001. Igd Kebijakan.docx

  • Uploaded by: Budi Supriyono
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 001. Igd Kebijakan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,047
  • Pages: 13
KEBIJAKAN UNIT GAWAT DARURAT RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON 2019

1

JL.RayaPerjuangan No.8 Cirebon Jawa Barat - Indonesia Telp : (+62 231) 8333377/88/99 Fax (+62 231) 482121 Email :[email protected] www.rsia-cahayabunda.com KEBIJAKAN UNIT GAWAT DARURAT PERATURAN/KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON

Nomor : /PER /DIR /UGD/RSIACB /III/ 2019 Rev.1 tentang KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT Menimbang :

bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Unit Gawat Darurat RSIA CAHAYA BUNDA Cirebon, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dan sesuai standar bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas perlu adanya keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Unit Gawat Darurat di RSIA Cahaya Bunda Cirebon

Mengingat

:

Undang–undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Undang–undang Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Undang–undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 856 / MENKES / SK / IX / 2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor :011/BOD/CRB - SK/0716 tentang 1

Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSIA Cahaya Bunda Cirebon Kelas C. Surat Keputusan Direktur PT.Cipta Hasil Yasmin Nomor :010/BOD/CRB-SK/0716 tentang Penunjukan Sebagai Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon

MEMUTUSKAN Menetapkan : Pertama

:

Menetapkan Kebijakan Pelayanan Gawat Darurat RSIA Cahaya Bunda Cirebon

Kedua

:

Kebijakan Pelayanan Unit Gawat Darurat digunakan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan Unit Gawat Darurat dilingkungan RSIA Cahaya Bunda Cirebon

Ketiga

:

Kepala Ruangan bertanggung jawab dan memimpin penyelenggaraan pelayanan unit kepada Kepala Unit Medis dan Keperawatan RSIA Cahaya Bunda Cirebon.

Keempat

:

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Cirebon,01 Maret 2019

Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon

3

Lampiran PeraturanDirekturRSIA Cahaya Bunda Cirebon Nomor : 001/PER/DIR/UGD/RSIACB / III/ 2019 Rev.1 Tanggal

: 01 Maret 2019

KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON

A.

Kebijakan Umum

1. Pelayanan Unit Gawat Darurat dilaksanakan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu, yang didukung dengan pelayanan radiologi, farmasi dan laboratorium 24 jam.

2. Pemenuhan fasilitas dalam penyelenggaraan pelayanan UGD diupayakan sesuai dengan standar fasilitas dalam ketentuan yang berlaku.

3. Pelayanan Unit Gawat Darurat harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

4. Seluruh petugas harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, standar profesi, pedoman atau panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku

5. Apabila terjadi permasalahan pelayanan, pelaporan dan koordinasi disesuaikan dengan struktur organisasi dan bila terjadi di luar dinas maka supervisor dijadikan rujukan.

6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan, kualifikasi dan distribusinya.

7. Semua petugas UGD wajib memiliki izin profesi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Setiap petugas atau staf Unit Gawat Darurat wajib meningkatkan kompetensinya melalui program pengembangan SDM

3

9. Dalam melaksanakan tugasnya K3L (Keselamatan, KesehatanKerja dan Lingkungan) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), penggunaan alat pelindung diri (APD), Maintenance peralatan dan kalibrasi, pengelolaan kesehatan lingkungan kerja, pencegahan dan tanggap darurat bahaya serta proteksi kebakaran.

10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk budaya hand higyne, sterilisasi dan desinfeksi, pengelolaan limbah dan air bersih, pest control serta pengelolaan linen

11. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin 12. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan dibuat mekanisme monitoring dan pelaporan yang teragenda.

B.

Kebijakan Khusus I.

TRIASE 1.

Setiap pasien yang datang ke UGD dilakukan skrining awal untuk mendapatkan pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.

2.

Skrining yang dilakukan dengan metode triageuntuk membedakan kasus “true emergency” dan “false emergency”.

3.

Unit Gawat Darurat melayani kasus “true emergency “ dan “false emergency” pada ruangan terpisah.

4.

Untuk pasien dengan kehamilan : a. >20 minggu dengan adanya keluhan kehamilan tanpa adanya kegawat daruratan maka pasien tersebut ditransfer ke ruang bersalin dengan dilihat derajat transfer terlebih dahulu. b. >20 minggu dengan adanya keluhan kehamilan dan adanya kegawat daruratan maka dilakukan penanganan Circulation,Airway dan Breathing terlebih dahulu dan langsung ditransfer ke ruang bersalin. c. >20 minggu tanpa adanya keluhan kehamilan, maka pengkajian dilakukan di UGD. d. <20 minggu dengan atau tanpa adanya keluhan kehamilan , pengkajian dilakukan di UGD

II.

RESUSITASI 3

1. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar uang muka

2. Tindakan resusitasi untuk live saving dapat dilakukan tanpa memerlukan informed concent yang pada saatnya dapat dihentikan dengan pertimbangan medis atau atas permintaan keluarga yang berhak.

3. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis.

III.

