038114051_full.pdf

  • Uploaded by: Nurul Rya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 038114051_full.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 28,377
  • Pages: 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PASCA BEDAH SESAR DI BANGSAL BAKUNG TIMUR RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI 2007

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi

Oleh : Ni Komang Trisna Dewi NIM : 038114051

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cinta membuat kita bersayap dan membuat tubuh menjadi lebih ringan, sehingga memungkinkan kita untuk mencapai tempat-tempat yang lebih tinggi (Gede Prama). Doa-doa tanpa ketulusan adalah surat-surat tanpa perangko Doa-doa tanpa bakti dan cinta kasih adalah surat-surat tanpa alamat Doa-doa dengan ketulusan, bhakti, cinta kasih dan kerinduan seperti telegram (Satya Narayana Swami).

Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan, Loba berkembang dari sifat nafsu dan kegiatan yang bukan-bukan, Sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan (Bhagavad gita, sloka 14.17)

I dedicated this to: Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kehidupan, berkah, perlindungan, tuntunan dan kasih sayangNya. Ayahanda I Wayan Menyan & Ibunda Ni Nyoman Jelih atas semua kasih sayang, doa, pendidikan, perjuangan dan pengorbanannya.

MY ALMAMATER

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI Bedah sesar (section caesarea) adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun (44,5%), dengan indikasi terbanyak ketuban pecah dini (37%). Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA (55,6%) dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga (44,5%). Pasien sebagian besar (92,6%) dirawat di Bangsal kelas III. Golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri, oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam mefenamat masing-masing sebanyak 100%. Jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak 17 kasus. Pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik.

Kata kunci: bedah sesar, obat, drug related problems (DRPs)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT Section caesarea is a surgery through abdomen wall and uterus to give birth an infant from the womb. This research was aimed to evaluate the use of drugs to the patients of post section caesarea in East Bakung Ward Sanglah Hospital Denpasar in the period of February 2007. The most patients are at the age of 30-34 years old (44,5%), with the most indication of early fetal membrane hatched out (37%). Patient’s educational status are Senior High School (55,6%) with the most profession as the wife house(44,5%). Most of the patients (92,6%) are hospitalized in the third class ward. The most given drugs types are antibacterial type, oksitoksic, analgetic non opioid antiinflamasi non steroid, and also drugs which can affect blood and nutrition each is 100%. The drugs types that mostly given are amoxicillin, methylergometrin, and mefenamic acid each is 100%. Number of drug related problems (DRPs) cases, i.e. dosage too low is 17 cases and dosage too high 1 cases. The patients are hospitalized for about 3-6 days. All of the patients are home with a better clinic condition.

Keywords: section caesarea, drugs, drug related problems (DRPs)

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007”. Penulisan skripasi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Direktur Rumah Sakit Sanglah Denpasar yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, serta selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, semangat dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Staf, karyawan di Diklat, Litbang dan Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar atas bantuan, saran dan waktu yang diberikan selama penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian. 6. Ayahanda I Wayan Menyan, Ibunda Ni Nyoman Jelih, dan Nenek Metua Tubreg yang telah membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan semangat, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan penulis. I Love My Family. 7. My Brothers and my sisters: I Putu Karyana, I Kadek Artana, Mbok Tut Sukri dan Mbak Rina yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doanya untuk penulis. 8. Kepit, Dek Iting, Mank Divi dan Tata yang selalu menghadirkan keceriaan di hati penulis. 9. Ely atas semua cinta, sayang, semangat, doa, keceriaan dan kesabarannya pada penulis. I Love U. 10. Mbok Ade Sri sekeluarga, Mbok Kar, Bli Tut De, Bli Made Danya, Iwe Suar dan Iwe Car atas semua nasihat dan semangat yang diberikan pada penulis. 11. Ibu Putu Aryani dan Bapak, atas semua bantuan, bimbingan dan semangat yang diberikan pada penulis. Yandi sekeluarga atas kesetiaannya menemani penulis selama satu bulan dalam pengambilan data penelitian. 12. Devi, Titien, Ocha, Ratna, Timur, Simon, Madya, Mega and Juleha atas kebersamaan dan kekompakkannya selama ini. Devi and Titien terima kasih

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pinjaman bukunya. Temen-temen kelompok praktikum C atas kebersamaan dalam suka dan duka melewati praktikum. 13. Kamizo terima kasih atas doa dan semangatnya untuk penulis. Dek Sanjaya, Oming and Adi yang selalu menghibur lewat sms saat penulis lagi stres dan jenuh. 14. Oe2s, Meta, Vi2, Mbak Wiwit yang selalu menghibur, memberi semangat, membantu dan menemani penulis. 15. Santra, Sukerta, Kawi, Bli Ngurah and Dode atas kebersamaan dan bantuannya selama ini. Vina, Suster Fidelis, Rani, Puguh, Fajar, Gayung and Printa buat semua bantuan dan kebersamaannya selama KKN, terima kasih buat keceriaannya. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 1 Agustus 2007

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………..

ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………..

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………...

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………...

v

INTISARI ……………………………………………………………….

vi

ABSTRACT ……………………………………………………………...

vii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….

viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………

xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………

xv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………

xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………….

1

1. Rumusan masalah ………………………………………………..

4

2. Keaslian penelitian ……………………………………………….

5

3. Manfaat penelitian ……………………………………………….

5

B. Tujuan Penelitian ………………………………………………….

6

1. Tujuan umum ……………………………………………………

6

2. Tujuan khusus …………………………………………………...

6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Fisiologi Kehamilan ………………………………………………

xi

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Bedah Sesar ……………………………………………………..

8

1. Istilah-istilah dalam bedah sesar ………………………………

9

2. Jenis-jenis operasi bedah sesar ………………………………..

10

3. Indikasi-indikasi bedah sesar …………………………………

11

C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya …………..

13

1. Infeksi …………………………………………………………

13

a) Definisi ……………………………………………………...

13

b) Penyebab ……………………………………………………

14

c) Terapi ……………………………………………………….

14

d) Penggolongan antibiotika ………………………………......

15

2. Nyeri …………………………………………………………..

27

a) Definisi ………………………………………………………

27

b) Penyebab ……………………………………………………

27

c) Terapi ……………………………………………………….

29

d) Penggolongan analgesik ……………………………………

29

3. Anemia ………………………………………………………..

31

a) Definisi ……………………………………………………..

31

b) Penyebab ……………………………………………………

31

c) Terapi ……………………………………………………….

31

d) Penggolongan vitamin ………………………………………

32

4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya …….

33

a) Oksitosin …………………………………………………….

33

b) Cairan Elektrolit …………………………………………..

35

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Penggunaan Obat yang Rasional ……………………………….

37

E. Drug Related Problems (DRPs) ………………………………..

38

F. Keterangan Empiris …………………………………………….

40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………..

41

B. Definisi Operasional ……………………………………………

41

C. Subyek Penelitian ………………………………………………

43

D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ………………………..

43

E. Jalannya Penelitian ……………………………………………...

43

1. Analisis situasi dan penentuan masalah ……………………….

43

2. Tahap penelusuran data ……………………………………….

44

3. Tahap pengambilan data ………………………………………

44

4. Tahap analisis data …………………………………………….

45

F. Tata Cara Analisis Data ………………………………………….

45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar ………………………………..

48

B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Bedah Sesar ……………

53

1. Kelas Terapi …………………………………………………….

53

2. Jenis Obat ……………………………………………………….

53

a. Antiinfeksi ……………………………………………………

53

b. Obat Obstetrik dan Ginekologi ……………………………….

58

c. Analgesik ……………………………………………………..

61

d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah ……………………..

62

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ……………………….

65

f. Obat lain …………………………………………………….

68

C. Drug Related Problems (DPRs) ………………………………….

69

D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap …………………………...

71

E. Rangkuman Pembahasan …………………………………………

73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………….

77

B. Saran ………………………………………………………………

78

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….....

79

LAMPIRAN …………………………………………………………....

82

BIOGRAFI ……………………………………………………………..

130

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL Tabel I

Usia pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ……………………..

Tabel II

48

Pasien dengan satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….

49

Tabel III Pasien dengan lebih dari satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …

49

Tabel IV Data tingkat pendidikan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 .... Tabel V

51

Pekerjaan pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………...

52

Tabel VI Data kelas bangsal pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………..

52

Tabel VII Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………..

53

Tabel VIII Antiinfeksi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ……………

57

Tabel IX Obat Obstetrik dan Ginekologi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………… Tabel X

59

Analgesik yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ……………………………………………………………

xv

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel XI Obat yang mempengaruhi gizi dan darah yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ……………………………….

65

Tabel XII Cairan elektrolit yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………..

67

Tabel XIII Golongan dan jenis obat lain yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………………………………………………….

69

Tabel XIV Drug Related Problems (DRPs) ……………………………….

70

Tabel XV Kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …

71

Tabel XVI Lama rawat inap pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….

xvi

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR Gambar 1

Anatomi pada wanita ………………………………………

7

Gambar 2

Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita …………….

7

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Data rekam medis pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………………………………………………………..

Lampiran 2

82

Penggolongan obat pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari

Lampiran 3

2007 ………………………………………………………….

120

Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007……………………………..

130

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedah sesar (section caesarea) akhir-akhir ini sangat marak dilakukan oleh wanita yang akan melahirkan. Sebagian besar dari mereka beranggapan, bahwa vagina mereka akan “molor” ketika melahirkan secara normal. Akibatnya, berkembanglah mitos bahwa vagina yang molor akan membuat hubungan kelamin menjadi tidak nikmat, sehingga menyebabkan suami mereka akan berpaling ke pelukan wanita lain. Tindak lanjutnya, sebagian wanita muda atau calon ibu yang mewarisi perspektif ini akan memilih bedah sesar untuk menyelamatkan elastisitas alat vitalnya itu. Tindakan yang diyakini sebagai langkah “penyelamatan” ini sebenarnya justru lebih berisiko daripada persalinan normal melalui vagina. Risiko yang sering muncul pada kasus bedah sesar adalah risiko infeksi dan pendarahan. Dari data statistik disebutkan insidennya mencapai 10% (Abu Bakar, 2002). Seiring dengan perkembangan informasi di bidang kesehatan, akses untuk mendapatkan infomasi, berita, laporan, penemuan, tinjauan ilmiah dari berbagai topik terutama mengenai bedah sesar banyak dijumpai di internet. Akibat dari banyaknya informasi yang ada, maka munculah konsep baru yang lahir di seputar bedah sesar. Terbukanya sumber informasi dalam tahun-tahun terakhir ini, menyebabkan kaum wanita di Amerika Serikat (AS) menjadi semakin sadar, semakin paham akan bahaya dan risiko dari tindakan bedah sesar, sehingga insidennya pun menjadi berkurang di AS (21%). Di Indonesia angka ini justru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

meluncur ke atas. Data rumah sakit swasta dari kota-kota besar di Indonesia menunjukkan kekerapannya berkisar antara 30-80%. Hal ini disebabkan sumber informasi di negeri kita belum terbuka lebar, jumlah penduduk kita yang mampu mengakses informasi yang bertebaran di internet sangat kecil dan diperkuat juga oleh minat baca bangsa kita yang sangat rendah (Abu Bakar, 2002). Akan tetapi dilain pihak, perluasan indikasi untuk melakukan bedah sesar dan kemajuan dalam teknik operasi dan anestesi serta obat-obat menyebabkan angka kejadian bedah sesar dari periode ke periode meningkat (Mochtar, 1998). Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998). Bedah sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin sangat tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan obat-obatan angka tersebut menjadi sangat menurun (Mochtar, 1998). Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang kematian maternal dan perinatal, baik untuk suatu daerah, wilayah dan secara nasional. Hal ini disebabkan belum adanya sistem pencatatan, pelaporan dan pendaftaran wajib bagi kelahiran dan kematian. Secara umum, angka kematian maternal dari rumah-rumah sakit di Indonesia berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 77,3 sampai 142,2 per 1000. Bila dibandingkan dengan negara-negara maju, angka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Di negara maju angka kematian maternal berkisar antara 1,5-3,0 per kelahiran hidup, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 13,0 sampai 30,0 per 1000 kelahiran. Tingginya angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah-rumah sakit yang menerima banyak kasus patologik dengan penderita sering kali dalam keadaan buruk (Mochtar,1998). Dalam suatu proses bedah sesar, kemungkinan terjadinya suatu infeksi sangat besar, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga mempermudah mikroorganisme untuk masuk ke tubuh pasien. Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Untuk mencegah dan mengobati infeksi maka pasien memerlukan terapi antiinfeksi, salah satunya adalah antibiotika. Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Anonim, 2006b). Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000a). Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca bedah salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgesik. Analgesik adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

kesadaran (Anief, 2003). Obat-obatan yang diberikan untuk pasien bedah sesar kemungkinan dapat mengalami Drugs Related Problems (DRPs), dan seiring dengan adanya peningkatan kejadian bedah sesar yang terjadi di Indonesia, membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Rumah Sakit Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Bali.

1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. seperti apakah karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007? 2. seperti apakah pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007? 3. apakah pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 terjadi Drugs Related Problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

4. seperti apakah dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007?

2. Keaslian penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai “Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari – Juni 2002” yang dilakukan oleh Wikaningtyas (2004). Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda dari penelitian Wikaningtyas (2004) yang bersifat retrospektif. Perbedaannya terletak pada metode pengambilan data yang bersifat prospektif, lokasi penelitian, periode penelitian dan pada penelitian Wikaningtyas tidak terdapat analisis drug related problems.

3. Manfaat penelitian Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terutama di Bangsal Bakung Timur mengenai penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung proses terapi pada pasien pasca bedah sesar oleh dokter maupun pelaksanaan praktek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

farmasi klinik oleh farmasis di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pengobatan bagi pasien pasca bedah sesar.

B. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain untuk mengetahui: 1.

karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

2.

pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

3.

drugs related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat.yang terjadi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

4.

dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Fisiologi Kehamilan Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Anonim, 2007a). Kehamilan terjadi karena adanya proses ovulasi sel telur ke dalam tuba fallopi, dimana jika sel telur tersebut dibuahi oleh sperma, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan entopik, dimana kehamilan tidak terjadi di rahim, tapi terjadi di bibir rahim atau bahkan di ovarium (Anonim, 2007b).

Gambar 1. Anatomi pada wanita (Anonim, 2007b).

Gambar 2. Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita (Anonim, 2007b)

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran yaitu 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

pada minggu-minggu awal kehamilan dan kemudian menjadi janin sampai masa kelahiran. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1 (G1), sedangkan wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0 (G0) (Anonim, 2007a). Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dikenal dengan istilah partus (P). Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan, kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam tiga bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama yaitu antara 0 sampai 12 minggu, kehamilan triwulan kedua antara 12-28 minggu, dan kehamilan triwulan terakhir antara 28 sampai 40 minggu (Wiknjosastro, 1991).

B. Bedah Sesar Istilah bedah sesar (section caesarea) berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Tindakan bedah sesar pertama kali dilakukan untuk menolong kelahiran Julius Caesar yaitu kaisar Roma pada tahun 700 sebelum masehi. Namun, dalam sejarah kedokteran, bedah sesar baru disebut sebagai cara melahirkan bayi setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

tahun 1974, yaitu ketika seorang dokter di Virginia Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya (Kasdu, 2003). Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau bedah sesar adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Persalinan bedah sesar adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1,000 gram atau umur kehamilan >28 minggu (Manuaba, 1999). Secara umum bedah sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tujuan bedah sesar adalah untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal (Mochtar,1998). Keuntungan bedah sesar adalah waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan akan lebih mudah terjadinya antonia arteria dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1981). 1.

