BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk kehidupan orang lain sehingga semua aspek keperawatan mempunyai komponen etika. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, maka permasalahan etika kesehatan menjadi permasalahan etika keperawatan pula. Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas) telah menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien, masyarakat maupun pemberi asuhan kesehatan. Masalah etika menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan ilmu dan tehnologi yang secara dramatis dapat mempertahankan atau memperpanjang hidup manusia. Pada saat yang bersamaan pembaharuan nilai sosial dan pengetahuan masyarakat menyebabkan
masyarakat
semakin
memahami
hak-hak
individu,
kebebasan
dan
tanggungjawab dalam melindungi hak yag dimiliki. Adanya berbagai faktor tersebut sering sekali membuat tenaga kesehatan menghadapi berbagai dilema. Setiap dilema membutuhkan jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk pasien atau baik untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik. Berbagai permasalahan etik yang dihadapi oleh perawat telah menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien (terpenuhi hak) dengan harapan perawat dan falsafah keperawatan. Contoh nyata yang sering dijumpai dalam praktek keperawatan adalah euthanasia, penolakan tindakan transfusi darah, dan penolakan transplantasi organ. Menghadapi dilema semacam ini diperlukan penanganan yang melibatkan seluruh komponen yang berpengaruh dan menjadi support system bagi pasien. Makalah ini akan membahas secara khusus dilema etik yang berkaitan dengan kasus euthanasia dan penyelesaiannya dengan pendekatan proses keperawatan.
B. RumusanMasalah 1. Apakah definisi dari etik ? 2. Apa saja tipe – tipe etik ? 3. Bagaimana teori etik ?
4. Bagaimana prinsip-prinsip etik? 5. Apakah definisi dari etika keperawatan dan kode etik keperawatan ? 6. Apakah tujuan dari etika keperawatan dan kode etik keperawatan ? 7. Apakah pengertian dari dilemma etik ? 8. Bagaimana pemecahan dari dilemma etik ?
C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari etik 2. Mengetahui apa saja tipe – tipe etik 3. Mengetahui bagaimana teori etik 4. Mengetahui bagaimana prinsip-prinsip etik 5. Mengetahui definisi dari etika keperawatan dan kode etik keperawatan 6. Mengetahui tujuan dari etika keperawatan dan kode etik keperawatan 7. Mengetahui pengertian dari dilemma etik 8. Mengetahui pemecahan dari dilemma etik
BAB II (PEMBAHASAN) A. Definisi Etik Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002). Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsipprinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001). B. Tipe – Tipe Etika 1. Bioetik Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih
luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi 2. Clinical ethics/Etik klinik Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia). 3. Nursing ethics/Etik Perawatan Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)
C. Teori Etik Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut : 1.
Utilitarisme Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2.
Deontologi Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan
kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010) D. Prinsip – Prinsip Etik 1.
Otonomi (Autonomy) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2.
Berbuat baik (Beneficience) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3.
Keadilan (Justice) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4.
Tidak merugikan (Nonmaleficience) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5.
Kejujuran (Veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. 6.
Menepati janji (Fidelity) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
7.
Karahasiaan (Confidentiality) Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
E. Definisi Etik Keperawatan dan Kode Etik Keperawatan Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.
F. Tujuan dari Etika Keperawatan dan Kode Etik Keperawatan Tujuan etika keperawatan adalah : 1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakantindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah : 1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan. 2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya. 3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat. 4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan. 5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat
pemakai
/
pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
G. Dilema Etik Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu: 1.
Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2.
Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3.
Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4.
Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5.
Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6.
Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2)
jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
H. Pemecahan Dilema Etik Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain: 1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 ) a. Mengkaji situasi b. Mendiagnosa masalah etik moral c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan d. Melaksanakan rencana e. Mengevaluasi hasil 2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 ) a. Mengembangkan data dasar.
