180100_trauma Muskuloskeletal.pdf

  • Uploaded by: Gea Pala
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 180100_trauma Muskuloskeletal.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,531
  • Pages: 36
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

TRAUMA MUSKULOSKELETAL TBMM PANACEA, TBMM HUMERUS, USMR

1. PERDARAHAN Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang menyebabkan hilangnya sejumlah darah akibat robeknya pembuluh darah baik oleh luka terbuka maupun luka tertutup. Kehilangan ≥20% darah dapat menyebabkan perfusi menurun yang mengakibatkan kerusakan jaringan, organ, syok hipovolemik, dan dapat berlanjut pada kematian. 1.1. Jenis-Jenis Perdarahan a. Berdasarkan jenis vaskuler yang rusak: 1. Perdarahan Arteri • Warna darah merah terang (kaya akan oksigen). • Mengalir cepat, banyak, dan memancar seiring denyut jantung. • Sulit dikontrol karena tekanan yang tinggi. • Paling bahaya. 2. Perdarahan Vena • Warna darah merah gelap (sedikit oksigen). • Mengalir lambat, tetap, hanya menetes. • Emboli dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang irreguler, sehingga dapat membahayakan organ yang tersumbat. • Lebih mudah dikontrol karena tekanan lebih rendah. • Berbahaya jika tidak segera ditutup. 3. Perdarahan Kapiler • Warna darah lebih sulit diidentifikasi karena ukurannya yang sangat kecil. • Alirannya lambat karena ukuran kapiler yang kecil dan tekanan yang rendah, hanya merembes dari jaringan luka. • Mudah ditangani, biasanya berhenti sendiri atau dengan penanganan minimum. • Tidak terlalu berbahaya.

80

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

b. Berdasarkan lokasinya: 1. Perdarahan Luar • Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka terbuka. • Kulit korban sudah tidak utuh, dan ada kontak dengan dunia luar. • Penyebab utamanya adalah trauma benda tajam. • Kondisi ini membutuhkan pertolongan segera sebab mempunyai risiko yang tinggi mengalami infeksi sistemik jika dibiarkan terpapar udara dalam waktu yang lama dan mungkin terjadi syok. 2. Perdarahan Dalam • Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka tertutup. • Kulit korban masih utuh dan tidak ada kontak dengan dunia luar. • Penyebab utamanya adalah trauma benda tumpul. • Kondisi ini bisa berbahaya karena sering dilewatkan dan bisa menyebabakan kehilangan darah yang banyak tanpa diketahui. Tanda-tanda perdarahan dalam : 1. Pucat, badan terasa dingin, kulit terasa basah, bisa juga terjadi sianosis/ kulit kebiruan. 2. Denyut nadi cepat dan lemah. 3. Muncul rasa haus. 4. Pernapasan cepat dan dangkal. 5. Kebingungan, gelisah dan mudah marah. 6. Terdapat kemungkinan untuk tidak sadarkan diri. 7. Perdarahan dari lubang-lubang dalam tubuh seperti telinga, mulut, hidung (epistaksis), vagina, dan bisa juga ditemukan di urin, sputum, atau feses. 8. Nyeri.

Epistaksis Epistaksis adalah perdarahan akut akibat pecahnya anyaman pembuluh darah di hidung. Terdapat 2 anyaman pembuluh darah di hidung yang disebut plexus Kiesselbach (anterior) dan plexus Woodruff (posterior). Epistaksis dibedakan

81

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

menjadi 2 jenis berdasarkan lokasi yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Penanganan epistaksis tergantung pada jenis epistaksis tersebut. 1.2. Penanganan Awal Pada Perdarahan a. Penanganan perdarahan luar 1. Prinsip: 3T+1 Tekan langsung pada daerah luka dengan kasa atau kain. Tinggikan area perdarahan, lebih tinggi dari jantung pasien Tekan tidak langsung, yaitu lakukan penekanan pada daerah proksimal luka, dengan harapan mengurangi laju darah.

Tourniquet, hanya dilakukan pada kondisi yang mengancam nyawa serta dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan terlatih. Pemasangan tourniquet dapat menyebabkan nekrosis jaringan akibat tidak teralirinya jaringan teresebut oleh darah. Yang perlu diperhatikan saat melakukan tourniquet: a. Tourniquet harus dipasang dengan kuat hanya pada ekstremitas diantara area perdarahan dan jantung sehingga perdarahan dapat terkontrol. b. Gunakan perban dengan lebar 2-4 inci dan pasang 2 inci di atas luka beberapa kali. Ikat setengah/seperempat simpul, biarkan longgar pada ujungnya untuk mengikat simpul yang lain c. Letakkan stik atau batang kaku diantara 2 simpul.

