1540400166859_sipilis.docx

  • Uploaded by: Eka Setia nengsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1540400166859_sipilis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,689
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN

1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar medis 1. Definisi Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidium sub spesial pallidum. Rute utama penurannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit inilain yang diderita manusia disebabkan oleh Treponema pallidum (subspesial pertenue) pinta (sub spesial carateum), dan bejel (subspesial endemicum). (Anonim, 2014) Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk kardiovaskuler dan saraf. Selain itu hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyebabkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis kongenital yang dapat disembuhkan dengan atibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas kebagian tubuh lain di luar alat kelamin (Hartono Olivia R, 2008)

2. Etiologi Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika berhubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema. Treponema pallidium yang termasuk ordo spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6-15µm, lebar 0,15µm. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap pada stadium aktif. Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90 hari sesudah 2

treponema memasuki tubuh, terjadinya luka pada kulit primer (chancher atau ulkus durum). Chancre ini keliatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai gejala sifilis skunder Erupsi pada kulit dapat terjadi spontan dalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah anogenetil ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif selama fase skunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak diobati (Hidayat;2009)

3. Patofisiologi Bakteri treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi sitemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30% dari pasien memiliki temuan abnormal dala cairan cerebrospinal (CSF) Selama 5-10 tahun pertama setalah terjadinya infeksi primer tidak di obati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang

mengalami

keusakan

sehingga

terjadi

kondisi

parenchymatousneurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukan tanda tanda endotelialarteritis yg di sebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

3

4. Patway

5. Manifestasi klinis a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual b. Rasa nyeri pada perut pada bagian bawah c. Pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal f. Timbul bercak bercak dalar setelah berhubungan g. Bintil bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin 4

h. Demam (menurut Sajaiful; 2008)

6. Komplikasi Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2016) a. Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung jika tidak diobati b. Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan keguguran atau lahir cacat c. Memudahkan penularan HIV

7. Penatalaksanaan Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: a. Bahaya PMS dan komplikasi b. Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan c. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya d. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapatdihindarkan lagi. e. Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin f. Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang. Program Diet a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum. b. Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering. c. Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna. d. Sayuran dan buah-buah untuk jus. e. Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai) f. Hindari makanan di awetkan atau beragi. g. Makanan bebas dari pestisida atau zat kimia. h. Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan. 5

i. Rendah laktosa dan lemak jika ps diare. j. Hindari rokok, kafein dan alcohol.

B. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian a. Identitas klien (Nama , jenis kelamin, tanggal lahir, alamat dan penanggung jawab) b. Riwayat kesehatan masa lalu Tanyakan kepada pasien apakah pasien dahulu mempunyi penyakit yang sama pada saat ini. c. Riwayat kesehatan sekarang Tanyakan pada pasien apa yang dikeluhkan pada pasien saat ini, tanyakan dari kapan keluhan itu terjadi d. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan kepada pasien apakah keluarga pasien ada yang menderita penyakit yang sama e. Aktvitas seksual pasien f. Tanyakan kepada pasien adakah tanda tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti kemerahan, muncul benjolan, dan vesikel. g. Eliminasi Tanyakan kepada pasien apakah ketika BAK bercampur dengan darah, urine tidak lancar, nyeri saat bkemih. h. Pemeriksaan fisik Inspeksi 1) Kaji efloresensi : eritema dan papila 2) Timbulnya lesi pada alat kelamin, ekstragenital, bibir, lidah, tonsil, putting susu, dan anus. 3) Kelainan selaput lendir dan limfadenitis Palpasi : Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan. Auskultasi : Apakah ada perubahan suara pada paru-paru dantung dan pencernaan.

