1a-motor-induksi.ppt

  • Uploaded by: Soenandar Atjep
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1a-motor-induksi.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 6,650
  • Pages: 165
MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA -. Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. -. Motor induksi merupakan motor yang paling banyak kita jumpai dalam industri.

Konstruksi motor tiga phasa

Bagian Motor Induksi Tiga Phasa

Stator -. Stator adalah bagian dari mesin yang tidak berputar dan terletak pada bagian luar. Dibuat dari besi bundar berlaminasi dan mempunyai alur – alur sebagai tempat meletakkan kumparan.

Rotor

-. Rotor sangkar Adalah bagian dari mesin yang berputar bebas dan letaknya bagian dalam. Terbuat dari besi laminasi yang mempunayi slot dengan batang alumunium / tembaga yang dihubungkan singkat pada ujungnya.

Rotor Sangkar

Konstruksi rotor sangkar ( squarrel-cage rotor )

Rotor kumparan ( wound rotor )

Kumparan dihubungkan bintang dibagian dalam dan ujung yang lain dihubungkan dengan slipring ke tahanan luar. Kumparan dapat dikembangkan menjadi pengaturan kecepatan putaran motor. Pada kerja normal slipring hubung singkat secara otomatis, sehingga rotor bekerja seperti rotor sangkar.

Jenis Rotor Belitan

Konstruksi rotor kumparan ( wound rotor ).

Keuntungan motor tiga phasa -.Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor sangkar. -. Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi. -. Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi gesekan kecil. -. Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak diperlukan.

KERUGIAN PENGGUNAAN MOTOR INDUKSI

• Kecepatan tidak mudah dikontrol • Power faktor rendah pada beban ringan • Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal

PRINSIP KERJA MOTOR (Gaya Lorentz) F = Gaya B = Kerapatan fluks I = Arus L = Konduktor

Arus listrik (i) yang dialirkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan Fluks (B) akan menghasilkan suatu gaya Sebesar:

Nilai F Dipengaruhi Banyaknya Lilitan ( N )

Linear Motor

Prinsip kerja 3 Phasa 1. Bila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumpara stator, maka pada kumparan stator akan timbul medan putar 120 f dengan kecepatan n  ns = kecepatan sinkron P

120 f ns  P

s

f = frekuensi sumber p = jumlah kutup

2. Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar

E2 s  44,4 fN E = tegangan induksi ggl f = frekkuensi N = banyak lilitan Q = fluks

3. Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan menghasilkan arus ( I ). 4. Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F ) pada rotor. 5. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator.

6. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, maka diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator ( ns )dengan kecepatan putar rotor ( nr ). 7.Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip ( S ) yang dinyatakan dengan persamaan: S

n s  nr  100% ns

8.Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila ns > nr. 9.Dilihat dari cara kerjanya motor tiga phasa disebut juga dengan motor tak serempak atau asinkron.

Contoh soal • Motor enam kutub disuplai dari sumber 60 Hz fasa tiga. Kecepatan rotor pada beban penuh adalah 1140 rpm. Tentukan: a) kecepatan sinkron dari medan magnet b) slip per unit c) kecepatan rotor untuk sebuah hasil beban yang dikurangi di slip s = 0,02

Penyelesaian Diketahui : p =6 f = 60 Hz nr = 1140 rpm • Kecepatan sinkron

120 f 120 x60 ns   p 6 7200   1200 rpm 6



Slip pada beban penuh

n s  nr 1200  1140 s  ns 1200 60   0,05 atau 5% 1200



Kecepatan putar rotor bila s = 0,02

ns  nr nr s  1 ns ns

nr 0,02  1  1200 nr  (1  0,02) x1200  1176 rpm

TEGANGAN TERINDUKSI PADA ROTOR

• Pada saat standstill (slip = 100%) – medan putar rotor maksimum – Fluks dalam stator sama dengan dalam rotor – tegangan yang dibangkitkan maksimum, tergantung pada belitan rotor – Tegangan yang diinduksikan ke rotor tergantung pada ratio belitan – Frekuensi rotor sama dengan frekuensi stator

• Pada saat bergerak: – medan putar rotor maksimum – fluks dalam stator sama dengan dalam rotor – tegangan yang dibangkitkan berkurang sesuai dengan slip yang terjadi – Frekuensi rotor semakin berkurang sesuai dengan penurunan slip

• Dapat disimpulkan bahwa: – Er = s x EBR • Er tegangan induksi rotor • EBR tegangan induksi rotor saat standstill

– fR = s x f

S

• fR frekuensi rotor • fS frekuensi stator

Contoh Soal • A three-phase 60 Hz four-pole 220-V wound induction motor has a stator winding Delta connected and a rotor winding Y connected. The rotor has 40% as many turns as the stator. For a rotor speed of 1710 r/min, calculate: – – – – –

The slip The block rotor-induced voltage per phase EBR The rotor-induced voltage per phase ER The voltage between rotor terminals The rotor frequency

