkan kebahagiaan misalnya halnya membaca buku, menciptakan karya seni, & sebagainya, lantaran pengalaman-pengalaman tersebut dapat dikomunikasikan menggunakan orang lain. 8. Faktor Tradisi di Indonesia Bagi Lansia Di Indonesia umumnya memasuki usia lanjut nir perlu dirisaukan.Mereka relatif kondusif karena anak atau saudara-saudara yang lainnya masih adalah agunan yg baik bagi orang tuanya. Anak berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah nir bisa mengurus dirinya sendiri. Nilai ini masih berlaku, memang anak harus memberikan kasih sayangnya kepada orang tua sebagaimana mereka dapatkan waktu mereka masih mini .. Para usia lanjut mempunyai peranan yg menonjol sebagai seorang yg “dituakan”, bijak & berpengalaman, pembuat keputusan , dan kaya pengetahuan. Mereka tak jarang berperan menjadi contoh bagi generasi belia, walaupun sebetulnya poly diantara mereka nir mempunyai pendidikan formal Pengalaman hidup lanjut usia merupakan pewaris nilai-nilai sosal budaya sehingga dapat menjadi panutan bagi transedental kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Walaupun sangat sulit buat mengukur berapa akbar produktivitas budaya yg dimiliki orang lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut dapat dirasakan keuntungannya oleh para generasi penerus mereka (Yasa,1999). Salah satu produktivitas budaya yang dimiliki lanjut usia adalah sikap suka memberi.

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"