LAPORAN OBSERVASI KAMAR MANDI GEDUNG DEPARTEMEN FISIPOL UGM
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Plambing II di Bengkel Sanitasi
Mata Kuliah: Praktikum Plambing II Dosen Pengampu: Elviana, M.Eng Wisnu Rachmad Prihadi, M. Pd.
Disusun Oleh: Lia Khusnul Khotimah (17510134013)
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan laporan Praktikum Plambing II dengan judul mengenai “Observasi Kamar Mandi Gedung Departemen FISIPOL UGM”. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat waktu, terutama kepada pembimbing dalam pembuatan laporan ini, yaitu : 1. Elviana, M.Eng dan Wisnu Rachmad Prihadi sebagai dosen mata kuliah Praktikum Plambing II, yang telah membimbing dan mendampingi dari awal hingga akhir. 2. Teman-teman kelas K1 2017 yang telahmengiringi perjalanan saya hingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan ini, namun jika masih ada kekurangan diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan inspirasi bagi pembacanya.
Yogyakarta, 6 Maret 2019
Penulis
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang arsitektur, utilitas adalah hal-hal yang menyebabkan bangunan dapat digunakan atau berfungsi sebagaimana mestinya. Utilitas merupakan hal yang sangat vital pada suatu bangunan. Dengan adanya penerapan sistem utilitas yang benar dan tepat maka bangunan tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sebaliknya, apabila penerapan sistem utilitas kurang baik, maka fungsi bangunan akan terhambat. Oleh karena itu, kami menyadari bahwa pengetahuan mengenai penerapan sistem dan jaringan utilitas sangatlah penting. Melalui proposal ini, kami mengharapkan kesediaan pihak FISIPOL UGM untuk memberikan ijin survey utilitas bangunan di Gedung
Departemen
FISIPOL
UGM.
(http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYA KARTA) Tata perencanaan sistem plambing sendiri juga perlu diperhatikan agar penerapan sistem plambing bangunan sebuah gedung sesuai standar yang ditetapkan juga mampu memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakannya. (SNI 03-7065-2005)
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari pengujian ini yaitu : a. Apa yang dimaksud dengan sistem plambing? b.Apakah sistem plambing gedung ini telah sesuai standar?
1.3 Tujuan Tujuan yang akan didapatkan dengan melakukan pengujian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui sistem plambing. b. Untuk mengetahui sistem plambing yang sesuai standar.
1
1.4 Manfaat Manfaat yang akan diperoleh dari pengujian ini yaitu : a. Dapat mengetahui sistem plambing. b. Dapat mengetahui sistem plambing yang sesuai standar.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kajian Teori Sistem Plumbing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat; yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar peralatan dan standar instalasinya.
a. Jaringan Air Bersih 1.Perancangan kebutuhan Air Bersih 2.Kebutuhan keseharian Penggunaan air bersih pada tiap-tiap gedung berbeda tergantung jumlah penghuninya dan luas dari bangunan tersebut. Berikut tabel kebutuhan keseharian air bersih. Tabel 1. Kebutuhan Keseharian Air Bersih
3
Pipa-pipa yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Pipa yang dipakai tidak korosif pada permukaan aliran b.Pipa mempunyai ketahanan terhadap tekanan air sesuai dnegan desain jaringan dengan angka kenyamanan yang cukup c. Kecepatan aliran dalam pipa tidak melebihi kecepatan standar (berkaitan dnegan noise yang ditimbulkan) batas-batas kecepatan tertinggi (biasanya 2m/detik atau kurang). d.Pipa memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan bahan dan aspek encemaran, misalnya pipa tidak boleh bereaksi terhadap cairan yang mengalir di dalamnya e. Sistem yang dipilih pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga udara maupun air kalau perlu dapat dibuang/dikeluarkan dengan mudah (mudah diperbaiki dan diganti) f. Pipa mendatar pada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke atas (searah aliran) sedangkan pada sistem pengaliran ke bawah dibuat agak miring ke bawah. Kemiringan sekitar 1/300 g.Pemipaan yang tidak merata, agak melengkung ke atas atau melengkung ke bawah harus dihindarkan (misalnya ada erombakan gedung) hendaknya dipasang katup pelepas udara. h.Sambungan harus benar-benar tapat supaya air tidak dapat merembes keluar/bocor i. Pipa dan sambungannya harus mampu menahan kekuatan tekanan air sebesar 10 kg/cm2 Bagian pipa melewati siar dilatasi bangunan harus diberi sambungan fleksibel untuk menetralisir perubahan kedudukan pipa apabila terjadi gempa. (http://Aynia.blogspot.com/2017/12/utiitas-bangunan.html)
b.