Istilah-istilah dalam bedah sesar:

a.

bedah sesar primer (efektif) dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara bedah sesar, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit atau cervicalix (CV) <8 cm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

b.

bedah sesar sekunder dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan bedah sesar. bedah sesar ulang (repeat caesarean section)

c.

ibu pada kehamilan yang lalu mengalami bedah sesar (previous caesarea section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan bedah sesar ulang. bedah sesar histerektomi (caesarean section hysterectomy)

d.

adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan bedah sesar, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi. operasi Porro (Porro operation)

e.

adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998). 2.

Jenis-jenis operasi bedah sesar:

a.

abdomen (Section Caesarean Abdomenalis) 1) bedah sesar transperitonealis: a) bedah sesar klasik atau korporal dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini, antara lain pengeluaran janin menjadi lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Adapun kekurangannya adalah infeksi mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan. b) bedah sesar ismika atau profunda atau low cervical dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan

kurang,

dan

jika

dibandingkan

dengan

cara

klasik

kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Kekurangannya ialah luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan atonia uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi. 2) bedah sesar ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. b.

vagina atau section caesarean vaginalis (Mochtar, 1998).

3.

Indikasi-indikasi bedah sesar Indikasi bedah sesar biasanya merupakan indikasi absolut atau relatif. Setiap

keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana, merupakan indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana dengan keadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat bedah sesar akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn, 1990). Adapun indikasi yang sering muncul pada bedah sesar adalah plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior); bayi letak sungsang; ruptura uteri mengancam; panggul sempit dimana batas terendah untuk melahirkan janin vias normalis ialah cervicalix (CV) = 8 cm (Mochtar, 1998). Panggul dengan CV < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan dengan bedah sesar. Jika CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal kemudian dilakukan bedah sesar sekunder (Mochtar,1998). Persalinan yang sulit, yang meliputi proses persalinan yang tidak maju-maju alias jalan di tempat (obstructed labor), persalinan yang lama (prolonged labor), dan cephalopelvic disproportion (CPD) yaitu ukuran bayi yang terlampau besar untuk melalui rongga panggul (Abu Bakar, 2002). Malposisi dan malpresentasi dapat menyebabkan perlunya bedah sesar pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan per vaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insidensi bedah sesar dalam kelompok ini berkaitan dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks. Persalinan menjadi lama dan kemajuannya mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering disertai disposisi dan malpresentasi (Oxorn, 1990). Problem serius yang terkait dengan kesehatan ibunya juga perlu dipertimbangkan, seperti infeksi, kencing manis, sampai tekanan darah tinggi (Abu Bakar, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya 1. Infeksi a. Definisi Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis. Terdapat berbagai faktor yang akan menentukan apakah seseorang yang dimasuki oleh mikroorganisme akan menjadi sakit, antara lain jumlah mikroorganisme yang masuk, virulensi atau keganasan mikroorganisme, dan daya tahan tubuh manusia sendiri (Anonim, 2006b). Pada pasien bedah sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas. Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari, infeksi nifas sedang ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan disertai dehidrasi, dan infeksi berat dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi berat biasanya sering dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama. Secara umum gejala infeksi, antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, suhu tubuh sekitar 38oC, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan serta getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40oC dengan kadang-kadang disertai menggigil (Prawirohardjo, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

b. Penyebab Pada kasus-kasus bedah, terutama bedah sesar, kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan antiinfeksi untuk tindakan profilaksis atau terapi sangat penting untuk mengatasi infeksi. c. Terapi Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang sering digunakan dalam bedah sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering digunakan dalam bedah sesar meliputi antibiotika profilaksis (preventif) dan antibiotika kuratif. Antibiotika profilaksis (preventif) digunakan untuk pencegahan terjadinya manisfestasi infeksi yang diduga akan terjadi, sedangkan antibiotika kuratif adalah antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi. Tindakan kuratif diberikan bila bakteri sudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan infeksi, maka dilakukan pengobatan dengan jalan membunuh atau mencegah perkembangbiakan bakteri, yaitu dengan menggunakan antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999). Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis antibiotika profilaksis diberikan melalui tiga dosis terbagi selama 24 jam untuk pencegahan infeksi. Jika bedah sesar lebih dari 6 jam ataupun jika kehilangan darah lebih dari 1500 mL, diberikan dosis kedua antibiotika profilaksis. Kombinasi antibiotika yang sering digunakan adalah ampisilin 2 gram secara interavena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

(i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. setiap 24 jam, metronidazol 500 mg secara i.v. setiap 8 jam. Jika infeksi tidak terlalu berat, dapat diberikan amoksisilin 500 mg secara oral setiap 8 jam sebagai pengganti ampisilin dan metronodazol secara i.v. (Anonim, 2000c). Selain menggunakan antibiotika profilaksis, tindakan pencegahan juga dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi lingkungan dan meningkatkan kekebalan tubuh (Anonim, 2005), makanan yang bergizi, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, mencegah terjadinya pendarahan banyak, dan semua petugas kamar bersalin harus menggunakan masker penutup hidung dan mulut (Prawirohardjo, 1991). d. Penggolongan antibiotika Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan perbedaan sifat ini, antibimikroba dibagi menjadi dua kelompok yaitu antimikroba berspektrum sempit (narrow spectrum), yang berguna untuk membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik, dan antibmikroba berspektrum luas (broad spectrum) yang berguna untuk membunuh semua jenis bakteri di dalam tubuh (Joris, 2004). Antimikroba dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya dari: 1) dinding sel, sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotik dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya: kelompok penisilin dan sefalosporin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

2) membran sel, molekul lipoprotein dari membran plasma yang terdapat di dalam dinding sel dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeabel. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya: polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol). 3) protein sel, sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida. 4) asam-asam inti seperti DNA dan RNA, contohnya rifamisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, dan asiklovir (DNA). 5) antagonis saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, dan INH (Tjay, 2002). Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dapat dibagi menjadi: a) β-laktam (1) penisilin (β-laktam I). Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugus samping R saja. Benzilpenisilin (pen-G) ternyata paling aktif. Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terutama terhadap kuman gram-positif khususnya cocci dan hanya beberapa kuman gram-negatif. Semua penisilin dianggap aman bagi wanita hamil dan yang menyusui, walaupun dalam jumlah kecil terdapat dalam darah janin dan air susu ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut: (a) zat-zat spektrum sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zatzat ini terutama aktif terhadap kuman gram-positif dan diuraikan oleh penisilinase. (b) zat-zat tahan laktamase: metisilin, kloksasilin, flukloksasilin. Zat ini hanya aktif terhadap Staphylococcus dan Streptococcus. Asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam memblokir laktamase dan dengan demikian menjamin aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan. (c) zat-zat spektrum luas: ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kumankuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif, kecuali Pseudomonas, Klebsiella, dan B. fragilis. Tidak tahan laktamase, maka sering digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase blocker. (d) zat-zat

anti-Pseudomonas:

tikarsilin dan

piperasilin.

Antibiotika

spektrum luas ini meliputi lebih banyak kuman gram-negatif, termasuk Pseudomonas, Proteus, Klebsiella, dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan laktamase dan umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase blocker. (2) sefalosporin (β-laktam II). Sefalosporin diperoleh secara semisintetis dari sefalosporin-C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium. Struktur, khasiat dan sifat sefalosporin mirip dengan penisilin. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman gram-positif dan gram-negatif, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Sefalosporin dapat dengan mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya dalam darah janin lebih rendah daripada di ibunya. Sefalotin dan sefaleksin telah digunakan selama kehamilan tanpa adanya laporan efek buruk bagi bayi. Klasifikasi sefalosporin berdasarkan generasinya dapat dibagi menjadi: i. generasi pertama: sefalozin, sefalotin, sefradin, sefaleksin, dan sefadroksil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci gram-positif, Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase. ii. generasi kedua: sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif terhadap kuman gram-negatif dan kuman-kuman yang resisten terhadap amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan laktamase. Khasiatnya terhadap kuman gram-positif lebih kurang sama. iii. generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat. iv. generasi keempat: sefepim dan sefpirom. Sangat resisten terhadap laktamase dan sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas. b) aminoglikosida. Antibiotika yang dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan Micromonospora. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak bacilli gramnegatif, aktif juga terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

Gentamisin khasiatnya lebih ringan. Tidak efektif terhadap kuman anaerob. Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Aminoglikosida dapat melintasi plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada bayi, tidak dianjurkan selama kehamilan, tapi dapat diberikan selama laktasi karena mencapai air susu ibu dalam jumlah kecil. Atas dasar rumus kimianya, aminoglikosida dapat dibagi menjadi: (1) streptomisin mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya. (2) kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gula yang dihubungi oleh sikloheksan. (3) neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gula amino. c) tetrasiklin. aureofaciens

Senyawa yaitu

tetrasiklin

semula

klortetrasiklin

dan

diperoleh

dari

Streptomyces

Streptomyces rimosus

yaitu

oksitetrasiklin, tetapi sekarang telah dibuat secara sintetis seluruhnya. Senyawa long-acting dari tetrasiklin terdiri dari doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci gram-positif dan gram-negatif serta kebanyakan bacilli. Semua tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun karena penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

d) makrolida dan linkomisin. Kelompok ini terdiri dari eritromisin dengan derivatnya yaitu klaritromisin, roxitromisin, azitromisin dan diritromisin. Spiromisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang serupa. Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda dengan eritromisin, tetapi mirip sekali mengenai aktivitas, mekanisme kerja, dan pola resistensinya, bahkan terdapat resistensi silang dan antagonisme dengannya. Eritromisin dan linkomisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri gram-positif, dan spektrum kerjanya mirip penisilin-G. mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Eritromisin dapat diberikan dengan aman saat kehamilan dan laktasi, sedangkan derivatnya belum ada kepastian. e) polipeptida. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E (kolistin), basitrasin dan gramisidin. Antibiotika ini dihasilkan oleh jenis bakteri. Polimiksin hanya aktif terhadap kuman gram-negatif termasuk Pseudomonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin terutama kuman grampositif. Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Antibiotika ini sangat toksik bagi ginjal, polimiksin juga bagi organ pendengaran. f) antibiotika lainnya (1) kloramfenikol. Diperoleh dari jenis Streptomyces, kini dibuat secara sintesis. Antibiotika ini berspektrum luas, berkhasiat terhadap hampir semua kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif. Tidak aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter. Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan Staph. aerius berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol bekerja bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. Meningitides, dan H. influenzae. Pada kehamilan dan laktasi penggunaannya tidak dianjurkan, khususnya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, karena dapat menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neonati dan menyebabkan grey baby syndrome, serta dapat melintasi plasenta dan mencapai air susu ibu. Larangan tersebut juga berlaku pada tiamfenikol. (2) vankomisin. Diperoleh dari jenis Streptomyces orientalis. Berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram-positif aerob dan anaerob, termasuk Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin. Penting sekali sebagai antibiotika terakhir pada infeksi parah oleh kuman, jika obat-obat lain tidak ampuh lagi. Digunakan juga bila terjadi alergi terhadap penisilin/sefalosporin. Vankomisin dapat mencapai air susu ibu. (3) asam fusidat. Dihasilkan oleh jamur Fusidium coccineum. Spektrum kerjanya sempit dan terbatas pada kuman gram-positif, terutama staphylococcus, juga yang membentuk penisilinase. Khasiatnya bersifat bakteriostatis

berdasarkan

penghambatan

sintesa

protein

kuman.

Penggunaan pada akhir kehamilan dapat mengakibatkan penyakit kuning (icterus) pada bayi. Zat ini melintasi plasenta dan terdapat dalam air susu ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

(4) mupirosin. Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorecens. Berdaya khusus terhadap kuman gram-positif, tetapi tidak aktif terhadap kuman gramnegatif. Khasiatnya bersifat bakterisid berdasarkan penghambatan RNAsintetase yang berakibat penghentian sintesa protein kuman. (5) spektinomisin. Dihasilkan oleh Streptomycin spectabilis. Antibiotika berspektrum luas ini berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram-positif dan gram-negatif. Khususnya digunakan sebagai obat pilihan ketiga pada gonore akut seperti urethritis, proctitis, cervicitis. Penggunaan selama kehamilan dan laktasi tidak ada data (Tjay, 2002). Berdasarkan penggunaannya terapi antibiotika dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: i. terapi empirik atau pendahuluan, antibiotika yang dipakai harus mencapai semua kuman patogen yang diperkirakan menjadi penyebab penyakit. Biasanya dipakai kombinasi beberapa antibiotika atau satu jenis antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad-spectrum). ii. terapi definitif atau tetap, diberikan bila kuman penyebab penyakit dapat ditentukan. Dipilih antibiotika yang berspektrum sempit (narrow-spectrum) dan daya toksisitas rendah (Anonim, 2006b). Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu: i) penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikro-biologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian antibiotika dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess. ii) faktor pasien. Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui (Anonim, 2000a). Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat pembunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid (Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Aktivitas bakteriostatik antibiotika tergantung pada daya tahan tubuh seseorang atau hospesnya (Sumarsono, 2002). Zat-zat bakterisid pada dosis biasa dapat mematikan kuman. Obat-obat ini dapat dibagi pula dalam dua kelompok yakni zat-zat yang bekerja pada fase tumbuh misalnya, penisilin dan sefalosporin, polipeptida (polimiksin, basitrasin), rifamisin, asam nalidiksat, dan kinolon. Kurang efektif terhadap kuman dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

fase

istirahat;

zat-zat

yang

bekerja

terhadap

fase

istirahat

misalnya,

aminoglikosida, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan juga polipeptida, contohnya polimiksin dan basitrasin (Tjay, 2002) Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswara, Setiabudy, dan Gan, 2001). Dosis antimikroba selalu dipilih sedemikian tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi melampaui MIC (minimum inhibitory concentration). Guna mencapai kadar puncak dalam darah dan jaringan sering kali perlu dimulai dengan dosis berganda (loading dose) misalnya dengan sulfonamida, doksisiklin, dan kloroquin; atau juga dimulai dengan injeksi pada infeksi parah dan selanjutnya diteruskan secara oral, misalnya penisilin-G, tetrasiklin atau kinin (Tjay, 2002). Penggunaan antibiotika yang sembarangan atau tidak tepat penakarannya dapat menggagalkan terapi. Di samping itu juga dapat menimbulkan bahaya, seperti sensitasi, resistensi, dan suprainfeksi. Setelah digunakan secara topikal, banyak obat dapat menimbulkan kepekaan berlebihan atau sensitasi, pemakai menjadi hipersensitif. Bila kemudian obat yang sama digunakan secara sistemis, misalnya melalui oral atau parenteral, maka ada kemungkinan terjadinya suatu reaksi alergi. Gejalanya berupa gatal-gatal, kemerah-merahan dan bentol-bentol, tetapi kadang-kadang juga lebih hebat, seperti demam, kelainan darah, bahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

syok anafilaksis fatal. Oleh karena itu, untuk menghindari sensitasi sebaiknya jangan menggunakan obat-obat demikian dalam sediaan topikal, seperti salep, krem, lotion dan sebagainya (Tjay, 2002). Antibiotika yang terkenal dapat menimbulkan sensitasi antara lain penisilin, kloramfenikol, dan sulfonamida. Sebaliknya fremisetin, fusidat, dan juga tetrasiklin jarang sekali mensensitasikan, oleh kerena itu, banyak digunakan topikal. Neomisin dan basitrasin semakin banyak dilaporkan menimbulkan alergi kontak. Jika antibiotika digunakan dengan dosis terlalu rendah atau masa terapi kurang lama, maka hal ini dapat mempercepat terbentuknya suku-suku yang resisten, atau mengalami resistensi (Tjay, 2002). Resistensi adalah suatu sifat terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Bakteri bisa resisten karena obat tidak mencapai target tempat obat harus bekerja, contoh membran atau dinding sel bakteri yang sulit ditembus obat (impermeabel); obat dibuat menjadi tidak aktif, contohnya karena bakteri bisa menghasilkan enzim yang menyebabkan obat menjadi tidak aktif; dan target/tempat obat harus bekerja berubah, contoh saluran pada dinding sel bakteri sebagai tempat masuknya obat tidak ada, dan transport sistem yang kurang (Anonim, 2006b). Oleh karena itu, selalu perlu menggunakan dosis cukup tinggi untuk waktu yang cukup lama. Cara lain untuk mencegah resistensi adalah menggunakan kombinasi dari dua atau tiga obat (Anonim, 2006). Supra-infeksi adalah infeksi sekunder dengan parasit berlainan yang timbul di atas infeksi primer. Infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad-spectrum yang sering kali mengganggu keseimbangan antar-bakteri di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

dalam usus, saluran nafas, dan kemih. Suku mikroorganisme yang lebih kuat dan resisten hilang saingannya, menjadi dominan dan menimbulkan infeksi baru. Contoh supra-infeksi antara lain disebabkan oleh suku Staphylococcus resisten, Proteus, Pseudomonas, dan Candida serta fungi lain. Obat-obat yang dapat menimbulkan supra-infeksi adalah ampisilin, kloramfenikol, dan tetrasiklin (Tjay, 2002). Pada umumnya, penggunaan kombinasi dari dua/lebih antibiotika (multiple drug therapy/MDT) tidak dianjurkan, apa lagi kombinasi dengan dosis tetap (fixed dose). Terapi terarah mungkin lebih disukai, tetapi beberapa kombinasi dapatlah bermanfaat yaitu: (i)

pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi, atau dua antibiotika dengan spektrum sempit, contohnya antibiotika untuk gram-positif ditambah antibiotika untuk gram-negatif, yang bertujuan untuk memperluas aktivitas terapi, misalnya basitrasin ditambah polimiksin dalam sediaan topikal.

