Waralaba Dan Pemasaran Langsung (klp 2).docx

  • Uploaded by: Hiko Devies
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Waralaba Dan Pemasaran Langsung (klp 2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,696
  • Pages: 19
TUGAS MAKALAH KELOMPOK 2 ‘’ WARALABA DAN PEMASARAN LANGSUNG’’

DISUSUN OLEH: MUH. ADE PUTRA

D211 16 313

MUH. FADILLAH V.

D211 16 309

HIKO DEVIES PAKIDING

D211 16 324

KELOMPOK 3 / TEKNOPRENEURSHIP A

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam kehidupan sehari – hari manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas akan kegiatan ekonomi. Apalagi pada saat era globalisasi saat ini, jika seorang wirausahawan ingin bersaing dengan dunia luar sekalipun kita harus pandai menggunakan strategi pemasaran yang baik dan juga perencanaan yang baik pula. Agar nantinya kita dapat bersaing dengan yang lainnya dan juga untuk mendapatkan keuntungan yang besar pula. Dengan demikian seorang wirausahawan dalam pengembangan bisnis pada umumnya adalah sebagai pemilik ide usaha ( proses kreatif ) dan menerjemahkan ide – ide usaha tersebut menjadi suatu kenyataan ( proses inovasi ) dan sekaligus menunjang perkembangan ekonomi suatu negara. Banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Sistem membeli sistem bisnis yang sudah ada inilah yang disebut dengan waralaba/ franchise. Setiap sistem bisnis memiliki kekuatan dan kelemahan, namun jika dilakukan dengan benar apapun sistemnya akan menghasilkan kemakmuran serta kesuksesan. Membeli sistem bisnis yang sudah jadi mempunyai kelebihan bahwa sistem bisnis sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal menjalankan saja di dalam sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar sudah ada, sehingga pemilik bisnis baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya. Kelemahannya adalah pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan usahanya, karenasemuanya tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya. Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan ( franchisor ) memberi hak pada pihak independen ( franchisee ) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh franchisor. Perencanaan bisnis bisa dilakukan diterapkan setelah menentukan sistem pemasaran yang akan digunakan. Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk mempertajam rencana rencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan bisnis ini dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, arah dan tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran yang ingin dicapai. 2

Di dalam perencanaan bisnis perlu dilakukan analisis kelayakan Usaha, hal ini dikarenakan aspek utama dalam melakukan usaha pertama kali faktor kelayakan perlu diperhatikan dan merupakan hal yang cukup penting. Perencanaan bisnis diperlukan oleh pihak-pihak tertentu sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak laporan tadi sesuai dengan kepentingannya. Dalam memulai bisnis, seperti kita ketahui, perlu ada perencanaan yang matang. Sebelum mulai menyusun rencana bisnis, kita perlu mengetahui informasiinformasi yang berhubungan. Hal ini penting, karena dalam menjalankan bisnis, kita harus punya panduan. Apalagi jika kedepannya kita akan berhubungan dengan banyak pihak lain, misalnya investor atau pihak bank. Semua hal yang kita lakukan dan presentasikan di depan para investor haruslah mengacu pada panduan tersebut. Rencana bisnis inilah kunci keberhasilan komunikasi kita dengan investor. Sebagai alat komunikasi, rencana bisnis menentukan apakah usaha kita layak atau tidak layak didukung. Jadi sistem pemasaran yang akan kita pilih sangat berkaitan dengan perncanaan bisnis yang akan kita buat juga intinya antara keduanya saling berkaitan. Dan semua itu faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya usaha seorang wirausahawan. 1.2.Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Waralaba (Fracnhising/Franchise)? 2. Bagaimana Sejarah waralaba? 3. Apa saja keuntungan dari waralaba? 4. Apa saja risiko investasi dalam waralaba? 5. Bagaimana kesepakatan kerja sama dalam waralaba? 6. Apa saja kategori atau penggolongan waralaba? 7. Apa pengertian pemasaran langsung? 8. Apa saja peran pemasaran langsung? 9. Apa saja bentuk pemasaran langsung? 10. Apa saja risiko dalam pemasaran langsung? 11. Apa pengertian dari rencana bisnis? 12. Apa pentingnya menyusun rencana bisnis/usaha? 13. Pokok-Pokok Pikiran Perencanaan Usaha?