82

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

d. Putar batang/stik tersebut hingga perban cukup kuat untuk menghentikan perdarahan. e. Periksa setiap 10-15 menit. Jika perdarahan terkontrol, longgarkan tourniquet dan tekan langsung dengan kasa steril.

2. Alur tatalaksana: Perkenalan diri Primary assesstment Segera ekspos area luka dengan merobek atau membuka pakaian yang masih menutupi luka. Lakukan penekanan langsung pada luka dengan menggunakan kasa steril atau kain bersih. Jika tidak memungkinkan, minta korban untuk menekan sendiri lukanya. Tinggikan dan tahan area perdarahan di atas tinggi jantung korban untuk mengurangi hilangnya darah dan pertahankan tekanan pada area perdarahan.

83

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Bantulah korban berbaring, gunakan selimut atau alas apapun untuk mencegah korban kedinginan karena saat perdarahan, darah yang keluar juga ikut membawa panas tubuh sehingga korban rentan mengalami hipotermia. Hindari syok dengan mengangkat dan menahan kaki korban di atas tinggi jantung korban. Balutlah luka untuk mempertahankan tekanan jika perdarahan mulai terkontrol, namun jangan terlalu rapat karena dapat mengganggu sirkulasi. Tambahkan kain bersih diatas balutan yang pertama, jika perdarahan masih berlanjut. Selalu cek sirkulasi korban setiap 10 menit sekali, jika sirkulasi melemah, longgarkan balutan dan ulangi kembali. Segera hubungi bantuan, jika perdarahan tidak terkontrol dan muncul tanda- tanda syok, hipotermi berat, ataupun tandatanda infeksi. Selalu monitor dan cek tanda vital korban-tingkat response, nafas, dan denyut nadi- sambil menunggu bantuan datang Jika terdapat objek atau benda pada luka seperti pecahan kaca, atau objek lain : Kontrol perdarahan dengan menekan kuat pada sisi di sekitar objek tersebut. Jangan menekan langsung pada benda atau mengeluarkan benda dari dalam luka karena dapat memicu perdarahan yang lebih hebat lagi. Untuk melindungi luka, berilah bantalan pada kedua sisi objek tersebut dan lakukan pembalutan dengan melingkari objek tanpa memberikan penekanan objek terhadap luka. Cek sirkulasi setiap 10 menit, ulangi jika sirkulasi melemah. Segera panggil bantuan

84

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

b. Penanganan Perdarahan Dalam : 1. Prinsip: PRICE, untuk yang berkaitan dengan sprain dan strain. 2. Alur tatalaksana Initial assestment (DR ABCDE) Baringkan korban dalam keadaan istirahat total a. Bantu korban berbaring dalam posisi paling nyaman b. Tutup tubuh korban dengan selimut agar panas tubuh korban tetap terjaga c. Letakkan kain pelindung sebagai alas jika permukaan terlalu panas, dingin atau kasar. Segera hubungi bantuan medis. Selama menunggu bantuan datang: a. Lakukan tindakan terhadap luka lain yang mungkin ditemukan b. Longgarkan pakaian seperti di area leher dan pinggang 85

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018 c. Jangan biarkan korban dikerumuni orang banyak agar korban tidak merasa sesak akibat pasokan oksigen berkurang d. Yakinkan dan tenangkan korban e. Jangan biarkan korban untuk makan, minum, atau merokok f. Selalu monitor tanda vital korban-ABC .

PERHATIAN !! 1. Jangan biarkan korban makan atau minum, karena mungkin diperlukan tindakan anastesi pada penanganan rumah sakit. 2. Jika korban mulai hilang kesadaran dan nafas mulai tidak normal, segera lakukan CPR. c. Penanganan kasuistik 1. Perdarahan hidung Epistaksis Anterior Metode Trotter : 1. Posisikan korban dalam keadaan duduk dan tengadahkan kepala korban ke depan agar darah dari hidung dapat keluar. Minta korban bernapas dengan mulut dan tidak batuk apalagi bersin. 2. Jepit cuping hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk memberikan tekanan dan tahan selama 10 menit. 3. Setelah 10 menit, minta korban untuk melepas tekanan. Jika belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit. 4. Jika perdarahan berhenti, jangan ubah posisi pasien. Bila perlu berikan cold pack untuk membantu vasokonstriksi pada perdarahan. 5. Jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit, segera hubungi bantuan.