Jaringan Air Kotor Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai berikut :
4
Air kotor yang dibuang melalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit pengolahan air kotor melalui riol kota). Pada umumnya air kotor mengalirsecara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor dari bak periampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor. Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1.Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar mandi, wastafel, dll., 2.Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi, 3.Air hujan. (http://Aynia.blogspot.com/2017/12/utiitas-bangunan.html)
2.2 Standar yang digunakan Dalam merencanakan sistem plambing, memperhatikan perencaan yang sesuai dengan standar perlu diperhatikan. Berikut beberapa standar yang digunakan sebagai acuan dari observasi ini, yaitu: 1. SNI 03-7065-2005, tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. SNI tata cara perencanaan sistem plambing inidimaksudkan sebagai pedoman dan acuan bagi perencana untukmerencanakan sistem plambing dalam suatu gedung. SNI ini mencakup : 1) Sistem plambing yang baru untuk air minum, air buangan, ven dan air hujan pada gedung sampai dengan pipa persil 2) Sistem plambing yang baru direncanakan untuk perubahan atau penambahan terhadap sistem plambing pada gedung yang sudah dibangun sebelum SNI ini diberlakukan. 2. SNI 03-6481-2000, tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. SNI ini digunakan baik sistem plambing yang baru atau yang sudah ada sebelum diberlakukannya SNI ini. Baik penambahan, pengurangan atau
5
penggantian sistem plambing, dapat menggunakan SNI ini sebagai acuan perencanaan sistem plambing sebuah gedung. 3. SNI 8153:2015, tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung. Standar ini mencakup spesifikasi peralatan plambing dan perencanaan, pemasangan, perubahan, perbaikan, penggantian, penambahan, dan perawatan sistem plambing sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan memperhatikan peraturan lain yang berhubungan. Standar plambing ini berlaku bagi sistem plambing yang baru dipasang setelah standar ini dinyatakan efektif berlaku, dan bagi sistem plambing lama yang mengalami perbaikan sebagian maka bagian tersebut harus mematuhi standar plambing ini dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan. 4. Standar Toilet Umum Indonesia “Kering itu Sehat”, oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Toilet umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakat dapat membuang hajat serta memenuhi fisik, sosial, dan psikologis lainnya. 1. Kelengkapan Ruang : - Kloset duduk/Jongkok - Wastafel - Tempat Sampah - Tempat sampah untuk pembalut - Air dan kelengkapannya (Kran air, gayung, dll) - Cermin 2. Besaran Ruangan normal Ruang untuk Buang Air Besar (WC) Ukuran luas ruang ditentukan oleh posisi kloset duduk/jongkok. - Lebar minimum 80cm - Panjang minimum 90cm - Ketinggian plafond minimum 220cm
6
3. Ukuran Penempatan Kloset
Gambar 1. Denah Kubikal WC (Sumber: Standar Toilet Umum) 4. Ukuran Penempatan Wastafel Ukuran dan luas untuk ruang cuci tangan dan cuci muka, minimum adalah : -
Lebar 80cm
-
Lebar bak cuci 50cm
-
Tinggi bak cuci 70cm
-
Jarak bak cuci dengan dinding 90cm
5. Sirkulasi udara, pencahayaan dan pengelolaan sesuai standar mampu memberikan kenyamanan bagi pengguna.
2.3 Penyajian Data di Lapangan Data yang dihasilkan dari pengujian ini yaitu berupa gambar dokumentasi hasil observasi pada 2 Februari 2019. Berikut data yang dihasilkan : 1) Layout
7
Gambar 2. Layout Kamar Mandi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) 2) Ruang Kamar Mandi
Gambar 3. Ruang Kamar Mandi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
8
3) Ruang Kloset Dilengkapi kran air, ember juga kloser merk “TOTO”.
