Jumat, 16 Oktober 2009
BACAAN RENUNGAN PAGI
YANG MISKIN DIHADAPAN ALLAH “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” Matius 5:3.
Khotbah di Atas Bukit itu semuanya tentang kasih karunia, seperti yang diperjelas oleh kata-kata pembuka Yesus. Kasih adalah prinsip pelaksanaan di kerajaan surga. Betapapun para ahli politik dan pemimpin menjungjung tinggi Khotbah di Atas Bukit, tidak akan mempesona Anda bila melihat mereka bagaimana mewujudkannya dalam perbuatan. Tiap presiden menasihatkan Negara untuk memberikan pipi lain kepada musuh, ia akan segera dipanggil untuk pertanggungjawaban; dan tiap kandidat pegawai yang meninggalkan kesombongan dan kekuasaan akan beruntung jika ada anggota keluarganya sendiri mendukung dia. Tetapi di kerajaan surga kasih karunialah, bukan kekuasaan, yang memerintah. Warga surga ini berbahagia menjadi “orang miskin” – miskin dalam roh mementingkan diri sendiri dan pembesaran diri yang mencirikan kehidupan di dunia. Tetapi tidak miskin di hadapan Allah; di dalam Dia mereka kaya. Mereka miskin dalam diri mereka sendiri tetapi kaya di dalam Kristus, yang kepada-Nya semua kekayaan bumi dan surga mencapai puncaknya. Hal itu senantiasa demikian adanya. Mereka yang merasa memiliki segalanya – yang merasa penuh, yang merasa tidak mempunyai kebutuhan – tidak “mendapat” kasih karunia. Kasih karunia mulai dalam pengalaman manusia dengan kesadaran yang dalam terhadap rasa lapar kita, rasa haus, ketidakcukupan kita, kemalangan kita, kehilangan kita, kebutuhan kita terhadap bantuan dari luar diri kita sendiri. Hanya bila seseorang menyadari mereka tidak akan pernah bisa melakukan sendiri maka siap menerima kasih karunia. Tetapi kemudian kasihkarunia memang mengalir kepada meraka. Kasih karunia yang mengampuni. Kasih karunia yang mengubahkan. Kasih karunia yang mencukupkan. Kasih karunia yang mengagumkan. Bagi merakalah kerajaan surga. Bahkan sekarang. Dalam kehidupan mereka Yesus berkuasa sebagai Tuhan. Selama pelayanan Yesus di bumi ini orang-orang biasa mendengar-Nya dengan gembira (Markus 12:37). Para pemungut cukai dan perempuan sundal masuk ke dalam kerajaan surga mendahului para imam dan orang Farisi (Matius 21:31). Itu telah menjadi pola di sepanjang abad. Seiring perkembangluasan Kekristenan, ini telah disambut oleh para budak, orang-orang buangan, orang-orang kecil – orang yang miskin di hadapan Allah. Celcus, seorang kritikus terkenal dalam kekristenan, mencemooh Yesus dan para pengikut-Nya. “Sungguh guru yang anah yang dimiliki orang Kristen,” ia mengejek. “Semua pemimpin agama lain berkata, ‘Datanglah kepadaku, kamu yang berharga,’ tetapi Orang ini berkata,’Marilah kepada-Ku kamu yang dipukuli dan hancur hidupnya.’ Dan oleh sebab itu, Ia diikuti oleh orang-orang jembel, mereka mengikutinya dari belakang.” Dan The Christian Oregen menjawab, “Ya; tetapi membiarkan mereka manusia jembel. Dari bahan yang Anda anggap tidak berguna, Ia menciptakan manusia!
Sumber : disalin kembali dari buku Renungan Pagi
PEMUDA ADVENT INDONESIA e-mail :
[email protected]