86

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Epistaksis posterior 1. Menggunakan Tampon Bellocq 2. Dilakukan pada perawatan di rumah sakit oleh dokter spesialis.

2. Perdarahan kuku Kompres jari yang cedera dengan es atau air dingin untuk mengurangi rasa sakit. Kuku yang luka dilubangi atau dicukil untuk mengeluarkan darah. Perhatikan prinsip aseptik.

87

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Jika sudah keluar, kuku diberi salep antibiotik dan diplester. Jika perdarahan berlanjut atau banyak, hubungi bantuan.

3. Perdarahan telinga Posisikan korban duduk dan miringkan kepala ke arah yang sakit. Tutup telinga dengan perban steril lalu diplester atau dipegangi. Bawa ke PPK dalam keadaan seperti ini.

4. Perdarahan dari mulut Posisikan korban duduk menunduk. Tekan kasa di atas luka. Ganti kasa jika sudah penuh menyerap darah. Jangan menelan darah karena akan merangsang muntah. Hindari minum air panas selama 12 jam. Jika perdarahan berlanjut atau banyak, hubungi bantuan.

1.3. Pengobatan Simptomatik Awal Pada Perdarahan Klasifikasi perdarahan akut berdasarkan American College of Surgeon

88

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Berdasarkan klasifikasi di atas, pemberian cairan kristaloid dan/atau darah disesuaikan dengan jumlah darah yang hilang. a. Resusitasi cairan 1. Pasang IV line 2. Dosis anak: bolus NaCL 0.9% 20 ml/KgBB Dosis dewasa: bolus RL 2-4 L dalam 20-30 menit b. Transfusi darah: dengan golongan yang sama atau PRC golongan O sebanyak 10 ml/KgBB (sebaiknya RH(-)). c. Antibiotik dapat diberikan pada perdarahan luar untuk mencegah terjadinya infeksi.

89

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

2. LUKA Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan yang dapat mengganggu proses selular normal. 2.1. Jenis-Jenis Luka a. Berdasarkan bentuknya 1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek) Pendarahan yang lebih sedikit dibandingkan luka tusuk. Memungkinkan adanya kerusakan pada jaringan di dalamnya. Laserasi ini sering terkontaminasi oleh kuman sehingga risiko infeksinya tinggi 2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) sering disertai partikel benda asing yang dapat menyebabkan infeksi. 3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk) Bisa terjadi pendarahan yang banyak. Struktur seperti tendon atau saraf bisa saja ikut terpotong. 4. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat) 5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak) Luka Tembak Masuk (LTM) Luka Tembak Keluar (LTK) 6. Vulnus Morsum (Luka Gigitan) 7. Vulnus Perforatum (Luka Tembus) 8. Vulnus Amputatum (Luka Potong) 9. Vulnus Combustio (Luka Bakar) 10. Vulnus Contussum (Luka Memar) b. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar 1. Luka tertutup Disebabkan oleh benda tumpul. Kontinuitas jaringan di bawah kulit terputus Kulit masih tertutup 2. Luka terbuka Disebabkan oleh benda tajam

90

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Kontinuitas jaringan kulit terputus sehingga kulit terbuka Cedera jaringan dan pembuluh darah. c. Berdasarkan tingkat sterilisasi 1. Clean Wounds 2. Clean-contamined Wounds 3. Contamined Wound 4. Dirty or Infected Wounds d. Berdasarkan waktu penyembuhan luka 1. Luka akut, masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. 2. Luka kronis, mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang disebabkan oleh faktor eksogen dan/atau endogen. e. Berdasarkan struktur lapisan kulit 1. Superfisial : luka di lapisan epidermis. 2. Partial thickness : luka di lapisan epidermis dan dermis. 3. Full thickness : luka di lapisan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai tulang.

2.2. Penanganan Awal Pada Luka Penanganan luka secara umum: 1. Periksa dan identifikasi lokasi luka 2. Hentikan pendarahan dengan 2 T (tekan dan tinggikan). Luka minor atau luka gesekan biasanya akan berhenti sendiri. Jika tidak, tekan dengan kasa steril atau kain bersih dan tinggikan area luka. 3. Jaga luka tetap bersih dan cegah infeksi. Pastikan tangan penolong dalam keadaan bersih. Jika luka bersih, luka dibasuh dengan air bersih/ cairan fisiologis (NaCL 0.9%). Jika luka kotor, berikan povidone iodine atau H2O2 kemudian bilas dengan NaCL/ air bersih. Povidone iodine atau hydrogen peroksida (H2O2) dapat diberikan disekitar luka.

