Welcome Exam I am Ready Malam kian larut waktunya tarik selimut angin berhembus lembut. Malam yang sunyi, hanya deru kendaraan roda dua dan roda empat yang terdengar. Lampulampu di setiap rumah masih menyala, Hanya pintu-pintu rumah mereka yang tertutup rapat. Jarang sekali ada pedagang keliling melewati gang-gang rumahku di malam hari, mungkin karena sepinya pembeli. Tapi sepertinya aku tidak bisa secepat itu untuk larut dalam indahnya mimpi yang sering datang menghampiriku. Aku segera mempersiapkan barang-barang yang akan ku bawa esok hari. Aku rasa hanya aku yang terlambat datang ke asrama, tapi tak apalah kapan lagi aku datang terlambat,yang penting aku tidak terlambat mengikuti ujian. Semua perlengkapan sudah kumplit tidak ada yang tertinggal mulai dari baju tidur, baju sekolah, kosmetik sampai perlengkapan mandi pun sudah ku persiapkan. Seperti mimpi rasanya, aku akan menginap di asrama selama 2 minggu. Waktu menunjukan pukul 23.15, mata ini belum terasa mengantuk. Entah apa yang menyebabkan mataku masih terjaga padahal aku sudah memejamkannya berulang kali. “Hai, kak Sinta..Kapan datang? Gimana kabarnya? Lama banget kamu gak datang ke sini.” Aku hanya menjawab dengan senyuman. Rara mengerti maksudku, jujur saja aku sudah tidak nyaman lagi kalau harus tinggal lama disana. Karena sekarang aku merasa nyaman hidup di luar atau mungkin karena aku memang sudah tidak bermukim di asrama. Aku merasa canggung dan malu. Pertama kali saat aku datang, mulai merasa asing untuk menginjakan kaki di tempat itu. Teman-temanku tidak ada yang menyambut karena aku tidak memberi tahu mereka kalau aku akan datang sore itu. Aku rasa mereka juga akan tahu aku akan datang. Aku meminta tolong pada Rara untuk membantuku mengangkatkan koper yang begitu berat. Semua mata terarah padaku ketika aku melewati masjid yang dekat dengan kamar temanku. Aku adalah alumni yangmenjadi pusat perhatian para santri baru ataupun santri lama. Aku tundukan pandanganku karena rasa malu. Sore itu cuaca terlihat cerah sekali, seolah
mendukungku untuk terus semangat menghadapi ujian hari esok. Saat aku menyapa semua teman-temanku, mereka tersenyum ramah padaku menyapaku. Aku merasa ingin segera berbaring di kasur untuk melepas penat. Aku bisa melihat kembali keindahan malam hari yang sesungguhnya, bintang yang bertebaran bagaikan kumpulan galaksi. Aku melihat pancaran bulan yang begitu terang meramaikan suasana malam, asrama begitu ramai dengan teriakan para santri yang sedang belajar di malam hari. Para ustadz mengontrol berjalannya aktivitas di malam itu. Angin berhembus sepoi-sepoi. Aku kembali ke dalam kamar yang cukup untuk kami para alumni menginap di dalamnya. Aku terlelap dalam tidurku, bersiap untuk hari esok hari di mana aku juga teman-temanku yang lainnya akan menghadapi ujian Aliyah. ”Sinta dimana ruang ujian kamu?” Tanya Ariel padaku, setelah aku melihat daftar urut tempat duduk ternyata aku dan Ariel satu ruangan tempat duduk. Ariel duduk di barisan depan sedangkan aku duduk di barisan belakang. Aku merasa kurang nyaman karena di ruanganku ada 6 orang ikhwan. Dua hari terakhir masalah mulai bermunculan. Kami ketahuan mendapatkan jawaban-jawaban untuk soal yang akan di ujikan. Semua murid yang membawa handphone mengumpulkan ponselnya terkecuali ruanganku dan sebagian temanku yang lain. Aku hanya diam. Aku sembunyikan dalam saku bajuku dan untungnya ruanganku bebas dari penggeladahan. Hari terakhir ujian sekolah semua pengawas menggeledah baju kami satu per satu. Sewaktu penggeledahan, aku tidak membawa ponselku.
Lucunya
ketika
penggeledahan
dilangsungkan,
satu
dari
kami
menyembunyikannya ke dalam tempat terlarang. “Taa, kamu bawa lagi?” Tanya salah satu dari teman ku. Aku menggelengkan kepalaku, sembari tersenyum. Kala itu awan mendung, seperti tidak bersahabat. Aku terdiam merasa takut. Dalam hatiku jika kami akan dapat masalah yang besar, hari itu Kepala Sekolah akan masuk ke ruangan kami.