Solution • The slip

120 f 120 x60 ns    1800 r / min p 4

nr 1710 s  1  1  0,05 ns 1800



The block rotor-induced voltage per phase EBR

EBR  40% of Vstator / phase

EBR  0,4x220  88 V / phase • The rotor-induced voltage per phase ER

ER  sEBR  0,05x88  4,4 V



The voltage between rotor terminals

VL  L ( rotor)  3 VR

VL L ( rotor)  3 x4,4  7,62 V • The rotor frequency

f R  sf  0,05x60  3 Hz

RANGKAIAN ROTOR • Di rotor dalam tiap kondisi diperoleh kesimpulan: – Arus short circuit rotor dibatasi oleh impedansi rotor – Impedansi terdiri dari dua komponen yaitu: • Resistansi rotor RR • Reaktansi diri sXBR (XBR Reaktansi diri rotor pada stand-still)

– Selama reaktansi diri merupakan fungsi dari frekuensi, reaktansi proportional terhadap slip

• Sebagai hasil, arus rotor menjadi

IR 

ER RR  X R

bila,

ER  sE BR X R  sX BR

2

2

maka ,

sEBR IR  2 2 RR  (sX BR )

jika penyebut dan pembilang dibagi dengan s, maka:

IR 

EBR RR 2 2 [ ]  X BR s

Pembagian dengan s merubah titik referensi dari rotor ke rangkaian stator

sehingga rangkaian ekuivalen rotor per fasa menjadi:

• Untuk tujuan menyamakan dengan rangkaian resistansi rotor RR yang sebenarnya, maka RR/s dipisah dalam dua komponen:

RR RR   RR  RR s s

RR 1  RR  RR (  1) s s 

sehingga rangkaian ekuivalen rotor menjadi sebagai berikut:

RANGKAIAN EKUIVALEN ROTOR

KOMPONEN DAYA PADA ROTOR • • • •

ROTOR POWER INPUT (RPI) ROTOR COPPER LOSS (RCL) ROTOR POWER DEVELOPED (RPD) OUT-PUT POWER

Ketiga komponen daya tersebut didapat dari persamaan:

RR 1  RR  RR (  1) s s

bila ruas kanan dan ruas kiri dari persamaan ini dikalikan dengan IR2, maka:

IR

RR 1 2 2  I R RR  I R RR (  1) s s

2

Dimana:

IR

2

RR s

2

I R RR

1 I R RR (  1) s 2

ROTOR

POWER INPUT (RPI)

ROTOR

COPPER LOSS (RCL)

ROTOR

POWER DEVELOPED (RPD)

RPI = RCL + RPD

HUBUNGAN RPD DENGAN RPI RR RPI  I R s 1 2 RPD  I R RR (  1) s 2

2

I R RR RPD  (1  s ) s RPD  RPI (1  s)

1 s RPD  I R RR ( ) s 2

HUBUNGAN RCL DENGAN RPI RPI  I R

2

RR s

sRPI  I R RR

RCL  I R RR

sRPI  RCL

RCL  sRPI

2

2

DAYA OUT-PUT • Daya yang dibangkitkan di poros rotor dapat dinyatakan dengan persamaan: Pout = RPD - Protasional

Protasional adalah daya hilang yang disebabkan oleh gaya gesekan (friksi) dan angin (kipas pendingin)

TORSI YANG DIBANGKITKAN • Torsi elektromekanik Te adalah torsi yang dibangkitkan di celah udara yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

Te 

RPI

s

2ns s  60

• Torsi poros Td adalah torsi yang dibangkitkan di poros rotor yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

Td  

2nr r  60

Pout

R

Bila rugi Protasional diabaikan maka Td dapat dinyatakan dengan persamaan:

Td 

RPD

R

RANGKAIAN STATOR • Terdiri dari – Tahanan stator Rs – Reaktasi induktif Xs – Rangkaian magnetisasi (tidak boleh diabaikan seperti trafo karena rangkaian ini menyatakan celah udara)

• Rangkaian stator per fasa dinyatakan pada gambar berikut:

DIAGRAM RANGKAIAN STATOR

• Bila tegangan konstan – Rugi inti dianggap konstan mulai dari kondisi tanpa beban sampai beban penuh – Rc dapat dihilangkan dari diagram rangkaian tetapi: • rugi inti tetap ada dan diperhitungkan pada efisiensi

– Arus magnetisasi pada motor sekitar 30% s/d 50% dari arus nominal – Reaktansi magnetisasi merupakan komponen penting pada rangkaian pengganti

• Sehingga penyederhanaan diagram rangkaian stator menjadi seperti gambar berikut:

PENYEDERHANAAN DIAGRAM RANGKAIAN STATOR

PENGGABUNGAN DIAGRAM RANGKAIAN ROTOR DAN STATOR • Sisi stator sebagai referensi parameter rotor • Untuk menggabung rangkaian rotor dengan rangkaian stator maka dapat digunakan konsep: “daya stator sama dengan daya rotor” • Sehingga EBR harus sama dengan ES • ES = a.EBR = E’BR • I’R = IR/a • R’R =a2.RR • X’BR =a2.XBR • Konstanta a merupakan transformasi tegangan stator ke rotor

DIAGRAM LENGKAP MOTOR INDUKSI TIAP FASA

ANALISA ARUS (METODE LOOP)  Dari

diagram rangkaian berikut dapat dibuat dua persamaan:

 Loop

I:

(R S  jXS  jX M )Is - (0  jX M )I'R  VS  Loop

II:

R' R  (0  jX M )Is  (  jX' BR  jX M )I' R  0 s  Dibuat  RS  j ( X S  X M )    (0  jX M ) 

dalam bentuk matrik didapat:

 (0  jX M )   I  V   S  S R' R  j ( X 'BR  X M )  I 'R   0  s 

 Tentukan

nilai deteminant () konstanta matrik, dengan: 

RS  j ( X S  X M )

 (0  jX M )

 (0  jX M )

R' R  j ( X 'BR  X M ) s

 Arus

IS didapat dengan persamaan:

VS  j 0 0 IS 

 (0  jX M ) R'R  j ( X ' BR  X M ) s 

 Arus

IR didapat dengan persamaan:

 RS  j ( X S  X M ) (VS  j 0)   (0  jX )  0 M   I 'R    Arus

magnetisasi IM diperoleh dari:

IM = IS – I’R  Faktor

daya motor didapat dari Cos sudut arus stator IS

KOMPONEN DAYA TIGA FASA 

STATOR POWER INPUT (SPI)

SPI  3xISVS cos  

STATOR COPPER LOSS (SCL)

SCL  3xIS RS 2

KOMPONEN DAYA TIGA FASA 

ROTOR POWER INPUT (RPI)

RPI  3xI ' R 

2

R'R s

ROTOR COPPER LOSS (RCL)

RCL  3xI ' R R' R 2

KOMPONEN DAYA TIGA FASA 

ROTOR POWER DEVELOPED (RPD)

RPD  3 xI ' R 

2

1 R' R (  1) s

ROTASIONAL LOSS (PR) Rugi-rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin



OUTPUT POWER (PO) PO = RPD - PR

DIAGRAM ALIR DAYA PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

SPI

RPI

SCL

RPD

RCL

POUT

PR

ANALISA ARUS (METODE PENYEDERHANAAN)

• Mengacu pada diagram lengkap motor induksi tiap fasa • Untuk tujuan menyederhanakan analisa, pindahkan parameter XM mendekati sumber tegangan maka didapat diagram rangkaian seperti berikut:

PENYEDERHANAAN RANGKAIAN EKUIVALEN MOTOR INDUKSI

• Dari rangkaian penyederhanaan didapat persamaan arus I’R sebagai berikut:

I 'R 



VS R' BR ( RS  )  j ( X S  X 'R ) s

Arus pemagnetan IM sebagai berikut:

IM

VS  jX M



Arus stator IS sebagai berikut:

IS  I M  I'R 

Bila mengikuti gambar rangkaian maka rugi tembaga stator SCL menggunakan arus I’R. Tetapi untuk mengurangi error yang tinggi pada perhitungan efisiensi maka SCL dihitung menggunakan persamaan berikut: 2

SCL  3xIS RS



Perhitungan daya dan rugi-rugi yang lain sama seperti perhitungan metode LOOP

 Faktor

daya motor didapat dari Cos sudut arus stator IS

EFISIENSI (h) • Menyatakan perbandingan daya output dengan daya input

Pout Pin  Ploos Ploos h   1 Pin Pin Pin 

Bila dinyatakan dalam prosen maka,

Pout h x100% Pin

Contoh Soal A three-phase 220-V 60-Hz six-pole 10-hp induction motor has following circuit parameters on a per phase basis referrred to the stator: RS = 0.344 W R’R = 0.147W XS = 0.498 W X’R = 0.224W X’M = 12.6W Assuming a Y-connected stator winding. The rotational losses and core loss combined amount to 262 W and may be assumed constant. For slip of 2.8 % determine: – the line current and power factor – the shaft torque and output horse power – the efficiency

SOLUTION (LOOP METHODE) • the phase voltage is:

220 / 3  127 V 

the equivalent circuit is given in Figure:

 Loop

I:

(0,344  j13,098)Is - (0  j12,6)I'R  127  Loop

II:

 (0  j12,6)Is  (5,25  j12,824)I'R  0  Dibuat

dalam bentuk matrik didapat:

0,344  j13,098  (0  j12,6)   I S  127    (0  j12,6) 5,25  j12,824  I 'R   0  

 Tentukan

nilai deteminant () konstanta matrik, dengan:

0,344  j13,098  (0  j12,6)   (0  j12,6) 5,25  j12,824  1,81  j 4,41  j 68,76 - 167,97 - (-158.76)  7,4  j 73,17

a. Arus IS didapat dengan persamaan: 127  j 0  (0  j12,6) 0 5,25  j12,824 IS   127  j 0  (0  j12,6) 0 5,25  j12,824   7,4  j 73,17 666,75  j1628.65   7,4  j 73,17  23,64 - j11,25  23,93  28,04

Arus IR didapat dengan persamaan:

5,25  j12,824 127  j 0  (0  j12,6) 0 I 'R   7,4  j 73,17 0  j1600,2   7,4  j 73,17  22,747  j 2,19  21,757  5,77 Power faktor motor (diambil dari sudut IS): PF  cos( 28,04)  0,88

b. The shaft torque and output horse power Kecepatan sinkron dari motor adalah : 120  f s 120  60 ns    1200 rpm P 6 Kecepatan rotor adalah : r 

2nr 2 x 1166   122,1 rad/detik 60 60

nr  (1  s)ns  (1  0,028)  1166 rpm Kecepatan sudut rotor adalah :

Rotor Power Input adalah :

