sesuatu maka lakukanlah semampumu.” (HR. Bukhari no:7288) 3. D a r i ' A b d u l l a h b i n M a s ' u d Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: " Hendaklah kalian mengikuti dan janganlah kalian berbuat bid'ah. Sungguh kalian telah dicukupi dengan Islam ini.” (Diriwayatkan oleh ad-Darimi I/69, Syarah Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah I/96, no:104, oleh al-Laalikaa-iy, athThabrany dalam al-Kabir, sebagaimana kata al-Haitsamy dalam Majma'uz Zawaaid I/181) Imam Ahmad rahimahullah (wafat th. 241 H) berkata: “Prinsip Ahlus Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Shahabat ridhwanullahu 'alaihim jami'an (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat.” (Syarah Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah oleh alLaalikaa-iy I/175-185 no.317) Dari keterangan di atas, jelaslah, bahwa kedudukan As-Sunnah terhadap AlQur'an, yakni yang pertama, memiliki kedudukan yang sama sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua, memiliki kedudukan yang sama sebagai hujjah (argumen) yang wajib diikuti. Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan hanya cukup dengan AlQur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk menguatkan pendapat mereka, apabila sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya, dan yang tidak sesuai dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka. Dan hal ini
4
Manhaj
telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih: “Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai seseorang yang sedang duduk di singgasananya, kemudian datang urusanku kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku larang, lalu ia berkata: Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang kami ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah” (HR. Tirmidzi). Maka sebagai umat Islam yang mengakui Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam sebagai nabi dan utusan Allah kepada kita, haruslah kita berpegang teguh kepada sunnahnya yang shahih. Karena nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memberikan jaminan tidak sesat selama-lamanya selagi berpegang teguh kepada al-Qur'an dan asSunnah. Walhamdulillahi Rabbil 'Alamiin. Abu Rafifah Al-Maidani Referensi: 1. Manzilatus Sunnah fil Islam wa Bayanu Annahu la Yustaghna 'anha bil Qur'an, oleh syaikh Muhammad Nashiruddin AlAlbani. 2. M a j a l a h A s - S u n n a h E d i s i Khusus/VIII/1425 H/2004 M 3. Kiat Berpegang Teguh dengan Agama Allah, oleh syaikh Muhammad Shalih AlMunajjid 4. Manhaj Salaf Manhaj Alternatif, oleh syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilaly. Penerbit Pustaka Azzam 5. Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam, Bab III: Hubungan As-Sunnah Dengan Al-Qur'an, Penulis Yazid Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka AtTaqwa
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Diterbitkan Oleh:
Yayasan Dar el-Iman Padang Tim Ahli
: Ust. Faishal Abdurrahman, Lc Ust. Muhammad Elvi Syam, Lc Dewan Redaksi : Abu Salman, Rahmat Ika Syahrial Alamat Redaksi : Jl. Rasak No 28 Lolong Padang Sirkulasi : 0751-7801636 & 081374328222 Kritik & Saran : 08126638098, 0751-7801669 Konsultasi Agama : 085274072458 E-mail :
[email protected] No Rekening : BNI cab Padang Jl A.Yani 0119869013 a/n Faisal Rahman
Dakwah Kita
Info Kajian Umum
Buletin Vol 16/Th 1/2007
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama KEDUDUKAN SUNNAH RASULULLAH DALAM ISLAM DAN KEWAJIBAN BERPEGANG TEGUH KEPADANYA Segala puji bagi Allah Rabb semesata alam, kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa, tidak ada permusuhan melainkan atas orang-orang zhalim. Shalawat dan salam kepada Nabi yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam yang diutus sebagai pembawa petunjuk dan kebenaran serta penjelas syariat agama kepada setiap mukallaf secara jelas dan terang. Amma ba’du. Allah Azza wa Jalla telah mengutus Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Beliau telah melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya, menunaikan amanah, menyampaikan risalah dan menasehati ummat. Sehingga tidaklah beliau wafat kecuali agama Islam telah sempurna, nyata, terang benderang, tidak ada yang menyimpang dari agama ini kecuali pasti binasa. Kemudian risalah ini, diteruskan oleh generasi-generasi terbaik umat ini, mereka menerima dan menyampaikan apa yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan pedoman bagi setiap muslim disamping Al-Qur'an. Dan wajib atas setiap muslim untuk tidak membedakan keduanya (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dari sisi
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Manhaj
1
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