91

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Segera aplikasikan jahitan setelah perdarahan berhenti jika luka menembus hingga jaringan yang dalam. Namun hal ini memerlukan keterampilan khusus. 4. Berikan antibiotik topikal bila perlu. Luka minor, aplikasikan selapis tipis krim atau salep antibiotik topikal (Neosporin: neomycin sulfate, bacitracin zinc dan polymyxin B; Polysporin: gramicidin, bacitracin zinc dan polymyxin B) pada luka agar permukaan luka tidak kering dan menghindari infeksi. Antibiotik topikal ini juga mengandung pain-relieving seperti lidocaine hydrocloride (Polysporin) dan pramoxine (Neosporin) sehingga membantu mengurangi nyeri.

5. Tutuplah luka dengan kasa steril atau kain bersih. Balut luka sehingga menjaga luka tetap bersih dan jauh dari bakteri. 6. Gantilah balutan secara berkala. Lakukan satu kali sehari atau saat bandage sudah kotor atau basah. Jika luka sudah cukup sembuh, lepaskan bandage dan biarkan terpapar udara untuk mempercepat proses penyembuhan. 7. Perhatikan selalu tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri yang bertambah, pus atau drainase, bengkak, demam, dan bisa terjadi pembengkakkan kelenjar getah bening regional. 8. Segera hubungi bantuan jika luka mengalami pendarahan berat, luka terkontaminasi seperti terkontaminasi benda asing atau cairan berbahaya dan terdapat luka bergerigi serta panjang luka lebih dari 5 cm. 2.3. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Pada Luka 1. Jangan menganggap luka minor itu bersih. Selalu bersihkan luka sekecil apapun. 2. Jangan meniup luka terbuka

92

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

3. Jangan mencoba untuk membersihkan luka mayor khususnya setelah pendarahan teratasi karena dapat menimbulkan perdarahan berulang 4. Jangan mengeluarkan benda yang tersangkut dalam atau panjang. 5. Dont push body parts back in.

3. FRAKTUR Fraktur adalah hilang atau rusaknya kontinuitas tulang (diskontinuitas) akibat gaya kerja yang melebihi elastisitas tulang. 3.1. PENYEBAB FRAKTUR a. Benturan 1. Langsung: fraktur di tempat benturan Biasanya ada kerusakan di jaringan sekitarnya Garis fraktur sesuai dengan mekkanisme benturan 2. Tidak langsung: fraktur bukan di tempat benturan Biasanya kerusakan jaringan lunak disekitarnya minimal Garis fraktur tidak sesuai dengan mekanisme benturan b. Tekanan/ stress berulang yang berlangsung lama c. Abnormalias tulang Kelamahan akibat proses patologi (misal, keganasan) Degenerasi

3.2. KLASIFIKASI FRAKTUR a. Berdasarkan hubungan dengan sendi 1. Ekstraartikular : A, H, J, K 2. Intraartikular : L, M, R

b. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar 1. Terbuka : B → fragmen tulang menembus keluar kulit, kulit tidak intak Menurut Gustillo, fraktur terbuka dapat dibagi menjadi 3 derajat yaitu: Tipe 1: luka kecil <1 cm dengan sedikit kerusakan jaringan, dan tidak terdapat tanda trauma/cedera yang hebat pada jaringan lunak Tipe 2: laserasi >1 cm, tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit, dan terdapat tigkat kerusakan yang sedang pada jaringan lunak

93

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Tipe 3: terapat kerusakan hebat pada jaringan lunak seperti otot, kulit, dan struktur neurovaskuler. Tipe 3A: jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah. Tipe 3B: kerusakan jaringan lunak disertai kehilangan jaringan lunak. Tipe 3C: kerusakan jaringan lunak disertai cedera pada arteri sehingga memerlukan tindakan segera. 2. Tertutup : A, B, R → tanpa merobek kulit, kulit masih intak

c. Berdasarkan kekomplitan 1. Inkomlit :H 2. Komplit : A, D, I, K 3. Hair line : retak, garis patahannya sangat kecil

d. Berdasarkan bentuk garis patahan 1. Transversal : A 2. Oblique : B, E 3. Spiral :F 4. Greenstick : H 5. Torus : mirip greenstick, hanya penyembuhan lebih cepat 6. Impacted : G, J → akibat tekanan besar yang sejajar tulang 7. Avulsi : I → akibat tarikan tendon yang sangat kuat 8. Crush/kompresi : akibat jatuh dari ketinggian tertentu, tidak ada fragmen