R' R RPI  3I 'R s 2  3 x 21,757 x 5,25  7455,531 W 2

Rotor Power Developed adalah :

RPD  RPI (1  s )  7455.531(1 - 0,028)  7246.776 W

Power Output adalah :

Pout = RPD – Protasional = 7246,776 – 262 = 6984,776 W Torsi motor adalah : Td 

Pout

R



6984.776  57.2 N - m 122,1

Horsepower motor adalah : Pout 6984.776 HP    9.36 746 746

Power loos adalah : Protasional + Core loss = 262 W RCL = 0,028 x 7455,351 = 208.75 W SCL = 3x23,932x 0,344 = 590,97 W + Total loss = 1061,72 W c. Efisiensi motor adalah : h 

Pout x100% Pout  Ploss

6984,776  86,8% 6984,776  1061,72

SOLUTION (Penyederhanaan) • the phase voltage is:

220 / 3  127 V 

the equivalent circuit is given in Figure:

Arus IR didapat dengan persamaan: 127 IR  0,344  5,25  j 0,722  22,52  7,4  22,33 - j 2,88 A

Arus IM didapat dengan persamaan:

127 IM    j10,08 A j12,6

a. Arus Sumber IS didapat dari :

I S  22,33  j (2,88  10,08)  22,33 - j12,96  25,82  30,1 A Power faktor motor (diambil dari sudut IS):

PF  cos( 30,1)  0,865

b. The shaft torque and output horse power Kecepatan sinkron dari motor adalah :

120  f s 120  60 ns    1200 rpm P 6 Kecepatan rotor adalah : r 

2nr 2 x 1166   122,1 rad/detik 60 60

nr  (1  s)ns  (1  0,028)  1166 rpm Kecepatan sudut rotor adalah :

Rotor Power Input adalah :

R' R RPI  3I 'R s 2  3 x 22,52 x 5,25  7988 W 2

Rotor Power Developed adalah :

RPD  RPI (1  s )  7988(1 - 0,028)  7764 W

Power Output adalah :

Pout = RPD – Protasional = 7764 – 262 = 7502 W Torsi motor adalah : Td 

Pout

R



7502  61.4 N - m 122,1

Horsepower motor adalah :

Pout 7502 HP    10.1 746 746

Power loos adalah : Protasional + Core loss = 262 W RCL = 0,028 x 7988 = 224 W SCL = 3x25,822x 0,344 = 688 W + Total loss = 1174 W c. Efisiensi motor adalah : h 

Pout x100% Pout  Ploss

7502  86,5% 7502  1174

Perbandingan Kedua Metode • Arus sumber



Metode Loop

I S  23,64 - j11,25  23,93  28,04 A 

Metode Pendekatan

I S  22,33 - j12,96  25,82  30,1 A

Perbandingan Kedua Metode • Torsi Poros dan Output Horsepower



Metode Loop

Td  57,2 N  m 

HP  9,36

Metode Pendekatan

Td  61,4 N  m

HP  10,1

Perbandingan Kedua Metode • Efisiensi



Metode Loop



Metode Pendekatan

h  86,8% h  86,5%

KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI • Rotor sangkar bajing dibuat dalam 4 kelas berdasarkan National Electrical Manufacturers Association (NEMA) – Motor kelas A • Mempunyai rangkaian resistansi ritor kecil • Beroperasi pada slip sangat kecil (s<0,01) dalam keadaan berbeban • Untuk keperluan torsi start yang sangat kecil

• Rotor sangkar bajing dibuat dalam 4 kelas berdasarkan National Electrical Manufacturers Association (NEMA) – Motor kelas B • Untuk keperluan umum, mempunyai torsi starting normal dan arus starting normal • Regulasi kecepatan putar pada saat full load rendah (dibawah 5%) • Torsi starting sekitar 150% dari rated • Walaupun arus starting normal, biasanya mempunyai besar 600% dari full load

– Motor kelas C • • • •

Mempunyai torsi statring yang lebih besar dibandingkan motor kelas B Arus starting normal, slip kurang dari 0,05 pada kondisi full load Torsi starting sekitar 200% dari rated Untuk konveyor, pompa, kompresor dll

• Rotor sangkar bajing dibuat dalam 4 kelas berdasarkan National Electrical Manufacturers Association (NEMA) – Motor kelas D • Mempunyai torsi statring yang besar dan arus starting relatif rendah • Slip besar • Pada slip beban penuh mempunyai efisiensi lebih rendah dibandingkan kelas motor lainnya • Torsi starting sekitar 300%

TORQUE-SPEED CURVES OF DIFFERENT NEMA STANDARD MOTORS

Karakteristik motor induksi

Kondisi-kondisi Ektrim Karakteristik Motor Induksi • Untuk mempersingkat perhitungan dan penjelasan maka dari Gambar karakteristik motor induksi dipilih kondisi-kondisi ekstrim yaitu : – Kondisi starting – Kondisi puncak (maksimum) – Kondisi beban nominal (sudah dibahas)

Kondisi Torsi Starting (Stand still) • Dari gambar penyederhanaan rangkaian ekuivalen motor • Pada saat start rotor belum berputar sehingga slip s = 1 • Arus starting rotor menjadi: I 'R ( start) 

