PELAKSANAAN ZAKAT DI INDONESIA
FAKULTAS AGAMA UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan pemurah, senang menolong, agaknya benar adanya. Barangkali kita tidak percaya bahwa berdasarkan penelitian lembaga PIRAC (Membangun Kemandirian Berkarya, 2002) pada tahun 2001 ternyata tingkat kedermawanan masyarakat Indonesia cukup tinggi. Dari 2.500 orang responden yang berasal dari 11 kota besar di seluruh Indonesia sebanyak 96% menyatakan pernah melakukan kegiatan menyumbang kepada perorangan. Masih dari penelitian yang sama diketahui pula bahwa kedermawanan di Indonesia sebagian besar dimotivasi oleh perintah-perintah agama, baik berupa anjuran, kewajiban, maupun sanksisanksi akhirat bagi yang tidak melaksanakan. Bahkan krisis 1997 yang melanda Indonesia, tidak mengurangi kebiasaan sebagian besar responden (82%) dalam menyumbang. Kaum muslimin Indonesia, sebagai komunitas mayoritas, tentu mengambil peranan terbesar dalam kedermawanan. Ajaran Islam mewajibkan ummatnya untuk menunaikan zakat atas harta-harta kekayaan, baik berupa emas, perak, ternak, hasil pertanian, simpanan harta, dan lain sebagainya. Ada juga perintah-perintah untuk mengeluarkan infak-sedekah, menyantuni anak yatim, memberi makanan berbuka puasa, dan menyembelih hewan kurban. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan memberi (berderma) menempati posisi yang strategis dalam ajaran Islam. Selain motivasi menolong sesama, berderma juga berfungsi membersihkan harta dan hati si dermawan.
BAB II
ISI Pembahasan Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan. Sejak di keluarkannya UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pengelolaan zakat di Indonesia terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Terbukti dengan semakin banyaknya badan/lembaga yang berdiri untuk mengelola zakat. Menurut data Forum Zakat (FOZ) hingga Nopember 2007 di Indonesia sudah ada BAZ (Badan Amil Zakat) sebanyak 433 badan dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) sebanyak 60 lembaga atau total BAZ/LAZ = 493 lembaga. Dari 493 lembaga tersebut berhasil dihimpun dana sebesar Rp 1,8 Triliun. Menurut Erie Sudewo (Ketua I BAZNAS), potensi zakat profesi di Indonesia bisa mencapai Rp 32 Triliun per tahun. Banyak permasalahan mengapa potensi yang demikian besar 'hanya' tergarap 5,6%-nya saja ? Salah satu faktornya adalah rendahnya kesadaran umat Islam tentang kewajiban akan penunaian zakat. Rendahnya kesadaran ini didorong/akibat minim/rendahnya sosialisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah
maupun
lembaga
pengelola
zakat
(BAZ/LAZ).
Selama ini upaya untuk sosialisasi sudah dijalankan masing-masing lembaga. Namun hasilnya tetap belum optimal. Oleh karena itu untuk mendorong intensitas sosialisasi yang lebih optimal, perlu adanya rule / kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Semangat untuk memberikan kesadaran dan pencerahan tentang zakat disadari merupakan bagian jihad (perjuangan) memerangi kebodohan. Sehingga mengandung konsekuensi dukungan semua
pihak terutama dukungan dana. Dalam hal ini pemerintah punya peran yang cukup strategis untuk memberikan dukungan, salah satunya dengan membuat kebijakan sinergitas lembaga dalam sosialisasi zakat. Semangat kebersamaan inilah yang perlu diwujudkan dalam konteks ukhuwah Islamiyah. Menyadari bersama-sama untuk membuat sebuah sosialisasi secara sinergi. Hukum Zakat Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia. Macam-Macam Zakat Zakat terbagi atas dua tipe yakni •
Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
•
Zakat
Maal
(Zakat
Harta),
mencakup
hasil
perniagaan,
pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendirisendiri.
Yang berhak menerima
•
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
•
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
•
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
•
Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
•
Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
•
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya
•
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
•
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Yang tidak berhak menerima zakat •
Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
•
Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
•
Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
•
Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
•
Orang kafir.
Beberapa Faedah Zakat Faedah Diniyah (segi agama) 1. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. 2. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan. 3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda. 4. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW. Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak) 1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat. 2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya. 4. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak. Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan) 1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia. 2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah. 3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin. 4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah. 5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat. Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain: 1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin. 2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT. 3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk 4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat. 5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan 6. Untuk pengembangan potensi ummat 7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam 8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat. Zakat dalam Al Qur'an •
QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'".)
•
QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")
•
QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Syariat zakat pada hakikatnya bertujuan memecahkan persoalan kemiskinan dan kefakiran umat, bahkan menghendaki kemakmuran yang merata bagi keseluruhan umat Islam. Sebagaimana perintah zakat yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW: Berzakatlah kalian, niscaya akan datang kepada kalian suatu masa yang ummatnya berkeliling menawarkan zakat, tetapi tidak ditemukan seorang pun yang bersedia menerimanya. (Hadis Riwayat Al-Bukhari). Hadis tersebut memerintahkan kepada kita untuk mengamalkan syariat zakat secara kolektif. Jika kolektifitas umat Islam mengamalkan syariat zakat dengan baik dan benar, Rasulullah menjamin akan terciptanya suatu masa yang umatnya hidup makmur dan merata. Semua orang hidup sejahtera dan sebagian besar mampu membayarkan zakatnya. Alhasil, kesulitan untuk mencari orang-orang yang masih bersedia menerima zakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat http://g1s.org/blog/zakat-jadi-jalan-keluar-atasi-kemiskinan-umat-939/ http://dsniamanah.or.id/web/content/view/105/1/