3

1.3.Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian waralaba. 2. Untuk mengetahui sejarah waralaba. 3. Untuk mengetahui keuntungan dari waralaba. 4. Untuk mengetahui risiko dalam waralaba. 5. Untuk mengetahui bagaimana kesepakatan kerja sama dalam waralaba. 6. Untuk mengetahui kategori-kategori dalam waralaba. 7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemasaran langsung. 8. Untuk mengetahui peran pemasaran langsung. 9. Untuk mengetahui bentuk pemasaran langsung. 10. Untuk mengetahui risiko dalam pemasaran langsung. 11. Untuk mengetahui pengertian dari rencana bisnis. 12. Untuk mengetahui fungsi dari menyusun rencana bisnis. 13. Untuk mengetahui apa saja pokok-pokok pikiran perencanaan usaha.

4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Waralaba (Franchise) Kata Franchise berasal dari bahasa Perancis yaitu affranchir yang berarti to free yang artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi kepada orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu.1 Adapun pengertian waralaba dari beberapa tokoh ialah sebagai berikut: a. David J. Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah system pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor. b. Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise didefinisikan sebagai sebuah kontak atas barang yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati. c. Munir Fuady mengakatan bahwa Franchise atau yang sering disebut Waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di bidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih perusahaan, dimana salah satu pihak akan bertindak sebagai Franchisor dan yang lain sebagai Franchisee. Dimana di dalamnya diatur bahwa pihak-pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek Know-How terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/ atau atas suatu produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan yang ekslusif maupun nonekslusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal itu.2

5

Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri. Sedangkan menurut British Franchise Association sebagai garansi lisensi kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:  Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.  Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode perjanjian.  Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subjek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen atau yang lainnya.  Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama waralaba untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau service yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee. B. Sejarah Waralaba Waralaba atau Franchise dimulai oleh perusahaan mesin jahit ‘Singer’ di Amerika pada tahun 1850-an. Saat itu, Singer membangun jaringan distribusi hampir di seluruh daratan Amerika untuk menjual produknya. Selain menjual mesin jahit, para distributor nya juga menjual suku cadang dan memberikan pelayanan perbaikan dan perawatan pada konsumen.3 Cara ini kemudian banyak diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain seperti minuman bahkan makanan cepat saji.

6

Waralaba sendiri mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970-an, dengan mulai masuknya franchise luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Swensen, Shakey Pisa, kemudian Burger King dan Seven Eleven.4 Istilah franchise selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat, khusunya masyarakat bisnis Indonesia, istilah ini kemudian diindonesiakan dengan istilah Waralaba yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM). Waralaba sendiri berasal dari kata Wara yang berarti lebih atau istimewa dan Laba yang memiliki arti untung. Maka dapat disimpulkan bahwa waralaba berarti usaha yang memberikan laba/untung lebih/istimewa.5 Adapun asosiasi resmi yang diakui pemerintah dalam bidang waralaba ialah Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) yang merupakan anggota dari International Franchise Asocistion (IFA). C. Keuntungan dari Franchise (Waralaba) Keuntungan utama dari waralaba ialah wiraswastawan tidak perlu pusing dengan hal-hal yang berkaitan dengan memulai usaha baru. Pemberi franchise (Franchisor) akan memberikan rencana bisnis dengan arah yang jelas. Penerima franchise diberikan nasihat atau sebuah lokasi usaha yang telah ditetapkan. Dalam franchise eceran, seperti Mc Donald, analisis lokasi dilakukan untuk menjamin bahwa bisnis akan mencapai tujuan yang ditetapkan. Penilaian keadaan lalu lintas, demografi, pertumbuhan bisnis di suatu daerah, persaingan, dan lain-lain merupakan bagian integral dari keputusan di mana akan menempatkan usaha. Sering franchise melibatkan nama yang telah mapan yang akan memberikan pengakuan langsung dari penerima franchise di pasar. Hal ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi memberi dorongan untuk memulai usaha dengan citra positif.6