VS ( RS  R'R ) 2  X e

Tstart 

2

RPI ( start)

s

RPI ( start)  3I 'R ( start) R'R 2

2ns s  60

Kondisi Torsi Maksimum • Dari gambar penyederhanaan rangkaian ekuivalen motor • Pada saat arus rotor maksimum torsi akan maksimum  R'   R  terjadi   X  0bila • Arus maksimum rotor pada slip sb (torsi max) s   impedansi rotor mendekati nol sehingga: 2

2

R

S

e

b

I 'R 



VS 2

 R'R  2 R   X e  S  s b  

Karena nilai normal RS<<Xe maka: sb  sT max  

R' R RS  X e

sb  sT max

R' R  Xe

• Masukkan nilai sb ke dalam persamaan arus saat torsi maksimum, didapat arus rotor maksimum yaitu:

I 'R ( mak )  

VS Xe  Xe 2

2

VS  2Xe

Rotor power Input maksimum menjadi: 2 3VS 2 R'R RPI ( mak )  3I ' R ( mak )  sb 2Xe

Rotor power developed maksimum menjadi: RPD( mak )  RPI ( mak ) (1  sb )  Torsi maksimum menjadi: 

Td ( mak ) 

RPD( mak )  Prot

 R (b )



Pout

 R (b )

Contoh soal • A three-phase 220-V 60-Hz six-pole 10-hp induction motor has following circuit parameters on a per phase basis referrred to the stator: RS = 0.344 W R’R = 0.147W XS = 0.498 W X’R = 0.224W X’M = 12.6W Assuming a Y-connected stator winding. The rotational losses and core loss combined amount to 262 W and may be assumed constant. For slip of 2.8 % calculate of: – the starting torque of the motor – the maximum torque of the motor

SOLUTION • Arus starting :

I 'R ( start)  

VS ( RS  R'R ) 2  X e

2

127 (0,344  0,47) 2  (0,498  0,224) 2

 145,45 A 

RPI starting :

RPI ( start)  3I ' R ( start) R ' R 2

 3 x(145,45) 2 x0,147  9330W

SOLUTION 

Kecepatan sudut sinkron :

120 f 120 x60 ns    1200 rpm P 6

2ns 2 x 1200 s    125,664 rad/det 60 60 

Torsi starting :

Tstart 

RPI ( start)

s

9330   74,2 N  m 125,664

SOLUTION • Slip saat torsi maksimum : sb  sT max



R' R 0,147    0,2 Xe (0,498  0,224)

Kecepatan putar saat torsi maksimum :

nr ( mak )  (1  sb )n s  (1  0,2) x1200  960 rpm



RPI saat torsi maksimum : 2

RPI ( mak )

3VS 3 x 127 2    33,509W 2 X e 2 x 0,722

SOLUTION 

RPD saat torsi maksimum :



Torsi maksimum :

RPD( mak )  RPI ( mak ) (1  sb )

2nR 2 x 960  R (b )    33,509 x(1  0,2) 60 60  100,531 rad/det  26,807 W

Td ( mak ) 

RPD( mak )  Prot

 R (b )

26,807  262  100,531  264 N  m



Pout

 R (b )

MOTOR ROTOR BELITAN • Perbedaan mendasar dari Motor rotor belit dengan motor sangkar bajing adalah terdapat pada konstruksi rotor • Rotor sangkar bajing mempunyai: – Tahanan rotor tetap – Arus starting tinggi – Torsi starting rendah

• Rotor belit – Memungkinkan tahanan luar dihubungkan ke tahanan rotor melalui slip ring yang terhubung ke sikat. – Arus starting rendah – Torsi starting tinggi – Power faktor baik

BAGIAN-BAGIAN ROTOR BELIT

Graph of induction motors showing effect of increasing the ratio of resistance to inductance

KLAS ISOLASI MOTOR

Class A B F H

Maximum Allowed 105ºC 130ºC 155ºC 180oC

Temperature (*) 221ºF 266ºF 311ºF 356oF

MOTOR DUTY CYCLE TYPES AS PER IEC STANDARDS

MOTOR DUTY CYCLE TYPES AS PER IEC STANDARDS

TYPICAL NAME PLATE OF AN AC INDUCTION MOTOR

NAME PLATE TERMS AND THEIR MEANINGS

Term Volts Amps H.P. R.P.M Hertz Frame Duty

Description Rated terminal supply voltage. Rated full-load supply current. Rated motor output. Rated full-load speed of the motor. Rated supply frequency. External physical dimension of the motor based on the NEMA standards. Motor load condition, whether it is continuos load, short time, periodic,

NAME PLATE TERMS AND THEIR MEANINGS

Term Date Class Insulation

NEMA Design Service Factor

Description Date of manufacturing. Insulation class used for the motor construction. This specifies max. limit of the motor winding temperature. This specifies to which NEMA design class the motor belongs to. Factor by which the motor can be overloaded beyond the full

NAME PLATE TERMS AND THEIR MEANINGS Term NEMA Nom. Efficiency PH Pole

Description Motor operating efficiency at full load. Specifies number of stator phases of the motor. Specifies number of poles of the motor. Specifies the motor safety standard.

