Ca_mammae_etio_faktor_resiko_gejala_klin.docx

  • Uploaded by: Rambuema
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ca_mammae_etio_faktor_resiko_gejala_klin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,114
  • Pages: 3
Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara Seperti halnya kanker lainnya, penyebab kanker payudara terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal. Faktor eksternal dari lingkungan menjadi penyebab utama terjadinya kanker, karena dari lingkungan tersebut terdapat berbagai substansi yang bersifat karsinogen atau insiator terjadinya kanker, seperti sinar ultraviolet, virus,senyawa yang terkandung dalam rokok, polusi lingkungan, serta berbagaisubstansi kimia seperti obat kanker. Faktor internal terjadinya kanker antara lain adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh (Hasnida dan Lubis, 2009). Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara. Faktor risiko utama yang sangat berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah jenis kelamin dan usia. Berdasarkan jenisnya, faktor risiko kanker terdiri dari faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor risiko yang terkait dengan perilaku dan gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, dan diet, serta yang sangat berkaitan erat dengan kanker payudara adalah penggunaan Hormone Replacement Therapy. Faktor diet terkait dengan konsumsi makanan mengandung lemak tinggi yang memiliki kaitan erat dengan peningkatan berat badan dan risiko kanker payudara. Diet lemak yang tinggi dan peningkatan berat badan ini terkait dengan peningkatan jumlah jaringan adiposa yang dapat meningkatkan sirkulasi estrogen bebas dengan kadar yang berlebih akibat konversi androstenedion menjadi estradiol di jaringan adiposa perifer. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, terutama yang terkait dengan kanker payudara antara lain adalah jenis kelamin, usia, faktor riwayat penyakit dan genetik, ras dan etnis, serta dense breast tissue atau densitas jaringan payudara. 1) Jenis Kelamin Wanita merupakan faktor risiko utama terjadinya kanker payudara. Meskipun kasus kanker payudara juga dapat terjadi pada pria, namun wanita memiliki kemungkinan 100 kali lebih besar mengalami kanker payudara dibandingkan pria. Hal ini terutama terkait dengan faktor endokrin, terutama hormon estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan pertumbuhan dari sel kanker payudara, dimana pada wanita jumlah hormon tersebut lebih besar dibandingkan pada pria (ACS, 2012). 2) Usia Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab terjadinya kanker payudara. Pada tabel II dapat dilihat risiko kanker payudara akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sekitar 1 dari 8 kasus kanker payudara yang bersifat invasif terjadi pada wanita yang berusia kurang dari 45 tahun, serta 2 dari 3 kasus kanker payudara yang bersifat invasif terjadi pada wanita berusia 55 tahun atau lebih (ACS, 2012).

Faktor usia ini terutama terkait erat dengan usia pasien saat mengalami menstruasi pertama dan saat mengalami menopause. Seorang pasien yang mengalami menstruasi lebih awal (terutama sebelum usia 12 tahun) dan mengalami menopause pada usia yang lebih tua terutama pada usia diatas 55 tahun akan memiliki risiko yang lebih besar mengalami kanker payudara. 3) Faktor Riwayat Penyakit dan Genetik Baik riwayat penyakit individu maupun keluarga dapat berpengaruh pada risiko seseorang mengalami kanker payudara. Seorang yang memiliki riwayat penyakit kanker payudara dan kanker lain seperti kanker ovarium dan kanker uterus juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kanker payudara juga banyak ditemukan pada seorang yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara. Sekitar 5-10% kasus kanker payudara terjadi akibat sifat herediter, dimana suatu gen yang cacat diturunkan dari orang tua. Gen BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen yang paling berperan dalam terjadinya kanker payudara yang bersifat herediter. Kecacatan pada gen tersebut dapat mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya kasus kanker payudara. Pada sel normal, gen BRCA1 dan BRCA2 berperan dalam mencegah terjadinya kanker melalui mekanisme pembentukan protein yang menjaga sel agar tidak tumbuh secara abrnormal, sehingga bila seseeorang memiliki riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, maka risiko terjadinya kanker payudara dapat meningkat hingga mencapai 80% (ACS, 2012). Seorang yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara bukan hanya berisiko mengalami kanker payudara, tetapi juga dapat mengalami kanker lain, terutama kanker ovarium. Selain mutasi gen BRCA, terdapat gen lain yang bila terjadi mutasi dapat mengakibatkan kanker payudara yang bersifat herediter, namun frekuensinya tidak setinggi gen BRCA dalam meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. 4) Ras dan Etnis Secara garis besar wanita berkulit putih memiliki risiko kanker payudara yang lebih besar dibandingan dengan wanita campuran Afrika- Amerika, namun wanita Afro-Amerika memiliki risiko kanker payudara dibawah usia 45 tahun dan risiko kematian akibat kanker payudara yang lebih besar dibandingan dengan wanita berkulit putih. Wanita ras lain memiliki risiko yang lebih rendah mengalami kanker payudara dan kematian akibat kanker payudara yang lebih kecil (ACS, 2012). 5) Densitas Jaringan Payudara (Dense Breast Tissue) Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Seorang wanita dikatakan memiliki densitas jaringan payudara yang besar bila memiliki jaringan glandular dan fibrosa yang lebih banyak serta jaringan lemak yang lebih sedikit. Wanita dengan densitas jaringan payudara yang besar memiliki risiko mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang memiliki densitas payudara yang lebih kecil. Faktor yang dapat mempengaruhi densitas jaringan payudara antara lain usia, status menopause, penggunaan obat seperti untuk terapi hormonal, kehamilan, dan genetik (ACS, 2012)

