STATISTIKA OLEH :
WIJAYA email :
[email protected]
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009
III. TEKNIK SAMPLING ¾ Sampling (Penarikan Contoh) = proses pemilihan objek–objek tertentu dari sekian banyak objek yang ada. ¾ Unit Sampling = objek yang dipilih dalam sampling. ¾ Kerangka Sampling = daftar unit sampling beserta pelungnya. ¾ Populasi Sasaran = populasi yang menjadi ruang lingkup generalisasi kesimpulan suatu penelitian. ¾ Rencana Sampling = langkah–langkah menentukan unit sampling, banyaknya unit sampling yang akan dipilih dan cara memilih unit– unit tersebut ke dalam sampel. ¾ Rancangan Sampling = rencana sampling ditambah dengan analisisnya.
III. TEKNIK SAMPLING 3.1 Alasan Sampling 1. Ukuran Populasi tak hingga atau terhingga tetapi n besar 2. Keterbatasan Sumberdaya (biaya, tenaga, waktu). 3. Masalah Ketelitian 4. Faktor Ekonomis : Kegunaan x Sumberdaya
3.2 Cara Sampling A. Sampling Peluang Setiap anggota populasi mempunyai peluang (kesempatan) yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. 1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) 2. Sampling Sistematik 3. Sampling Berstrata 4. Sampling Kluster
B. Sampling Non Peluang 1. Sampling Seadanya 2. Sampling Pertimbangan 3. Sampling Kuota 4. Snow Ball Sampling
A. Sampling Peluang 1. Sampling Acak Sederhana ¾ unit sampling mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. ¾ dapat dilakukan dengan cara (a) undian dan (b) daftar angka acak. ¾ cocok diterapkan untuk populasi yang homogen. Apabila populasinya heterogen maka dilakukan dengan :
A. Sampling Peluang 1. Sampling Acak Sederhana Misal Populasi Tanaman per Petak 40 tanaman, diambil sampel sebanyak 20 % atau 8 tanaman. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
A. Sampling Peluang 1. Sampling Acak Sederhana Misal Populasi Petani 300 orang, diambil sampel sebanyak 75 orang. No 001 002 003 . . 096 . . 300
Nama Petani
Lahan (ha)
Alamat
Ket
A. Sampling Peluang 2. Sampling Sistematik ¾ unit sampling diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang atau urutan yang uniform. ¾ pengambilan anggota pertama dilakukan secara acak. ¾ pengambilan unit sampel : (a) N kelipatan dari n Æ N/n, dan (b) N/n pecahan Æ pembulatan.
A. Sampling Peluang 2. Sampling Sistematik Misal N = 300 Æ diambil n = 75 Æ N/n = 4. No 001 Acak
002 … 006 … 010 . 098 . . 300
Nama Petani
Lahan (ha)
Alamat
Ket
A. Sampling Peluang 3. Sampling Berstrata Misal N = 300 Æ n = 75, Luas lahan : 0,14 ha – 2,00 ha Interval Luas Lahan = (2,00 – 0,14)/3 = 0,62 ha No
Strata Lahan (Ha)
Ni
ni
ni
1
0,14 – 0,76
160
40
25
2
0,77 – 1,38
80
20
25
3
1,39 – 2,00
60
15
25
Jumlah
300
75
75
Unproporsional Proporsional
A. Sampling Peluang 4. Sampling Kluster = Sampling Wilayah
Jawa Barat
Prov.
Kec.
Kec-1
Kec-2 Kec-3
Ds.
Bandung
Garut
Kab.
Kec-1
Kec-2 Kec-3
B. Sampling Non Peluang Ketelitian dan kerepresentatifan sampel non peluang tidak dapat ditaksir, akibatnya tidak mungkin menyimpulkan hasil sampel terhadap populasi dengan derajat keyakinan tertentu.
1. Sampling Seadanya Sampling Seadanya (Aksidental) : berdasarkan seadanya data dan kemudahannya mendapatkan data. Misalnya mengumpulkan pendapat tentang sesuatu dari orang–orang lewat.
2. Sampling Pertimbangan Berdasarkan pertimbangan peneliti.
B. Sampling Non Peluang 3. Sampling Kuota teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Misal ada 5 peneliti dengan ukuran sampel 100 orang, maka setiap peneliti dapat memilih secara bebas sebanyak 20 orang.
3. Sampling Snow Ball Biasanya digunakan apabila populasi target tidak diketahui secara jelas identitasnya.
3.3 Ukuran Sampel Ukuran sampel yang diambil dalam sampling tergantung dari tingkat keragaman dan ukuran populasi. Semakin besar tingkat keragaman dan ukuran populasi, akan semakin besar pula ukuran sampelnya agar diperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Taro Yamane (1967) dalam Jalaluddin Rakhmat (1999), ukuran sampel dapat ditentukan dengan formula : N n =
Nd2 + 1
n = ukuran sampel ; N = ukuran populasi ; d = 0,1