(ii)

untuk memperoleh potensiasi, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi dengan Pseudomonas.

(iii) untuk mengatasi resistensi, misalnya amoksisilin ditambah asam klavulanat yang menginaktivasi enzim penisilinase. (iv) untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa diberikan rifampisin ditambah INH dan pirazinamida, dan kusta diberikan dapson ditambah klofazimin dan/atau rifampisin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

(v)

untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi (Tjay, 2002).

2. Nyeri a. Definisi Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, serta sering untuk mempermudah diagnosis. Akan tetapi, dengan adanya nyeri, pasien merasakan hal yang tidak mengenakan, kebanyakan menyiksa dan kerena itu berusaha untuk bebas darinya (Mutschler, 1991). Nyeri merupakan salah satu keluhan yang sering dirasakan oleh pasien pasca bedah sesar, nyeri yang timbul terutama pada daerah bekas sayatan operasi (Mutschler, 1991). Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguangangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot (Anief, 2003). b. Penyebab Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu, yaitu nilai ambang nyeri, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang disebut mediator nyeri (Mutschler, 1991). Mediator nyeri meliputi histamin, serotonin, plasmokinin contohnya bradikinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana rangsangan terasa sebagai nyeri (Anief, 2003). Kualitas nyeri menurut tempat terjadinya dibagi atas: 1) nyeri somatik a) nyeri permukaan, apabila rangsang bertempat dalam kulit. Nyeri permukaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum pada kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi dengan baik dan hilang cepat setelah berakhirnya rangsang. b) nyeri dalam, apabila rangsang berasal dari otot, persendian, tulang, dan jaringan ikat. Nyeri dalam dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar kesekitarnya, dan biasanya sering diikuti oleh reaksi vegetatif seperti tidak bergairah, mual, berkeringat dan menurunnya tekanan darah, contohnya yaitu nyeri sakit kepala. 2) nyeri dalaman (viseral), sifatnya menekan dan disertai reaksi vegetatif. Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1991). Reseptor nyeri (nosiseptor), secara fungsional dibedakan menjadi dua jenis reseptor, yang dapat menyusun dua sistem serabut berbeda, yaitu: a) mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta bermielin. b) termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tak bermielin (Mutschler, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

c. Terapi Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca bedah sesar, pasien umumnya diberikan suatu analgesik. Analgesik umumnya mempengaruhi nyeri melalui kemungkinan-kemungkinan berikut: 1) mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer. 2) mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai anestetika infiltrasi. 3) menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan anestetika konduksi. 4) meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat dengan anagetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis. 5) mempengaruhi

pengalaman

nyeri

dengan

psikofarmaka,

seperti

trankuilansia, neuroleptika, antidepresiva (Mutschler, 1991). d. Penggolongan analgesik Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgesik dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: 1) analgesik yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgesik atau kelompok opiat). Kerjanya pada pusat hipoanalgesik, antara lain: menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat sebagai kerja analgesik; sebaliknya tidak mempengaruhi kualitas indra lain pada dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

terapi; mengurangi aktivitas kejiwaan sebagai kerja sedasi; meniadakan rasa takut dan rasa bermasalah sebagai kerja trankuilasia; menghambat pusat pernafasan dan pusat batuk sebagai kerja depresi pernafasan dan kerja antitusif; seringkali mula-mula menyebabkan mual dan muntah akibat stimulasi pusat muntah sebagai kerja emetika, selanjutnya menyebabkan

inhibisi

pusat

muntah

menimbulkan

miosis

sebagai

kerja

sebagai miotika;

kerja dan

antiemetika; meningkatkan

pembebasan anti diuretik hormon (ADH) sebagai kerja antidiuretika Kerjanya pada perifer, antara lain: memperlambat pengosongan lambung dengan mengkontriksi pilorus; mengurangi motilitas dan meningkatkan tonus saluran cerna atau obstipasi spastik; mengkontraksi sfinkter dalam saluran empedu; meningkatkan tonus otot kandung kemih dan juga otot sfinkter kandung kemih; mengurangi tonus pembuluh darah dengan bahaya reaksi ortostatik; dan menimbulkan pemerahan kulit, urtikaria, rangsang gatal, serta pada penderita asma suatu bronkospasmus, akibat pembebasan histamin. 2) analgesik yang berkhasiat lemah sampai sedang, bekerja terutama pada perifer dengan sifat antipiretik dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan antireumatik. Analgesik lemah tidak mempunyai sifatsifat psikotropik dan sedasi dari hipoanalgesiknya, akan tetapi mempunyai indikasi pada nyeri ringan sampai sedang (Mutschler, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

3. Anemia a. Definisi Anemia merupakan kelainan sel darah merah yang paling umum dan merupakan masalah yang sering dijumpai pada pelayanan klinis. Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin <12 gram/dl atau nilai hematokrit <36 % pada wanita dan konsentrasi hemoglobin <14 gram/dl atau nilai hematokrit <42 % pada pria. Gejala dan tanda non-spesifik yang berkaitan mencakup rasa lemah, letih, pucat, dispnea, palpitasi dan terkadang angina pektoris atau gagal jantung kongestif (Skoch, Daley, dan Forsmark, 1996). b. Penyebab Kemungkinan terjadinya anemia pada kasus bedah sesar disebabkan oleh adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi. Jumlah perdarahan sebanyak 25-30% dari volume darah dalam waktu singkat dapat menimbulkan keadaan syok dan dapat menyebabkan kematian. Keadaankeadaan yang mungkin timbul adalah tekanan darah akan menurun, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dangkal, tekanan darah sentral menurun, dan produksi urin semakin menurun (Manuaba,1999). Selain disebabkan oleh pendarahan, anemia pada pasien bedah sesar dapat juga disebabkan adanya kekurangan gizi selama ibu mengandung. c. Terapi Transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari bagian obstetrik dan ginekologi, karena komplikasi pendarahan dapat menjadi penyebab kematian utama. Untuk menolong jiwa penderita dapat diberikan cairan pengganti berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

tranfusi darah untuk mengembalikan volume darah (Manuaba, 1999). Selain dengan tranfusi darah, anemia karena adanya kekurangan gizi pada ibu hamil dapat diatasi dengan pemberian vitamin dan beberapa mineral yang penting untuk metabolisme. Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001). Vitamin adalah zat organik yang dalam jumlah kecil sekali essensial guna memelihara fungsi pertukaran zat yang normal dalam tubuh (Anief, 2003). Mineral merupakan senyawa anorganik yang merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001). Sumber vitamin dan mineral yang paling baik ialah makanan, sehingga orang sehat yang makanannya bermutu baik, sudah mendapat jumlah vitamin dan mineral yang cukup. Akan tetapi individu dengan diet rendah kalori, yaitu kurang dari 1200 kalori/hari seringkali asupan vitaminnya kurang dan memerlukan tambahan. Selain terdapat dalam makanan, vitamin juga dapat diberikan dalam bentuk murni sebagai sediaan tunggal atau kombinasi. Sediaan untuk tujuan profilaksis harus dibedakan dari sediaan untuk tujuan pengobatan defisiensi (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001). d. Penggolongan vitamin Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

vitamin larut air perlu sering dikonsumsi. Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah berlebihan selain merupakan pemborosan, juga mungkin menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya vitamin larut lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin larut air (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001). Penggolongan vitamin berdasarkan kelarutannya, yaitu: 1) vitamin yang larut dalam air: tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin (vitamin B6), nikotinamida, asam folat, asam pantotenat, asam para-aminobenzoat, biotin (vitamin H), rutin, sianokobalamin (vitamin B12), asam askorbat (vitamin C). B

2) vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K (Anief, 2003). Sediaan vitamin untuk pengobatan hanya diperlukan untuk terapi penyakit defisiensi vitamin dan terapi suportif pada keadaan patologik di mana kebutuhan makanan sangat meningkat misalnya pada alkoholisme dan kaheksia pasca bedah (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001)

4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya a. Oksitosin Oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi uterus (Ganiswara, Syarif, dan Muchtar, 2001). Oksitosik adalah obat yang digunakan untuk merangsang otot polos uterus dan kelenjar susu (mamae). Khasiatnya adalah kontraksi uterus dan stimulasi mulainya laktasi. Penggunaan oksitoksik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

obstetrika atau ilmu kebidanan antara lain menstimulir mulai his, bila ada kelemahan his; dan setelah bersalin untuk mencegah perdarahan yang banyak (Anief, 2003). Banyak obat memperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan. Obat yang bermanfaat itu adalah oksitosin dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa prostaglandin semisintetik. Obat-obat tersebut memperlihatkan respon bertingkat (graded response) pada kehamilan, mulai dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani (Ganiswara, Syarif, dan Mucthar, 2001). Kepekaan pasien terhadap oksitosin sangat berbeda dan bergantung pada banyak faktor, akan tetapi terutama bergantung pada perbandingan kadar estrogen dan gestagen. Estrogen meningkatkan keterangsangan dan aktivitas spontan uterus. Gestogen menyebabkan uterus lebih tidak peka terhadap oksitosin. Khasiat oksitosin rendah pada awal kehamilan karena nisbah estrogen-gestagen rendah. Menjelang akhir kehamilan estrogen diproduksi dalam jumlah yang lebih besar oleh plasenta, yang mensensibilisasi otot uterus terhadap oksitosin. Di samping itu ketegangan dinding uterus akibat pertumbuhan fetus yang cepat secara refleks menyebabkan meningkatnya pembebasan oksitosin (Mutschler, 1991). Oksitosin tidak hanya menyebabkan kontaksi otot uterus, melainkan juga otot polos kelenjar buah dada. Dengan demikian air susu ditekan dari ujung saluran menuju ke saluran pengeluaran. Pembebasan oksitosin dari hipofisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35

terjadi secara refleks ketika bayi menyusu, karena itu oksitosin juga diindikasikan untuk meningkatkan pengosongan air susu, misalnya pada penyumbatan air susu atau pada mastitis puerperalis (Mutschler, 1991). Secara menyeluruh indikasi oksitosin, antara lain: 1) membantu memulai proses melahirkan pada pecah ketuban sebelum waktunya, keluar plasenta sebelum waktunya, preeklamsia, eklamsia serta pada transfusi. 2) selama proses melahirkan pada kelemahan kontraksi. 3) untuk kontaksi uterus setelah operasi sesar. 4) dalam periode setelah melahirkan untuk mengeluarkan plasenta, untuk mengurangi hilangnya darah dan untuk profilaksis dan juga mengatasi toni uterus (Mutschler, 1991). Selain indikasi oksitosin, terdapat pula beberapa indikasi utama dari alkaloid ergot terutama pada periode setelah melahirkan, seperti pada keluarnya plasenta yang diperlambat; pendarahan setelah plasenta keluar; pembendungan pengeluaran darah pada waktu haid; dan kurangnya pembentukan kembali uterus pada nifas (Mutschler, 1991).

b. Cairan Elektrolit Dalam keadaan normal, tubuh akan selalu kehilangan air berikut elektrolit melalui urin, feses dan perspiratio insensibilis atau paru-paru serta kulit, dan digantikan dengan air yang didapat tubuh melalui makanan, minuman dan hasil oksidasi proses metabolisme (Manuaba, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

Menurut Manuaba (1999), cairan tubuh manusia terbagi dalam: 1) cairan ektraseluler (CES), 20%, dengan perincian cairan plasma 5% BB dan cairan interstitial 15% BB. 2) cairan intraseluler (CIS), 40%. 3) cairan transeluler (CTS), 1-3% BB. Banyaknya cairan tubuh pada pria dewasa yaitu 60-65% BB, pada wanita dewasa 55-60% BB dan pada anak-anak 65-80% BB. Pendarahan yang cukup banyak akan menimbulkan perubahan cairan tubuh dan metabolismenya, sehingga dapat mengganggu sistem tubuh secara keseluruhan. Dalam bidang Obstetri dan Ginekologi, kehilangan cairan tubuh disebabkan oleh: a) dehidrasi, karena intake yang kurang pada saat persalinan yang berlangsung lama atau pada persalinan terlantar dan hiperemesis gravidarum karena kurang minum dan makan. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, diperlukan intake cairan sebanyak 2.000 cc per hari, sehingga fungsi organ dapat berlangsung dengan baik. Cairan yang diberikan adalah kombinasi Ringer laktat, Ringer dextrosa, dextrosa atau chloret. b) pendarahan karena abortus atau keguguran, mola hidatidosa, kehamilan ektopik terganggu, perdarahan antepartum, trauma persalinan, perdarahan postpartum, dan tindakan bedah. Pendarahan menyebabkan hilangnya sejumlah darah yang berfungsi dalam pembuluh darah, menyebabkan penurunan tekanan darah vena sentral dan perifer, dan meningkatnya nadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

sebagai kompensasi. Dalam keadaan yang lebih serius, produksi urin semakin berkurang. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka akan menarik cairan interstitial (Manuaba, 1999). Larutan elektrolit diberikan intravena untuk memenuhi kebutuhan normal akan cairan dan elektrolit atau untuk menggantikan kekurangan yang cukup besar atau kehilangan yang berkelanjutan, untuk penderita yang mual dan muntah dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya melalui mulut (Anonim, 2000a).

D. Penggunaan Obat yang Rasional Penggunaan obat yang rasional, mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan pada harga terendah untuk mereka dan masyarakat (Siregar, 2006). Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup kriteria berikut: 1. obat yang benar. 2. indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep didasarkan pada pertimbangan medis yang baik. 3. obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien, dan harga. 4. dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat. 5. pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi merugikan adalah minimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

6. dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang ditulis. 7. kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2006).

