1[1]. Pen Gen Alan Teknik Pengecoran

  • Uploaded by: sadewa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1[1]. Pen Gen Alan Teknik Pengecoran as PDF for free.

More details

  • Words: 3,585
  • Pages: 10
H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

PENGENALAN PRINSIP DASAR PROSES PEMBUATAN LOGAM COR A. PENGERTIAN BENDA COR LOGAM Benda coran memiliki pengertian sederhana sebagai suatu benda atau produk yang dihasilkan melalui proses pencairan logam, yang dicorkan (diisikan) kedalam suatu cetakan dan dibiarkan hingga membeku. Dalam hal ini cetakan memiliki suatu rongga cetak (cavity) yang bentuknya menyerupai bentuk benda yang dinginkan. Didalam rongga cetak inilah nantinya logam cair yang dimasukkan kedalam cetakan akan mengalami proses pembekuan hingga menghasilkan benda padat dengan bentuk profil sesuai dengan yang dinginkan. Metoda pembuatan benda-benda logam dengan cara ini sebenarnya sudah dikenal lama sebelum tahun masehi. Keuntungan proses pengecoran logam Dibawah ini akan diuraikan beberapa keuntungan dari pembuatan produk logam melalui proses pengecoran : 1. Proses pengecoran logam memungkinkan untuk membuat benda dengan interval ukuran coran yang sangat luas yaitu dari produk yang kecil seperti kawat dengan diameter 0,5 mm hingga benda seberat 200 ton dan proses pengecoran adalah metoda yang sangat cocok untuk membuat objek-objek tunggal yang pejal. 2. Proses pengecoran dapat digunakan untuk membuat benda-benda dengan bentuk yang paling sederhana hingga bentuk yang paling rumit sekalipun, yang sangat sulit untuk dibuat melalui cara lain seperti proses permesinan, tempa dll. 3. Pembuatan benda melalui proses pengecoran dapat menghemat bahan sehingga menjadi efisien dan ekonomis. 4. Proses pengecoran idealnya cocok untuk membuat contoh-contoh atau prototipe untuk menciptakan rancangan produk baru. 5. Memungkinkan variasi yang luas dalam hal sifat bahan dan perubahanperubahannya untuk memenuhi tuntutan pemakai. 6. Proses pengecoran umumnya merupakan suatu metoda termurah untuk membuat benda-benda logam. 7. Benda-benda coran dengan tingkat keakuratan yang tinggi dapat dibuat melalui pemilihan metoda cetakan dan proses pengecoran yang tepat. 8. Proses pengecoran logam dapat beradaptasi ( cocok ) untuk segala tipe produksi, baik untuk tipe produksi job order ( berdasarkan pesanan dan biasanya berjumlah sedikit ) maupun untuk produksi massal ( produksi dalam jumlah banyak ) Kekurangan produk pengecoran logam 1. Kurang ekonomis untuk produksi dalam jumlah kecil. 2. Permukaan yang dihasilkan umumnya lebih kasar daripada produk pemesinan 3. Toleransi kepresisian ukuran harus lebih besar daripada produk pemesinan. Pengetahuan yang cukup luas dari seorang perancang mencakup: 1. pengetahuan tentang jenis, sifat dan kegunaan bahan-bahan yang diperlukan, agar dapat menentukan atau memilih bahan yang sesuai dengan benda yang akan dibuat. 2. penguasaan beberapa metoda pengerjaan agar mendapatkan pilihan metoda pengerjaan yang paling cepat dan ekonomis. mengetahui standar, aturan dan ketentuan yang ada, agar hasil rancangan dapat dibandingkan dan memenuhi kriteria yang umum berlaku.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

B. ALIRAN PROSES PEMBUATAN BENDA COR Benda cor yang dihasilkan melalui proses pengecoran dengan pasir cetak telah melalui beberapa tahapan proses seperti yang diilustrasikan dalam diagram alir berikut :

Persiapan Pekerjaan

Pengolahan Pasir cetak dan inti

Peleburan

Pembuatan cetakan

Pembuatan pola & Kotak Inti

Pembuatan inti

Perakitan Cetakan

Penuangan cetakan

Pembongkaran cetakan

Pemotongan Penambah Dan sistem saluran

Pembersihan tuangan Perlakuan panas

Inspeksi dan Pengiriman Gambar 2. Diagram alir proses Pengecoran dengan pasir cetak

