BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Diabetes Melitus Gestasional Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu Penyakit Dalam edisi V, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional). 2. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes
Melitus
Gestasional/DMG). Diabetes mellitus gestasional didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku dengan tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM tipe 1 dan 2
yang hamil maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang
kurang lenih sama. Prevalensi diabetes mellitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14%, tergantung dari subyek yang diteliti dan terutama dari kreteria diagnosis yang digunakan. Dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan oleh American Diabetes Association prevalensi sebesar 2,0%. Ksanti melakukan studi retrospektif pada 37 wanita hamil yang dikelola sebagai DMG di RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo dalam retang tahun 2000-2003. DMG lebih banyak didapatkan pada usia diatas 32 tahun dan lebih dari 50% memiliki riawayat keluarga DM. pada kelempok DMG dengan hasil pemeriksaan TTGO menunjukkan TGT (3 dari 37 subyek), semuanya dapat terkendali dengan pengaturan diet saja. Sedangkan pada kelompok yang memenuhi kriteria DM pada pemeriksaan awal (18 dari 37 subyek), sebanyak 70% mendapat terapi insulin. Sedangkan pada kelompok DMG yang
4
meraguka (tidak memenuhi kriteria diagernosis ada 1997 maupun Perkeni 2002 untuk DMG), sebanyak 80% dikelola dengan pengaturan diet saja. Tidak ada pemakaian insulin analog pada priode tersebut. 2.2 Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional Menurut Sudoyo (2009) pada kehamilan terjadi resistansi insulin fisiologi akibat peningkatan hormone-hormon kehamilan (human placental lactogen/HPL, progesterone, kortisol, prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan. Tidak berbeda pada patifisiologi DM tipe , pada DMG juga terjadi ganggunya sekresi sel beta pancreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal diantaranya : 1. Aotoimun 2. Kelainan genetic 3. Resistensi insulin kronik Studi oleh Xiang (2000) melaporkan bahwa pada wanita dengan DMG mengalami gangguan kompensasi produksi insulin oleh sel beta sebesar 67% dibandingkan kehamilan normal. Ada sebagian kecil populasi wanita ini yang antibody isclet cell (1.6-3,8%). Sedangkan sekitar 5% dari populasi DMG diketahui memiliki gangguan sel beta akibat defek pada sel beta seperti mutasi pada glukokinase. Resistensi insuli selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita dengan DMG memiliki kedua jenis resistensi insulin ini yaitu kronik dan fisiologi sehingga resistensi insulinnya biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan normal. Kondisi ini akan membaik segera setelah selesai masa nifas, dimana konsentrasi HPL sudah kembali seperti awal.
2.3 Penjaringan dan Diagnosis
5
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai kseragaman kriteria diagnosis, diabetes melitus gestasional sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang banyak dipakai diperkenalkan oleh American Diabetes Association dan umumnya digunakan dinegara Amerika Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak digunakan diluar Amerika Utara. 2.4 Kriteria American Diabetes Association American Diabetes Association menggunakan skrining diabetes melitus gestasional melalui pemeriksaan glukosa darah dua tahap. Tahap pertama dikenal dengan nama tes tantangan glukosa yang merupakan tes skrining. Pada semua wanita hamil yang datang ke klinik diberikan minum glukosa sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darah satua jam kemudian. Hasil glukosa darah (umumnya contoh darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl disebut tes tantngan positif dan harus dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu tes toleransi glukosa oral harus harus dipersiapkan sama dengan pada pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diingat apabila pada pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes melitus sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes toleransi glukosa oral. Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes Association mengusulkan dua jenis tes yaitu yang disebut tes toleransi glukosa oral tiga jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam. Perbedaan utama ialah jumlah beban glukosa yaitu pada yang tiga jam menggunakan beban glukosa 100 gram sedang yang pada dua jam hanya 75 gram.(gambar 1)