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
Apa tindakan yang diusulkan
Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat e. Mengidentifikasi kewajiban perawat f. Membuat keputusan 3. Model Murphy dan Murphy a. Mengidentifikasi masalah kesehatan b. Mengidentifikasi masalah etik c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan d. Mengidentifikasi peran perawat e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya. 4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981) a. Mengumpulkan data yang relevan b. Mengidentifikasi dilema c. Memutuskan apa yang harus dilakukan d. Melengkapi tindakan 5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981) a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi c. Mengidentifikasi Issue etik d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III (KASUS) A. Kasus Perawat D bertugas di ruang Intensif Care Unit. Saat ini sedang merawat seorang ibu Ny. R berusia 45 tahun dengan gagal jantung dan kondisinya sangat kritis. Klien berasal dari keluarga miskin dan tidak mempunyai dana untuk kelangsungan perawatan di ICU, Pasien menggunakan BPJS (PBI). Kondisinya belum layak untuk dipindahkan keruang rawat inap, Tetapi dari pihak rumah sakit pasien harus dipindahkan karena ada pejabat yang akan masuk di ruang ICU, mengingat bed di ruang ICU terbatas. B. Identifikasi Masalah Kasus diatas menunjukkan adanya masalah hubungan antara perawat, pasien dan institusi dimana perawat mendapat instruksi dari pimpinan Rumah Sakit untuk memindahkan nenek yang berada di ICU ke bangsal umum karena ruang ICU akan dipakai oleh pejabat yang memerlukan perawatan khusus di ICU. Teori yang mendukung dari tindakan ini adalah teori Utilitarianism, dalam kasus ini teori etik yang digunakan oleh perawat sebagai acuan dalam mellakukan tindakan ini lebih berpihak pada teori Utilitarianism. Tindakan tersebut dilakukan oleh perawat dengan pertimbangan menjaga nama baik instansi agar tidak tercemar nama baiknya. Apabila pihak rumah sakit menolak sang pejabat yang juga memerlukan perawatan intensif di Ruang ICU, maka resikonya yakni adanya publikasi yang memungkinkan menjatuhkan nama baik instansi sehingga mengubah pandangan masyarakat terhadap rumah sakit tersebut. Meskipun ada resiko yang lebih besar dengan memindahkan pasien ke bangsal, tapi instansi berfikir mengenai kestabilan instansi juga. Jadi apabila menurut aturan institusi tidak sesuai, namun instansi tetap berupaya melakukan yang terbaik dan memilih tindakan yang manfaatnya lebih besar bagi instansi maupun pasien. C. Solusi I Jika memungkinkan ada rumah sakit terdekat, sebaiknya pejabat tersebut di rujuk kerumah sakit lain, sehingga Ny.St ersebut tetap dapat dirawat. Berikut ulasannya : 1. Analisa Nilai Etik a. Nilai Etik yang mendukung 1) Equality (kesetaraan)
Karena meskipun Ny R dari keluarga yang miskin, namun beliau juga mempunyai hak mendapatkan asuhan keperawatan. b. Nilai Etik yang Bertentangan 1) Justice (keadilan) Terdengar tidak adil memang jika kita tidak melayani orang yang sanggup memenuhi ketentuan rumah sakit (secara finansial) namun mengabaikannya. 2. Analisa Prinsip Etik a. AnalisisPrinsipEtik Yang Mendukung 1) Beneficience (berbuat baik) Perawat dituntut untuk melakukan hal yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang terbaik untuk klien. 2) Justice (keadilan) Perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara adil kepada pasien tanpa memandang status. b. Analisis Prinsip Etik Yang Bertentangan 1) Non maleficince (tidak merugikan) Jika perawat tetap merawat Ny R, bisa terjadi kemungkinan bahwa perawat akan merugikan dan membahayakan pasien lain (pejabat) karena ia juga dalam kondisi yang parah. 3. Keuntungan Pada solusi 1 menggunakan teori Teologi atau teori yang mempertimbangkan hasil akhir. Dengan teori ini, nenek tersebut tetap mendapat perawatan, dan pejabat bisa tetap dirawat dengan dirujuk pada rumah sakit lain. 4. Kerugian Karena kita telah melanggar peraturan rumah sakit yang memerintahkan untuk memindah Ny R tersebut, D. Solusi II Mentaati peraturan rumah sakit untuk memindahkan Ny.R tersebut keruangan biasa (bangsal), dan menempatkan pejabat di ruang ICU. Berikut ulasannya : 1. Analisa Nilai Etik a. Nilai Etik Yang Mendukung