Gejala Klinis Adanya benjolan adalah presentasi yang paling umum dari kanker payudara pada kehamilan. Oleh karena itu , sebuah pemeriksaan payudara menyeluruh harus dilakukan pada kunjungan antenatal pertama ketika perubahan fisiologis dari pemeriksaan payudara

menjadi pemeriksaan kurang berguna dalam mengidentifikasi lesi massa halus, tapi pemeriksaan payudara secara teratur harus dilanjutkan . meskipun pada wanita hamil, puting susu yang mengeluarkan darah sangat sugestif keganasan, pada wanita hamil hal itu sering dapat dijelaskan oleh lobulo proliferasi alveolar dan pembentukan kapiler baru . beberapa penulis menyarankan bahwa jika tidak ada massa teraba pada pemeriksaan dan pada sitologi sekret negatif , pasien hamil dengan puting susu yang mengeluarkan darah dapat ditindaklanjuti pada interval bulanan tanpa biopsi kecuali sekret bertahan , massa muncul , atau sitologi positif atau mencurigakan. Namun , kang et al menjelaskan tiga kasus kanker payudara invasif kehamilan yang datang ke klinik mayo dengan puting susu yang mengeluarka darah, tanpa massa terkait tidak jelas apakah sitologi sekret dilakukan pada pasien ini . rekomendasi kami adalah bahwa saluran utama eksisi dan biopsi harus dilakukan ketika seorang wanita datang dengan puting susu yang mengeluarkan darah. Inflamasi pada kanker payudarah tanda-tandanya adalah kemerehan, hangat, dan indurasi payudara dengan atau tanpa peau d' orange; biasanya berkembang lebih dari 3 bulan atau kurang. Inflamasi ini disebabkan embolisasi tumor limfatik dermal. meskipun beberapa laporan menunjukkan. bahwa inflamasi pada kanker payudara terlihat lebih sering pada kehamilan, dalam seri peringatan , inflamasi pada kanker payudara terdiri hanya 3 % dari kasus kanker payudara pada kehamilan. Inflamasi pada kanker payudara sering salah didiagnosis sebagai mastitis atau abses. pada 30 % kanker payudara didiagnosis selama kehamilan , bertepatan patologi, seperti mastitis laktasi atau hiperplasia lobular , tampak dalam spesimen biopsi. (psyrri et al, 2005). DAFTAR PUSTAKA

Lubis, N.L.,dan Hasnida.(2009). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Kanker, Medan, USU: Press American Cancer Society, 2012. Breast Cancer. American Cancer Society Psyrri, Amanda;Burtness, Barbara The Cancer Journal; Mar/Apr 2005; 11, 2; ProQuest pg. 83

More Documents from "Rambuema"