E. Drug Related Problems (DRPs) Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian obat. Drug realated problem (DRPs) atau sering diistilahkan dengan Drug therapy problem (DTP) adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat mendapat perawatan akibat dari suatu penyakit (Cipolle, 2004). Masalah-masalah yang terkait dengan DRPs antara lain: 1. butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy), yang meliputi kondisi medis yang membutuhkan terapi obat baru, keadaan kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi yang membutuhkan kombinasi obat untuk mendapatkan efek sinergis atau potensiasi, kondisi dengan resiko dan butuh obat untuk mencegahnya. 2. salah obat (wrong drug), yang meliputi kondisi yang menyebabkan obat tidak efektif, alergi obat tertentu, obat yang bukan paling efektif untuk indikasi, faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat, efektif tetapi bukan yang paling murah, efektif tetapi bukan yang paling aman, antibiotika resisten terhadap infeksi pasien, kombinasi yang tidak perlu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

3. dosis terlalu rendah (dosage too low), meliputi terlalu rendah untuk memberikan respon, konsentrasi obat di bawah therapeutic range yang menyangkut obat, dosis, rute, atau konversi formulasi obat tidak cukup, pemberian terlalu awal. 4. dosis terlalu tinggi (dosage too high), meliputi dosis terlalu tinggi, kadar serum terlalu tinggi, dosis terlalu cepat dinaikkan, akumulasi obat karena penyakit kronis, obat, dosis, rute, konversi formula tidak sesuai bagi pasien. 5. adverse drug reaction (ADR), yang meliputi diberikan dengan kecepatan yang terlalu tinggi, alergi, faktor risiko, interaksi obat-obat atau makanan, hasil laboratorium berubah akibat obat. 6. obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), yang meliputi tidak ada indikasi pada saat itu, menelan obat dengan jumlah yang toksik, kondisi akibat penyalahgunaan obat, lebih baik disembuhkan dengan terapi non drug, pemakaian dosis ganda yang seharusnya cukup dengan terapi dosis tunggal, minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan. 7. ketidaktaan pasien dalam menggunakan obat (uncomplience), meliputi tidak menerima obat sesuai regimen karena medication error, tidak taat intruksi, harga obat mahal dan tidak memahami aturan penggunaan obat. Sebagai Farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRPs, kemudian membuat solusi terhadap DRPs tersebut, sehingga tercapai obat yang diharapkan yaitu: tepat indikasi, efektif, aman, dan ditaati pasien (Cipolle, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

F. Keterangan Empiris Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan obat yang digunakan untuk terapi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitiannya ialah deskritif evaluatif, karena data yang telah diperoleh dari lembar rekam medik kemudian dievaluasi, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena apa yang terjadi, yang ditampilkan dalam bentuk persentase, distribusi, frekuensi dan gambar. Pengambilan datanya dilakukan secara prospektif, artinya data yang diambil adalah data mulai dari pasien masuk sampai pulang (Sastroasmoro dan Ismael, 1995).

B. Definisi Operasional 1.

Obat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua obat yang diberikan untuk terapi pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

2.

Antibiotika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antibiotika yang digunakan untuk pasien bedah sesar, yang meliputi antibiotika profilaksis dan antibiotika empirik.

3.

Antibiotika profilaksis adalah antibiotika yang digunakan sebelum ada tanda dan gejala infeksi, untuk mencegah manisfestasi klinik infeksi tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

4.

Antibiotika empirik adalah antibiotika yang digunakan sebelum diketahui jenis bakteri yang menginfeksi pasien.

5.

Evaluasi penggunaan obat adalah melihat serta mengevaluasi obat-obatan yang diberikan pada pasien bedah sesar yang meliputi: golongan dan jenis obat, dosis obat, serta drug related problems yang terjadi.

6.

Golongan obat yang diterima pasien bedah sesar contohnya: antimikroba, oksitosik, alkaloid ergot, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, obat

yang

mempengaruhi

darah,

obat

yang

mempengaruhi

gizi,

kortikosteroid, dan analog prostaglandin. 7.

Jenis obat yang diterima pasien bedah sesar contohnya: amoksisilin, ampisilin, sulbenisilin, sefotaksim, oksitosin, metilergometrin, asam mefenamat, fero sulfat, vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, deksametason, dan misoprostol.

8.

Dosis obat yang dimaksud adalah dosis yang diberikan pada pasien bedah sesar untuk satu kali pemberian.

9.

Drug Related Problems (DPRs) yang dimaksudkan adalah permasalahan yang muncul berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: butuh terapi obat tambahan, salah obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, efek samping obat, obat tanpa indikasi dan ketidaktaatan pasien.

10.

Waktu pengamatan adalah waktu mulai dari pasien bedah sesar masuk sampai keluar dari Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar pada periode Februari 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

11.

Sembuh yang dimaksud dalam penelitian ini yang berhubungan dengan penggunaan obat adalah kondisi klinis pasien membaik setelah pemberian obat dan tidak terdapat keluhan terhadap obat yang diberikan.

C. Subyek Penelitian Subyek penelitian berjumlah 27 pasien, yang meliputi seluruh pasien pasca bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007, mulai pasien masuk sampai pulang. Data dari pasien yang pindah ke ruang perawatan lain, tidak diambil sebagai data untuk penelitian ini.

D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah berupa lembar rekam medik pasien pasca bedah sesar sepanjang bulan Februari 2007 yang berisi data klinis dan peresepan obat untuk pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Lokasi penelitian ini yaitu di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar, yang terletak di Jalan Diponogoro Denpasar, Bali.

E. Jalannya Penelitian 1. Analisis situasi dan penentuan masalah Dimulai dengan melihat pola pasien bedah sesar yang ada di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah sepanjang bulan Februari 2007, yang diperoleh langsung dari lembar rekam medik dokter setelah pemeriksaan rutin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

pada pasien. Laporan tersaji dalam bentuk catatan terdistribusi pola pasien bedah sesar tiap hari sepanjang bulan Februari, sehingga dapat diketahui angka kejadian pasien bedah sesar periode Februari 2007. Penelitian mengenai pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar belum pernah dilakukan sebelumnya, maka masalah tentang penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 ini dipilih oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.

2. Tahap penelusuran data Tahap penelusuran data dilakukan dengan melihat lembar rekam medik yang berupa catatan yang terkait dengan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Berdasarkan catatan tersebut dapat dicatat nomor rekam medik, nama, usia pasien, indikasi, diagnosa masuk dan diagnosa keluar, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, kelas bangsal, obat-obat yang diterima pasien, serta lama rawat inap yang dijalani pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

3. Tahap pengambilan data Pengambilan data dilakukan di bagian penyimpanan sementara lembar rekam medik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, karena data yang diambil adalah data pasien bedah sesar mulai dari pasien masuk sampai pulang, selama satu bulan kedepan, yaitu sepanjang bulan Februari 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

Dalam proses ini data diperoleh dengan mengambil data dari lembar rekam medik yang didasarkan pada nomor rekam medik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik; usia pasien; indikasi; diagnosis masuk dan diagnosis keluar; tingkat pendidikan; jenis pekerjaan; kelas bangsal; obat-obat yang diberikan meliputi golongan, jenis, dosis, jumlah yang diberikan, dan cara pemberiannya; serta lama rawat inap yang dijalani pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007.

4. Tahap analisis data Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan usia pasien, indikasi pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal, presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007. Semua ini disampaikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan diberi keterangan berupa narasi dan penjelasannya. Tahap terakhir yang dilakukan adalah membahas dan mengevaluasi mengenai penggunaan obat berdasarkan DRPs khususnya pada pasien kasus pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur sepanjang bulan Februari 2007.

F. Tata Cara Analisis Hasil Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokkan menurut usia pasien, indikasi pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal, presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah periode Februari 2007. Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan visualisasi tabel, yang meliputi: 1. distribusi usia pasien pada pasien pasca bedah sesar dikelompokkan menjadi 6 kelompok usia, yaitu ≤ 19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 3539 tahun, dan ≥ 40 tahun. 2. presentase usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal, lama rawat inap dan kondisi pasien saat pulang dihitung dengan cara menghitung jumlah tiap kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan dikalikan 100%. 3. presentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat yang digunakan pada setiap kasus, kemudian dibagi jumlah kasus bedah sesar dikalikan 100%. 4. evaluasi penggunaan obat pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah periode Februari 2007, dengan cara mengidentifikasi DRPs yang terjadi terkait dengan penggunaan obat, antara lain: a. butuh obat, yaitu ada indikasi penyakit tapi tidak diberi obat. b. tidak perlu obat, yaitu terjadinya pemborosan biaya akibat penggunaan obat yang berlebihan pada kasus-kasus yang sebenarnya tidak memerlukan obat. c. obat yang diberikan salah/tidak sesuai, yaitu pemberian obat yang tidak sesuai dapat menyebabkan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

d. pasien mendapat dosis obat yang kurang. e. munculnya efek samping akibat penggunaan obat. f. adanya interaksi antara obat dengan obat lain akibat penggunaan secara bersamaan g. pasien mendapat dosis yang berlebih Identifikasi DRPs dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (subyek, obyek, assessement, plan) termodifikasi, dimana bagian plan diganti dengan rekomendasi. Standar terapi yang digunakan adalah WHO tahun 2000, dan untuk melihat dosis obat serta bentuk sediaan obat digunakan Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000, MIMS tahun 2006, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia tahun 2002, AHFS Drug Handbook tahun 2003, serta Physicians Drug Handbook tahun 2003.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 27 kasus. Data yang diperoleh diambil mulai dari pasien datang sampai pasien pulang. Pengelompokan pasien bedah sesar berdasarkan usianya dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Usia Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No

Usia pasien

Jumlah pasien (n=27)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

≤19 20-24 25-29 30-34 35-39 ≥40 Jumlah

1 2 9 12 2 1 27

Presentase jumlah (%) 3,7 7,4 33,3 44,5 7,4 3,7 100

Dari hasil penelitian, pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun sebanyak 1 pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia 41 tahun. Pada pasien dengan usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun, sama-sama mempunyai risiko yang lebih besar dalam kehamilan dan dalam proses persalinan, karena dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin. Pasien yang menjalani bedah sesar mempunyai indikasi yang berbedabeda. Akan tetapi, pada penelitian ini, semua pasien memiliki indikasi bedah sesar karena kehamilan dengan risiko tinggi. Persalinan dengan keadaan risiko tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

memerlukan perhatian yang serius, karena pertolongan yang dilakukan akan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan neonatus (perinatal). Pasien dengan satu indikasi dapat dilihat pada tabel II, sedangkan pasien dengan lebih dari satu indikasi dapat dilihat pada tabel III. Tabel II. Pasien dengan Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Indikasi Bedah Sesar

Jumlah Pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

4 2 1 1 3 5

14,8 7,4 3,7 3,7 11,1 18,6

1 17

3,7 63

Malposisi Ketuban pecah dini (KPD) Preeklamsia ringan Mioma uteri Blood slym Lokus Minoris Resisten (LMR) Oligohidramnion Jumlah

Tabel III. Pasien dengan Lebih dari Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Indikasi Bedah Sesar

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

2 1 3 1

7,4 3,7 11,1 3,7

1 1 1 10

3,7 3,7 3,7 37

LMR + KPD LMR + KPD + Febris Malposisi + KPD Malposisi + Plasenta previa + Pendarahan aktif Plasenta previa + Pendarahan aktif KPD + Preeklamsia Primipara tua + Malposisi + KPD Jumlah

Keterangan: KPD = Ketuban Pecah Dini

LMR = Lokus Minoris Resisten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

Dari tabel II dan III dapat dilihat bahwa pasien dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD) atau robeknya kantung ketuban sebelum waktunya, menduduki peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih dari satu indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah pasien dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga yaitu pasien dengan indikasi LMR atau luka sesudah bedah sesar sebelumnya yang resisten untuk robek, sebanyak 8 pasien atau 29,6%. Pada kasus preeklamsia ringan, pasien harus dikontrol dengan teratur dan ketat, karena keadaan dapat tiba-tiba memburuk yang dapat berakibat kurangnya sirkulasi utero-plasenta, terjadinya gangguan pertumbuhan pada bayi, hipoksemia, asidosis, bayi prematur dan kematian bayi. Bagi pasien dengan indikasi preeklamsia ringan disarankan untuk istirahat yang cukup dan diet rendah garam. Pemberian antihipertensi sebaiknya dihindari, untuk mencegah sekecil mungkin timbulnya kelainan yang tidak diharapkan pada bayi akibat antihipertensi, karena obat antihipertensi dapat melewati plasenta dan disekresi ke air susu ibu (ASI). Pasien dengan indikasi ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan unit gawat darurat. Dengan keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan terjadinya aspirasi air ketuban pada saluran pernapasan bayi. Hal ini bisa berakibat fatal (kematian) pada bayi, karena dengan adanya air ketuban dalam saluran pernapasan, bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas. Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, seperti yang disajikan dalam tabel IV, dapat dikatakan bahwa pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan setiap pasien mempunyai indikasi yang tepat untuk dilakukan persalinan melalui bedah sesar, yaitu kehamilan dengan risiko tinggi, seperti disebutkan pada tabel I dan II di atas. Tabel IV. Data Tingkat Pendidikan Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Tingkat pendidikan

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

1. 2.

Tidak Lulus SD SD

2 3

7,4 11,1

3. 4.

SLTP SLTA

4 15

14,8 55,6

5. 6.

Perguruan Tinggi Tidak Jelas Jumlah

2 1 27

7,4 3,7 100

Keterangan: SD = Sekolah Dasar SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan oleh tidak adanya indikasi sosial yang melatarbelakangi pasien untuk melakukan bedah sesar. Data tersebut tersaji dalam tabel V.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

Tabel V. Pekerjaan Pasien Bedah Sesar yang Dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Pekerjaan

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

1.

Pegawai Negeri Sipil

1

3,7

2.

Pegawai Swasta

7

25,9

3. 4. 5.

Wiraswata Petani Nelayan

1 1 3

3,7 3,7 11,1

6. 7. 8.

Buruh Ibu Rumah Tangga Lain-lain Jumlah

1 12 1 27

3,7 44,5 3,7 100

Dari hasil penelitian, Bangsal Bakung Timur hanya menyediakan ruang perawatan (bangsal) kelas II dan kelas III saja. Pasien yang menempati bangsal di kelas III jauh lebih banyak daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi kesehatan. Tabel VI. Data Kelas Bangsal Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. 1. 2.

Kelas Bangsal Bangsal kelas II Bangsal kelas III Jumlah

Jumlah pasien (n=27) 2 25 27

Presentase jumlah (%) 7,4 92,6 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. 1. Kelas Terapi Obat-obat yang diterima oleh pasien bedah sesar selama perawatan sangat bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi, pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, obat Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgesik, cairan elektrolit, serta transfusi darah. Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 diperlihatkan pada tabel VII. Tabel VII. Kelas Terapi pada Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kelas Terapi Antiinfeksi Obat Obstetrik dan Ginekologi Analgesik Obat yang mempengaruhi gizi dan darah Cairan elektrolit dan karbohidrat Transfusi darah

Jumlah pasien (n=27) 27 27 27 27 26 14

Presentase jumlah (%) 100 100 100 100 96,3 51,9

2. Jenis Obat a. Antiinfeksi Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah bedah sesar dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin luasnya sifat resistensi mikroba terhadap antibiotika, maka untuk tindakan profilaksis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

digunakan antibiotika berspektrum luas, berdasarkan pengalaman. Akan tetapi, pada kasus bedah sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika untuk tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina, yang juga merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba yang bersifat patogen. Walaupun bedah sesar merupakan jenis operasi bersih, yang tidak memerlukan antibiotika profilaksis sebelum dilaksanakannya operasi, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu seperti ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum, antibiotika dirasa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum operasi. Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara terencana adalah injeksi ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang diberikan 1 jam sebelum operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit sebelum operasi atau selama menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara oral selama 3-7 hari. Pemberian antibiotika profilaksis selama bedah sesar di Bangsal Bakung Timur telah sesuai dengan pedoman terapi antibiotika untuk profilaksis pada kasus bedah sesar, yaitu antibiotika diberikan 30 menit sebelum operasi, dan setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering digunakan berdasarkan pedoman (Anonim, 2000c) adalah kombinasi ampisilin 2 gram secara intravena (i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. dan metronidazol 500 mg secara i.v.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan amoksisilin 500 mg secara oral. Dari hasil penelitian, antibiotika yang diberikan pada pasien pasca bedah tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut disebabkan karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis, dan kemungkinan terjadinya infeksi pasca bedah sesar sangat kecil, yaitu 2-4% karena termasuk operasi bersih. Selain itu, pemberian antibiotika yang berlebih akan meningkatkan biaya yang harus ditanggung pasien bedah sesar, mengingat sebagian besar pasien berasal dari masyarakat miskin dan asuransi kesehatan. Antibiotika sebelum operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang bersangkutan cepat mencapai konsentrasi dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan efek pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi. Pemberian antibiotika kuratif diberikan pada pasien bedah sesar dengan tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda yang paling mudah untuk mencurigai telah terjadinya suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya kenaikan suhu tubuh sekitar 38oC. Dari hasil penelitian, terdapat satu pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 38oC. Pasien tersebut dicurigai mengalami infeksi, sehingga diberikan terapi antibiotika golongan penisilin, yaitu ampisilin 3x1 gram, melalui injeksi intravena. Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat, karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri. Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Penggunaan obat dengan interval yang tidak konstan dapat menyebabkan kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur. Pada interval yang pendek, kadar obat dalam jaringan dapat sangat meningkat, sedangkan pada interval yang panjang, kadar obat menjadi rendah. Perhatian utama dalam terapi, khususnya terapi dengan antimikroba adalah mempertahankan konsentrasi efektif obat pada tempat mikroba berkembangbiak dalam jaringan untuk waktu yang lama, sehingga

dapat

memusnahkan

mikroba.