e. Berdasarkan jumlah garis patahan 1. Single : A, B, D, I, J, M → satu patahan pada satu tulang 2. Kominutif : C → patahan >1 dan berhubungan 3. Segmental : K → patahan >1, tapi tidak berhubungan 4. Multiple : L → patahan >1, tapi pada tulang yang berbeda

f. Berdasarkan pergeseran 1. Undisplaced : A, E, F, H → segmen tetap di tempat

94

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

2. Displaced Ad longitudinam cum contractionum : D, G → segmen tulang saling mendekat Ad axim : B, L → segmen tulang membuat sudut Ad latus : segmen tulang saling menjauh, jarang terjadi.

A

E

B

F

M

C

I

G

N

J

K

O

P

L

Q

3.3. Gejala Dan Tanda 1. Krepitasi. 2. Nyeri dan deformitas. 3. Pembengkakan. 4. Hilangnya sensasi dan fungsi. 5. Pada kondisi serius, denyut atau pulse bagian distal hilang. 6. Mati rasa, bila terjadi kerusakan vasa dan/atau nervus.

95

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

3.4. Penanganan Awal Pada Fraktur a. Tujuan utama penanganan awal pada fraktur: 1. Imobilisasi (bidai) 2. Mencegah perdarahan berlebihan dan infeksi 3. Memberikan kondisi yang aman dan nyaman bagi pasien ketika dibawa ke rumah sakit. b. Prioritas dalam penanganan fraktur: 1. Fraktur spinal 2. Farktur tulang kepala dan tulang rusuk 3. Fraktur ekstremitas

c. Bidai Tujuan: 1. Immobilisasi fraktur dan dislokasi SELALU !!! 2. Mengistirahatkan badan yang cidera 3. Mengurangi rasa sakit • KONTROL PERDARAHAN 4. Mempercepat penyembuhan • JAGA KEBERSIHAN • MINTA BANTUAN Prinsip: • EVALUASI DAN MONITORING 1. Immobilisasi 2. Melewati minimal 2 sendi. Penanganan: 1. Bidai harus meliputi 2 sendi, diukur pada anggota badan yang sakit. 2. Ikatan jangan terlalu kuat ataupun terlalu kendor. 3. Ikat bidai dari distal ke proksimal dan ikatan harus cukup jumlahnya. Lewatkan ikatan pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut, dan pergelangan kaki. 4. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera. 5. Periksa denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian, dan perhatikan warna kulit distalnya.

96

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

6. Periksa setiap 15 menit untuk menjamin ikatan tidak terlalu kencang akibat pembengkakan jaringan yang cedera. d. Balut

97

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

98

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

99

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

e. Penanganan umum pada fraktur tertutup: 1. Minta pasien untuk tetap tenang dan tidak bergerak.

2. Topanglah sendi di atas dan di bawah area fraktur dengan tangan sampai area fraktur telah diimobilisasi. 3. Letakkan bantalan di sekitar area fraktur sebagai penyangga. 4. Untuk penyanggaan yang lebih kuat, lakukan imobilisasi area fraktur ke bagian tubuh yang tidak terluka (bidai anatomis). Buat ikatan simpul di bagian tubuh yang tidak terluka. 5. Monitor tanda-tanda syok karena pasien fraktur sangat mungkin untuk terjadi syok hipovolemik. Jangan mengangkat/meninggikan area fraktur karena pergerakan akan membuat fragmen tulang mencederai jaringan sekitar sehingga perdarahan bisa bertambah. Oleh karena itu, tinggikan bagian tubuh yang tidak mengalami fraktur. awasi dan catat tanda vital pasien sambil menunggu bantuan datang. Periksa sirkulasi pasien tiap 10 menit. Jika sirkulasi terganggu, ikatan pada bidai dan mitella dapat dilonggarkan. f. Penanganan umum pada fraktur terbuka: 1. Tutup luka dengan mitella steril/bersih. Berikan tekanan di sekitar area fraktur untuk menghentikan perdarahan. Jangan menekan tulang yang mencuat keluar. 2. Letakkan mitella lagi di atas dan di sekitar luka. 3. Jika ujung tulang mencuat keluar, gunakan mitella donut dan pasang di sekitar tulang tersebut. 4. Imobilisasi area fraktur sama seperti yang telah dijelaskan pada kasus fraktur tertutup. 5. Monitor tanda-tanda syok. jangan mengangkat area fraktur karena bisa mencederai jaringan sekitar. Monitor dan catat tanda vital pasien (tingkat kesadaran, pernapasan, dan sirkulasi), ketika menunggu datangnya bantuan. Periksa sirkulasi pasien tiap 10 menit. jika sirkulasi terganggu, ikatan pada bidai dan mitella dapat dilonggarkan.

