Bab I Gerontik.docx

  • Uploaded by: ALhy Prathama Harefa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Gerontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,167
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Secara individu, manusia pada usia di atas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah,

sehingga timbul masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Serta dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif). Perubahan status sosial lansia dapat mempengaruhi kepribadian, yang berakibat tidak baik bagi lansia jika tidak mampu menghadapinya. Demikian halnya pada aspek ekonomi, kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran di bidang ekonomi, yang ditandai adanya masa pensiun yang berakibat turunnya pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas, kekuasaan, wewenang dan penghasilan. Sedangkan pada aspek psikologi pada umumnya setiap lansia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat. Apabila proses usia lanjut tersebut tidak sesuai dengan keinginan-keingianan tadi, maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar yang dapat menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental. Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4% dari jumlah penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun 2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak 29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Darmojo dalam Nugroho, 2008). Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia (Dinkes. Prop. Jabar, 2003). Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam peningkatan peran serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut.

1

1.2

Rumusan Masalah Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan pada lansia.

1.3

Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada lansia.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Kesehatan Pada Lansia (Lanjut Usia) Kesehatan lansia (lanjut usia) dapat dilihat dari kesehatan fisik dan psikisnya. Faktor

kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi kesehatan lanjut usia. 1.

Kesehatan Fisik Kesehatan lansia yang paling utama adalah kesehatan fisik. Keadaan fisik merupakan

faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban. Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan. 2.

Kesehatan Psikis Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis akan

timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak dari mereka yang

gagal dalam menangkap isi pembicaraan

orang lain sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri. 3

Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Zainudin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia sebagai berikut: a.

Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b.

Tipe Kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya.

c.

Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan.

d.

Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak.

e.

Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

3.

Karakteristik Resiko Tinggi Lansia mengalami perubahan fisiologik, psikolosik dan sosial. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada lansia tersebut dapat menjadi faktor risiko bagi lansia (Springhouse, 2002). Perubahan tubuh yang terjadi pada lansia akan terjadi terus menerus seiring peningkatan usia dan perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan lingkungan (Potter & Perry, 2009). Kategori yang berhubungan dengan kondisi resiko terhadap perubahan status kesehatan adalah resiko biologik termasuk resiko terkait usia: resiko lingkungan termasuk psikologik, sosial ekonomi dan kejadian hidup: resiko perilaku didalamnya resiko gaya hidup (Stanhope & Lancaster, 2004). McMurray (2003) faktor yang berhubungan dengan risiko pada individu yaitu faktor biologik termasuk predisposisi genetik, terpapar elemen lingkungan dan adanya perilaku manusia. Karakteristik risiko yang dijelaskan oleh para ahli tersebut pada prinsipnya sama,

4

bahwa karakteristik risiko yaitu risiko biologik, risiko sosial, risiko ekonomi, risiko kejadian hidup dan resiko gaya hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka dibawah ini diuraikan faktor yang ada pada individu lansia. a.

Risiko Biologik (Biological Risk) Beberapa kondisi penyakit akibat genetik berkontribusi

pada resiko biologik untuk

kondisi tertentu. Faktor yang berkontribusi pada resiko biologic seperti pola penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada beberapa generasi dalam keluarga. Beberapa hasil riset mendukung bahwa latihan dan manajemen stres dapat mencegah dan menunda munculnya penyakit kardiovaskular (Stanhope & Lancaster, 2004). Pengaruh genetik, ras, gender, akan mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier & Smith, 2005). Adanya ketidakmampuan dan gangguan pergerakan dasar dapat menjadi faktor resiko dan lansia (Miller,1995). Karakteristik lansia yang berisiko mendapatkan perlakuan pengabaian dari anggota keluarga antara lain adanya penurunan kondisi kesehatan dan kerusakan fungsi fisik (Lachs & Pillemer, 2011). b.

Risiko Sosial (Social Risk) Pentingnya risiko sosial pada kesehatan adalah untuk meningkatkan harga diri. Kondisi ini akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti tingginya angka kejadian kejahatan, individu yang tanpa rekreasi, individu dengan kontaminasi dan tingginya stres lingkungan. Beban psikologis akan menghasilkan stres dalam diri dan juga berefek manjadi stresor baru bagi prang lain. Jika sumber tidak adekuat dan proses koping tidak ada, maka penurunan dalam kesehatan akan terjadi (Stanhope & Lancaster, 2004). Dampak kemiskinan akan mempengaruhi kondisi psikologik dan kondisi psikologik akan mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier&Smith,2005). Kurangnya dukungan sosial serta adanya pengertian yang salah tentang penuaan akan menjadi faktor risiko bagi lansia (Miller, 1995). Resiko kejadian penyakit dapat disebabkan oleh lingkungan fisik berupa kondisi polusi, suhu lingkungan yang ekstrim panas atau dingin, tidak adekuatnya kondisi perumahan atau pilihan tempat berlindung. Faktor resiko dapat terjadi ketika individu tidak mempunyai pilihan lain saat harus bekerja di luar rumah dengan kondisi pekerjaan yang beresiko untuk kesehatan (McMurray, 2003).

