1-pertanian-dalam-teori-pembangunan-ekonomi (1).ppt

  • Uploaded by: Fakultas Agrorektan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1-pertanian-dalam-teori-pembangunan-ekonomi (1).ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 719
  • Pages: 26
Oleh Yonariza

Para pelopor  Adam Smith Thomas Malthus David Ricardo 

 Spesialisasi

dan Pembagian kerja (work specialization and division of labor)  Pasar bebas  Keuntungan, tabungan dan investasi  Upah subsisten (subsistence wage)  Cadangan upah (wage fund)  Supply tenaga kerja yang inelastik sempurna pada tingkat upah subsisten  Hukum kenaikan hasil yang semakin menurun

 Industri

sebagai motor pembangunan, namun pengembangan industri tergantung pada pertanian melalui supply dan harga pangan  Keuntungan industri pengembangannya  Keuntungan industri tergantung pada upah buruh  Keuntungan yang meningkat  cadangan upah naik  kompetisi untuk mendapatkan buruh  upah buruh

Upah buruh buruh naik  populasi penduduk meningkat  kebutuhan pangan meningkat  biaya produksi pangan meningkat harga pangan naik  upah buruh naik  keuntungan perusahaan merosot  stagnasi  Kenapa harga pangan naik ?  Teori David Ricardo mengenai sewa tanah 



Anggapan dasar: Biaya produksi menentukan harga pangan Semakin kurang subur lahan yang digunakan untuk produksi pangan, semakin mahal ongkos produksinya

 Implikasinya pada harga pangan:  Bila populasi penduduk bertambah, maka perlu tambahan produksi pangan.  Untuk itu, lahan kurang subur harus ditanami untuk meningkatkan produksi pangan (ekstensifikasi).  Dengan demikian, ongkos produksi semakin mahal sehingga harga pangan menjadi lebih mahal.

 Implikasinya pada sewa lahan:  Semakin mahal harga pangan, maka semakin tinggi tingkat keuntungan pada lahan yang subur  Keuntungan yang makin tinggi ini merupakan akibat langsung dari perbedaan produktivitas di lahan subur dan di lahan marjinal. Sehingga, peningkatan keuntungan di lahan subur ini harus dipandang sebagai imbalan pada jasa lahan dalam produksi.  Jadi, sewa lahan harus dinaikkan

 Jadi,

semakin tinggi permintaan pangan  sewa tanah akan semakin mahal.  Pertumbuhan penduduk  permintaan pangan  sewa tanah  Jadi, ‘penemuan’ tanah baru hanya akan menguntungkan tuan tanah  Tampilkan presentasi grafis di sini.





Model Dualisme Sosial (oleh J.H. Booke) Model Dualisme Teknologi (oleh B.Higgins)

Sistem perekonomian negara berkembang tersegmentasi:  Sektor modern  Sektor tradisional 

 Sektor modern

Mencakup industri dan perkebunan besar Berorientasi pada pasar dan pertumbuhan ekonomi Respon terhadap stimulus ekonomi akibat perubahan pasar dan kemajuan teknologi

Sektor tradisional  Mencakup pertanian rakyat  Berorientasi pada harmoni sosial, sehingga mengutamakan pemerataan dari pertumbuhan ekonomi  Tidak respon terhadap stimulus ekonomi dan kemajuan teknologi  Masalah “back binding supply curve”  Jelaskan dengan bantuan grafis  Rekomendasi  Tidak perlu pembangunan pertanian 

back bending supply curve

Boeke (1973:1-15) menggambarkan perkembangan ekonomi di Indonesia dengan tesis dualisme ekonomi. Boeke (1973:5-10) membagi masyarakat ekonomi menjadi; - sektor modern yang kapitalistik dengan - sektor tradisional yang pra kapitalistik.

Ciri-ciri pokok ekonomi tradisional yang prakapitalistik adalah 1. Melebih-lebihkan hubungan sosial sampai merugikan hubungan ekonominya, 2. tingkah laku ekonominya berorientasi pada konsumsi dari pada produksi; 3. terlalu mengutamakan kepentingan umum dan terlalu meremehkan kepentingan pribadi; dan 4. menyamakan hubungan kerja dengan hubungan patriarkhal.

The "Dualistic Theory" of Underdeveloped Areas Benjamin Higgins Economic Development and Cultural Change Vol. 4, No. 2 (Jan., 1956), pp. 99-115

ekonomi modern yang kapitalistik memiliki ciri-ciri 1. beorientasi pada kepentingan produksi; 2. mengutamakan pertimbangan ekonomi di atas pertimbangan sosial 3. mendahulukan kepentingan perorangan dari kepentingan bersama; dan 4. hubungan kerja bersifat lugas dan kontraktual. Sektor modern kapitalis ditandai dengan dinamika yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya sektor tradisional yang pra kapitalistik ditandai stasioner dan tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Boeke (1973:10-15) menyatakan sektor tradisional yang pra kapitalistik dan sektor modern yang kapitalistik berkembang sendiri-sendiri dan terpisah

Perbedaan bukan pada orientasi dari pelaku ekonominya, tetapi pada perbedaan teknologi yang digunakan  Sektor Modern Teknologi yang padat modal  Teknologi dengan koefisien yang tetap  sehingga, tidak ada ruang untuk substitusi antara modal dan buruh 

 Sektor Modern Kapital Kalau L1 ke L2, tanpa penambahan K, maka pengangguran meningkat

Rasio harga K dan L

Q2

K2 K1

Q1

L1

L2

Labor

Sektor Tradisional Kapital

Rasio harga pada K1/L1 Rasio harga pada K2/L2

K1

Q2

K2

Q1

L1

L2

Labor

Perhatikan: Perubahan rasio harga K/L mengubah penggunaan komposisi penggunaan dari K dan L

Industrialisasi bukanlah solusi untuk masalah penganguran ini.  Pengembangan industri tergantung pada modal dari luar negeri, bukan dari akumulasi kapital  Teknologi produksi industri tidak memungkinkan penyerapan tenaga kerja yang efektif untuk mengatasi pengangguran yang semakin besar 

Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bab 7,8,9, dan 20

More Documents from "Fakultas Agrorektan"