7

Keuntungan lainnya ialah, pemberi usaha (Franchisor) dapat memperluas usahanya dengan cepat dan praktis tanpa meminjam atau menanggung resiko financial. Masing-masing penerima franchise individu tidak akan mampu memasang iklan secara luas. Akan tetapi, dengan pengabungan (pooling) di mana kontribusi diberikan oleh tiap-tiap penerima hak berdasarkan volume penjualan, organisasi keseluruhan bisa mengadakan periklanan besar-besaran untuk memperkuat nama franchise. Penerima franchise individu kemudian bisa melakukan promosi di daerah mereka sesuai persetujuan yang ada.7 D. Risiko Inverstasi dalam Waralaba Usaha franchising melibatkan banyak risiko yang harus diketahui oleh para wiraswastawan sebelum memulai melaksanakan usaha waralaba. Tentunya kita mendengar banyak pemakai franchise yang membuka usaha waralaba sukses namun hal itu tidak menjamin semuanya mengalami hal yang sama. Usaha ini membutuhkan kerja keras karena keputusan usaha seperti penarikan tenaga kerja, penjadwalan dan sebagainya menjadi tanggung jawab pemakai franchise. Berikut adalah beberapa cara untuk meminimalisasi resiko kegagalan tersebut: • Melakukan evaluasi diri. Wiraswastawan harus mengevaluasi diri apakah cocok untuk memasuki usaha franchising. • Meneliti Franchise. Wiraswastawan yang akan melakukan franchising harus meneliti dan memilih franchising dibidang manakah yang cocok dan sanggup untuk dia jalani. E. Kesepakatan Kerjasama dalam Waralaba Dalam perjanjian waralaba harus mempunyai syarat-syarat sebagain berikut: 1. Kesepakatan kerjasama sebaiknya tertuang dalam suatu perjanjian waralaba yang disahkan secara hukum. 2. Kesepakatan kerjasama ini menjelaskan secara rinci segala hak, kewajiban dan tugas dari franchisor dan franchise. 3. Masing-masing pihak yang bersepakat sangat dianjurkan, bahkan di beberapa negara menjadi syarat, untuk mendapatkan nasihat dari ahli hukum yang kompeten, mengenai isi dari perjanjian tersebut dan dengan waktu yang dianggap cukup untuk memahaminya. 4. Tiga prinsip dari suatu perjanjian waralaba: a. Harus jujur dan jelas. b. Tiap pasal dalam perjanjian harus adil. c. Isi dari perjanjian dapat dipaksakan berdasarkan hukum.

8

Secara garis besar pada umumnya perjanjian waralaba memuat sebagai berikut: a. Hak yang diberikan oleh franchisor pada franchise. Hak yang diberikan meliputi antara lain penggunaan metode atau resep khusus, penggunaan merek atau nama dagang, jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya, wilayah kegiatan dan hak yang lain sehubungan dengan pembelian kebutuhan operasi bila ada. b. Kewajiban dari franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan kegiatan yang dilakukan oleh franchisor pada saat franchisee memulai usaha maupun selama menjadi anggota dari system waralaba. c. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak franchisee kepada pihak lain. Bila franchisee tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan ingin menjualnya kepada pihak lain maka suatu tata cara perlu disepakati sebelumnya. d. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari masing-masing pihak. F. Kategori/Penggolongan Franchise Pada umumnya, waralaba dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut7: a. Distributorships (Product Franchise) Dalam waralaba ini, franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk menjual barang-barang hasil produksinya. Pemberian lisensi ini bersifat ekslusif ataupun nonekslusif. Seringkali terjadi franchisee diberi hak ekslusif untuk memasarkan di suatu wilayah tertentu. b. Chain Style Business Jenis waralaba inilah yang paling dikenali masyarakat. Dalam jenis ini, franchisee mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchisee harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para karyawan dan lainlain. c. Manifacturing atau Processing Plants

9

Dalam waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan-bahan serta tata cara pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula-formula rahasianya. Franchisee memproduksi, kemudian memasarkan barang-barang itu sesuai standar yang telah ditetapkan franchisor. Berdasarkan jumlah usaha yang berhak dimiliki franchisee, ada beberapa format waralaba, yaitu sebagai berikut:8 a.

Single Unit Franchise

Format ini adalah format yang paling sederhana dan paling banyak digunakan karena kemudahannya. Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk menjalankan usaha atas nama usahanya serta dengan panduan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.Franchisee hanya diperkenankan untuk menjalankan usahanya pada sebuah cabang atau unit yang telah disepakati. b.