Gambar 4. Ruang Kloset (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) 4) Ruang Cuci Muka dan Cuci Tangan
Gambar 5. Ruang Wastafel (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) 5) Ruang Pipa Shaf
Gambar 6. Ruang Pipa Shaf (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
2.4 Pembahasan Dari hasil observasi kamar mandi gedung Departemen FISIPOL UGM lantai 5, apabila dibandingkan dengan standar maka diperoleh hasil berikut :
9
1) Kelengkapan Ruang Berdasarkan Standar Toilet Umum “Kering itu Sehat”, kelengkapan ruang kamar mandi gedung ini telah sesuai dengan standar. Tabel 2. Perbandingan Kelengkapan Ruang dengan Standar Standar Toilet Umum
Keterangan di Lapangan
Kloset Jongkok/Duduk
SESUAI
Wastafel
SESUAI
Cermin
SESUAI
Tempat Sampah
SESUAI
Tempat Sampah Pembalut
SESUAI
Air dan kelengkapannya
SESUAI
2) Ukuran Besaran Ruang Ukuran besaran ruang sendiri tergantung penempatan kloset. Secara keseluruhan ukuran luas ruang kamar mandi telah memenuhi standar dengan ukuran 5,6m x4,7m. Sedangkan untuk kubikal ruang kloset juga telah memenuhi standar dengan ukuran lebar 1,5m melebihi standar lebar minimum 80cm, ukuran panjang 1,5m melebihi standar panjang 90cm. Jadi, ukuran ruang kamar mandi gedung ini telah sesuai standar.
3) Ukuran Penempatan Kloset Jarak Kloset dengan dinding kurang dari 305 mm sehingga tidak memenuhi standar, selebihnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
4) Ukuran Penempatan Wastafel Jarak bak cuci dengan dinding kurang dari 90 cm sehingga tidak memenuhi standar, selebihnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
10
5) Kapasitas dan Aliran Air Kapasitas ruang kamar mandi ini cukup menampung 4-5 orang didalamnya. Debit aliran air yang ada cukup besar pada kran air diruang kloset, sedangkan debit air pada kran wastafel relatif sedang.
6) Sirkulasi Udara dan Pencahayaan Sirkulasi udara dalam ruang kamar mandi ini cukup baik karena dilengkapi jendela juga ventilasi dengan suhu normal
20°-27°.
Pencahayaan dalam ruang ini menggunakan pencahayaan alami dan juga pencahayaan buatan. Pencahayaan disini tergolong terang sehingga ruang terlihat lebih bersih.
7) Pengelolaan -
Kamar mandi dalam kondisi bersih, kering dan tidak berbau
-
Tersedia tempat sampah tertutup dan bahan pembersih
-
Dinding berwarna terang
-
Lantai tidak licin dan kedap air
11
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi pada kamar mandi gedung Departemen FISIPOL UGM, diperoleh beberapa hasil yang telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk ukuran dan luas ruangan telah mencapai standar minimum, kloset jongkok belum mencapai standar minimum, dan wastafel pun belum mencapai standar minimum yang ditentukan pada bagian jarak bak cuci dengan dinding. Untuk kondisi kamar mandi sendiri bisa dikatakan dalam kondisi yang bersih baik diluar maupun didalam bilik. Juga telah dilengkapi dengan sabun cuci tangan, tempat sampah ada 2 (diluar dan didalam bilik), serta gantungan baju disamping pintu bilik kamar mandi.
12
DAFTAR PUSTAKA http://www.academia.edu/6779570/UTILITAS_HOTEL_AMARIS_YOGYAKA RTA (Diakses Pada 4 Februari 2019) http://Aynia.blogspot.com/2017/12/utiitas-bangunan.html
(Diakses
Pada
4
Februari 2019) http://datenpdf.com_standar-toilet-umum/ (Diakses Pada 4 Februari 2019) Badan Standarisasi Nasional. SNI 8153:2015. Sistem Plambing pada Bangungan Gedung. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. SNI 03;7065-2005. Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6481-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. Jakarta.
13
LAMPIRAN-1
Foto 1. Survey Kamar Mandi
Foto 2. Kondisi bagian bawah Wastafel
Foto 3. Bagian Pintu Masuk Kamar Mandi
14