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

Pekerjaan pembuatan tuangan dari gambar konstruksi hingga produk jadi, melalui bermacam-macam tahapan sebagai berikut : 1. Tahap persiapan Pekerjaan yang merencanakan seluruh kegiatan baik perencanaan teknik (perancangan konstruksi coran, pemilihan metoda pengecoran, perhitungan biaya produksi dll) maupun perencanaan waktu. 2. Pembuatan pola dan kotak inti. Berdasarkan pada gambar konstruksi, dapat dibuat sebuah pola yang berfungsi sebagai media atau alat untuk membuat rongga cetak pada cetakan, sehingga kedalamnya dapat diisikan logam cair. Pola yang akan dipergunakan untuk membuat cetakan ini harus memiliki beberapa kelengkapan teknik pengecoran seperti kemiringan, telapak inti, kelebihan ukuran untuk tambahan pengerjaan permesinan dan lain sebagainya. Untuk pola-pola yang memerlukan inti, maka harus dibuatkan pula kotak intinya. Inti dipergunakan untuk membantu menghasilkan bentuk profil pada tuangan yang tidak dapat atau sulit dibentuk oleh pasir cetak. 3. Pengolahan pasir cetak dan inti. Metoda pengecoran dengan pasir cetak tentunya membutuhkan pasir cetak untuk membuat cetakan yang akan memiliki bentuk rongga cetak yang diinginkan, demikian pula halnya dengan pasir inti apabila dalam pembuatan cetakan benda yang dimaksud memerlukan inti untuk membuat profil-profil tertentu pada benda yang akan dihasilkan. Pasir cetak maupun pasir inti pada umumnya terdiri dari bahan dasar berupa pasir ( contohnya pasir kwarsa ) dan bahan-bahan pengikat seperti lempung, bahan sintetis maupun semen. Selain itu untuk beberapa tujuan tertentu masih ditambahkan lagi bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki mutu atau kualitas pasir cetak atau pasir inti, contohnya seperti debu arang, serbuk gergaji, tepung dan lain sebagainya. 4. Pembuatan cetakan, pembuatan inti dan perakitan cetakan. Metoda pengecoran dengan pasir cetak selain membutuhkan pasir cetak juga membutuhkan pola. Rongga cetak pada cetakan dibuat dengan menggunakan pola. Pola yang dipergunakan dapat berupa pola hilang yaitu pola yang hanya bisa dipergunakan untuk satu kali pemakaian karena setelah itu pola akan rusak / hilang misalnya yang terbuat dari bahan Polystirol atau lilin, atau dapat juga menggunakan pola tetap yaitu pola yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali pemakaian seperti pola yang terbuat dari kayu, logam dan resin. Cara pembuatan cetakan pun dapat dilakukan baik secara manual tanpa bantuan mesin cetak, ataupun dengan menggunakan mesin cetak. Untuk beberapa bentuk tuangan tertentu mungkin perlu dilengkapi inti pada proses pembuatan cetakannya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa inti dipergunakan untuk membantu membentuk profil tertentu pada produk coran yang tidak dapat atau sulit untuk dibentuk oleh pasir cetak, karena hal tersebut maka munculah beberapa jenis inti sesuai dengan fungsinya masing-masing diantaranya adalah inti yang berfungsi untuk membentuk rongga dalam tuangan. Mengenai jenis-jenis inti akan dibahas pada bagian lain dari modul ini. Seperti halnya pembuatan cetakan, maka pembuatan inti pun dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan menggunakan bantuan mesin. Beberapa cara pembuatan inti yang lazim dikenal dalam proses pengecoran adalah proses CO2, proses semen, menggunakan pengikat sintetis (pepset, furan), proses kotak panas dan lain sebagainya. Cetakan dan inti yang sudah dibuat kemudian dirakit ( diassembling ) agar siap untuk diisi oleh cairan logam.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