Area Franchise

Dada format ini, franchisee memperoleh hak untuk menjalankan usahanya dalam sebuah wialayah tertentu, misalkan pada sebuah provinsi atau kota, dengan jumlah unit usaha/ cabang yang lebih dari satu. c.

Master franchise

Format master franchise memberikan hak kepada franchisee untuk menjalankan usahanya di sebuah wilayah atau sebuah Negara dan bukan hanya membuka usaha. Franchisee dapat menjual lisensi kepada sub-franchisee dengan ketentuan yang telah disepakati. 2.2 Pemasaran Langsung (Direct Marketing) 2.2.1 Definisi Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Direct marketing menurut Kotler dan Armstrong (2008:221) adalah hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara seksama untuk meraih respon segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Berikut adalah Tabel 3 yang menjelaskan definisi direct marketing menurut berbagai ahli yang dikutip dari Hermawan (2012:31): Tabel 3. Definisi Direct Marketing Menurut Berbagai Ahli.

10

No.

Menurut

Definisi

1.

Direct Marketing Direct marketing adalah satu sistem interaktif Association dalam Lambin yang menggunakan satu atau lebih media (2007:1) periklanan untuk mempengaruhi satu respon terukur dan transaksi di lokasi manapun. 2. Duncan (2002:573) Direct marketing adalah ketika perusahaan ingin menjalin komunikasi langsung dengan pelanggan, mereka menggunakan strategi komunikasi langsung dimana lebih bisa berinteraksi, database yang memicu proses komunikasi pemasaran menggunakan media untuk mendorong respon pelanggan. 3. Hudson (2008:312) Direct marketing adalah sistem pemasaran yang dikendalikan penuh oleh pemasar, mengembangkan produk, mempromosikan, dan mendistribusikan langsung produknya pada konsumen akhir dengan menggunakan beberapa pilihan media dan menerima pemesanan langsung dari pelanggan. Sumber : Dari berbagai literatur. Kotler & Armstrong (2001:242) menyatakan bahwa pemasaran langsung terdiri atas komunikasi langsung dengan konsumen perorangan sasaran untuk memperoleh tanggapan segera. Dengan demikian, para pemasar langsung berkomunikasi langsung dengan pelanggan, sering berdasarkan pertemuan secara tatap muka secara interaktif. Pemasaran langsung saat ini tidak hanya berperan sebagai alat promosi untuk menjual produk atau jasa saja, akan tetapi pemasaran langsung adalah sebagai alat yang efektif untuk berinteraksi dengan pelanggan untuk membangun hubungan pelanggan jangka panjang. Pemasaran langsung memungkinkan para penjual berfokus secara efesien pada pasar sasaran dengan tawaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen tertentu. Kecenderungan lain juga memacu pertumbuhan pertumbuhan pemasaran langsung yang cepat ini dalam pasar konsumen. Misalnya biaya transportasi yang tinggi, kemacetan lalu lintas, kesulitan memperoleh tempat parkir, kekurangan waktu, berkurangnya bantuan penjualan oleh pengecer dan antrian di kasa pembayaran semuanya mendorong orang untuk berbelanja di rumah.

11

2.2.2 Dasar Pemikiran Direct Marketing Lambin (2007:2) menjelaskan pemikiran direct marketing menjadi beberapa faktor: 1. 2. 3.

4.

Efektivitas iklan dalam media massa menurun, hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya kampanye iklan citra merek. Perubahan sikap konsumen terhadap belanja. Pengembangan komputer berbiaya rendah, dengan kemampuan penyimpanan dan pengolahan. Hal ini sangat memfasilitasi penggunaan database untuk merekam dan melacak kontak pelanggan dan informasi yang kemudian dapat digunakan untuk menjangkau mereka secara pribadi dengan pesan-pesan yang personal. Potensi keuntungan bagi produsen: a. Mengaktifkan selektivitas lebih besar dalam berkomunikasi dengan pasar, personalisasi pesan dan pemeliharaan hubungan yang terus-menerus. b. Memungkinkan penghematan biaya karena kenaikan biaya yang cukup besar dari komunikasi secara masa.