Supaya

dapat

mempertahankan

konsentrasi obat yang cukup untuk waktu yang lama, maka hubungan antara dosis dan waktu haruslah diperhatikan. Selain itu, mempertahankan konsentrasi obat supaya tetap tinggi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya resistensi, karena dapat menghambat populasi bakteri asli dan mutan turunan pertama. Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien bedah sesar adalah antibiotika, yang diperlihatkan pada tabel VIII. Dari hasil penelitian, antibiotika golongan penisilin, yaitu amoksisilin dan ampisilin merupakan antibakteri yang paling banyak digunakan dan merupakan pilihan pertama untuk terapi pasien pasca bedah sesar. Terapi dengan antibiotika golongan penisilin sering kali mengalami kegagalan karena adanya resistensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotika time-dependent yang kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi resistensi pada pasien. Penggunaan amoksisilin lebih banyak daripada jenis lainnya, karena mempunyai absorbsi yang lebih baik bila dibandingkan dengan ampisilin dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan. Hal ini disebabkan amoksisilin tidak terganggu absorbsinya oleh makanan. Amoksisilin diberikan secara oral dan aman diberikan selama laktasi, karena mencapai air susu ibu dalam jumlah yang sedikit, yaitu <10% dari jumlah yang diberikan. Tabel VIII. Antiinfeksi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

1.

Gol. Obat

penisilin

Jenis obat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%) 100

Dosis

Dosis acuan

Ket.

3x500mg (tiap 8 jam) 4x500mg (tiap 6 jam) 3x1 gram (tiap 8 jam)

250-500 mg tiap 8 jam 0,25-1 gram tiap 6 jam, 30 menit sebelum makan

Tepat dosis

amoksisilin

27

ampisilin

19

70,4

penisilin antiPseudomonas

sulbenisilin (Kedacilin®)

11

40,7

3x1 gram (tiap 8 jam)

2-4 gram dibagi dalam 2-4 kali pemberian

sefalosporin generasi ketiga

sefotaksim

3

11,1

3x1 gram (tiap 8 jam)

1 g tiap 12 jam, dapat ditingkatk an sampai 12 g/ hari dalam 3-4 kali pemberian

Tepat dosis, tidak tepat interv al untuk tiap 8 jam Tepat dosis

Tepat dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

Sulbenisilin merupakan kelompok antibiotika β-laktam, turunan dari penisilin anti-Pseudomonas, yaitu Pseudomonas aeruginosa. Seperti β-laktam yang lainnya, sulbenisilin juga memiliki aktivitas bekterisid yang bersifat timedependent. Sulbenisilin diberikan secara injeksi intravena (i.v.) karena aktivitas antimikrobanya berkurang dalam suasana asam, misalnya adanya asam lambung bila diberikan secara oral. Sefotaksim merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga. Sefotaksim efektif pada Enterobacteriaceae dan Pseudomonas, serta sering digunakan untuk tindakan profilaksis pada pembedahan. Sefotaksim mengalami metabolisme di dalam hati dan menjadi desasetilsefotaksim, yang merupakan metabolit aktif, untuk kemudian diekskresi ke dalam urin tanpa mengalami perubahan bentuk. Sefotaksim merupakan obat yang relatif mahal, karena termasuk antibiotika baru, namun cenderung untuk diresepkan karena efektif pada kuman gram-positif dan gram-negatif.

b. Obat Obstetrik dan Ginekologi Pasien pasca bedah sasar mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami pendarahan pasca bedah. Pendarahan pasca bedah terjadi setelah bayi lahir, dimana darah yang keluar melebihi 400-500 cc. Pendarahan pasca bedah sesar atau pendarahan postpartum dapat terjadi karena antonia uteri akibat persalinan pada partus kasep, hidramnion, dan janin besar atau berat janin lebih dari 4.000 gram; trauma jalan lahir akibat ruptura uteri, robekan serviks,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

robekan vagina, robekan perineum, hematoma dinding vagina, dan hematoma parametrium; retensio plasenta; dan hipofibrinogenemia akibat solusio plasenta, kematian janin intrauteri, dan emboli air ketuban. Jenis pendarahan postpartum ada dua, yaitu pendarahan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam. Gejala klinis yang muncul pada pendarahan postpartum yang melebihi 25% dari volume darah, antara lain: menurunnya tingkat kesadaran; frekuensi nadi dan pernapasan meningkat; tekanan darah menurun; daerah ujung ekstremitas terasa dingin, pucat dan anemia; pada keadaan yang serius dapat disertai gejala syok. Dampak yang paling berbahaya dari pendarahan postpartum adalah kematian. Akan tetapi, dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli yang menunjang serta obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pendarahan postpartum, maka semua hal tersebut di atas dapat kita dihindari. Beberapa obat yang sering digunakan untuk pencegahan pendarahan postpartum adalah oksitosik dan alkaloid ergot seperti tersaji pada tabel IX. Tabel IX. Obat Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Golongan obat

Jenis obat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

1.

oksitosik

oksitosin

24

88,8

2.

alkaloid ergot

metilergometrin (Methergin®)

27

100

Oksitosik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang pengeluaran prostaglandin yang banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, sehingga terjadi kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan. Kerja dari oksitosik tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

digunakan untuk memulai persalinan, baik pada kehamilan muda maupun lanjut dan mencegah atau menghentikan pendarahan pascasalin. Oksitosik dianggap memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan. Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral, karena jika diberikan injeksi oksitosin tunggal, kadang-kadang tidak berhasil. Hal tersebut disebabkan oleh penguraian dengan cepat oksitosin oleh oksigenase. Oksitosin dapat diberikan dalam bentuk infus tetes lama secara intravena (i.v) bersama dengan 5% glukosa. Keuntungan pemberian oksitosin dengan infus tetes lama adalah dapat mengatur dengan tepat kegiatan kontraksi. Metilergometrin merupakan derivat dari alkaloid ergot. Metilergometrin maleat digunakan untuk penanganan aktif kala 3 persalinan; terapi pendarahan uterus yang terjadi selama dan setelah kala 3 persalinan, yang berhubungan dengan bedah sesar atau setelah terjadinya aborsi; terapi subinvolusi uterus; lokiometra; dan pendarahan pada masa nifas. Dalam pertolongan proses melahirkan lebih disukai menggunakan metilergometrin. Hal ini disebabkan oleh khasiatnya terhadap uterus lebih cepat dan lebih kuat, serta tidak menunjukkan efek vasokontriksi dan efek simpatolitik. Akan tetapi, penggunaan alkaloid ergot jenis metilergometrin memiliki bahaya kontraksi yang lama, lebih berarti daripada setelah pemberian oksitosin, karena khasiatnya yang lebih kuat. Pada pasien bedah sesar dengan indikasi letak sungsang (malposisi) obat baru dapat diberikan setelah bayi dilahirkan, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

dapat menyebabkan takikardi dan bradikardi. Pemberian metilergometrin maleat kontraindikasi pada bedah sesar dengan indikasi preeklamsia dan eklamsia, karena dapat memperparah hipertensi. Oksitosin untuk tindakan pencegahan pendarahan pascasalin diberikan secara i.v lambat sebesar 5 unit setelah keluar plasenta. Bila terjadi pendarahan pascasalin maka oksitosin dapat diberikan secara i.v dengan dosis 5 unit, diikuti dengan infus 5-20 unit dalam 500 ml glukosa 5% untuk antonia uterus, sedangkan untuk abortus inkomplit atau missed abortus infus diberikan 20-40 miliunit/menit. Dari data yang diperoleh, dosis oksitosin yang diberikan pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 yaitu 1 ampul atau 10 IU (International Unit) dan 20 IU yang diberikan bersama dengan 5% dextrosa dalam bentuk infus i.v. 20 dan 28 tetes/menit. Hal tersebut telah sesuai dengan dosis yang seharusnya diberikan pada pasien pasca bedah sesar karena masih dalam rentang 20-40 miliunit/menit. Metilergometrin pada terapi subinvolusi, lokiometra dan pendarahan masa nifas diberikan dalam dosis 0,125-0,250 mg, 1-2 tablet sampai dengan 3 kali perhari pada wanita menyusui ≤ 3 hari. Dari hasil penelitian, obat metilergometrin maleat atau methergin telah diberikan dengan dosis yang tepat yaitu 3 kali 1 tablet (0,125 mg) per hari.

c. Analgesik Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca bedah sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah analgesik non opioid, yaitu asam mefenamat. Asam mefenamat adalah analgesik kelompok anti inflamasi non steroid (AINS), tetapi sifat antiinflamasinya rendah. Penggunaan analgesik non opioid mempunyai keuntungan karena tidak bersifat adiktif, walaupun sedikit atau tidak sama sekali mempunyai efek antiinflamasi. Semua pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur menerima analgesik jenis ini. Asam mefenamat yang diberikan umumnya selama 2-4 hari setelah operasi, tergantung pada lama timbulnya gejala nyeri. Asam mefenamat tidak boleh diberikan lebih dari 7 hari karena dapat menyebabkan kerusakan hati. Asam mefenamat sebaiknya diberikan setelah makan, karena dapat menimbulkan perangsangan lambung yang berakibat timbulnya nyeri pada lambung. Data mengenai persentase analgesik yang diberikan disajikan dalam tabel X. Tabel X. Analgesik yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007. No.

1.

Golongan obat

analgesik non opioid antiinflamasi non steroid

Jenis obat

asam mefenamat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

Dosis

Dosis acuan

Ket.

27

100%

3x500 mg

3x500 mg

Tepat dosis

d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien pasca bedah di Rumah Sakit, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil. Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga harus diedarkan pada fetus. Malnutris dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi gizi dan darah, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien. Penggunaan obat yang mempengaruhi gizi dan darah haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh, jangan terlalu berlebihan, terutama penggunaan obat gizi dan darah dari golongan multivitamin. Penggunaan vitamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan. Sebaliknya, bila kekurangan vitamin, dapat mengakibatkan gejala defisiensi. Pengobatan dengan sediaan besi oral hanya dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Tindakan profilaksis hanya dibenarkan pada wanita hamil yang mempunyai faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi besi, misalnya pada pasien yang mengalami menoragi. Garam besi diberikan secara oral. Walaupun penyerapannya lebih baik saat perut kosong, akan tetapi untuk menghindari efek yang tidak diinginkan pada gastrointestinal dan perubahan warna tinja, maka sediaan besi dapat diberikan setelah makan. Sediaan oral biasa diberikan sebagai fero sulfat. Terapi dengan fero sulfat sering dikombinasikan dengan vitamin C, karena dengan adanya vitamin C menyebabkan pH lambung menurun, sehingga fero sulfat tidak larut di lambung yang bersuasana asam, tetapi larut di usus yang mempunyai sifat basa. Hal tersebut akan menyebabkan absorpsi fero sulfat di usus meningkat dengan adanya vitamin C.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

Dari hasil penelitian, seperti yang disajikan pada tabel IX, hampir seluruh pasien menerima terapi obat yang mempengaruhi gizi. Vitamin C diberikan untuk terapi pasien pasca bedah sesar karena tubuh akan membutuhkan vitamin C yang lebih banyak pada pasca bedah, dimana vitamin C sangat penting untuk pembentukan kolagen dan bahan interseluler lain dalam jaringan, sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan untuk masa laktasi. Kebutuhan akan vitamin C akan meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma, kehamilan dan laktasi. Vitamin B1 (tiamin) oleh tubuh dibutuhkan untuk metabolisme energi, B

terutama karbohidrat, sehingga kebutuhan vitamin B1 umumnya sebanding dengan asupan kalori. Setelah pemberian parenteral absorpsinya akan berlangsung cepat dan sempurna. Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus dan duodenum. Vitamin B1 tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral, karena bila terjadi kelebihan vitamin B1 dalam tubuh akan cepat diekskresi melalui urin sebagai tiamin atau piridin. Vitamin B1 digunakan untuk pengobatan radang saraf (neuritis) yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1, misalnya wanita hamil yang kurang gizi, penderita muntah saat hamil (emesis gravidarum) atau pada penyakit infeksi yang kadang-kadang membutuhkan vitamin B1 untuk memperbaiki kondisi tubuh pasien. Vitamin B12 (sianokobalamin) diabsorbsi dengan lambat di usus halus. Pada bedah sesar, terapi suportif dengan vitamin B12 diberikan pada pasien karena kebutuhannya menjadi sangat meningkat pasca bedah. Pemberian vitamin B12 berguna dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat perbaikan sel yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

rusak akibat adanya sayatan pada saat pembedahan. Selain itu, vitamin B12 juga berguna dalam pembentukan dan perkembangan sel-sel darah, sehingga dapat mempercepat pengembalian darah ke kondisi normal setelah terjadi pendarahan saat persalinan. Tabel XI. Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Periode Februari 2007. No.

1.

Golongan obat

mempengaruhi

Jenis obat

fero sulfat (FS)

Jumlah

Presentase

pasien

Jumlah

(n=27)

(%)

19

70,4

darah

Dosis

Dosis acuan

Ket.