5. Peleburan Peleburan merupakan suatu proses mencairkan beberapa bahan baku logam untuk menghasilkan logam baru yang memiliki komposisi unsur-unsur tertentu.Dengan demikian maka peleburan menentukan kualitas bahan tuangan. Untuk menghasilkan variasi kualitas bahan digunakan beberapa bahan baku seperti besi kasar, besi dan baja bekas, serta tuangan-tuangan rusak dalam prosentase yang berbeda-beda. Proses peleburan atau pencairan logam tentu menggunakan alat yang disebut tanur atau tungku pelebur seperti tanur krusibel, tanur induksi, tanur busur listrik dan lainlain. Diantara tanur-tanur tersebut ada yang menggunakan sumber energinya dari bahan bakar minyak, gas maupun listrik. 6. Penuangan Penuangan adalah proses memasukan cairan logam kedalam rongga cetak yang terdapat pada cetakan. Proses ini merupakan puncak dari pembuatan tuangan walaupun berlangsung dalam waktu yang pendek saja. Kecerobohan yang dilakukan dapat mengancam keselamatan pekerja dan selalu berakibat rusaknya benda coran. Untuk menjamin hasil penuangan yang bagus maka diperlukan suatu alat yang dinamakan ladel penuang yang memenuhi persyaratan teknis maupun keselamatan kerja. Ladel ini harus dapat digunakan untuk membawa logam cair dari tanur ke cetakan dan menuangkannya dengan aman. 7. Pembongkaran Setelah proses penuangan selesai dan logam mengalami pembekuan dalam waktu yang cukup didalam cetakan, maka selanjutnya cetakan tersebut dibongkar untuk mendapatkan atau memisahkan benda coran dari cetakannya. Proses pembongkaran dapat dilakukan dengan beberapa cara, dan dewasa ini beberapa mesin pembongkar sudah dikembangkan seperti meja penggetar, penggetar tempel dll. 8. Pemotongan penambah dan sistem saluran. Setelah benda coran benar-benar dingin, selanjutnya sistem saluran dan penambah dipisahkan dari bendanya. Proses pemisahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara dan alat seperti dipukul dengan martil, dipotong dengan mesin gerinda, dipotong dengan plasma cutting dsb. 9. Pembersihan coran Dalam proses ini benda coran dibersihkan dari pasir cetak yang menempel pada permukaannya dengan penyemprotan mimis baja maupun air. Dalam proses penyemprotan ini bisa diikut sertakan sistem saluran dan penambah yang sudah dipisahkan tadi sehingga jadi ikut bersih. Selanjutnya benda coran dibersihkan dari bagian-bagian lain yang bukan termasuk kedalam bentuk sebenarnya dari benda yang dinginkan seperti sirip-sirip coran. 10. Perlakuan panas Untuk benda-benda coran dengan jenis bahan logam tertentu, mungkin saja memerlukan proses perlakuan panas lebih lanjut untuk meningkatkan lagi kualitasnya. Proses perlakuan panas ini dilakukan didalam tungku perlakuan panas yang fungsinya mirip seperti oven pemanas. 11. Inspeksi Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut selanjutnya benda coran yang dihasilkan diperiksa untuk memastikan apakah benda tersebut benar-benar sesuai dengan yang diinginkan (dimensi, bentuk, kekerasan dll ). Benda yang lolos dari hasil inspeksi atau pemeriksaan ini kemudian akhirnya dapat dikirimkan kepada konsumen.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

Lebih rincinya lagi proses pembuatan benda coran dapat dilakukan melalui bermacam-macam cara atau metoda, diantaranya berdasarkan frekwensi penggunaan cetakan, maka proses pembuatan benda cor terbagi menjadi proses pembuatan benda cor dengan menggunakan cetakan hilang (umumnya disebut metoda pengecoran dengan pasir cetak) dan proses pembuatan benda cor dengan menggunakan cetakan tetap (disebut juga dengan metoda pengecoran tanpa pasir cetak). Berdasarkan pada cara dan peralatan yang digunakan, proses pembuatan benda cor dengan menggunakan cetakan hilang terbagi lagi kedalam dua cara yaitu teknik pembuatan benda cor dengan menggunakan cetakan yang dibuat secara manual, dan proses pembuatan benda cor dengan menggunakan cetakan yang dibuat oleh mesin cetak. Lebih jauhnya lagi proses pembuatan cetakan secara manual dibagi lagi berdasarkan jenis pola yang dipergunakannya yaitu menjadi teknik pembuatan benda cor dengan pola hilang dan teknik pembuatan benda cor dengan pola tetap. Sedangkan proses pembuatan benda cor yang menggunakan cetakan tetap terbagi lagi menjadi beberapa cara, diantaranya yaitu teknik pengecoran cetak gravitasi, pengecoran cetak bertekanan , Pengecoran sentrifugal dll. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan skema berikut ini :