6

B. Diagnosa Kepeawaran a. Hipertermi b.d proses infeksi b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis c. Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada lapisan kulit d. Risiko keterlambatan tumbuh kembang b.d infeksi kongietal e. Kurang pengetahuan b.d ketidak tahuan cara proses terjadinya penyakit

C. Intervensi Keperawatan a. Dx 1 Hipertermi b.d proses infeksi Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal, ditandai dengan Kriteria Hasil : 1) Suhu tubuh normal (36,5 derajat C atau 37,2 derajat C) 2) Akral teraba hanagat, tidak kemerahan. 3) Turgor kulit elastic 4) Mukosa bibir lembab Intervensi 1) Pantau suhu pasien Rasional : suhu diatas 37,2 derajat C menunjukkan proses infeksisus. 2) Berikan kompres hangat Rasional : membantu mengurangi demam 3) Anjurkan pasien untuk banyak minum Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi 4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional : memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. 5) Kolaborasi pemberian cairan intravena Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi

7

6) Kolaborasi pemberian parasetamol Rasional : pemberian parasetamol dapat mengurangi demam pada pasien. b. Dx 2 Nyeri akut b.d agen cedera biologis Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau hilang , ditandai dengan Kriteria Hasil : 1) Pasien tidak mengeluh nyeri 2) Skala nyeri 0-4 (0-10) 3) Pasien tidak gelisah Intervensi 1) Kaji sekala nyeri pasien 0-10 (PQRST) Rasional

: mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda

tanda perkembangan atau resolusi komplikasi 2) Kaji tanda tanda vital Rasional

:Tanda-tanda

vital

dapat

menunjukan

tingkat

perkembangan pasien 3) Ajarkan teknik relaksasi Rasional

: memfokuskan kembali perhatian, meningkatan rasa

control yang dapat menurunkan ketergantuangan farmakologi 4) Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri dengan cara non farmakologi Rasional

: Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non

farmakologi

c. Dx 2 Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada lapisan kulit Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan integritas kulit membaik secara optimal, ditandai dengan Kriteria Hasil : 1) Pertumbuhan jaringan meningkat 2) Keadaan luka membaik 3) Luka menutup

8

4) Mencapai penyembuhan luka tepat waktu Intervensi 1) Kaji keruskan kulit yang teradi pada klien Rasional

: menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi

perawatan luka. 2) Catat ukuran atau warna , kedalaman luka dan kondisi sekitar luka Rasional

: memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan

petunjuk tentang sirkulasi 3) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril Rasional

: perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi

kontaminasi kuman langsung ke area luka 4) Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses menggunakan air mengalir Rasional

: mencegah meserasi dan menjaga perianal tetap kering,

menjaga kebersihan kulit serta mencegah.

D. Implementasi Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi. Akan tetapi implementasi keperawatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain. (Tarwoto Wartonah, 2010: 6). E. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidium sub spesial pallidum. Rute utama penurannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit inilain yang diderita manusia disebabkan oleh Treponema pallidum (subspesial pertenue) pinta (sub spesial carateum), dan bejel (subspesial endemicum). (Anonim, 2014). Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika berhubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema. Treponema pallidium yang termasuk ordo spirochaetaceae, dan genus treponema. Manifestasi klinis sifilis rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,Rasa nyeri pada perut pada bagian bawah,Pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin, Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin, Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal Timbul bercak bercak dalar setelah berhubungan, Bintil bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin, Demam (menurut Sajaiful; 2008)

B. Saran Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat memahami materi tentang asuhan keperawatan pada pasien Sifilis. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai meteri singkat ini dengan baik, kemudian pembaca dapat mengetahui cara pengobatan pada pasien Sifilis.

10

DAFTAR PUSTAKA

Adisthanaya Hartono 2008, Treponema pallidium penelitian 1 (1) : 2 NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta:EGC. Sjaiful 2008, Penyait menular seksual, Edisi Kedua. Jakarta Balai penerbit FKUI

11

More Documents from "Eka Setia nengsih"

1540400166859_sipilis.docx
November 2019 15
Bab Ii.docx
November 2019 17
565.pdf
May 2020 60