Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Eka Setia nengsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,168
  • Pages: 11
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Penyakit ikterus 1. Pengertian ikterus Ikterus fisiologis adalah peningkatan konsentrasi bilirubin tak terkonjugasi serum selama minggu peratama kehidupan yang menghilang sendiri(haws, 2008). Ikterus patologis adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit dalam darah. Ikterus terjadi karena peningkatan kadar bilirubin indirect (uncojugated) dan atau kadar bilirubin direct (Conjugated). Ikterus adalah suatu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, sebanyak 25%-50% pada bayi cukup bulan dan 80% dari bayi lahir rendah ( Dewi,2012) Dari beberapa defnisi di atas dapat disimpulkan bahwa ikterus fisiologis merupakan peningkatan konsentrasi bilirubin selama minggu pertama kehidupan dan akan menghilang sendiri. Sedangkan ikterus patologis adalah keadaan klinis pada bayi akibat dari terakumulasinya atau tertimbunya bilirubin berlebih dalam tubuh sehingga menimbulkan warna kuning pada bagian tubuh tertentu antaralain pada kulit, sklera dan selaput mukosa. Ikterus pada bayi bayi baru lahir cukup bulan sebanyak 25%-50% dan 80% bayi lahir rendah.

2. Penyebab ikterus Peningkatan ikterus pada darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut: a. Polychetemia ( peningkatan jumlah sel darah merah) b. Isoimmun hemolytic disease c. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah

5

d. Keracunan

obat

(

hemolisis

kimia:

salisilat,

kortikosteroid,

kloramfenikol) e. Hemolisis ekstravaskuler f. Cephalhematoma g. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI h. Adanya komplikasi: asfiksia, hipotermi, hipoglikemi, menurunya ikatan albumin; lahir prematur, asidosis (Sumber: IDAI, 2011)

3. Tanda dan gejala ikterus a. Tanda dan gejala ikterus fisiologis: 1) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir. 2) Peningkatan kecepatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5mg% per hari. 3) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10mg% pada neonatus kurang bulan. 4) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1mg% 5)

Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

b. Tanda dan gejala ikterus patologis: 1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama 2) Kadar bilirubin melebihi 10mg% pada neonatus kurang bulan atau melebihi 12,5mg% pada neonatus cukup bulan 3) Peningkatan bilirubin melebihi 5mg% per hari. 4) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. 5) Kadar bilirubin direct lebih dari 1mg% 6) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. 7) Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi ( muntah, letargis, malas menetek, penurunan BB yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil) (IDAI, 2010) 4. Penanganan ikterus pada bayi baru lahir a. Penanganan dirumah

6

1) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) 2) Terapi sinar matahari Sinar matahari dapat membantu memecah bilirubin seingga lebih mudah diproses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selam 30 menit, 15 menit terlentang, 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin oleh karean itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan. b. Terapi medis 1) Dokter

akan

memutuskan

untuk

melakukan

terapi

sinar

(phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan ditempatkan dibawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih mudah diubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan dibuat untuk melindungi mata, Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda/ triple akan dilkukan (double/ tripel light therapy) 2) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedure yang sangat khusus dan dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar.

B. Konsep Bayi 1. Definisi Bayi Bayi adalah makhluk yang hadir kedunia dengan sebuah mekanisme bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuh

7

kembangnya “benih sifat pengasih” yang secara alami telah ada dalam dirinya (Lama, 2010) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badanya 2500-4000 gram (nany,2010).Menurut Saputra (2014), Bayi Berat Badan Lahir Rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. 2. Ciri- ciri bayi baru lahir normal a. Lahir aterm antara 37-42 minggu. b. Berat badan 2500-4000 gram. c. Panjang badan 48-52 cm. d. Lingkar dada 30-38 cm. e. Lingkar kepala 33-35 cm. f. Lingkar lengan 11-12 cm. g. Frekuensi denyut jantung 120-160 menit. h. Pernafasan ± 40-60x/ menit. i. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup j. Kuku panjang dan lembut k. Nilai APGAR >7. l. Gerak aktif m. Bayi lahir langsung menangis kuat n. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. o. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. p. Reflek moro (gerakan memeluk jika dikagetkan ) sudah terbentuk dengan baik q. Reflek graping ( menggenggam) sudah baik

8

r. Genetalia 1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sekrotum dan penis yang berlubang 2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta ada labiya mayora dan labiya minora. s. liminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. 3. Tahapan bayi baru lahir a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap I digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. b. Tahap II disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku c. Tahap III disebut periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

C. Perawatan bayi ikterus 1. Terapi sinar (fototerapi) Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif. Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut.

9

Seperti

diketahui,

pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan. Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.

2. Terapi Transfusi Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang baik, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali.

3. Terapi dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek

10

sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi bayi sudah bisa ditangani.

4. Menyusui Bayi dengan ASI Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.

5. Terapi Sinar Matahari Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama 30 menit dengan posisi yang berbeda-beda. 15 menit dalam keadaan telentang dan 15 menit kemudian telungkup. Lakukan pada pukul 07.00 sampai 09.00 pagi, Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah pukul tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas pukul sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan situasi di sekeliling, dan keadaan udara harus bersih.

D. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan didapatkan selanjutnya diorganisasi untuk mendapat pemahaman dan pembelajaran, sehingga bisa terakumulasi dan bisa diaplikasikan kedalam masalah/ proses tertentu. (notoatmodjo, 2010). 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo

11

Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : a. Tahu (know) Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisa (analisys) Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

3.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

12

Menurut Satria (2008), yang dikutip dari Mubarak ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a.

Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Jenjang pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab 1, Pasal 1 Ayat 8: 1) Jenjang Pendidikan Dasar ( SD, SMP/ MTs) 2) Jenjang Pendidikan Menengah ( SMA/SMK/MA) 3) Jenjang Pendidikan Tinggi ( DIII, S1, S2, S3)

b.

Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung

c.

Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan

13

timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009): 1) Masa balita (0 – 5 tahun) 2) Masa kanak-kanak (5 – 11 tahun.) 3) Masa remaja Awal (12 – 1 6 tahun) 4) Masa remaja Akhir (17 – 25 tahun.) 5) Masa dewasa Awal (26- 35 tahun.) 6) Masa dewasa Akhir (36- 45 tahun.) 7) Masa Lansia Awal (46- 55 tahun.) 8) Masa Lansia Akhir (56 – 65 tahun.) 9) Masa Manula (65 – sampai atas) d.

Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam

berinteraksi

dengan

lingkungannya.

Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akn timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif

14

E. Kerangka teori Tabel 2.1 Tabel kerangka teori Pengetahuan 1. Definisi

pengetahuan 2. Tingkat

pengetahuan 3. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan

Perawatan bayi

Hiperbilirubin

hiperbilirubin 1. Pengertian

1. Foto terapi 2. Terapi transfusi

hiperbilirubin 2. Penyebab

3. Terapi dengan

hiperbilirubin

obat-obatan

3. Tanda dan gejala

4. Menyusui bayi

hiperbilirubin

dengan ASI 5. Terapi sinar matahari.

15

4. Perawatan bayi hiperbilirubin

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

1540400166859_sipilis.docx
November 2019 15
Bab Ii.docx
November 2019 17
565.pdf
May 2020 60