Pembuatan benda coran

Menggunakan Pasir cetak ( Cetakan Hilang ) Menggunakan mesin cetak

Tanpa pasir cetak ( Cetakan tetap ) Gravitasi

Secara manual

Bertekanan Sentrifugal

Pola Tetap

Pola Hilang

Pola logam Pola kayu

Cetakan sederhana terbuka Cetakan sederhan tertutup Menggunakan rangka cetak

Pola resin Menggunakan inti luar Cetakan Galian Cetakan Sablon

Gambar 1. Penggolongan metoda pembuatan benda cor

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

C. PEMBUATAN POLA Untuk membuat cetakan yang umum dilakukan dengan metoda cetakan pasir, memerlukan Pola (Pattern), yaitu menyerupai bentuk benda cor yang diinginkan dan digunakan untuk membentuk rongga cetak ditambah dengan kelengkapanya yaitu antara lain Kotak Inti (Core) dan Sistim saluran tuang dan Penambahnya (Risering). Perancangan Pola Benda Coran Dalam pembuatan suatu Pola, yang pertama kali dilakukan adalah membaca gambar teknik benda coran kemudian mengubah gambar benda coran menjadi “Gambar Perancangan Pola” dan atau “Gambar Perancangan Coran”. Selanjutnya gambar perancangan Pola tersebut yang digunakan sebagai gambar kerja pembuatan Pola. Selanjutnya gambar dikerjakan, diubah atau ditambahkan penggambaran gambar kerja pembuatan pola dengan segala aturan-aturannya, kemudian dilanjutkan dengan penerapan dan dikombinasikan dalam segala macam dan bentuk darri benda coran yang akan dibuat. Peraturan Umum Pada penggambaran pola pengecoran logam, ada peraturan teknis tersendiri dengan standard-standard yang berlaku secara umum, dengan maksud dan tujuan agar gambar tersebut dapat melayani dalam proses pengerjaan pembuatan Pola dengan baik dan benar yang harus dilakukan, yaitu: 1. Belahan / Permukaan Pisah (Parting Line) Hampir semua benda cor, dalam pembuatan Polanya pada umumnya dibagi dalam dua bagian atau lebih, terutama untuk bentuk yang rumit, kecuali untuk benda yang sederhana bentuknya dan memungkinkan untuk dubuat tanpa belahan (Parting-line) yang biasa disebut dengan Pola tunggal. Pola yang mempunyai konstruksi belahan, bagian atas biasa disebut “Kup” dan Bagian bawah disebut “Drag”. Dalam menentukan Kup dan Drag tidak ada ketententuan yang pasti, hanya diperlukan suatu wawasan yang berhubungan dengan nilai dan atau faktor ekonomis dalam proses pembuatan Pola. 2. Tambahan Pengerjaan Tambahan Pengerjaan adalah penambahan ukuran atau ketebalan pada tempat atau bagian dimana bagian tersebut akan mendapat proses lanjut dengan pemesinan. Misalnya sebuah konstruksi suatu lubang yang memerlukan ukuran presisi dengan kehalusan permukaan tertentu hanya dapat dicapai dengan proses (Bohring), dimana dalam gambarnya akan ditunjukan dengan tanda pengerjaan pemesinan. Pemberian tambahan pengerjaan ada perbedaan pada kup dan drag yaitu pada bagian kup (bagian atas) akan diberikan lebih besar dari pada bagian drag (bagian bawah). Dengan alasan untuk menghindarkan cacat akibat penyusutan bahan dan kotoran (Slag) atau gas yang biasanya berada dipermukaan bagian diatas. (Lihat contoh berikut) 3. Kemiringan Pola Kemiringan Pola yaitu seluruh permukaan dinding coran yang posisinya tegak lurus dengan garis belahan (Parting-line) Pola, dibuat miring atau diberikan kemiringan yang besarnya dalam satuan derajat atau dengan selisih ukuran atas (puncak) dengan alasnya. Tujuannya dari kemiringan tersebut adalah sewaktu pola digunakan

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

dalam pembuatan cetakan pasir, Pola dapat dikeluarkan atau ditarik dari cetakan dengan mudah. Selain itu juga menghindarkan kerusakan Pola maupun cetakan pasirnya.

