3. Perubahan Keprbadian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubaha ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik. b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, nekreasi dan partisipasi sosial. c. Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti: tekanan emosional identifikasi terhadap orang lain, dan imitasi. 4. Karakteristik Kepribadian E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut. a. Mampu menilai diri secara realities b. Mampu menilai situasi secara realistik. c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. d. Menerima tanggung jawab. e. Kemandirian (autonomi). f. Dapat mengontrol emosi. g. Berorientasi tujuan. h. Berorientasi keluar. i. Penerimaan sosial. j. Memiliki filsafat hidup. k. Berbahagia Perubahan Sosial Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat sedangkan
perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Tetapi perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan norma yang merupakan bagian dari perubahan budaya. Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu sebenarnya saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial. Perubahan sosial dapat terjadi karena sebab internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan permasalahan yang timbul dalam diri masyarakat, sedangkan faktor eksternal mengacu pada sumber perubahan yang berasal dari luar masyarakat. Proses Perubahan Sosial yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi serta cultural lag. Perspektif Struktural Fungsional
Perspektif struktural fungsional banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu alam khususnya oleh ilmu biologi. Perspektif ini menganalogikan masyarakat seperti mahluk hidup atau yang dikenal dengan istilah “organisme”. Masyarakat terdiri dari berbagai unsur yang saling berhubungan dan menjalankan fungsinya masingmasing. Ralp Dahrendorf mengemukakan empat asumsi dasar dari perspektif ini, yaitu: 1. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil. 2. Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik. 3. Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem. 4. Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai nilai di kalangan para anggotanya. Menurut perspektif struktural fungsional masyarakat merupakan suatu sistem yang unsur-unsurnya saling tergantung dan berhubungan. Bagi perspektif ini individu dibentuk oleh masyarakat, dan ini merupakan fungsi penting yang harus dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan perubahan sosial menurut perspektif ini akan mendapat perlawanan dari sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Penjelasan perspektif struktural fungsional menitik beratkan pada konsep-konsep integrasi, saling ketergantungan, stabilitas, equilibrium atau titik keseimbangan. Tokoh-Tokoh dari perspektif struktural fungsional di antaranya adalah Aguste Comte, Turner, Herbert Spenser, Emile Durkheim, Talcott Parsons, dan Robert K. Merton Perspektif Konflik Pemikiran perspektif konflik menekankan pada adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem sosial. Menurut perspektif konflik masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan (interests) yang sifatnya langka. Keberhasilan individu mendapatkan kebutuhan
dasar tersebut berbeda-beda, hal ini dikarenakan kemampuan individu untuk mendapatkannya pun berbeda-beda. Persaingan untuk mendapatkan kebutuhan itulah yang akan memicu munculnya konflik dalam masyarakat Menurut Dahrendorf , asumsi utama dari perspektif ini ada empat, yaitu; 1. Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan; 2. Disensus dan konflik terdapat di mana-mana; 3. Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan masyarakat; 4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap anggota lainnya. Perspektif ini beranggapan bahwa masyarakat dibentuk oleh persaingan kelompokkelompok dalam menguasai sumber-sumber yang bersifat langka. Individu dibentuk oleh institusi sosial dan posisi kelompok-kelompok mereka dalam masyarakat. Bagi perspektif ini perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan selalu terjadi dalam setiap masyarakat. Konsep-konsep yang ditekankan dalam perspektif ini adalah kepentingan, kekuasaan, dominasi, konflik, dan pemaksaan Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori konflik di antaranya adalah Karl Marx, Max Weber, Ralf Dahrendorf , dan Lewis Coser. Perspektif Interaksionisme Simbolik Perspektif Interaksionisme simbolik dikembangkan dari konsep interaksi sosial. Interaksi sosial menurut perpektif ini merupakan bagian yang penting dari masyarakat. Menurut Turner, ada empat asumsi dasar yang mendasari perspektif interaksionisme simbolik yaitu : 1. Manusia merupakan makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol. 2. Manusia menggunakan simbol untuk saling berkomunikasi.
3. Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (terjadi melalui role taking). 4. Masyarakat tercipta, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan renungan, dan untuk melakukan evaluasi. Perspektif Interaksionisme simbolik melihat masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang berinteraksi secara tatap muka dan membentuk konsensus sosial. Perkembangan diri (kepribadian) individu berasal dari komunikasi dan interaksi sosial. Perubahan sosial bagi perspektif ini terjadi ketika tidak ada lagi konsensus bersama mengenai perilaku yang diharapkan. Perubahan itu termasuk dikembangkannya pencapaian konsensus yang baru. Perspektif ini menekankan pada konsep-konsep interpretasi, konsensus, simbol-simbol, adanya harapanharapan bersama, dan kehidupan sosial membentuk kenyataan sosial Para tokoh yang mengembangkan perspektif interaksionisme simbolik diantaranya adalah Georg Simmel dan Max Weber, William James, Charles Horton Cooley, John Dewey, George Herbert Mead, W.I. Thomas, Herbert Blumer, Erving Goffman, dan Peter Berger. Sumber buku Pengantar Sosiologi karya Wawan Hermawan