1) Justice (keadilan) Karena adil bisa saja diartikan “tidak harus sama”, memang keduanya mempunyai hak yang sama untuk mendapat asuhan keperawatan yang baik, namun jika kita mengabaikan pejabat yang bisa memenuhi peraturan rumah sakit (finansial) ,kita bisa dianggap tidak adil. 2) Truth (kebenaran) Sebagai perawat kita harus menerima kenyataan dan nilai ini berkaitan dengan akuntabilitas seorang perawat dimana perawat harus bekerja secara professional dan siap bertanggungjawab dalam keadaan yang tak terduga sekalipun. b. NilaiEtik Yang Bertentangan 1) Equality (kesetaraan) Karena meskipun dia nenek tua dari keluarga yang miskin, namun Beliau juga mempunyai hak mendapatkan asuhan keperawatan. 2. Analisa Prinsip Etik a. Analisis Prinsip Etik Yang Mendukung 1) Beneficience (berbuat baik) Perawat dituntut untuk melakukan hal yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang terbaik untuk klien. 2) Avoiding Killing Perawat mempunyai prinsip untuk mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara, jika pejabat tindakan dengan segera, bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan karena pejabat datang dengan kondisi yang parah dan gawat. b. Analisis Prinsip Etik Yang Bertentangan 1) Nonmaleficince (tidak merugikan) Jika perawat tetap menghentikan perawatan nenek, bisa terjadi kemungkinan bahwa perawat akan merugikan dan membahayakan kondisi nenek tersebut. 3. Keuntungan Pada solusi 2 menggunakan teori Deontologi atau teori yang menitik beratkan pada aturan yang berlaku. Kita telah menjalankan tugas dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan yang berlaku. 4. Kerugian
Bisa saja kita dianggap sebagai orang yang tidak berperikemanusiaan dan tidak adil. E. Penyelesaian dan Kesimpulan Setelah memperhatikan dan menimbang nilai etik yang mendukung dan yang bertentangan, prinsip tik yang mendukung dan yang bertentangan, serta keuntungan dan kerugian dari teori yang digunakan, solusi yang tepat untuk kasus di atas SOLUSI 2 F. Alasan Karena dengan solusi 2, kita telah menjalankan tugas sesuai peraturan dan perintah yang berlaku, merawat pejabat di ICU dan merawat Ny R di bangsal. Pertimbangannya adalah: 1. Ny R adalah lansia dan tidak memiliki keluarga. Kita juga harus berfikir tentang kehidupan Ny. R tersebut kedepan, bagaimana dan siapa yang akan terus mencukupi kebutuhannya kedepan. Namun untuk saat ini, kita tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk mempertahankan kehidupannya. 2. Jikakitatetapmerawatnenektersebutdanmengabaikanpejabatitubisasajadianggaptidakadil. Karena pejabat ini juga telah memenuhi kewajibannya sebagai pasien (biaya ,dll). Selain itu pejabat ini mempunyai keluarga yang harus ia nafkahi.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara
klien
dan
perawat.
Permasalahan
bisa
menyangkut
penentuan
antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
B.
Saran Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan). Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA Andresni, Afiko. 2013. Etik, Dilema Etik, dan Contoh Kasus Dilema Etik. Diakses melalui : http://hafikoandresni005.blogspot.co.id/2013/06/makalah-dilema-etik.html pada tanggal 23 November 2016 pukul 13.00 WITA