6
Wanita Hamil
Glukosa 50 gr
< 140 mg %
≥ 140 mg %
normal
TTGO – 2 jam 100 (75) gr glukosa
Normal
DMG
Pernilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk menyatakan diabetes melitus gestasional, baik untuk tes toleransi glukosa tiga jam maupun yang hanya dua jam berlaku sama yaitu ditemukannya dua atau lebih angka yang abnormal (table1). Tabel 1. Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 Jam dengan beban Glukosa 100g dan 2 jam dengan beban glukosa 75 gr Hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam Hasil tes toleransi glukosa oral 2 jam dengan beban glukosa 100gr (mg/dl) Puasa 95 1-jam 180 2-jam 155 3-jam 140 Diagnosa diabetes melitus gestasional
dengan beban glukosa 100gr (mg/dl) Puasa 95 1-jam 180 2-jam 155 ditegakkan apalia ditemukan dua atau
lebih angka yang abnormal
2.5 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Gestasional 7
Menurut WHO dalam buku Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus tahun 1999 menganjurkan untuk diagnosis Diabetes Mellitus gestasional harus dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan wanita hamil yaitu puasa ≥126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl, dengan tambahan mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai diabetes melitus gestasional. (Tabel 2) Tabel 2. Nilai glukosa plasma puasa dan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram Glukosa plasma puasa Normal Glukosa puasa terganggu
< 110 mg/dl ≥ 110 mg/dl - < 126
mg/dl Diabetes melitus ≥ 126 mg/dl Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa oral Normal < 140 mg/dl ≥ 140 mg/dl - < 200 Toleransi glukosa terganggu
mg/dl, sedang puasa
Diabetes Melitus
< 126 mg/dl ≥ 200 mg/dl
Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl dan/atau 2 jam setelah beban glukosa ≥ 200 mg atau toleransi glukosa terganggu.
Definition, Diagnosis and classification of diabetes
melitus its complication. Report of a WHO consultation. World health organization, Geneva 1999 (Tech Rep Ser, 894). 2.5.1 Siapa yang Harus Diskrining dan Kapan harus Diskrining ? Wanita dengan diabetes melitus gestasional hampir tidak pernah memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Oleh karena hanya sekitar 3-4% dari wanita hamil yang menjadi diabetes melitus gestasional , menjadi pertanyaan apakah semua wanita hamil harus dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasional atau hanya pada mereka yang dikelompokkan sebagai resiko tinggi. Penelitian di Makassar oleh Adam dari 2074 wanita hamil yang diskrining 8
ditemukan prevalensi 3,0% pada mereka yang beresiko tinggi dan hanya 1,2% pada mereka yang tanpa resiko. Sebaiknya semua wanita hamil harus dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasional. Beberapa klinik menganjurkan skrining diabetes melitus gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan resiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat pertama kali datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila hasil tes normal, maka perlu dilakukan tes ulangan pada minggu kehamilan antara 24-28 minggu. Sedang pada mereka yang tidak beresiko tinggi tidak perlu dilakukan skrining. Faktor resiko DMG (Diabetes Mellitus Gestational) yang dikenal adalah : a. Faktor resiko obstresi : Riwayat keguguran beberapa kali Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gram Riwayat pre eklamsia Polihidramnion b. Riwayat umum Usia saat hamil > 30 tahun Riwayat DM dalam keluarga Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya Infeksi saluran kemih berulang saat hamil Di Indonesia, untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih baik, lakukan pemapisan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dan mengulanginya pada usia kehamilan 26-28 minggu apabila hasilnya negatif. 2.6. Komplikasi Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu Penyakit Dalam edisi V, komplikasi Diabetes Mellitus terdiri atas :
9
Ibu : peningkatan resiko hipertensi (preeklampsia, HT dalam kehamilan), resiko SC meningkat.
Janin : anumali kongenital (jika hiperglekimia berat & GDP >120 mg/dl); stillbirth (lahir ,mati); makrosimia; lain-lain (ikterus, RDS, polisitemia,hipokalsemia).
2.7. Penatalaksanaan Menurut Desy Kurniawati dan Hanifah Mirzanie (2009) dalam buku Obgynacea Penatalaksanaan tersebut : 2.7.1. Konseling nutrisi & diet DM + exercise : I.