2x1

1 tablet per

Tepat

tablet

hari

dosis

(profilaksis)

terapeutik

atau 2-3x1 tablet (terapeutik) 2.

mempengaruhi

vitamin C

27

100

gizi

2x1

≥250 mg

Tepat

gram

tiap hari

dosis

(dalam

dalam dosis

terapeutik

dosis

terbagi

terbagi)

(terapeutik), 25-75 mg tiap hari (profilaksis)

vitamin B1

27

100

(Alinamin

2-3x1

1-2x1

Tepat

ampul

ampul atau

dosis

®

fursultiamine )

200-300 mg per hari

vitamin B12

10

(roborantia)

37

1-2x1

50-150 mcg

Tepat

tablet

per hari

dosis

e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah Pada setiap ruangan tubuh terdapat konsentrasi elektrolit yang dominan. Pada cairan intraseluler yang dominan adalah kalium (K+) dan fosfat (PO4-), sedangkan pada cairan ekstraseluler (plasma dan cairan interstitiel) adalah natrium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

(Na+) dan kalsium (Cl-). Pertukaran ion ini didominasi oleh pompa natrium, yang mendapat energi dari perubahan adenotrifosfat menjadi adenodifosfat dengan katalisator enzim Na-K adenotrifosfatase. Tubuh

dalam

mempetahankan

keseimbangan

cairan

tubuh

dan

elektrolitnya, dengan mengalami mekanisme homeostasis. Bila tubuh mengalami dehidrasi atau syok hipovolemik, dapat menyebabkan volume cairan tubuh menurun, sehingga terjadi stres. Kondisi stres akan merangsang ginjal dan kelenjar anak ginjal. Ginjal melalui mekanisme renin-angiostensin akan mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan kelenjar anak ginjal, melalui mekanisme aldosteron akan mempengaruhi reabsorpsi air, termasuk natrium. Dengan adanya peningkatan reabsorpsi natrium akan berakibat pada naiknya osmolaritas, yang selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis melalui mekanisme anti diuretic hormone (ADH) dapat mempengaruhi reabsorpsi air di tubuli distal. Jika ADH meningkat maka reabsorpsi air juga akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, bila volume cairan tubuh bertambah, maka osmolaritas akan menurun, ADH menurun, selanjutnya produksi urin akan meningkat, sehingga volume cairan tubuh akan berkurang dan tubuh menjadi kehilangan cairan dan elektrolitnya. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka akan menarik cairan interstitial tubuh, yang dapat menyebabkan keadaan syok yang irreversible. Oleh karena itu, pemberian cairan pengganti, contohnya cairan elektrolit merupakan tindakan yang vital.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

Tabel XII. Cairan Elektrolit yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

1.

Golongan obat

Jenis obat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

26

96,3

larutan elektrolit dan dextrosa 5% karbohidrat dalam Ringer laktat

Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat mengembalikan pasien pada kondisi normal. Berkurangnya cairan tubuh akibat pendarahan yang terjadi pada pasien bedah sesar dapat menyebabkan pasien mengalami hipotensi. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah sesar tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit. Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah Ringer dektrosa dan Ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari peredaran darah. Selain terapi dengan cairan elektrolit dan karbohidrat, pasien juga menerima tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat pendarahan saat persalinan. Jumlah pasien yang menerima terapi tranfusi darah sebanyak 14 pasien atau 51,9%. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan kondisi kesehatan yang kurang/tidak baik.

f. Obat lain Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit tersebut. Pemberian terapi obat lain ini akan meningkatkan jumlah obat yang diterima pasien. Semakin banyak obat yang dikonsumsi pasien akan semakin meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping obat, interaksi obat dan biaya pengobatannya. Hal ini dapat merugikan pasien, oleh karena itu diperlukan pengurangan jumlah obat menjadi seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan klinik. Deksametason merupakan jenis obat kortikosteroid yang berkhasiat menekan reaksi radang dan reaksi alergi atau sebagai antihistamin. Deksametason mempunyai efek samping sedatif atau dapat membuat kantuk, sehingga dalam penggunaannya sebaiknya tidak menjalankan kendaraan bermotor. Selain sebagai anti radang dan anti alergi, deksametason juga digunakan dalam kasus persalinan, terutama pada bayi yang harus dilahirkan prematur, yaitu untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi, sehingga sistem pernafasan bayi menjadi lebih sempurna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Golongan obat

Jenis obat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

Dosis

Dosis acuan

Ket.

1.

kortikosteroid

deksametason

1

3,7

1x12 mg (selama 2 hari)

0,5-20 mg per hari

Tepat dosis

2.

analog prostaglandin)

misoprostol (Cytotec®)

1

3,7

4 tablet (1 tablet = 200 mcg)

800 mcg sehari (dalam 24 dosis terbagi)

Tepat dosis

Misoprostol merupakan suatu analog prostaglandin sintetik yang memiliki sifat antisekresi dan proteksi. Misoprostol diindikasikan untuk mempercepat penyembuhan tukak lambung, tukak duodenum dan tukak karena antiinflamasi non steroid (AINS). Selain sebagai antitukak, misoprostol juga digunakan untuk meningkatkan kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan dan mengobati pendarahan postpartum berat yang diakibatkan oleh atonia uteri. Misoprostol diabsorpsi dengan cepat bila diberikan secara oral.

C. Drug Related Problems (DRPs) Evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 didasarkan pada DRPs yang dialami pasien. Dari hasil penelitian diketahui bahwa drug related problems yang terjadi pada pasien bedah sesar adalah dosage too low, yaitu sebanyak 17 kasus, seperti terlihat pada tabel XIV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

Tabel XIV. Kasus 1 Subyektif: Ny. S, No. RM 01090462, umur 34 tahun dirawat di RS selama 4 hari, ada keluhan keluar air sejak pukul 03.30 (5-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+), G2P1001, 39-40 minggu, ketuban pecah dini. riwayat penyakit terdahulu (-) riwayat pengobatan penyakit terdahulu (-) pasien menerima terapi: - ampisilin 3x1 gram setiap 8 jam melalui injeksi intravena - D5% Ringer laktat + oksitosin 10 IU (28 tetes/menit sampai 12 jam) secara intravena - ampisilin 3x1 gram secara intravena - alinamin F 3x1 ampul secara intravena - vitamin C 2x1 ampul secara intravena - amoksisilin 3x500 mg secara oral - asam mefenamat 3x500 mg secara oral - fero sulfat 2x1 tablet secara oral - methergin 3x1 tablet secara oral Obyektif: Nilai Normal: keadaan umum : baik tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tekanan darah : 110/70 mmHg nadi suhu respirasi

: 80 kali/menit : 36,8oC : 18 kali/menit

keadaan umum : baik tingkat kesadaran : E4 M6 V5 = 15 tekanan darah : <120/<80 mmHg nadi : 70-90 kali/menit suhu : 36,5o-37,5oC respirasi : 12-25 kali/menit

Assessement: a. interval pemberian ampisilin kurang tepat yaitu tiap 8 jam, seharusnya diberikan dengan interval tiap 6 jam (dosage too low). Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan. Ampisilin merupakan antibiotika β-Laktam, yang termasuk turunan penisilin spektrum luas. Ampisilin bekerja dengan mengganggu sintesa dinding sel kuman, dan aktivitas bakterisidnya termasuk kelompok time-dependent, sehingga interval pemberiannya harus tepat. Rekomendasi: a. interval pemberian diperbaiki menjadi tiap 6 jam. Keterangan: kasus serupa terjadi pula pada pasien dengan nomer kasus 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 23, dan 24 G2P1001 = Gravida( kehamilan yang ke dua) Partus(yang telah lahir satu ), (abortus tidak ada), (prematur tidak ada), (hidup satu) E4,V6,M5 = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap yang Dijalani oleh Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 Ditinjau dari sudut penderita, tidak ada yang lebih penting selain perawatan pasca bedah, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi pasien pada saat diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kondisi pasien sendiri dapat menentukan keberhasilan suatu terapi untuk pasien bedah sesar di rumah sakit yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa setelah menjalani pembedahan dan perawatan, semua pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi klinis yang membaik, yaitu sebanyak 27 pasien atau 100%. Sepanjang Februari 2007, tidak ditemukan data pasien yang meninggal pasca bedah sesar. Data kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah diperlihatkan pada tabel XV. Tabel XV. Kondisi Pasien Pasca Bedah Sesar Saat Pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Kondisi saat pasien pulang

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

1.

Membaik

27

100

Setelah selesai operasi, pasien akan diperiksa secara rutin (chek-up) oleh dokter atau paramedik jaga. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran rutin diantaranya adalah tekanan darah, jumlah nadi permenit, frekuensi pernapasan permenit, jumlah cairan masuk dan keluar atau urin, dan suhu tubuh. Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita. Dari hasil penelitian, semua hal yang harus diperiksa dan diukur sesuai ketentuan di atas, telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Sanglah terutama Bangsal Bakung Timur, hanya saja waktu pemeriksaan dan pengukuran rutin tidak dilakukan setiap 4 jam, tetapi tiap 8 jam, bersamaan dengan waktu pemberian obat. Pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung RS Sanglah periode Februari 2007 umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari sebelum mereka diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat inap pasca bedah sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari. Pasien yang menjalani rawat inap selama 3 hari sudah diijinkan pulang, karena secara klinis kondisinya sudah membaik. Pasien yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani perawatan pre-operasi terlebih dahulu atau karena alasan keluarga, misalnya dirumah pasien sedang ada kematian, sehingga mengajak ibu dan bayi yang baru dilahirkan untuk pulang, bagi sebagian besar masyarakat Bali merupakan hal yang tabu untuk dilakukan. Tabel XVI. Lama Rawat Inap Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No.

Lama pasien dirawat

Jumlah pasien (n=27)

Presentase jumlah (%)

1. 2.

3 hari 4 hari

5 14

18,5 51,9

3. 4.

5 hari 6 hari

7 1

25,9 3,7

Jumlah

27

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

E. Rangkuman Pembahasan Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 27 kasus. Pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun sebanyak 1 pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia 41 tahun, pasien terbanyak terdapat pada kelompok usia 30-34 tahun. Setiap pasien memiliki indikasi yang berbeda-beda, dimana indikasi ketuban pecah dini (KPD) menduduki peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih dari satu indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37%. Peringkat kedua adalah pasien dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3%. Peringkat ketiga yaitu pasien dengan indikasi lokus minoris resisten (LMR) sebanyak 8 pasien atau 29,6%. Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, dapat dikatakan bahwa pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pasien yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk melakukan bedah sesar. Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar. Pasien di Bangsal Bakung Timur dirawat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

dua kelas bangsal, yaitu kelas II dan III. Pasien yang menempati bangsal di kelas III jauh lebih banyak (92,6%) daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi kesehatan. Pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, obat Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgetik, cairan elektrolit, serta transfusi darah. Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah bedah sesar dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Antiinfeksi yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah antibiotika yang terdiri dari ampisilin, amoksisilin, sulbenisilin dan sefotaksim. Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara terencana adalah injeksi ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang diberikan 1 jam sebelum operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit sebelum operasi atau selama menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara oral selama 3-7 hari. Obat golongan oksitosik dianggap memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan. Contoh obat oksitoksik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

yang diterima oleh pasien di Bangsal Bakung Timur antara lain oksitosin dan metilergometrin. Analgesik pada pasien pasca bedah sesar diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca bedah sesar adalah rasa nyeri yang timbul setelah operasi. Analgesik yang diberikan pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur adalah analgesik non opioid, yaitu asam mefenamat. Selain dapat mengalami nyeri pasca bedah, pasien juga dapat mengalami malnutrisi dengan berbagai tingkatan, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil. Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga harus diedarkan pada fetus. Malnutrisi dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi gizi, contohnya vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B12, serta yang dapat mempengaruhi darah, contohnya fero sulfat, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien. Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mangganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat bedah sesar, sehingga dapat mengembalikan pasien pada kondisi normal. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca bedah sesar tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah ringer dektrosa dan ringer laktat yang bersifat sementara, karena cepat menghilang dari peredaran darah. Penentuan pemberian transfusi darah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Pasien dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih mampu mengatasi kehilangan darah dibandingkan pasien dengan kondisi kesehatan yang kurang/tidak baik. Pemberian kelompok terapi obat lain, di sini mungkin dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit tersebut. Golongan obat lain yang diterima oleh pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur terdiri dari obat golongan kortikosteroid contohnya deksametason dan analog prostaglandin contohnya misoprostol. Dari hasil penelitian diketahui bahwa drug related problems yang terjadi pada pasien bedah sesar di bangsal Bakung Timur adalah dosage too low, yaitu sebanyak 17 kasus. Kondisi pasien dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu terapi untuk pasien bedah sesar di rumah sakit yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa setelah menjalani pembedahan dan perawatan, semua pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar pulang dengan kondisi klinis yang membaik yaitu sebanyak 27 pasien atau 100%. Sepanjang Februari 2007, tidak ditemukan data pasien yang meninggal pasca bedah sesar. Mereka umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari sebelum mereka diijinkan pulang. Akan tetapi ada juga yang menjalani rawat inap pasca bedah sesar selama 3 hari, 5 hari atau 6 hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun, dengan indikasi terbanyak ketuban pecah dini. Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga. Pasien sebagian besar (92,6%) dirawat di Bangsal kelas III. 2. golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri, oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam mefenamat masing-masing sebanyak 100%. 3. jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak 17 kasus. 4. pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

B. Saran Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. untuk penelitian berikutnya, dalam pengambilan data penelitian perlu dilakukan

wawancara

langsung

dengan

kelengkapan data rekam medik pasien.

pasien,

untuk

memperoleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar, I., 2002, Menimbang Sejumlah Resiko Jika Ibu Pilih Bedah Sesar, http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/3/3/kl.html. Diakses pada 30 Oktober 2006. Adityarini, D., 1996, Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui, Terapi Medis, 415-417, 484-489, PT. Gramedia, Jakarta. Anief, Moch, 2003, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan, 9-10, 15-17, 52, 65-62, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 2000a, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 199-233, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000b, The Controversy Over Clarithromycin: ConcentrationDependent or Time-Dependent, http://www.medscape.com/viewarticle. Diakses pada 24 April 2007. Anonim, 2000c, Managing Complications in Pregnancy and a Guide for Midwives and Doctor Chilbrith, 10-15, 34-44, Departement of Reproduction Health and Research WHO, Geneva. Anonim, 2002, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Edisi XXXVI, 381, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, Edisi V, 1677-1683, Walthers Kluvwer Health, Inc, USA. Anonim, 2005a, Nursing Drug Handbook, Edisi XXV, 1332-1333, Lippincott William & Wilkins, Wolters Klower Company, USA. Anonim, 2005b, Bakteri, http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.htm. Diakses pada 27 Mei 2007. Anonim, 2006a, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Antibiotika, http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. Diakses pada 3 November 2006. Anonim, 2006b, Antibiotika, Corporate Training & Development New Medical Representative, 8-9, 13-29, PT. SOHO Industri Pharmasi, Bandung. Anonim, 2007a, Kehamilan, http://id.wikipedia.org/wiki/kehamilan. Diakses pada 11 Mei 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

Anonim, 2007b, Ovarium, http://id.wikipedia.org/wiki/Ovarium. Diakses pada 11 Mei 2007. Cipolle, R. J., Strand, L. M., dan Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care Practise, Edisi II, 75-83, 173-175, McGraw-Hill Companies, Inc, USA. Cowl, C.T., 2003, Physicians Drug Handbook, Edisi X, 129-130, 141-142, 274275, 819-821, 933-935, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse. DiPiro, J.T., 2003, AHFS Drug Handbook, Edisi II, 144-146,575-577, 1251-1257, 1286-1287, Lippincott William & Wilkins, Bethlehem, Springhouse. Eisenhaver L., Nicholas L.W., dan Spencer T., 1998, Clinical Pharmacology & Nursing Management, Edisi V, 143-169, 479-483, 779-781, Lippincott, Philadelphia, New York. Ganiswara, S.G., dkk, 2001, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 189-196, 571-578, 714-737, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Han, T. T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Samping, Edisi V, Cetakan I, 54-89, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Joris,

K.D., 2004, Penggunaan Antibiotika & Jenis Antibiotika hhtp://www.mail-archive.com/[email protected]/msg46195.html. Diakses pada 3 November 20006.