PENDAFTARAN 1. Setiap individu yang akan mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit harus terdaftar sebagai pasien dan mendapatkan satu Nomor Rekam Medis yang berlaku seterusnya. 2.

Setelah dilakukan triase, maka keluarga pasien diminta untuk melakukan pendaftaran kebagian pendaftaran untuk mendapatkan Nomor Rekam Medis.

3. Setelah mendaftar, akan mendapat Nomor Rekam Medis dan form Rekam Medis yang harus diisi sesuai hasil pengkajian oleh dokter UGD dan Perawat. 4. Kriteria pasienanakitusampaidenganusia≤17 tahun, untukpasienanakusia≤ 14 tahun di konsulkankedokterSpesialisAnak

IV.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN MEDIS 1. UGD menerapkan asesmen awal dan skrining lanjutan yang meliputi risiko pasien jatuh, nyeri, nutrisi dan resiko decubitus serta melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan 2. UGD memberikan asuhan medis, asuhan keperawatan serta penunjang medis lainnya sesuai standar yang telah di tetapkan serta di dokumentasikan dalam formulir pencatatan yang telah ditentukan. 3. Prosedur identifikasi menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR, disesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien. 4. Setiap pasien yang masuk rawat inapdipasangkan gelang identitas pasien. 5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah, serta sebelum tindakan atau prosedur dengan menggunakan identitas pasien NAMA, TANGGAL LAHIR, NOMOR REKAM MEDIS 3

V.

PERMINTAAN SKRINING PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan penunjang dasar rontgen thorak dilakukan sesuai indikasi medis dan atau dengan ketentuan umur lebih dari 40 tahun. 2. Pemeriksaan penunjang standar untuk pasien baru yang masuk antara lain : 

Pasien Anak maupun dewasa a. Minimal cek Darah Rutin untuk pasien demam hari ke 2 b. Cek Billirubin untuk bayi baru lahir yang datang untukkontrol post ranap c. Cek Bilirubin untuk semua bayi usia kurang dari 1 minggu



Pasien persiapan Curetase atau persiapan tindakan Operasi a. Cek EKG b. Cek DR, BT, CT, HbsAg, Golongan Darah, GDS c. Rontgen Thorax untuk persiapan operasi,khusus untuk operasi SC elektif wajib meminta persetujuan dokter obgyn yang menjadi DPJP pasien tersebut

3. Pemeriksaan penunjang dasar EKGdilakukan sesuai indikasi medis dan atau dengan ketentuan umur lebih dari35 tahun. 4. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum tindakan atau prosedur dengan menggunakan identitas pasien NAMA, TANGGAL LAHIR, NOMOR REKAM MEDIS 5. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik atau terapi atau spesimen yang tidak tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya

VI.

OBSERVASI DAN MONITORING 1. Pasien dengan indikasi rawat inap namun pasien menolak maka pasien dimotivasi untuk dilakukan observasi di UGD minimal 2 jam.

VII.

INFORMASI DAN EDUKASI 3

1. UGD memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan. 2. Informed Consent adalah suatu proses komunikasi yang wajib dilakukan antara dokter dan pasien atau keluarga atau penanggung jawabnya yang hasilnya berupa kesepakatan atau ketidaksepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien dan dibuktikan dalam bentuk Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis. 3. UGD menerapkan satu sistem penanganan keluhan pelanggan dengan pendekatan empati dan mekanisme tindakan korektif dan pencegahan agar permasalahan yang sama tidak berulang. 4. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya atau penanggung jawabnya, kecuali pada kondisi gawat darurat yang mengancam kehidupannya.

VIII.

KONSUL DPJP

1. Setiap pasien yang akan masuk rawat inap, ditanyakan terlebih dahulu riwayat berobat dengan dokter spesialis sebelumnya dan ditanyakan untuk DPJPnya. 2. Jika pasien tersebut tidak pernah berobat sebelumnya dengan dokter yang ada di RSIA Cahaya Bunda, maka kita menawarkan beberapa dokter spesialis untuk DPJP atau dikonsulkan sesuai dengan jadwal jaga oncall dokter spesialis. 3. Untuk pasien yang sudah memiliki riwayat berobat oleh salah satu dokter spesialis di RSIA Cahaya Bunda, dengan kondisi : a. Pasien dalam keadaan tidak gawat darurat, maka langsung dikonsulkan dengan DPJP tersebut dan lakukan tindakan sesuai dengan instruksinya. b. Pasien dalam keadaan tidak gawat darurat, namun DPJP tidak dapat dihubungi via telpon hingga 5x dalam waktu 30 menit, maka sampaikan kepada keluarga pasien untuk mengganti DPJP atau tetap sampai bisa dihubungi, dan sementara terapi diberikan sesuai dengan dokter jaga UGD.

3

c. Pasien dalam keadaan gawat darurat maka sesegera mungkin konsulkan dengan DPJP, namun jika 2-3x dalam 5 menit dokter tersebut tidak dapat dihubungi maka sampaikan kepada keluarga pasien dan mengganti DPJP sesuai keinginan pasien atau sesuai dengan jadwal oncall dokter spesialis.

IX.

TINDAKAN MEDIS 1.