Batasi intake karbohidrat 40% drtotal kalori (40% lemak, 20%protein)
II.
Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah
III.
Kurangin intake kalori total untuk overweight/obese dari 30-32 kkal/kgBB/hari menjadi 25kkal/kgBB/hari
IV.
Exercise dapat menghindarkan dari kebutuhan terapi insulin
2.7.2. Pengukuran serial glukosa darah ibu 1. Monitor glukosa puasa & post prandial 2. Periksa glukosa puasa & 1 jam setiap kali sehabis makan, dengan/tanpa insulin. 3. Priksa glukosa puasa & pre/post prandial dengan insulin Target glukosa garah 4. Puasa 5. Pre prandial
<90 kapiler,<105 plasma < 95
6. 1 jam post prandial <140 7. 2 jam post prandial <120 8. Glukosa post prandial <140 lebih baik dari pada glukosa pra prandial <95 2.7.2. Jika dengan USG tampak resiko makrosomia-target terapinya glukosa pra prandial=80 1. Identifikasi bayi beresiko tinggi&lakukan terapi
10
2. Fruktesamine serum (untuk identifikasi resiko rendah ); jika negatif periksa insulin dicairan amnion (untuk identifikasi hiperinsulinemia janin) 3. Glukosa puasa 1-2 kali/mgg & jika <105 (resiko rendah) periksa lingkar perut janin pada awal trimester III (untuk indetifuikasi makrosomia) 2.7.3. Terapi insulin (menurunkan makrosomia & morbiditas perinatal) Indikasi : 1. Glukosa kapiler >120 lebih dari 2 kali dalam 2 minggu (plasma > 140) 2. Glukosa puasa kapiler > 90 atauplasma > 105 dosis terapi.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN DIABETES MELLITUS GAESTASIONAL 3.1 Kasus
11
Berdasarkan kasus oleh Bobak, Lowdermilk, jensen (2012) dalam buku Keperawatan Maternitas edisi 4 : Linda james adalah seorang penderita diabetes tergantung insulin berusia 27 tahun dengan usia gestasi empat minggu.kunjungan ini merupakan kunjungannya yg pertama. Linda sedang mengalami kehamilan kedua. Kehamilan pertamanya diterminasi melalui aborsi spontan pada usia enam minggu. Karena takut kehamilan ini akan berakhir dengan suatu keguguran,ia akan menjadi cemas untuk memulai perawatan prenatal dan mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari semua hal yang dapat ia pelajari tentang diabetes dan kehamilan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan bayinya yang belum lahir. Didiagnosa IDDM pada usia 17 tahun,Linda telah menjalani program injeksi insulin kerja intermediet setiap hari. Selama bertahun-tahun ia telah mempertahankan kontrol glikemia yang baik,tetapi ia melaporkan bahwa akhir-akhir ini kadar glukosa darahnya terbatas pada kadar hipoglikemia. Linda memantau kadar glukosa darahnya dengan meteran pengukur dan mampu mendemontrasikan teknik yang benar dalam melakukan hal tersebut.program dietnya sebelum ia hamil adalah adalah diet ADA 2000 kalori. Karena nausea,ia mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan dalam jumlah tersebut sejak hamil. 3.2 Pengkajian (Doengoes, 2001) a. Aktivitas / istrahat. Tanda : a. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, b. tonus otot menurun. c. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. d. Letargi / disorientasi, koma. b. Sirkulasi Tanda : a. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan b. pada ekstremitas dan tachicardia.
12
c. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. d. Disritmia, krekel : DVJ c. Neurosensori Gejala : a. Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : b. mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, c. kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan d. penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau e. mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas f. kejang. d. Nyeri / Kenyamanan Gejala : a.
Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajahmeringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan Gejala : a. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis. b. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia/ paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadarkalium mmenurun dengan cukup tajam). c. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat). d. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : e. hiperaktif (diare). f. Pemeriksaan Diagnostik Gejala : a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih. b. Aseton plasma : positif secara menyolok. c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
13
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l. 3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan diabetes, penatalaksanaan diabetes, danefek potensial diabetes 2. Diagnosa keperawataan
: ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap kesejahteraan ibu dan janin. 3. Diagnosa pperawatan : risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pemberian dosis insulin yang tidak benar. 4. Diagnosa keperawatan : risiko tinggi cidera berhubungan dengan hiperglikemia dan hipogliikemia. 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa keperawatan : Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan diabetes,penatalaksanaan diabetes,dan efek potensial diabetes pada wanita hamil dan janin. Hasil
akhir
yang implementasi
Rasional
evaluasi
diharapkan Linda akan
Mengkaji pengetahuan Pemahaman yg adekuat Linda
memverbalisasi
tentang kehamilan
tentang kehamilan
pemahamannya
diabetik dan
diabetik,penatalaksanaa pemahaman
tentang
pemahamannyatentan
nnya,dan akibat
tentang
diabetes,penatalaksana g rencana terapi.
potensial akan
kehamilan
annya,dan komplikasi
meningkatkan
diabetik,penatala
memverbalisasi
potensial yang dapat
Meninjau kembali
kepatuhan terhadap
ksanaannya,dan
timbul selama ia
patofisiologi diabetes.
rencana keperawatan.
akibat potensial
hamil.
pada dirinya dan Menjelaskan efek
Pemahaman juga
Linda akan
diabetes pada
membantu mengurangi
mematuhirencana
kehamilan dan efek
rasa takut dan cemas.
perawatan.
kehamilan pada
14
janinnya. Linda mematuhi rencana
diabetes.
keperawatan.
Linda dan janinnya tidak akan mengalami
Menjelaskan akibat
atau jika terjadi
potensial diabetes
komplikasi,maka akan
pada ibu dan janin.
minimal. Mendiskusikan penatalaksanaan kehamilan diabetik. Menekankan pentingnya tingkat kepatuhan yg ketat terhadap rencana keperawatan dan perlunya perawatan prenatal yg teratur. Mendorong linda untuk mengajukan pertanyaan. Mengklarifikasi kesalahan konsepsi. Membantu linda menyusun pertanyaan yg akan diajukan kepada tenaga perawatan kesehatan primer.
15
Meminta linda untuk mengulangi informasi untuk memvalidasi pemahamannya.
Diagnosa keperawataan : ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Hasil
akhir
yang implementasi
Rasional
evaluasi
diharapkan Linda akan
Meningkatkan suatu
Dengan
Linda
mengidentifikasi
hubungan yg terbuka
memverbalisasi rasa
mengidentifikasi
sumber rasa takut dan
dan saling percaya pada
takut dan
bahwa ia merasa
cemas.
linda.
kekhawatirannya,linda takut akan terbantu dalam
kehamilannya
Linda akan
Menyediakan ruangan
mengatasi perasaan
kali ini akan
mengungkapkan
khusus saat berbincang-
tersebut.adalah
berakhir dengan
kekhawatiran dan
bincang dengan linda.
penting untuk
keguguran atau
mengurangi rasa takut
bayinya
perasaan tentang diabetes dan akibat
Mengkaji perasaan
dan cemas karena
mengalami
potensialnya pada
linda tentang kehamilan
perasaan tersebut
malformasi atau
dirinya dan janinnya.
diabetik yg ia alami.
mengganggu wanita
retardasi mental.
dalam
Perawat
Linda akan
Memperlihatkan sikap
mengembangkan
menyadari rasa
mengungkapkan
menerima rasa takut
kopingdan perasaan
takut linda dan
bahwa ia merasa
linda.
tersebut merupakan
memberi
sumber stres yg dapat
memberi linda
Mendorong linda
menimbulkan
informasi faktual
untukmembedakan
komplikasi
bahwa masalah-
antara ancaman yg
diabetes,seperti
masalah ini bisa
bahwa rasa takut dan cemasnya berkurang.