(1),

Katzung, dan Trevor, 1990, Katzung & Trevor’s Pharmacology Examination & Board Review, Edisi VI, 296-298, 374-410, 447-455, McGraw-Hill Companies, Inc, USA. Lacy C.F., Armstrong, Gold, M.P., 2003, Drug Information Handbook, Edisi XI, 1751-1753, Lexicomp, Inc. Lutfi, B., 2003, Analgesik, http://www.suaramerdeka/lambungkosong-jangan minumobat.htm. Diakses pada 31 Maret 2007. Manuaba, I.B.G., 1999, Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum, 228-253, Penerbit ECG, Jakarta. Memmler, R.L, 1962, The Human Body in Health and Disease, Edisi II, 111113,190-193, 318-321, Lippincott Company, USA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II, Cetakan I, 117-132, Penerbit ECG, Jakarta. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 177-207, 377-378, 380, 594-606, Penerbit ITB, Bandung. Oxorn, H., 1990, Human Labor & Birth, diterjemahkan oleh Mohamad Hakimi, Edisi I, 551-553, 635-649, Enssencia Medika, Jakarta. Pratiknya, A. W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Cetakan II, 189-202, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastroasmoro, S., dan Ismael S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, 53-65, 67-77. Penerbit ITB, Bandung. Siregar, C. J. P., 2006, Farmasi Klinik Teori & Penerapan, Cetakan I, 88-95, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Skoch, W., Daley, C.L., dan Forsmark, C.E., 1996, Penuntun Terapi Medis, Edisi XVIII, 787-792, 795-799, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Sumarsono, T., 2002, Seputar Masalah Resistensi Antibiotika, hhtp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/28/0802.htm. Diakses pada 3 November 2006. Walsh, T. D., 1997, Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, Cetakan I, 359-364, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Wikaningtyas, M., 2004, Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2002, 14, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Wiknjosastro, H., 1991, Ilmu Kebidanan, Edisi III, 125, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data Rekam Medis Pasien Pasca Bedah Sesar Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 No.

1.

No. RM

Data Diri

01089756 Ny. Y Umur: 21 thn TB: 157 cm BB: 67 kg Pendidikan: SLTP Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

TM, TO, TP, TK 1-22007

Anamnesa

Riwayat Sakit dan Riwayat Obat

Diagnosa dan Tindakan

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 12.00 (1-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik, blood slym (+). Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G1P0000 40-41 minggu T/H, blood slym.

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito, injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu).

Obat

Cara Keterangan Pemberian

D5%:Ringer Laktat + Oksitosin 10 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam) Kedacilin (2x1 gram) Alinamin F (2x1 ampul) Vitamin C (2x200 mg)

Infus i.v

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit.

P1001 Post SC hari 0

2-22007

Flatus (-), ASI (-), vagina Lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

P1001 Post SC hari I

Kedacilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

3-22007

Flatus (+), ASI (+), vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik.

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

2.

01090462

Ny. S Umur: 34 thn TB: BB: Pendidikan: Universitas Pekerjaan: PNS Kelas Bangsal: III

4-22007

Flatus (+), ASI (+), vagina Lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik Luka op. terawat baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 70oC Respirasi: 20 kali/menit

5-22007

Keluar air sejak pkl. O3.30 (5-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 18 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

6-22007

Nyeri luka operasi, flatus (-), vagina lochia (+) rubra,

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G2P1001 39-40 minggu T/H, KPD.

D5%:Ringer Laktat + Oksitosin 10 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam) Ampisilin (3x 1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit.

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Tindakan: SC. Cito, Antibiotika pre operasi, Persiapan darah.

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P2002 Post SC hari 0

P2002 Post SC hari 1

Aff infus i.v dan DC, Bubur saring

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kontraksi (+) baik, luka op. terawat baik TD: 110/65 mmHg Nadi: 82 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

3.

01096552

Ny. S Umur: 30 thn TB: 150 cm BB: 64 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan:

Methergin (3x1 tab)

Oral

7-22007

Flatus (+) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/65 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit

P2002 Post SC hari 2

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

8-22007

Flatus (+) Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/65 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit

P2002 Post SC hari 3 Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

7-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 10.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G2P1001 40-41 minggu T/H, LMR (bekas SC).

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (8-2-2007)

Perawatan pre op.

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Petani Kelas Bangsal: III

Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Kedacilin/Ampisilin 2 gram (test dulu)

Nyeri luka operasi Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

P2002 Post SC hari 0

9-22007

Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 130/90 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

10-92007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik

8-22007

D5%:Ringer Laktat + oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12 jam) Ampisilin (3x1 gram) Vitamin C (2x1 ampul) Alinamin F (3x1 ampul)

Infus i.v

P2002 Post SC hari 1

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, Bubur saring

P2002 Post SC hari 2

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit.

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Luka op. terawat baik TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit

4.

00882648

Ny. A Umur: 28 thn TB: 155 cm BB: 57 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III

11-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra Kontraksi baik Luka op. terawat baik TD: 120/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

8-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 18.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

P2002 Post SC hari 3 Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500mg) As. Mefenamat (3x500mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G1P0000 41-42 minggu T/H, mioma uteri

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit.

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 10 IU (32 tetes/menit s/d 12jam) Sulbenisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P1001 Post SC hari 0 + mioma uteri

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari I + mioma uteri

10-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

11-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik, luka op. terawat baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

8-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 03.00 (8-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik

9-22007

5.

01099601

Ny. K Umur: 32 thn TB: BB: Pendidikan: tidak lulus SD

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Infus i.v

P1001 Post SC hari II + mioma uteri

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

P1001 Post SC hari III + mioma uteri Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G2P1001 41-42 minggu T/H, Preeklamsia ringan

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12 jam) Sulbenisilin (3x1gram) Alinamin F (2x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Minum sedikitsedikit, bubur saring

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pekerjaan: Kelas Bangsal: III

TD: 130/90 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Tindakan: SC. Cito.

Flatus (-) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 120/90 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari I + Preeklamsia ringan

D5%:Ringer Laktat (28 tetes/menit) Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

10-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari II + Preeklamsia ringan

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC

11-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, kontraksi baik, luka op. terawat baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari III + Preeklamsia ringan Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

9-22007

P2002 Post SC hari 0 + Preeklamsia ringan

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Minum sedikitsedikit, bubur saring

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6.

00954622

Ny. I Umur: 28 thn TB: 147 cm BB: 56 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III

8-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 21.00 (7-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G2P1001 39-40 minggu T/H, LMR (bekas SC).

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (8-2-2007)

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12 jam) Sulbenisilin (3x1gram) Alinamin F (2x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

P2002 Post SC hari 0

9-22007

Flatus (-), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari I

Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

10-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

11-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat

P2002 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab)

Oral Oral Oral

Bubur saring, Aff infus i.v dan DC

Pulang, kontrol selama 1

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit 7.

01100109

Ny. A Umur: 31 thn TB: BB: Pendidikan: SLTP Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

10-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 03.00 (10-2-2007), keluar air (+), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 100/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 22 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G2P1001 40-41 minggu T/H, letak sungsang

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (10-22007)

Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral

minggu

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

P2002 Post SC hari 0

11-22007

Flatus (-), Vagina Lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 22kali/menit

P2002 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

12-22007

Flatus (+), ASI (sedikit) Vagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat baik

P2002 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit 13-22007

8.

01100319

Ny. S Umur: 18 thn TB: 146 cm BB: 46 kg Pendidikan: SD Pekerjaan: Nelayan Kelas Bangsal: III

10-22007

11-22007

Flatus (+), ASI (+) Vagina Lochia (+) rubra, luka op. terawat baik TD: 100/60 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 13.30 (10-2-2007), keluar air (-), gerak anak (+) baik, blood slym (+). Keadaan umum: baik TD: Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 Flatus (-), ASI (+). TD: 100/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Diagnosa: G1P0000 41-42 minggu T/H, blood slym

Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 mg)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (10-22007), siapkan darah, injeksi i.v sulbinisilin 2 gr (test dulu)

Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Bubur saring

P1001 Post SC hari 0 P1001 Post SC hari I

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9.

01100326

Ny. A Umur: 35 thn TB: BB: Pendidikan:

12-22007

Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

13-22007

Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari III

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

14-22007

Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari IV Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

10-22007

Sakit perut (-), keluar air sejak pkl. 18.00 (10-2-2007), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik

Diagnosa: G2P1001 40-41 minggu T/H, LMR (bekas SC), ketuban pecah dini.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Kedacilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Injeksi i.v Injeksi i.v

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: II

10.

01100090

Ny. A Umur: 25 thn TB: 147 cm

TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (10-22007), siapkan darah, antibiotika (test dulu)

Vitamin C (2x1ampul)

Injeksi i.v

P2002 Post SC + steril hari 0

11-22007

Flatus (-) TD: 80/50 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC + steril hari I

Kedacilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

12-22007

Flatus (+), ASI (+) TD: 100/60 mmHg Nadi: 92 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC + steril hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

13-22007

Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC + steril hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

11-22007

Keluar air pervaginam sejak pkl. 06.00 (11-22007), sakit perut

Diagnosa: G1P0000 40-41 minggu T/H, keluar

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (30 tetes/menit s/d 12jam)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikit-

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-)

Infus i.v dan DC lanjut, bubur saring

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BB: 52 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Wiraswasta Kelas Bangsal: III

hilang timbul (+) sejak pkl. 05.00 (11-22007), blood slym (+), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Penyakit Jantung (-) Obat (-)

air Tindakan: SC. Cito (11-22007), Ampisilin 4x500 mg

Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

sedikit

Aff infus i.v dan DC

P1001 Post SC hari 0

12-22007

Flatus (+), ASI (+), BAB (-), BAK (-), minum (-). TD: 100/60 mmHg Nadi: 64 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari I

Sulbenisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

13-22007

Neri perut, flatus (+), ASI (-), BAB (+), BAK (+), minum (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11.

00650341

Ny. S Umur: 31 thn TB: BB: Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III

14-22007

Neri perut, flatus (+), ASI (+), BAB (+), BAK (+), minum (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

11-22007

Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-). Keadaan umum: baik TD: 110/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

12-22007

13-22007

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Sefotaksim (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

DC, puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Diagnosa: G3P2002 37-38 minggu T/H, LMR (bekas SC) Tindakan: SC. Primer + tubektomi (12-22007).

TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,5oC Respirasi: 20 kali/menit

P3003 Post SC + steril hari 0

Nyeri perut, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagia lochia (+) rubra.

P3003 Post SC + steril hari I

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Aff infus i.v dan DC

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

12.

01100963

Ny. S Umur: 41 thn TB: BB: Pendidikan: SLTA Pekerjaan:

14-22007

Flatus (+), ASI (-), vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC + steril hari II

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

15-22007

Flatus (+), ASI+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, BAB (+), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC + steril hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

13-22007

Keluar air pervaginam sejak pkl. 08.00 (13-22007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit

Diagnosa: G1P0000 38-39 minggu T/H, primitua, letak sungsang, ketuban pecah dini.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (30 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Pegawai Swasta Kelas Bangsal: II

Tindakan: SC. Cito (13-22007), antibiotika (test dulu), siapkan darah P1001 Post SC hari 0

14-22007

Flatus (-), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari I

Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

15-22007

Flatus (+), ASI (-), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, BAK (-). TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

16-22007

Flatus (+), ASI (-), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+)

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Minum sedikitsedikit, bubur saring, Aff infus i.v dan DC

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baik, BAB (+), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit 13.

01099226

Ny. S Umur: 27 thn TB: 131,5 cm BB: 47 kg Pendidikan: SD Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

14-22007

15-22007

16-22007

Keluar air pervaginam sejak pkl. 12.00 (14-22007), sakit perut hilang timbul (-), gerak anak (+) baik, keluhan keluar lendir darah (-). Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 Nyeri luka op., flatus (-), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik. TD: 100/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Nyeri luka op., luka op. terawat baik,

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

P2002 Post SC hari I

Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P2002 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg)

Oral Oral

Diagnosa: G2P1001 37-38 minggu T/H, LMR (bekas SC). Tindakan: SC. Cito (14-22007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah

Puasa 6 jam

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P2002 Post SC hari 0

Minum sedikitsedikit, bubur saring, Aff infus i.v dan DC

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

14.

01096732

Ny. I Umur: 32 thn TB: 150 cm BB: 54 kg Pendidikan: Pekerjaan: Petani Kelas Bangsal: III

17-22007

Nyeri luka op. berkurang, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

15-22007

Keluar air pervaginam sejak pkl. 09.00 (15-22007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 92 kali/menit Suhu: 38oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral

P2002 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G2P1001 39-40 minggu T/H, LMR (bekas SC), ketuban pecah dini lebih dari 12 jam, febris. Tindakan: SC. Cito (15-22007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 1 ampul (32 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (2x1 ampul) Vitamin C (2x1ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P2002 Post SC hari 0

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16-22007

17-22007

15.

01099853

Ny. E Umur: 24 thn TB: BB: Pendidikan: SLTA

15-22007

ASI (sedikit), vagina lochia (+) rubra. TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37,5oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC hari I

Sakit kepala (-), ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit ASI (+), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Keluar air pervaginam sejak pkl. 04.00 (15-22007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Infus i.v

P2002 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring, Aff infus i.v dan DC

P2002 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G3P1011 40-41 minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini. Tindakan:

D5%:Ringer Laktat (4:1) 20 tetes/menit s/d 12jam Kedacilin (3x1ampul) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x80 mg)

Infus i.v

Minum sedikitsedikit s/d 6 jam post op.

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Minum sedikitsedikit, bubur saring

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,9oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

SC. Cito (15-22007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu), siapkan darah P2012 Post SC hari 0

16-22007

Nyeri luka op. berkurang, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2012 Post SC hari I

Kedacilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Bubur saring, minum sedikitsedikit, Aff infus i.v dan DC

17-22007

Flatus (+), ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2012 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

18-22007

ASI (+), luka op. terawat baik, vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 110/70 mmHg

P2012 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16.

01101758

Ny. S Umur: 37 thn TB: BB: Pendidikan: SLTA Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

16-22007

17-22007

18-22007

Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Pendarahan aktif sejak pkl. 16.00 (16-2-2007) dan sudah terpasang infus set, sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 120 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Diagnosa: G4P3003 40 minggu T/H, letak lintang, suspect plasenta previa, pendarahan aktif. Tindakan: SC. Cito (16-22007), injeksi i.v Ampisilin 2 gram (test dulu), siapkan darah

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 10 IU (20 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 mg)

Infuse i.v

D5%:Ringer Laktat (3:1) 28 tetes/menit Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

infus i.v

Amoksisilin (3x1 tab) As. Mefenamat (3x1 tab) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

P4004 Post SC + steril hari 0

Nyeri luka op., flatus (-), luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P4004 Post SC + steril hari I

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra.

P4004 Post SC + steril hari II

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Aff infus i.v dan DC, habis injeksi ganti oral, minum sedikitsedikit, bubur saring

Bubur saring

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 110/60 mmHg Nadi: 108 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit

17.

01102399

Ny. B Umur: 30 thn TB: BB: Pendidikan: SD Pekerjaan: IRT

19-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P4004 Post SC + steril hari III

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

20-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P4004 Post SC + steril hari IV Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Methergin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

20-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 02.00 (20-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+). Keadaan umum: TD: Nadi: 84 kali/menit

Diagnosa: G3P2002 40-41 minggu T/H, letak sungsang. Tindakan: SC. Cito (20-22007), injeksi i.v Subenisilin 2 gram

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Kedacilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 mg)

infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kelas Bangsal: III

21-22007

22-22007

18.

01101767

Ny. E Umur: 25 thn TB: 156 cm BB: 72 kg Pendidikan: Universitas Pekerjaan: Pegawai Swasta Kelas Bangsal: III

20-22007

Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

(test dulu), siapkan darah

Flatus (+), vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik. TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Vagina lochia (+) rubra, kontraksi (+) baik, pendarahan (-). TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

P3003 Post SC hari II Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G1P0000 33-34 minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam. Tindakan: SC. Cito (22-22007).

Ampisilin 4x500 mg, Deksametason 1x12 mg

Injeksi i.v Injeksi i.v

Perawatan pre op.