100

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

g. Penanganan pada kasus 1. Fraktur Tengkorak dan Cedera Otak Penanganan: Baringkan korban dengan nyaman Kontrol perdarahan : tekan dengan kasa di sekitar luka, jangan pada luka. Immobilisasi : stabilkan kepala dan leher. Recovery position jika muntah Faktur Rahang Penanganan: Posisikan Korban duduk menunduk. Meminta korban memegangi bantalan lunak untuk menopang rahang. Pembalutan

Gegar Otak Tanda dan gejala: Muntah Awalnya nadi lambat dan kuat kemudian berubah menjadi cepat dan lemah Korban terlihat linglung Pola respirasi berubah, korban tampak sesak napas Penanganannya: Recovery Position Fraktur Tulang Belakang Tanda dan Gejala: Nyeri tulang belakang. Bila medula spinalis juga cedera mungkin terjadi tungkai tidak dapat digerakkan dan lemas, kehilangan/menurunnya fungsi sensoris, sensasi abnormal (terbakar, dll), napas sesak (cedera cervical 101

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018 menyebabkan jejas jaras eferen tempat asal n. Frenicus), henti napas. Penanganan: Pasang Cooler Neck atau benda keras penggantinya. Pasang Spinal board atau Scoop atau benda keras penggantinya

Fraktur coasta tanda dan gejala : Nafas cepat , dangkal, dan tersendat. Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah saat bernafas dan batuk. Gejala perdarahan dalam dan syok. Penanganan : Lindungi daerah fraktur dengan benda lebar, misal kardus atau telapak tangan korban. Balut dengan kencang, tapi jangan sampai kesulitan bernafas. Siap-siap dengan Pneumothoraks.

Jika Segmental atau Multipel, dapat terjadi FLAIL CHEST.

2. Fraktur Klavikula

102

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

3. Fraktur Ekstremitas

103

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

104

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

4. DISLOKASI 4.1. Definisi Dan Jenis-Jenis Dislokasi Dislokasi adalah berpindahnya permukaan sendi total sehingga kontak normal dengan struktur sekitar tidak lagi terjadi. Penting untuk membedakan dislokasi pertama kali atau berulang. Dislokasi merupakan kasus emergency. Apabila penanganan lebih dari 6 jam, maka kecil kemungkinan sendi dapat berfungsi 100% kembali. Subluksasi adalah berpindahnya permukaan sendi sebagian, biasanya terjadi sementara secara alami. Penting untuk membedakan subluksasi pertama kali atau berulang 4.2. Penanganan Awal Pada Dislokasi a. Penanganan umum: 1. Periksa dan identifikasi lokasi dislokasi 2. Berikan Pereda nyeri bila perlu 3. Lakukan reposisi (hanya dilakukan oleh dokter atau orang yang berpengalaman dan terlatih). b. Penanganan pada kasus: 1. Rahang

Setelah direposisi, jangan buka mulut lebar-lebar selama 1-2 minggu.

105

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

2. Siku

Langkah Kedua

3. Jari

Langkah Pertama

Teknik Reposisi

106

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Teknik Pemeriksaan Instabilitas Jari setelah direposisi

4. Pangkal Paha Dislokasi paling parah. Teknik Reposisi, -‐20 selama Reposisifleksi harus15-kurang dari 4 21 jam untuk menghindari nekrosis. Lakukan posisi anatomis setelah reposisi.

107

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

5. Lutut

Dislokasi Anterior (Tersering)

Dislokasi Posterior

108

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Normal

Dislokasi Anterior

Dislokasi Lateral. Biasanya disertai fraktur.