16
nyata dan ancaman yg
hperglikemia.
saja terjadi.
hanya dibayangkan terhadap kesejahteraan
Linda
pribadi dan janin.
menyatakan bahwa rasa
Meninjau kembali
takutnya
bahaya potensial akibat
berkurang setelah
diabetes terhaddap
mendiskusikan
linda dan janinnya.
masalah-masalah ini dengan
Mendorong linda untuk
perawat.
berbagi kekhawatiran dengan tenaga
Linda menulis
perawatan kesehatan
daftar pertanyaan
primer.
yg terkait dengan resiko pada janin untuk diajukan ke dokter.
Diagnosa pperawatan : risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pemberian dosis insulin yang tidak benar. Hasil
akhir
yang implementasi
Rasional
evaluasi
diharapkan Linda akan
Mengkaji pemahaman
Pemahaman yg
Linda
memverbalisasi
linda tentang kebutuhan
adekuat tentang
memverbalisasi
pemahaman tentang
insulin selama masa
insulin,tujuan dan
pemahaman dasar
kebutuhan insulin dan
hamil dan pemberian
efek bagi tubuh sangat
tentang terapi
terapi insulin selama
dosis insulin.
penting untuk
insulin,tetapi ia
penatalaksanaan
tidak mengetahui
diabetes yg benar.
perubahan
masa hamil,termasuk tujuan,efek
Menjelaskan efek
samping,jadwal
insulin pada tubuh dan
17
kebutuhan insulin
pemberian,pentingnya
dan tujuannya.
Pemberian insulin
pemberian insulin sesuai program. Linda akan
pada masa hamil.
dengan dosis yg Menjelaskankebutuhan
bennar akan
Linda
insulin yg berubah
meminimalkan
menggunakan
selama masa hamil.
komplikasi.
teknik pengisapan
mendemonstrasikan
dan pemberian
teknik untuk mengisap Meninjau kembali kerja
insulin,tetapi
dan mencampur
puncak insulin dan
mengetahui
insulin yg benar.
taanda-tanda
bahwa ia tidak
hipoglikemia.
konsistendalam
Linda akan
merotasi tempat
menjelaskan metode
Menekankan
penyuntikan.
penyimpanan insulin
pentingnya pemberian
yg benar.
dosis insulin yg benar.
Linda akan mendemonstrasikan teknik pemberian insulin yg benar. Linda dan jaanin tidak akan menderita cidera akibat pemberian insulin yg tidak benar.
Diagnosa keperawatan : risiko tinggi cidera berhubungan dengan hiperglikemia dan hipogliikemia. Hasil
akhir
diharapkan Linda akan
yang implementasi Mengkaji pengetahuan
18
Rasional
evaluasi
Hiperglikemia dan
Linda dan
memverbalisasi
linda tentang
hipoglikeemia
suaminya
pemahamannya
hiperglikemia dan
mengganggu
memiliki
tentang hipoglikemia
hipoglikemia.
kesejahteraan ibu dan
pemahaman dasar
janin harus dicegah.
tentang
dan hiperglikemia termasuk
Mengkaji pengetahuan
hiperglikemia dan
sebab,gejala,terapi
suami linda dan
hipoglikemia,teta
dan cara
melibatkan dalam sesi
pi meminta
pencegahannya.
pengajaran.
perawat mengulas kembali informasi
Linda akan
Menjelaskan sebab-
untuk
mengidentifikasi
sebab,gejala,terapi dan
memastikan
konsekuensi potensial
cara pencegahan
bahwa emahaman
dari hiperglikemia
hiperglikemia dan
mereka benar.
dan hipoglikemiapada
hipoglikemia.
dirinya dan janinnya.
Linda membawa Menekankan
insulin dan gula-
Linda dan suaminya
pentingnya menelepon
gula saaat pergi.
akan segera
petugas kesehatan saat
mengenali taanda dan
tanda dan gejala timbul.
Linda
gejala hipoglikemia
merencanakan
dan hiperglikemia dan Menekankan membawa
untuk
akan melakukan
insulin dan spuit saat
memperoleh
tindakan yang akan di
pergi.
gelang waspada
lakukan.
medis. Mendiskusikan hubungan latihan fisik dan diet.
19