5

Memasuki tahapan usia lanjut, secara social individu akan mengalami perubahanperubahan. Perubahan akan lebih terasa pada individu yang mempunyai kedudukan soial sebelumnya. Munculnya perasaan kehilangan perlakuan yang selama

ini di

dapatkan seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Kondisi ini akan berdampak pada semangat dan suasana hati serta kesehatan lansia. Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, tersendiri atau secara bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal tersebut dapat menjadi stressor yang kalau tidak diantisipasi akan menimbulkan stress beserta manifestasi dan gangguan kesehatan (Depkes, 2003). c.

Risiko Ekonomi (Economic Risk) Kemiskinan merupakan risiko untuk timbulnya masalah kesehatan. Risiko ekonomi merupakan cerminan hubungan antara sumber keuangan dan kebutuhan. Memiliki sumber finansial yang adekuat berarti mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan akses yang berhubungan dengan kesehatan seperti tempat tinggal yang layak, pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Rendahnya status ekonomi serta kemiskinan akan mempengaruhi status kesehatan seseorang (Maurier & Smith, 2005). Menurut Miller (1995) kemiskinan dapat menjadi faktor risiko bagi lansia.

d.

Risiko Kejadian Hidup (Life Event Risk) Transisi adalah pergerakan dari satu tahap ke tahap yang lain, dan ini merupakan kondisi yang beresiko bagi individu. Masa transisi merupakan situasi akan mempengaruhi dan menyebabkan beberapa perubahan seperti perubahan perilaku, jadwal, pola komunikasi, harus membuat keputusan baru, pemulihan peran, pembelajaran keterampilan baru dan perubahan

dalam menggunakan sumber-sumber yang baru (Stanhope & Lancaster,

2004). e.

Risiko Gaya Hidup (Life Style Risk) Kekuasaan kesehatan seseorang dan perilaku yang berisiko yang disebut gaya hidup. Perilaku dan pola kebiasaan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Lansia dengan penurunan fungsi tubuh cenderung mengalami penyakit fisik, dan mengalami konsekwensi akibat dari perilaku hidup dan pola kebiasaan, serta sikap lansia yang mempengaruhi masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). 6

Perilaku gaya hidup mempengaruhi seseorang sehingga termasuk dalam kategori individu yang beresiko (Maurier & Smith, 2005). Secara umum risiko perilaku termasuk di dalamnya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, merokok, menggunakan alkohol, partisipasi pada aktifitas yang berbahaya, dan terpapar sumber stressor seperti adanya perilaku kekerasan (McKie et al.1993 dalam McMurray, 2003). Secara alamiah, bila kondisi terpapar faktor risiko perilaku terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan efek pada level risiko yang akan dihadapi oleh individu berupa penyakit ataupun injuri (McMurray, 2003). Ditemukan 70% ketidakmampuan fisik pada lansia yang dihubungkan dengan hasil proses penuaan karena perilaku tidak sehat atau gaya hidup yang tidak sehat (Mauk, 2010).

2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia (Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan)

1.

Sosial Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan atau sadarakan

kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan atau pensiun juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko lansia untuk mengalami disabilitas dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi , memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat. 2.

Ekonomi Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang

memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang tidak

7

memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan resiko untuk menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah. 3.

Lingkungan Perhatian spesifik harus diberikan pada lansia

yang hidup dan tinggal di pedesaan

dimana pola penyakit dapat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung. Urbanisasi dan migrasi untuk mencari pekerjaan membuat lansia semakin terisolasi di pedesaan dengan keterbatasan bahkan ketiadaan akses untuk pelayanan kesehatan. Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhkan baik di kota maupun di pedesaan sehingga orang dengan segala usia dapat berpartisipasi secara penuh di keluarga dan kehidupan masyarakat. Ini sangat penting untuk lansia yang memiliki masalah mobilitas. Resiko-resiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cidera yang menyakitkan di antara lanjut usia. Cidera dari jatuh, terbakar, kecelakaan lalu lintas adalah yang paling sering. Air yang bersih, udara yang bersih dan makanan yang aman terutama sangat penting untuk sebagian besar kelompok usia rentan dan mereka yang mempunyai penyakit kronisdan system kekebalan yang menurun (WHO, 2002).

8

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) pada dasawarsa ini mengalami peningkatan yang

cukup pesat. Fakta yang terjadi di masa kini yaitu Usia Harapan Hidup (UHH) kaum wanita melampaui kaum laki-laki (Patmonodewo et al. 2001). Wanita lansia beresiko tinggi mengalami masalah gizi, hal ini terjadi karena kondisi tubuh lansia mulai mengalami penurunan sebagai bagian dari proses penuaan. Masalah gizi dan kesehatan Iansia adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Melalui gizi yang baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga wanita lansia tetap dapat ikut serta berperan dalam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988). Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak

3.2

Saran

Semoga makalah yang berjudul factor-faktor kesehatan pada lansia dapat bermanfaat bagi para pembaca.

9

DAFTAR PUSTAKA

1.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 200.

2.

http://www.geocities.ws/klinikikm/kesehatan-ingkungan/status kesehatan.jpg

3.

http://wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-h-l-blum

10

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"