“Assalamualaikum wr’wb’…baiklah anak-anak ujian praktek kita mulai dari hari Sabtu. Karena hari Jumat tanggal merah, jadi besok ujian diliburkan dahulu.” “Jadi aku di sini satu minggu lagi?” “Ya seperti itulah Sinta” “Subhanallah ” “Sabar ya” Aku tersenyum kaku karena kukira tadinya satu minggu tapi harus dua minggu. Kurasa percuma juga aku terus mengeluh, lagipula tidak membuahkan hasil. Pada hari Kamis, kami mulai mengikuti ujian praktek fiqih dan aqidah. Kami mampu menghadapinya. Kami lolos dalam ujian praktek pertama ini. Hari ini, kami akan sibuk mempersiapkan makalah yang harus diunduh untuk kami serahkan di hari Sabtu depan. Aku dan Mella pergi dari asrama. Kami mencari warnet yang lumayan jauh dari asrama. Cuaca semakin panas, matahari kian memperlihatkan sinarnya, mobil-mobil berjajar di sepanjang jalan. Aku melihat pemandangan seperti itu. Karena hari itu adalah hari Jum’at, jadi banyak kendaraan beroda empat memilih untuk berhenti sejenak di masjid yang berada diseberang jalan raya. Aku terus berjalan menuju warung bakso untuk mengisi perut yang masih kosong yang sedari pagi tadi sudah keroncongan. “Sinta, cerpenmu gimana? Apa kamu sudah menyelesaikannya?” Tanya Ammar. Hari yang aku tunggu hari Sabtu. Kami akan melakukan praktek olahraga. Semua murid harus mengikuti olahraga yang di tentukan tapi aku mundur ketika olah raga loncat jarak jauh. Jika olahraga itu dipisah antara akhwat dan ikhwan aku pasti akan mengikutinya. Tapi nyatanya tidak ada batasan antara kami, jadi lebih baik aku mundur saja. Usai praktik olahraga, aku bergegas membeli sebuah buku tulis untuk membuat cerpen yang harus jadi secepat mungkin. Dengan gerakan yang cepat, ku ambil pulpen yang sedari tadi bersembunyi dalam kantong bajuku. Aku berusaha
menyelesaikannya dalam jangka waktu yang singkat tapi tetap saja cerpenku belum saja selesai di hari itu juga. Aku mencoba untuk tidak tidur malam demi menyelesaikan karyaku. Esok harinya, aku terus mengerjakan tugasku yang belum selesai. Hari semakin siang, besok adalah batas pengumpulan hasil karya seperti karya ilmiah, cerpen, dan hasil karya yang lainnya. Tepat jam 16.30, akhirnya cerpenku selesai juga. Baru kali ini, aku dapat menyelesaikan cerpen dalam waktu yang singkat. Biasanya aku mengerjakan dalam waktu yang lama. Sore itu aku mengajak Kayla untuk mengantarku ke kampus putra untuk menyerahkan hasil karya yang akan di ketik oleh ikhwan di kelompokku. Tapi ketika ku sampai di sana hanya kekecewaan yang kudapat. Mereka tidak memberitahu kalau mereka terlebih dahulu mengunduh sebuah cerpen. Aku tidak marah tapi aku hanya kesal saja kesal karena mereka sendiri yang menyuruhku untuk secepat mungkin menyelesaikan cerpen yang mereka percayakan padaku. Tapi ketika aku sudah menyelesaikannya ternyata mereka lebih dulu dariku. Pesanku baru dibalasnya malam hari, aku semakin kesal dan kecewa. “Assalammu’alaikum..” “Wa’alaikumsalam, ada apa ust?” panggilku padanya meskipun dia satu angkatan denganku, karena dia ustadz di asrama. “Mana cerpennya?” “Perlukah?” “Ya sangat perlu” “Bukannya udah selesai terlebih dulu?” “kata siapa?” “kata ust Salman” “kata siapa Sinta?” Aku makin kesal, sebenarnya beliau mempermainkanku atau sedang menguji kesabaranku. Aku tidak mengerti dengan yang maksudnya.
“Tadi kan aku sudah bilang. Tadi sore, aku ke asrama ikhwan tapi sewaktu ku tanyakan kemana ust Ammar yang lain bilang kalau antum lagi main futsal. Yasudah aku kembali ke asrama akhwat.” “Sinta marah ya?” “Insyaallah tidak ada kata marah, untuk apa aku marah. Gak ada guna aku marah yang penting tugas selesai”. “Afwan ya Sinta.” Malam yang kelam, terdengar suara jangkrik di mana-mana. Aku meminta Nita menemaniku malam itu. Dia adik kelasku yang begitu dekat denganku. Aku, Nita, Nina, kami benar-benar memiliki banyak kesamaan dalam diri kami. Kami saling melepas kerinduan. Banyak berbagai macam hal yang kami ceritakan, mulai dari kelulusan, masa depan , sampai pendidikan. Senin, 10 Februari 2019 waktunya pengumpulan karya ilmiah dan kerajinan tangan. Akhirnya ujian praktek selesai juga, artinya aku bisa cepat pulang meninggalkan asrama tercinta. Hari itu, kami mengumpulkaan hasil kerajinan kami juga karya ilmiah. Ada kecurangan dalam pengumpulan karya ilmiah. Kami di suruh untuk berbicara ketika pengumpulan karya ilmiah bahasa inggris. Sedangkan, murid dari sekolahnya sendiri hanya di suruh untuk mengumpulkan saja. Aku dan Putri pergi menuju fotocopy terdekat. Kebetulan disana aku bertemu dengan Adhan, teman seangkatanku. “Tadi dari mana ta?” Tanya Adhan padaku. “Oh, tadi habis ngumpulin karya ilmiah dan kerajianan tangan.” “Mau kuantar pulang?” “Rencana hari ini, aku akan pulang kerumahku karena ujian telah selesai.” “Yuk, sekarang..Keburu sore. Lagian hari ini aku juga mau pulang. Pulang bareng aja” Adhan mengantarkanku sampai depan gerbang sekolah.
Senyuman yang manis untukku. Sore ini, aku bias pulang dengan perasaan senang dan campur aduk. Sesampai di asrama, aku segera mengemasi barangbarangku. Siang itu, ku curahkan semua pada Mita. Senyum ku kembali menghiasi bibirku. Aku meninggalkan asrama sore itu dengan udara yang sejuk menemaniku. Dalam perjalanan pulang aku menikmati perjalanan dalam indahnya panorama sepanjang jalan. Pati, 23 Februari 2019