Dislokasi Posterior (Tersering)

6. Pergelangan kaki 109

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

5. SPORT INJURIES 5.1. Klasifikasi Umum Sports Injuries a. Trauma injuries Merupakan cedera karena beberapa episode trauma baik akut, subakut, maupun kronik. Macam-macam trauma injuries beserta penjelasannya, yaitu : 1. Pada tulang : fraktur, hematoma subperiosteal 2. Pada sendi : dislokasi, subluksasi, kontusio sendi, hemarthtosis 3. Pada Ligamen : 1. Sprain derajat 1 adalah kondisi di mana beberapa serabut ligamen robek dengan tanda-tanda bengkak ringan, nyeri, sulit digerakkan, dan tidak ada instabilitas pada sendi 2. Sprain derajat 2 adalah kondisi di mana lebih banyak lagi serabut ligamen robek, tetapi fungsi ligamen masih intak meskipun sedikit teregang, dengan tanda-tanda bengkak sedang, nyeri, sulit digerakkan, dan sedikit ada instabilitas pada sendi 3. Sprain derajat 3 adalah kondisi di mana seluruh serabut ligamen ruptur, dengan tanda-tanda bengkak hebat, nyeri, tidak mampu digerakkan, serta instabilitas total pada sendi yang bisa diklasifikasikan menjadi : 1+ :permukaan sendi terstabilisasi normal oleh ligamen dan mengalami perpindahan posisi 3-5 mm dari posisi awal 2+ :permukaan sendi terpisah 6-10 mm 3+ :permukaan sendi terpisah lebih dari 10 mm 4. Pada tendon : 1. Strain derajat 1 : robekan pada jaringan sedikit, mild tenderness, nyeri dengan rentang gerak normal. 2. Strain dejarat 2 : robekan pada otot atau tendon, nyeri, gerak terbatas, mungkin terjadi bengkak dan depresi pada daerah cidera. 3. Strain derajat 3 : gerak terbatas atau tidak dapat bergerak, nyeri hebat. 2. Pada otot : kram Kram terjadi karena adanya spasme dan kontraksi otot yang tidak terkontrol, menghasilnya rasa nyeri dan restriksi. Penyebab: 1. Letih, biasanya pada malam hari ketika tidur 2. Dingin, biasanya saat berenang 3. Panas (heat cramp), biasanya saat olahraga terutama tanpa pemanasan 3. Lain-lain

110

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018 b. Overuse injuries Macam-macam overuse injuries, yaitu : 1. Pada tulang : Stress fracture, Apophysitis 2. Pada sendi : arthritis, sinovitis 3. Pada ligamen : medial elbow injury, breastroker’s, plantar fascitis 4. Jaringan lunak lain : bursitis

5.2. Penanganan Awal Pada Sport Injuries a. Kram 1. Menggerakkan ke arah antagonis 2. Longgarkan pakaian yang ketat. 3. Pijat dengan lembut 4. Berikan obat pereda nyeri 5. Kompres air hangat

b. Sprain & strain 1. RICE: Rest. Bantu korban mencapai posisi yang nyaman seperti duduk bersandar atau berbaring. Istirahatkan tubuh korban terutama daerah yang terkilir. Longgarkan pakaian pada daerah yang cedera, misalnya melepaskan sepatu ketika terkilir di daerah pergelangan kaki.

111

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Ice. Pada 48-72 jam pertama, kompres daerah yang terkilir dengan icepack/coldpack/es batu delama 20 menit setiap 2 jam. Gunakan kain untuk membungkus icepack/coldpack/es batu terlebih dahulu sebelum mengompres daerah yang terkilir agar dingin tersebut tidak merusak kulit. Jika pada bagian yang dikompres menjadi berwarna keputih-putihan, hentikan penggunaan icepack. Ini mungkin mengindikasikan terjadi frostbite. Jangan berikan bahan/benda yang hangat/panas ke daerah yang terkilir karena bisa meningkatkan perdarahan dan pembengkakan. Compression. Lakukan pembalutan dengan elastic bandage untuk mencegah pembengkakan yang lebih parah dan untuk menyokong sendi agar tidak bergerak. Mulai pembalutan dari bagian distal. Jangan membalut terlalu kencang karena dapat mengganggu sirkulasi darah. Longgarkan balutan jika rasa nyeri bertambah, menjadi mati rasa, atau pembengkakan tidak mereda. Lakukan pengecekan PSM (pulse, sensoric, motoric) sebelum dan sesudah pembalutan. Elevation. Jika memungkinkan, tinggikan bagian yang terkilir hingga lebih tinggi dari jantung, terutama pada malam hari, agar darah tidak menumpuk di bagian yang terkilir sehingga pembengkakan bisa berkurang. 2. MSA: Movement. Gerakan sendi/ otot sesuai ROM setelah istirahat 24-48 jam, hentikan bila gerakan menyebabkan nyeri. Strength. Bila pembengkakan berkurang dan ROM dapat dilakukan dengan baik, maka mulai latih kekuatan sendi dan otot. Alternate activity. Selama fase penyembuhan dapat dilakukan latihan dengan tidak membenbani bagian yang cidera. 3. Berikan pereda nyeri seperti piroxicam, meloxicam, dan ibuprofen jika perlu. 4. Gunakan brace atau alat penunjang lainnya jika perlu.