4. Penyusutan Dimensi / Penyusutan Padat Tujuan penambahan ukuran penyusutan adalah untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan pada benda tuang, maka ukuran pola harus lebih besar sebesar prosentase penyusutan logam yang akan dicor, dari keadaan cair hingga membeku. Cairan logam yang dituang kedalam cetakan akan mengalami beberapa penyusutan yaitu ; penyusutan cair, penyusutan kristal, penyusutan padat. 5. Toleransi Benda Toleransi yang kecil memiliki keuntungan yang tidak dapat disangsikan lagi. Pada benda cor kecil dan menengah terdapat kemungkinan dimana benda Cor langsung dapat dipakai tanpa perlu dikerjakan permesinan lagi. Besarnya pengerjaan permesinan dipengaruhi oleh besarnya toleransi Coran. Pada cetakan pasir basah (greensand), toleransi yang sempit ini dapat dipertahankan dalam sebuah rangka cetak (ukuran terikat). D. PELEBURAN Produk pengecoran logam mempunyai spesifikasi bentuk dan dimensi yang khas, karena proses pembuatannya dilakukan dengan mengubah fase bahan cair menjadi padat. Bahan awal yang dimasukkan masih dalam bentuk padat, sehingga perlu dilakukan perubahan fase dari padat menjadi cair. Proses ini dinamakan pencairan bahan. Cairan bahan ini dapat merupakan paduan dari beberapa bahan yang dilebur dan dipadu menjadi satu. Secara detail proses peleburan memiliki fungsi sebagai berikut: • Mengubah fase padat bahan baku menjadi cair • Melakukan peleburan dan memadu bahan-bahan awal menjadi bahan yang sesuai dengan komposisi yang diinginkan. • Mengubah komposisi suatu bahan baku • Menggunakan perlakuan khusus untuk mengubah sifat bahan. TUNTUTAN TERHADAP PROSES PELEBURAN Agar proses peleburan menghasilkan output yang baik yang pada akhirnya akan menghasilkan produk coran yang berkualitas baik, maka pada proses peleburan harus memenuhi tuntutan sebagai berikut : 1. cairan logam yang bersih 2. pencapaian temperatur dan homogenisasi 3. metoda dan tatanan kerja yang baik 4. harga yang murah 1. Cairan Logam Yang Bersih Yang dimaksud dengan cairan logam yang bersih adalah bersih secara metalurgi, yaitu bebas dari kotoran-kotoran. Kotoran disini berupa oksida-oksida dan terak, sedangkan elemen lain yang memiliki afinitas tinggi terhadap O2 terdapat hanya dalam jumlah tertentu saja. Cairan semacam ini dapat dikenali dari permukaannya yang bersih.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

Cairan yang kotor secara metalurgi akan segera membentuk kulit oksidasi yang mewarnai permukaan cairan. Penyebab dari kotoran ini terutama berasal dari bahan baku, yaitu: • karat • kotoran • elemen yang mudah teroksidasi Pencegahan terhadap kontaminasi kotoran pada saat peleburan dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengendalian peleburan yang seksama, meliputi : • pengendalian temperatur peleburan yang akurat • perhatian terhadap perubahan komposisi • pencapaian komposisi terak Cacat yang sangat mungkin muncul akibat kotornya cairan adalah terak terjebak, keropos, gas pada permukaan benda tuang, lubang jarumserta cacat-cacat yang timbul karena pembekuan yang tidak terduga. Cacat-cacat ini menjadi sangat merugikan karena sebagian besar baru akan diketahui pada saat tuangan mengalami proses permesinan. Langkah awal dalam menghasilkan cairan logam yang bersih adalah pada pemilihan bahan baku, dimana ditujukan pada : • Kualitas yang terpercaya Yang dimaksud dengan kualitas yang terpercaya disini adalah terutama komposisi kimia dari setiap bahan baku yang akan digunakan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga memudahkan saat proses peramuan. • Tingkat kemurnian bahan yang mencukupi ( sesuai standar ) Adanya unsur-unsur asing pada bahan baku yang akan dilebur akan berakibat terhadap kualitas cairan yang dihasilkan. Unsur-unsur asing tersebut ada kalanya akan meningkatkan jumlah kotoran pada proses peleburan. • Bersih dari karat Karat merupakan lapisan oksida logam yang menempel pada bahan baku logam ferro. Dengan adanya karat pada bahan baku selain akan menimbulkan terak pada cairan logam , juga akan menimbulkan percikan-percikan cairan logam saat bahan baku logam tersebut akan dimasukan pada cairan logam dalam tanur yang akan berbahaya bagi operator yang bekerja disekitar tanur. • Bentuk seragam dan masif Bentuk bahan baku yang akan dilebur erat kaitannya dengan kualitas cairan yang dihasilkan. Penggunaan bahan baku yang seragam dan yang massif (pejal) akan memudahkan proses pemuatan dalam tanur sehingga kepadatan pemuatan dapat tercapai. Apabila kepadatan pemuatan telah tercapai dengan maksimal maka proses peleburan akan menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga reaksi antara cairan logam dan bahan pelapis tanur (lining tanur) dapat diminimasi begitu pula reaksi antara cairan logam dengan udara sekitar, yang pada akhirnya akan berakibat pada cairan logam yang dihasilkan menjadi bersih dan umur pakai lining tanur menjadi lebih panjang. 2. Pencapaian temperatur dan homogenisasi Tahapan pencapaian temperatur cairan saat proses peleburan dan saat cairan akan dituang harus dicapai dengan tepat karena akan berpengaruh terhadap kemampuan cairan mengisi seluruh rongga cetak dan penyusutan yang terjadi pada