MENENTUKAN PARAMETER RANGKAIAN EKUIVALEN MOTOR INDUKSI TIGA PHASE

• Melakukan kegiatan pengujian untuk mendapatkan parameter rangkaian ekuivalent motor induksi • Menggambar karakteristik motor induksi (torsi terhadap slip) • Menguji kebenaran data-data yang ada pada name plate

RANGKAIAN EKUIVALENT MOTOR INDUKSI

TEST MOTOR • No load test • Blocked rotor test • DC test

No Load Test • Tujuan – menentukan rugi inti + rugi rotasional – menentukan parameter Xm

Vnl Xm  3I nl

Blocked rotor test • Tujuan – menentukan parameter Re dan Xe

PBR Re  2 3I BR

VBR Ze  3I BR

X e  Z e  Re 2

2

DC test • Tujuan – Menentukan parameter RS dan R’R untuk

hubungan Y

Vdc Rdc  Rs  2 I dc Resistansi

ekuivalen rotor

R'R  Re  RS

DC test untuk

hubungan delta

3Vdc Rdc  Rs  2 I dc

Resistansi

ekuivalen rotor

R'R  Re  RS •untuk 60Hz Rac=1,4Rdc •untuk 50Hz Rac=1,3Rdc

Contoh Name plate Three Phase Induction Motor P = 0,75 KW = 1 HP V = 380/220 V f = 50 Hz nr = 1380 rpm I = 2/3,45 A

Data yang diperoleh : No load test : P = 120 W V = 380 V I = 1,3 A Blocked rotor test : P = 260 W V = 120 V I=2A DC test : V = 48 V I=2A

PERHITUNGAN 1. No load test

Vnl Xm   3I nl

380  168,76W 3 1,3

Prot inti  Pnl  3xInl xRac 2

 120  3 x1,3 x15,27 2

 42,5W

PERHITUNGAN 2. DC test

Vdc 48 Rdc    12 W 2 xIdc 2 x 2

Rac  1,3xRdc  1,3x12  15,6 W

PERHITUNGAN 3.

Blocked rotor test

PBR 260 Re    21,67 W 2 2 3x 2 3xIBR VBR 120 Ze    34,6 4W 3xIBR 3x2

X e  Z e  Re  34,642  21,67 2  27,02 W 2

2

R'R  Re  RS  21,67  15,6  6,07 W

Rangkaian Ekuivalen MI

• Slip motor: – Jika nr = 1380 rpm, maka ns yang mungkin pada frekuensi 50 Hz adalah 1500 rpm shg:

120 xf ns  P 120 x50 1500  P P4

ns  nr 1500  1380 s   0,08 ns 1500

Arus

I’R

VS 220 I 'R   R'R 6,07 RS   X e (15,27  )  j 27,02 s 0,08 2200 2200   95,27  j 27,02 99,0215,8  2,22  15,8 A Arus IS

I S  I 'R  I m  2,22  15,8  j1,3  2,14  j (0,6  1,3)  2,14  j1,9  2,86  41,6 A

• Rotor Power Input (RPI)

R'R RPI  3 xI ' R x s 6,07 2  3 x 2,22 x 0,08  1121,83W 2

 Rotor

Power Developed (RPD) RPD  RPIx (1  s )

 1121,83x(1  0,08)  1032,1W

• Daya Output

Pout  RPD  Prot inti  1032,1  42,5  989,6W  Daya

Losses

RCL  RPIxS  1121,83x0,08  89,75 W 2 SCL  3x2,86 x15,27  374,71W Ploses  RCL  SCL  Prot  nti  89,75  374,71  42,5  506,96W

• Effisiensi dan daya dalam Hp

Pout h x100% Pin Pout  x100% Pout  Plosses 989,6  x100% 989,6  506,96  66,12%

Poutput

989,6 Daya output dalam HP    1,33HP 746 746

Rangkuman Hasil Test No load test Xm = 168,76 ohm P rot+inti = 42,5 W Blocked rotor test Re = 21,67 ohm Ze = 34,6 ohm Xe = 26,97 ohm R’r = 6,07 ohm DC test Rdc = 11,75 ohm Rac = 15,27 ohm Slip= 0,08

Rangkuman Hasil Test I’R = 2,3 A RPI = 1185,2 W RPD = 1032,1 W Pout = 989,6 W Effisiensi = 66,12 % Daya output dalam Hp = 1,33 Hp

SOAL 1 • Diketahui motor induksi tiga phasa, P=4, V=230 V, f=60 Hz, nm=1725 rpm • Tentukan : slip per-unit dan frekuwensi rotor pada rated speed

PENYELESAIAN • Kecepatan sinkron dari motor adalah :

120  f s 120  60 ns    1800 rpm P 4

 Slip

per-unit :

ns  nm 1800  1725 s   0.0417 ns 1800

 Maka

frekwensi rotor :

f r  s  f s  0.0417  60  2.5 Hz

SOAL 2 • Diketahui motor induksi tiga phasa 10 HP, P=4, V=440 V, f=60 Hz, nm=1725 rpm Rugi tembaga stator = 212 W; rotational loss=340 W • Tentukan : a. Power developed b. Daya celah udara c. Rugi tembaga rotor d. Total daya input e. Efisiensi motor

PENYELESAIAN • Kecepatan sinkron dari motor adalah :

120  f s 120  60 ns    1800 rpm P 4

 Slip

per-unit :

ns  nm 1800  1725 s   0.0417 ns 1800

 Daya

output rotor :