5.3. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Hindari “HARM” (Heat, Alcohol, Running, Massage) pada 72 jam pertama;

112

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

Heat: seperti mandi air panas, sauna, heat pack. Panas akan meningkatkan aliran darah ke daerah cedera sehingga bisa meningkatkan pembengkakan. Alcohol: karena menyebabkan vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan laju aliran darah kemudian memperparah perdarahan, pembengkakan, dan memperlambat penyembuhan. Running: karena dapat menyebabkan cedera yang lebih parah dan meningkatkan aliran darah pada area cidera sehingga menambah pembengkakan Massage: karena dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.5

113

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Orhopedic Surgeons. 2011. Sport Medicine Media Guide. 2. California Interscholastic Federation Sports Medicine Commoottee. 2011. Sport Medicine Handbook 4ed. 3. Madden, Christoper C, dkk. 2010. Netter’s Sport Medicine. Philaldelphia: Saunders. 4. Minigh, Jennifer L. 2007. Health & Medical Issue Today: Sport Medicine. London: Greenwood Press. 5. The National Collegiate Athletic Association. 2013. 2013-2014 NCAA Sports Medicine Handbook. USA: NCAA. 6. https://www.drugs.com/cdi/ethyl-chloride-spray.html ditinjau pada Minggu, 13 Novembe 7. http://osmc.net/services-specialties/hw-view.php?DOCHWID=d00683a1 ditinjau pada Minggu, 1 8. https://www.drugs.com/drp/gebauer-s-ethyl-chloride.html ditinjau pada Minggu, 13 Novembe 9. Buku diklatsar 2015 10. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000030.htm 11. FIRST AID MANUAL BY AMERICAN COLLEGE OF EMERGENCY PHYSICIAN 5TH EDITION 12. American College of Surgeons Committees on trauma. Advanced trauma life support for doctors: student course manual. 7th ed. Chicago: American College of Surgeons; \2004 13. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC449823/ 14. Atkinson, P., Kendall, R., Rensberg, L.V., 2010. Emergency Medicine. Elsevier. 15. Bresler, M. J., Sternbach, G.L., 2007. Kedokteran Darurat. Jakarta: EGC. 16. Don, H.,1997. Perawatan Penderita Dalam Keadaan Kritis. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 17. Thygerson, A., 2009. Pertolongan Pertama. Jakarta : Erlangga. 18. Thygerson, A., 2011. Pertolongan Pertama. Jakarta : Erlangga Medical Series. 19. Prosedur Kegawatdaruratan. Jastremski M.S. Dumas, M., Penalver, L., Jakarta : EGC. 20. Penanganan Kegawatan Medis. Simposium Clinical Updates 2015. 21. Purwadianto, A., Sampurna, A., 2013. Kedaruratan Medik. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 22. Buku diklat RESCUE TBMM Humerus FK UII (2016) 23. Wijaya, Ika Prasetya. Syok hipovolemik. Dalam: Setiati, siti. Dkk. Buku ajar ilmu penyakir dalam. Ed. 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014 24. Whiteing N. Fractures: pathophysiology, treatment and nursing care. Nursing Standard. 2008;23(2):49-57. 25. Kalfas I. Principles of bone healing. Neurosurgical FOCUS. 2001;10(4):1-4. 26. Pless, I.Safety and First Aid Book-A Practical Guide to Emergency First Aid, Safety, Injuries, Illnesses. Injury Prevention. 1997;3(2):3435. 114

BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2017/2018 27. Piazza G. First Aid Manual. 5th ed. New York: DK Publishing; 2014. 28. Rastu Adi Mahartha G, Maliawan S, Siki Kawiyana K. Manajemen fraktur pada trauma musculoskeletal. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 29. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00111 30. http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/578/basics/pathophysiology.html 31. https://www.acsm.org/docs/brochures/sprains-strains-and-tears.pdf 32. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sprains-andstrains/basics/lifestyle-home- remedies/con-20020958 33. http://physioworkshealthgroup.com.au/Physioworks_Health_Group_Man age_Injury_Bro chure.pdf

115

More Documents from "Gea Pala"