Dokter wajib melakukan proses komunikasi dengan pasien atau keluarga atau penanggung jawabnya untuk mencapai kesepakatan atau

ketidaksepakatan

tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien. 2.

Proses komunikasi tersebut dibuktikan dalam bentuk Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis.

3.

Informed concent diberikan pada tindakan bedah intervensi/ non intervensi, tindakan anestesi.

4.

Tindakan resusitasi untuk live saving dapat dilakukan tanpa memerlukan informed concent yang pada saatnya dapat dihentikan dengan pertimbangan medis atau atas permintaan keluarga yang berhak.

5.

Pelayanan sedasi ringan yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten dan yang prosesnya didokumentasikan dan terbagi dalam prainduksi dan sedasi , durantesedasi dan paskasedasi menjadi tanggung jawab masing-masing pelayanan.

X.

DOKUMENTASI DALAM SIMRS Setiap pemeriksaan dan tindakan yang telah dilakukan dan diberikan kepada pasien, perawat wajib melakukan input dalam SIMRS dan terverifikasi oleh bagian keuangan

XI.

HAK PASIEN DAN KELUARGA 3

1. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak pasien termasuk hak mendapatkan informasi atas kondisinya, hak privasi, perlindungan atas harta benda dan perlindungan kekerasan 2. Pemenuhan fasilitas dalam penyelenggaraan pelayanan Unit Gawat Darurat diupayakan sesuai dengan standar fasilitas dalam ketentuan yang berlaku. 3. Pasien dan keluarga pasien dilibatkan dalam penentuan keputusan rencana pelayanan yang akan diberikan. 4. Unit Gawat Darurat mempersiapkan fasilitas untuk menangani emergency klinis pasien 5. Pelayanan kerohanian dan pelayanan khusus pasien terminal di mungkinkan untuk mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.

XII.

PATIENT SAFETY MANAJEMEN FASILITAS KEAMANAN PENGENDALIAN INFEKSI 1. UGD melakukan menejemen pengelolaan dan pengawasan obat– obat high alert yang ada di UGD 2. Ruang UGD bisa diperuntukan untuk ruang perawatan sementara bila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam hal ini bencana alam dan kecelakaan masal. 3. Unit Gawat Darurat membentuk tim khusus yang siap bekerja bila terjadi KLB

XIII.

LOGISTIK 1. Pengecekan kelengkapan inventaris floor stock dilakukan setiap shift, jika terjadi selisih maka harus diselesaikan dalam waktu 1x24 jam 2. Pengecekan inventaris alat medis lain nya dilakukan setiap bulannya. 3. Jika terdapat kerusakan pada alat medis ataupun alat non medis makan harus segera dilakukan pelaporan ke bagian GA untuk dilakukan perbaikan atau diganti. 4. Membuat rencana untuk mengkalibrasi alat-alat medis dan rumah tangga

XIV.

TRANSFER PASIEN

1. Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak atau sesuai kriteria dengan memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani 3

pelaksanaan transfer yang dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit di dampingi petugas yang berkompeten. 2. UGD mengupayakan sarana dan prasarana untuk kepentingan komunikasi internal maupun eksternal serta konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan mencatat, membaca kembali dan mengkonfirmasi ulang terhadap perintah yang diberikan 3. UGD melaksanakan kegiatan serah terima dengan unit pelayanan selanjutnya atas pelayanan yang diberikan kepada pasien 4. Keputusan pemulangan pasien setelah mendapatkan pelayanan dapat berasal dari dokter penanggung jawab pasien atau pasien atau keluarga atau penanggung jawab disertai dokumen riwayat perawatan serta informasi lain yang dianggap perlu 5. RSIA Cahaya Bunda tidak menangani pemulasaran jenazah, jenazah setelah dinyatakan meninggal minimal 2 jam kemudian di persilakan dibawa pulang oleh pihak keluarga. 6. Pelayanan ambulans meliputi transportasi pasien dengan kegawat daruratan serta pemulangan, penjemputan dan transfer, didampingi petugas yang berkompeten dengan standar sarana ambulance yang telah ditentukan.

XV.

INDIKATOR MUTU Unit Gawat Darurat menetapkan indikator klinis dan manajerial sebagai tolak ukur mutu pelayanan

3

LEMBAR PENGESAHAN PERATURAN DIREKTUR

Nomor : 001/PER/DIR/UGD/RSIACB/III/2019 Rev.0

Tentang KEBIJAKAN UNIT GAWAT DARURAT RSIA CAHAYA BUNDA CIREBON

Di tetapkan Tanggal

: Cirebon : 01 Maret 2019

Dibuat Oleh : Kepala Ruangan

:

( Khoeriyah Ulfah Amd,Kep )

Disetujui oleh : Kepala Yanmed Medis

:

(dr.Tiara Widyastuti)

Ditetapkan oleh Direktur RSIA Cahaya Bunda Cirebon :

(dr. H.Erwin Didi Purnama,MMRS)

3

1

Related Documents

001
November 2019 16
001
November 2019 19
001
November 2019 20
001
November 2019 18
001
November 2019 18

More Documents from ""