Keluar air pervaginam sejak pkl. 08.00 (16-22007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

P3003 Post SC hari 0

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21-22007

TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Diagnosa: G1P0000 33-34 minggu T/H, letak sungsang, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam. Tindakan: SC. Cito (22-22007).

Ampisilin 4x500 mg, Deksametason 1x12 mg

Injeksi i.v Injeksi i.v

Perawatan pre op.

22-22007

Vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (-). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P0101 Post SC hari 0

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (20 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit

P0101 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

P0101 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Roborantia (1x1 tab)

Oral Oral Oral

Bubur saring

23-22007

24-22007

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit 25-22007

19.

01102661

Ny. S Umur: 33 thn TB: 157 cm BB: 68 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Lain-lain Kelas Bangsal: III

21-22007

22-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 00.30 (21-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+). Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,6oC Respirasi: 20kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 Luka op. terasa sakit, luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

P0101 Post SC hari III

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Roborantia (1x1 tab)

Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G2P1001 38 minggu T/H, LMR (bekas SC). Tindakan: SC. Cito (21-22007)

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (1x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari 0

P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari I

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20.

01102877

Ny. S Umur: 33 thn TB: 153 cm BB: 63 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

23-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+). TD: 95/50 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

24-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 100/60 mmHg Nadi: 74 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P2002 Post SC + tubektomi bilateral hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

22-22007

Pendarahan pervaginam warna merah segar sejak pkl. 23.00 (21-2-2007), sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), pendarahan sebanyak 1 gelas. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 24 kali/menit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G4P0000 38-39 minggu T/H, plasenta previa, pendarahan aktif. Tindakan: SC. Cito (22-22007), antibiotika (test dulu), siapkan darah.

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

D5%:Ringer Laktat (3:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Sulbenisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x1 ampul) Cytotec (3x1 ampul)

Infus i.v

P1001 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, nyeri (-), pendarahan (-). TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36,7oC Respirasi: 20 kali/menit

P1001 Post SC hari 0

23-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+), pendarahan (-). TD: 110/80 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

24-22007

Sakit luka op.,luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+), BAB (-) BAK (+), ASI (+). TD: 110/60 mmHg

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit, bubur saring

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

21.

01102916

Ny. C Umur: 38 thn TB: 153 cm BB: 65 kg Pendidikan: Tidak tamat SD Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

25-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, nyeri (-), BAB (+), BAK (+), flatus (+), pendarahan (-). TD: 110/60 mmHg Nadi: 75 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

22-22007

Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), letak lintang. Keadaan umum: baik TD: 100/60 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 24 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

23-22007

Gerak anak (+) baik, keluar air (-), letak lintang. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Diagnosa: G3P2002 T/H, letak lintang Tindakan: SC. Primer + steril (22-2-2007), injeksi i.v Sefotaksim 2 gram (test dulu) atau injeksi i.v Ampisilin 2 gram, 1 jam sebelum op. P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari 0

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 24-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, flatus (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 100/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

25-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op., kontraksi (+) baik, flatus (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

26-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, ASI (+), vagina lochia (+) rubra. TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P3003 Post SC + tubektomi bilateral hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22.

01102876

Ny. L Umur: 32 thn TB: 152 cm BB: 66,5 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

22-22007

Sakit perut hilang timbul sejak pkl. 18.00 (21-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (+) sejak pkl. 10.00 (21-2-2007), keluar lendir darah. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Diagnosa: G2P1001 41-42 minggu T/H, LMR (bekas SC), keluar air. Tindakan: SC. Injeksi i.v Sulbenisilin 2 gram (test dulu).

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Infus i.v

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

P1001 Post SC hari 0

23-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter, flatus (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring, Aff infus i.v dan DC

24-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 84 kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

23.

01103113

Ny. R Umur: 31 thn TB: 152,5 cm BB: 56,2 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

25-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (+), BAK (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 76 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

23-22007

Sakit perut (-), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (-). Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

24-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAB (-), BAK (+) dengan kateter, ASI (-), flatus (+).

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

Diagnosa: G1P0000 41minggu T/H, oligohidramnionanhidrosis. Tindakan: SC. Cito.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Sefotaksim (3x1 ampul) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Ampisilin (3x1 gram) As. Mefenamat (3x500 mg) Roborantia (2x1 tab)

Injeksi i.v Oral Oral

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

P1001 Post SC hari 0

P1001 Post SC hari I

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 120/80 mmHg Nadi: 72 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

24.

01103108

Ny. S Umur: 29 thn TB: BB: 63 kg Pendidikan: SLTA Pekerjaan: Pegawai Swasta

25-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit). TD: 120/80 mmHg Nadi: 70 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Roborantia (1x1 tab)

Oral Oral Oral

Bubur saring

26-22007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 110/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Rawat luka, Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

23-22007

Sakit perut jarangjarang sejak pkl. 04.00 (23-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), keluar lendir darah (+). Keadaan umum: baik TD: 110/60 mmHg Nadi: 84 kali/menit

Diagnosa: G1P0000 39minggu T/H, letak sungsang, belum impartus. Tindakan: SC. Cito, antibiotika 2 gram (test dulu), siapkan darah.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Ampisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kelas Bangsal: III

24-22007

Suhu: 37,1oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+). TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P0101 Post SC hari 0

P0101 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

25-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit), flatus (+). TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit

P0101 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

26-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (sedikit), flatus (+). TD: 120/80 mmHg

P0101 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus iv dan DC, bubur saring

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit 25.

01102817

Ny. S Umur: 26 thn TB: 158 cm BB: 62 kg Pendidikan: SLTP Pekerjaan: Buruh Kelas Bangsal: III

23-22007

24-22007

25-22007

Nyeri perut hilang timbul sejak pkl. 16.00 (23-2-2007), gerak anak (+) baik, keluar air (-), blood slym (+). Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 36,8oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Diagnosa: G1P0000 41-42 minggu T/H, blood slym. Tindakan: SC. Cito (24-22007), injeksi i.v Kedacilin 2 gram (test dulu).

Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 86 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

P1001 Post SC hari 0

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+), ASI (-). TD: 120/80 mmHg

P1001 Post SC hari I

Perawatan pre op.

D5%:Ringer Laktat (4:1) 28 tetes/menit s/d 12jam Sulbenisilin (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Infus i.v

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

26.

01103682

Ny. D Umur: 25 thn TB: BB: Pendidikan: SLTA

26-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+), ASI (+), flatus (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 18kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Bubur saring

27-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, BAK (+), ASI (+). TD: 100/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 36oC Respirasi: 18kali/menit

P1001 Post SC hari III Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

26-22007

Sakit perut sejak pkl. 01.00 (26-2-2007), keluar air ketuban sejak pkl 06.00 (26-22007), teraba bagian kecil.

Diagnosa: G1P0000 39-40 minggu T/H, letak sungsang, keluar air. Tindakan: SC. Cito (24-2-

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Sefotaksim (3x1 gram) Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

Asma (-) Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-) Obat (-)

Injeksi i.v Injeksi i.v Injeksi i.v

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

27.

01104107

Ny. M Umur: 28 thn TB: 150 cm BB: 61,5 kg

Keadaan umum: baik TD: 110/70 mmHg Nadi: 88 kali/menit Suhu: 36,3oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15

2007), injeksi antibiotika 2 gram (test dulu), siapkan darah.

27-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (-). TD: 120/80 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Aff infus i.v dan DC, bubur saring

28-22007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II Pulang dengan membaik

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Metilergometrin (3x1 tab) Roborantia (2x1 tab)

Oral Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

27-22007

Keluar air pervaginam sejak 2 hari yang lalu (25-2-2007), sakit perut (-), gerak anak

G1P0000 38-39 minggu T/H, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam.

D5%:Ringer Laktat (4:1) + Oksitosin 20 IU (28 tetes/menit s/d 12jam) Kedacilin (3x1 gram)

Infus i.v

Puasa 6 jam, minum sedikitsedikit

P1001 Post SC hari 0

Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-) Penyakit Jantung (-)

Injeksi i.v

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pendidikan: SLTP Pekerjaan: IRT Kelas Bangsal: III

28-22007

(+) baik. Keadaan umum: baik TD: 120/80 mmHg Nadi: 84 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20 kali/menit Tingkat kesadaran: E4M6V5=15 Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, flatus (+). TD: 120/70 mmHg Nadi: 82 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

Obat (-)

Tindakan: SC. Cito (27-22007), injeksi i.v Sulbenisilin 2 gram (test dulu), siapkan darah.

Alinamin F (3x1 ampul) Vitamin C (2x200 gram)

Injeksi i.v Injeksi i.v

P1001 Post SC hari I

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Bubur saring, Aff infus i.v dan DC

P1001 Post SC hari 0

1-32007

Luka op. terawat baik, nyeri luka op. (+), kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra. TD: 120/70 mmHg Nadi: 80 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit

P1001 Post SC hari II

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Bubur saring

2-32007

Luka op. terawat baik, kontraksi (+) baik, vagina lochia (+) rubra, ASI (+).

P1001 Post SC hari III

Amoksisilin (3x500 mg) As. Mefenamat (3x500 mg) Fero Sulfat (2x1 tab)

Oral Oral Oral

Pulang, kontrol poli selama 1 minggu

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Suhu: 37oC Respirasi: 20kali/menit Keterangan: No. RM TM TO TP TK TB BB op. T/H TD IU D5%

= = = = = = = = = = = =

nomer rekam medik tanggal masuk tanggal operasi tanggal pemeriksaan tanggal keluar tinggi badan berat badan operasi tunggal/hidup tekanan darah international unit Dextrosa 5%

s/d i.v SC. Cito ASI KPD DC BAB BAK LMR G0P0000 E4,V6,M5

= sampai dengan = interavena = section caesarea (bedah sesar) yang harus segera dilakukan = air susu ibu = ketuban pecah dini = Dauer Chateter (kateter tetap) = buang air besar = buang air kecil = Lokus Minoris Resisten = Gravida( kehamilan yang keberapa) Partus(yang telah lahir), (abortus), (prematur), (hidup) = eyes open spontan, verbal oriented and controversed, motor response to verbal command

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120

Penggolongan Obat Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. 1.

2.

3.

4.

Nama obat

Golongan obat

Nama Generik

Kelas terapi obat

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Fero Sulfat Methergin

Pinisilin Anti-Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid

Ampicilin

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methergin

Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methylergometrin

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Amoksisilin Asam mefenamat

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121

5.

6.

Fero Sulfat Methergin

Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methergin

Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Oksitosin

8.

9.

Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sulbenisilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Ampicilin

Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Amoksisilin Asam mefenamat

Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Metilergometrin

Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Methergin

Oksitosik

Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obsterik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Kedacilin Ampisilin Alinamin F Vitamin C

Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi

Fero Sulfat Methergin

7.

Ampicilin

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Antiinfeksi (antibakteri) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122

Amoksisilin Asam mefenamat

10.

11.

12.

13.

Amoksisilin Asam mefenamat

Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Sulbenisilin Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin anti Pseudomonas Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Cefotaxime

Fero Sulfat Methergin

Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Metilergometrin

Oksitosik

Methylergometrin

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid

Ampicilin

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin

Amoksisilin Asam mefenamat

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123

14.

15.

16.

17.

Fero Sulfat Methergin

antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Metilergometrin

Oksitosik

Methylergometrin

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Fero Sulfat Methergin

Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Methergin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin

Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat

Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124

18.

19.

20.

Ampisilin Deksametason Oksitosin

Penisilin Antihistamin & antialergi Oksitosik

Ampicilin Dexamethason Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Metilergometrin

Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Fero Sulfat Metilergometrin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Amoksisilin Asam mefenamat Fero Sulfat Methylergometrin

Mempengaruhi darah Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sulbenisilin Alinamin F Vitamin C Cytotec

Fero Sulfat

Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Sistem saluran cerna (analog prostaglandin) Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi gizi

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Obat lain

Oksitosin

Amoksisilin Asam mefenamat

21.

Amoksisilin Asam mefenamat

Antiinfeksi (antibakteri) Obat lain Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Amoksisilin Asam mefenamat

Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat

Mempengaruhi darah

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Metilergometrin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125

22.

23.

24.

25.

26.

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Metilergometrin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Amoksisilin Asam mefenamat

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Ampisilin Amoksisilin Asam mefenamat

Cefotaxime

Metilergometrin

Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Ampicilin Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Ampisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Ampicilin

Metilergometrin

Penisilin Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Sulbenisilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat Metilergometrin

Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat Roborantia

Mempengaruhi darah Mempengaruhi gizi

Fero Sulfat

Oksitosin

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Amoksisilin Asam mefenamat Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi darah Mempengaruhi gizi Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

Sefotaksim Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

27.

Metilergometrin

Sefalosporin generasi ketiga Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Oksitosik

Roborantia

Mempengaruhi gizi

Oksitosin

Cefotaxime

Amoksisilin Asam mefenamat

&karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Methylergometrin

Obat Obstetrik & Ginekologi Mempengaruhi gizi

Oksitosik

Oxytocin

Dextrosa 5% dalam Ringer laktat

Larutan elektrolit & karbohidrat

Natrium intravena

Kedacilin Alinamin F Vitamin C Amoksisilin Asam mefenamat

Penisilin anti Pseudomonas Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Penisilin Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid Mempengaruhi darah

Amoksisilin Asam mefenamat

Obat Obstetrik & Ginekologi Larutan elektrolit &karbohidrat Antiinfeksi (antimikroba) Mempengaruhi gizi Mempengaruhi gizi Antiinfeksi (antimikroba) Analgesik

Fero Sulfat

Mempengaruhi darah

Fero Sulfat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127

Penggolongan Obat Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. Obat Antiinfeksi No. 1.

Golongan obat

Jenis obat

Pinisilin

Amoksisilin Ampisilin Sulbenisilin Sefotaksim

Penisilin anti-Pseudomonas Sefalosporin generasi ketiga

Nama obat Amoksisilin Ampisilin Kedacilin® Cefotaxime

Obat Obstetrik dan Ginekologi No. 1. 2.

Golongan obat Oksitosik Alkaloid ergot

Jenis obat Oksitosin Metilergometrin

Nama obat Oxytocin Methergin®

Obat Analgesik No. 1.

Golongan obat

Jenis obat

Analgesik non opioid antiinflamasi non steroid

Asam mefenamat

Nama obat Asam Mefenamat

Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah No. 1. 2.

Golongan obat Mempengaruhi darah Mempengaruhi Gizi

Jenis obat Fero Sulfat Vitamin C Vitamin B1 Vitamin B12 B

B

Nama obat Fero Sulfat Vitamin C Alinamin Fursultiamine® Roborantia

Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah No. 1. 2

Golongan obat Larutan elektrolit karbohidrat Tranfusi darah

Jenis obat dan Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Darah

Nama Obat Dextrosa 5% dalam Ringer laktat Darah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128

Obat Lain No. 1. 2.

Golongan obat

Jenis obat

Antihistamin dan antialergi Deksamethason Obat saluran cerna (analog Misoprostol Prostaglandin)

Nama obat Deksamethason Cytotec*

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129

Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007. No. 1. 2. 3. 4.

Brand Name Alinamin fursultiamine® Cytotec® Kedacilin® Methergin®

Komposisi Alinamin fursultiamine Misoprostol Sulbenisilin disodium Metilergometrin hidrogen maleat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130

BIOGRAFI PENULIS Ni Komang Trisna Dewi merupakan anak ketiga dari pasangan I Wayan Menyan dan Ni Nyoman Jelih, Lahir di Kintamani, Bali pada tanggal 27 November 1984. Pendidikan awal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 1 Sekaan, Kintamani pada tahun 1991-1997. Dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Singaraja pada tahun 1997-2000. Kemudian naik ke jenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bangli pada tahun 2000-2003. Selanjutnya pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan masa studi pada tahun 2007.

More Documents from "Nurul Rya"

Bahan-bls.pdf
December 2019 32
038114051_full.pdf
December 2019 21
Bahan-bls.pdf
December 2019 11
Soal Ulangan Harian 1.docx
November 2019 47