Po  HP  746  10 x 746  7460W

c. Rugi tembaga rotor : Pcu2 = sPAG = 0.0417x8139.41 = 339.413 W

Rugi tembaga stator : Pcu1= 212 W (diberikan) d. Daya input :

Pin  PAG  Pcu1  8139.41  212  8351.41 W e. Efisiensi :

Po 7460 h   0.893 atau 89.3 % Pin 8351.41

SOAL 3 • Diketahui motor induksi tiga phasa 2 HP, P=4, V=120 V, f=60 Hz, nm=1620 rpm Impedansi stator=0.02+j0.06 Ω; rotational loss=160 W • Tentukan : arus rotor

PENYELESAIAN • Daya output adalah :

Po  HP  746  2 x 746  1492W  Kecepatan

sinkron :

120  f s 120  60 ns    1800 rpm P 4

 Slip

per-unit :

ns  nm 1800  1620 s   0.1 ns 1800

Daya yang dikonversikan :

Pke  Po  Prot  1492  160  1652 W Daya celah udara :

PAG

Pke 1562    1835,56 W (1  s) (1  0,1)

Rugi tembaga rotor : Pcu2 = sPAG = 0.1x1835,56 = 183,556 W

Arus rotor :

IR 

Pcu 2 183,556   55,31 A 3  Rr 3  0,02

SOAL 4 • Diketahui motor induksi tiga phasa hubungan Y, P=6, V=230 V, f=60 Hz, Parameter :r1=0.5Ω; r2=0.25Ω; x1=0.75Ω; x2=0.5Ω; Xm=100Ω; Rc=500Ω; Impedansi stator = 0.02+j0.06 Ω; rotational loss=160 W • Tentukan : Arus stator, arus rotor, arus magnetisasi, daya input, rugi tembaga stator, rugi tembaga rotor, daya output, torsi pada shaft dan efisiensi η saat rated slip=2.5 %

PENYELESAIAN  Kecepatan

sinkron :

120  f s 120  60 ns    1800 rpm P 4  Kecepatan

sudut sinkron :

2  ns 2 1800 s    188,5 rad/s 60 60

Rangkaian Ekivalen Motor I1

r1=0.5

 Pin

Pcu 2 I 2

 PkE  Prot

 Pcu1 Z1 

V1  13279o

r2/s 

jx1=j0.75

 PAG  E2 Z g

Zg 

jXm = j100

Rc=500

 PFE

Ic

I

jx2=j0.5

 Po

Berdasarkan rangkaian pada gambar, maka Tegangan per-phasa adalah :

230 V1   132,79V 3 Impedansi rotor efektif berdasar pada stator adalah :

 r2 0.25 Z 2   jx2   j 0.5 s 0.025 o  10  j 0.5  10.0122.86 W

Impedansi celah udara :

1 1 1 1      Z g Rc jX m Z 2 1 1 1    o 500 j100 10.0122.86  0.103  8.37 Maka :

o

 o Z g  9.7098.37

Impedansi total :

  Z  r1  jx1  Z g  0,5  j 0,75  9,7098,73o  10,33512,08o

Arus stator :

 o  V1 132.790 o I1     12 . 849   12 . 08 o 10 . 335  12 . 08 Z

Faktor daya :

pf  cos(12.08 )  0.978 (lagging ) o

Daya input :

Pin  

3  V1  I1  cos 

3  230 12,849  0,978  5006,06 W

Rugi tembaga stator :

Pcu1  3  I12  r1  3 12,849 2  0,5  247.7 W Tegangan Input :

   E2  V1  I1 (r1  jx1 )  132,79  (12,84912,08o )  (0,5  j 0,75)  124,76  3,71o V

Arus Inti :

  E2 124,76  3,71o o Ic    0,25  3,71 A Rc 500 Arus magnetasi :

 o  E2 124,76  3,71 I    1,248  93,71o A jX m j100

Arus eksitasi :

   o o I m  I c  I  (0,25  3,71 )  (1,248  93,71 )  1,272  82,41 A o

Arus rotor :

   o o I 2  I1  I m  (12,849  12,08 )  (1,272  82,41 )  12,478  6,57o A Rugi inti :

Pc  3  I  Rc  3  0,25  500  93,75 W 2 c

2

Daya celah udara :

PAG  Pin  PCU 1  PFE  50006,06  247,65  93,75  4664,66 W

Rugi tembaga rotor :

PCU 2  3  I  r2  3 12,478  0,25 2 2

2

 116,78 W Daya konversi :

Pke  PAG  Pcu 2  4664,66  116,78  4547,88 W Daya output :

Po  Pke  Pmech  4547,88  150  4397,88 W

Efisiensi :

Po 4397,88 h   0,879 atau 87,9 % Pin 5006,06 Torsi poros/shaft :

Po 4397,88 Tc    35,9 Nm (1  s)s (1  0.025) 125,66

SOAL 5 • Diketahui motor induksi tiga phasa hubungan Y. Parameter : r1=10 Ω; x1=25 Ω; r2=3Ω; x2=25 Ω, Xm=75 Ω • Tentukan : breakdown slip dan torsi maksimum pada motor.