kewajiban mengambil dan berpegang dengan keduanya serta menegakkan syari'at di atas keduanya secara bersamasama. Barangsiapa yang hanya berpegang dengan salah satunya saja, berarti sama dengan meninggalkan kedua-duanya. Berpegang kepada keduanya merupakan kunci keselamatan dari penyimpangan dan kesesatan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : “ Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya: Kitabullah dan Sunnahku. Dan keduanya tidak akan terpisahkan hingga keduanya mendatangiku di Al-Haudh (telaga)”. (HR. Al-Hakim) Fungsi As-Sunnah Terhadap Al-Qur'an 1. Menjelaskan lafazh dan susunannya, yakni Allah Azza wa Jalla memerintahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyampaikan Al-Qur'an, tidak menyembunyikannya, dan menyampaikan kepada umat manusia persis seperti apa yang diturunkan Allah Ta'ala kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya: “Wahai Rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”. (Al-Maidah: 67) 2. Menerangkan makna lafazh, kalimat atau ayat yang membutuhkan penjelasan. Dan hal-hal yang seperti ini banyak terdapat dalam ayat-ayat yang bersifat mujmal (global), 'ammah (umum) ataupun muthlaq (tidak ada batasan tertentu). Maka Sunnah datang untuk menjelaskan yang mujmal, mengkhususkan yang umum dan
2
Manhaj
membatasi yang muthlaq. Dan penjelasan dari Sunnah ini bisa dari perkataan beliau atau perbuatan beliau. Contoh-contoh As-Sunnah dalam menerangkan Al-Qur'an dan urgensinya. 1. Firman Allah Ta'ala di surah Al-Maidah ayat 3: “Diharamkan bagi kalian bangkai dan darah...” As-Sunnah datang menerangkan bahwa bangkai ikan dan belalang adalah bangkai yang halal, sedangkan hati dan limpa termasuk darah yang halal. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya: “Dihalalkan bagi kita dua bangkai dan dua darah yaitu bangkai belalang dan ikan, serta hati dan limpa.” (HR. Baihaqi dan lainnya secara marfu'). 2. Firman Allah Ta'ala di surah Al-An'am ayat 145 yang artinya: “Katakanlah: tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya kecuali bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.” Kemudian datanglah Sunnah yang mengharamkan sesuatu yang tidak disebutkan dalam ayat ini, seperti sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “Setiap binatang buas yang bertaring dan setiap burung yang berkuku pencakar adalah haram.” Dan juga sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu perang Khaibar yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan RasulNya telah melarang kalian dari (memakan) himar (keledai) yang jinak karena dia itu rijs (kotor)”. (HR. Bukhari-Muslim)
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Dari contoh-contoh di atas, maka menjadi jelaslah bagi kita akan pentingnya Sunnah dalam syari'at Islam. Dan apabila kita cermati contoh tadi dan juga yang lainnya, maka tidak ada jalan untuk memahami Al-Qur'an dengan pemahaman yang benar kecuali dengan As-Sunnah. Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata: “Apa-apa yang telah disunnahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak terdapat pada Kitabullah, maka hal itu merupakan hukum Allah juga. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur'an yang artinya: “Sesungguhnya kamu benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (yaitu) Jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan”. (AsySyuura:52-53) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan hukum yang terdapat dalam Kitabullah, dan Beliau menerangkan atau menetapkan pula hukum yang tidak terdapat dalam Kitabullah. Dan segala yang Beliau tetapkan pasti Allah Ta'ala wajibkan kepada kita untuk mengikutinya. Allah Azza wa Jalla menjelaskan, barangsiapa yang mengikuti Beliau berarti ia taat kepada-Nya, dan barangsiapa yang tidak mengikuti Beliau berarti ia telah berbuat maksiat kepada-Nya, yang demikian itu tidak boleh bagi seorang makhluk pun untuk melakukannya. Dan Allah tidak memberikan kelonggaran kepada siapa pun untuk tidak mengikuti Sunnah-Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.” (Ar-Risaalah hal.88-89). Oleh karena itu berkatalah sebagian salaf: “ As-Sunnah itu menghukumi (menjelaskan) Al-Kitab”.
Dalil-dalil yang Memerintahkan Berpegang Teguh di atas Sunnah 1. Allah telah berfiman yang artinya: “Dan taatilah Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Anfal:1). Di ayat yang lain Allah ta'ala berfiman: “Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul dan Ulil 'Amri (ulama dan pemimpin) diantara kamu. Dan jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya)” (QS. An-Nisaa:59), dan juga firmanNya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (AlAn'aam:153) 2. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang artinya: “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan?” Beliau menjawab: “Siapa saja yang mentaatiku dia akan masuk surga, dan siapa saja bermaksiat kepadaku, maka dia benarbenar enggan (masuk surga).” (HR. Bukhari no:7.280). Dan juga sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu: “Biarkan aku dengan apa yang aku tinggalkan. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap Nabi-Nabi mereka. Maka jauhilah ia, dan jika aku memerintahkanmu dengan
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Manhaj
3