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

benda tuang. Homogenisasi cairan harus tercapai agar pembentukan struktur dasar yang direncanakan dapat terbentuk secara merata diseluruh bagian benda tuang. 3. Metoda dan tatanan kerja yang baik Metoda dan tatanan kerja yang baik berhubungan erat dengan factor manusia (operator) dan fasilitas yang digunakan yaitu sebagai berikut : 1. Kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan hal yang paling diutamakan sebelum menentukan suatu proses atau langkah yang akan diambil. Langkah yang diambil tidak boleh mengambil resiko yang bagi keselamatan pekerja. Reaksi yang timbul akibat penggunaan bahan tertentu harus diperhitungkan agar dapat diambil langkah pengamanan terhadap keselamatan kerja.

2. Peralatan peleburan yang tersedia dan kondisinya Peralatan yang tersedia menentukan kemampuan dan kapasitas untuk melakukan suatu proses.

3. Peralatan pengujian bahan dan produk Tuntutan terhadap produk akhir tidak terlepas dari ketersediaan dan kemampuan penggunaan alat pengujian yang sesuai. Alat pengujian ini diikelompokkan menjadi alat pengendalian/ pengujian pada proses dan alat pengujian bahan /produk.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

H F-XC A N GE

H F-XC A N GE

c u-tr a c k

N y bu to k lic

4. Langkah kerja yang efisien Tinjauan sisi ekonomis dan ekologis sangat menuntut tahapan/langkah yang efisien, agar produk yang dihasilkan menggunakan biaya proses serendah mungkin dan secara ekologis pencemaran lingkungan hidup dapat ditekan serendah mungkin.

4. Harga yang murah Harga jual benda tuang tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh biaya peleburan yang didalamnya termasuk energi , bahan baku dan tenaga kerja. Penghematan energi dapat dicapai melalui perhitungan peramuan yang akurat serta kedisiplinan dalam pengoperasian tanur. Namun demikian bahan baku yang murah belum tentu menjamin biaya yang rendah. Bahan baku yang murah ( dalam arti kata kualitasnya yang tidak pasti ) hanya akan memunculkan berbagai permasalahan sehingga pada akhirnya akan menaikan biaya produksi. Biaya peleburan dapat ditekan melalui : • Peramuan yang akurat • Penimbangan bahan baku yang sesuai dari hasil peramuan • Teknik pemuatan bahan baku yang baik • Kedisiplinan dalam pengawasan dan pengendalian proses peleburaan (termasuk didalamnya pencatatan semua data proses peleburan) • Keteraturan dalam pengelolaan dan penyimpanan bahan baku dan bahan daur ulang.

.d o

o

.c

m

C

m

w

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u-tr a c k

.c

Related Documents

Pen Gen Alan Komputer
November 2019 36
Pen Gen Alan
May 2020 24
Edited Pen Gen Alan
July 2020 23
Pen Gen Alan Internet
May 2020 23
Pen Gen Alan
May 2020 25

More Documents from ""