PENYELESAIAN  Kecepatan

sinkron :

120  f s 120  60 ns    1800 rpm P 4  Kecepatan

sudut sinkron :

2  ns 2 1800 s    188,5 rad/s 60 60

Rangkaian Ekivalen Motor I1

r1=0.5

 Pin

Pcu 2 I 2

 PkE  Prot

 Pcu1 Z1 

V1  13279o

r2/s 

jx1=j0.75

 PAG  E2 Z g

Zg 

jXm = j100

Rc=500

 PFE

Ic

I

jx2=j0.5

 Po

Berdasarkan rangkaian pada gambar, maka Tegangan per-phasa adalah :

V1 

120 3

 69.282 V

Tegangan thevenin:

 VTh 

jV1 X m j 69.282  7590  r1  j ( x1  X m ) 10  j (25  75)

 51.7045.71o

o

Impedansi thevenin :

 j (r1  jx1 ) X m Z Th  r1  j ( x1  X m ) j (10  j 25)  75  10  j (25  75)  20.09473.91

o

Maka :

RTh  5.569 W

dan

X Th  19.307 W

Breakdown (optimum) slip : sb  

r2

RTh2  ( X Th  X 2 ) 2 3 5,569 2  (19,307  25) 2

 0,067

Torsi Maksimum: 3 VTh2 Te  2   s  RTh  RTh2  ( X Th  X 2 ) 2







3 2 188,5  5,569  5,569  (19,307  25) 2

2

 0,424 Nm

SOAL 6 • Diketahui motor induksi tiga-fasa, 100 HP, V=440 V, P=8, f=60 Hz, impedansi rotor= 0.02 + j 0.08 W perfasa. • Tentukan : Kecepatan saat torsi motor maksimum dan resistansi eksternal yang harus ditambahkan secara seri pada rotor jika torsi start dari motor 80 % dari nilai maksimum

PENYELESAIAN  Daya

output :

Po  100  746  74600 W  Kecepatan

sinkron :

120  f s 120  60 ns    900 rpm p 8 atau 2n s 2  900 s    94.248 rad/s 60 60

 Impedansi

rotor :

Z 2  0.02  j 0.08W R2  0.02W X 2  0.08W  Slip

maksimum dapat diperoleh dengan : R2 0.02 Sb    0.25 X 2 0.08

Kecepatan motor saat torsi maksimum adalah :

n r  ns - s  n r  900 - ( 0.25  900)  675 rpm Torsi motor maksimum diperoleh :

Tmaks

P0  (1  s) s 74600  (1  0.25)  94.248  1055.372 Nm

Penambahan tahanan luar (r) saat motor jalan pada torsi start 80% dari nilai maksimum adalah :

( R2  r ) R2  0,8 2 2 X2 ( R2  r )  ( X 2 ) R2 ( R2  r )  (( R2  r )  ( X 2 ) )0,8 X2 2

2

0,02 (0,02  r )  ((0,02  r )  (0,08) ) x0,8 0,08 2

2

0,02  r  0,00032  0,016r  0,8r 2  0,064 0,8r 2  0,984r  0,04432  0

Nilai tahanan luar yang dibutuhkan adalah :  b  b 2  4ac r1, 2  2a  (0,984)  (0,984) 2  4 x0,8 x0,04432  2 x0,8 0,984  0,9091 r1.2  1,6 r1  1,183W r2  0,0468W

Pengaturan Putaran

Pengaturan Putaran dapat dilakukan dengan : -. Mengubah jumlah kutub -. Mengubah nilai frekuensi -. Mengatur tegangan jala-jala -. Mengatur tahanan luar

Pengaturan Putaran

Menjalankan Motor Induksi Tiga Phasa Motor induksi tiga phasa dengan daya yang besar tidak dapat dijalankan dengan cara dihubungkan langsung ke sumber jalajala. Hal ini disebabkan karena, akan menyerap arus yang sangat besar yaitu mencapai 6 -8 kali arus nominalnya. Hal ini disebabkan karena pada saat start besarnya slip pada motor induksi adalah sama dengan 1 (satu), sehingga di saat Slip = 1, tahanan rotor kecil. Arus menjadi besar dan akan merusak motor itu sendiri atau terganggunya sistem instalasi tegangan akan Drop. Di mana Drop tegangan ini mengganggu kerja dari relay, kontaktor, nyala lampu, maupun peralatan elektronik dan computer yang ada disekitarnya.

Ada beberapa cara untuk mengurangi besarnya arus start antara lain adalah :

1. Primary resistor control 2. Transformer control 3. Wey-Delta control 4. Part-winding start control 5. Electronic control

STARTING STAR/DELTA X

U

Y

V

Z

W

Gambar. Hubungan Bintang

Z

X

U

V

Y

W

Gambar. Hubungan Segitiga

Kumparan stator saat pengawalan dalam hubungan bintang (Ү), setelah motor mencapai putaran nominal hubungan berubah menjadi delta (∆). Sehingga hubungan tegangan dan arusnya dapat dilihat sebagai berikut : Tegangan , pada hubungan bintang (Y) tegangan pada kumparan mendapat tegangan sebesar 1/ dari tegangan jala-jala , untuk hubungan delta (∆).tegangan pada kumparan mendapat tegangan sama dengan tegangan jala-jala.

STARTING STAR/DELTA

More Documents from "Soenandar Atjep"