2.2.3 Manfaat Direct Marketing Direct marketing memberikan manfaat bagi pelanggan dalam berbagai cara. Pelanggan akan merasakan bahwa berbelanja di rumah itu menyenangkan, mudah dan tidak repot. Berbelanja di rumah dengan menggunakan pemasaran langsung ini menghemat waktu dan memperkenalkan kepada mereka pilihan barang yang lebih beragam. Penjual juga memperoleh manfaat. Dengan teknologi sekarang, seorang pemasar langsung dapat memilih kelompok kecil atau bahkan konsumen perorangan, menyesuaikan tawarannya dengan kebutuhan dan keinginan khusus konsumen dan mempromosikan tawaran ini melalui komunikasi yang telah disesuaikan dengan konsumen sasaran. Pemasaran langsung ini dapat membangun hubungan yang berkelanjutan dengan setiap pelanggan. Pemasaran langsung juga memungkinkan pengujian pemilihan media pilihan media atau pesan secara mudah dan pemasaran langsung memberikan kerahasiaan dalam pembelian produk karena tawaran dan strategi pemsaran langsung tidak begitu terlihat oleh para pesaingnya (Kotler & Armstrong, 2008:243).

12

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan direct marketing dapat memberikan manfaat banyak bagi pelanggan, jika digambarkan manfaat tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 yang dikutip dari Hermawan (2012:37): Harga murah Tawaran bersifat eksklusif

Manfaat bagi pelanggan

Kepercay aan

Mendapatkan kenyamanan lebih

Tawaran Khusus Pilihan lebih luas

Sumber : Hermawan (2012:20) Gambar 3. Manfaat Direct Marketing Dilihat dari Perspektif Pelanggan.

2.2.4 Perbedaan Direct Marketing dan General Marketing Tabel 4 memperlihatkan perbedaan utama antara pemasaran massal dan pemasaran langsung menurut Roberts dan Berger (1999:4). Tabel 4. Perbedaan General Marketing dan Direct Marketing. General Marketing Direct Marketing

13

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

menjangkau pendengar massal melalui media massal komunikasi tidak dengan cara perseorangan (melalui impersonal) komunikasi dengan satu arah-pemasangan iklan untuk prospek program promosi sangat terlihat besarnya promosi dikendalikan oleh ukuran anggaran tindakan yang diinginkan tertunda atau belum jelas tidak sempurna / data sample sebagai tujuan pengambilan keputusan diambil dari riset pemasaran

General Marketing 8. data harus dikumpulkan secara terpisah dari proses penjualan 9. analisa diselenggarakan pada tingkatan segmen 10. menggunakan variabel wakil/ pengganti seperti kesadaran periklanan atau niat membeli untuk mengukur efektivitas

1. 2.

3. 4. 5. 6.

7. 8.

9. 10.

mengkomunikasikan secara langsung dengan pelanggan atau prospek dapat mengatur komunikasi menurut selera dengannama/judul dan/atau dengan variabel pesanpesan komunikasi dapat interaktif program promosional secara relatif “tak terlihat” ukuran anggaran dapat ditentukan oleh kesuksesan test/promosi tindakan spesifik selalu diambil dari pemeriksaan atau pembelian Direct Marketing database yang menyeluruh memandu program pemasaran data pemasaran diproduksi seperti bagian integral dari proses penjualan analisa diselenggarakan pada individual terukur, oleh karena itu sangat dapat diawasi

Sumber : Roberts dan Berger (1999:4).

Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008:245) perbedaan direct marketing dan general marketing dimuat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Perbedaan General marketing dan Direct Marketing. General Marketing Direct Marketing

14

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

pelanggan biasa keanoniman pelanggan produk baku produksi massal distribusi massal pengiklanan massal promosi massal pesan satu-arah skala ekonomi bagian pasar semua pelanggan daya tarik pelanggan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

pelanggan perorangan profil pelanggan penawaran sesuai pelanggan produksi sesuai pelanggan distribusi perorangan pesan perorangan perangsang perorangan pesan dua-arah economies of scape bagian pelanggan pelanggan yang menguntungkan pemeliharaan pelanggan

Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:245) 2.2.5 Dimensi Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Dimensi pemasaran langsung yang dikutip dari Kotler & Armstrong (2008), antara lain : 1.

Penjualan Tatap Muka (Direct Selling) Bentuk asli dan tertua pemasaran langsung ialah kunjungan penjualan seperti halnya personal selling. Sebagian besar pemasar dari bisnis ke bisnis sangat tergantung pada armada penjualan profesional untuk menentukan tempat prospek, mengubah mereka menjadi pelanggan, membangun hubungan yang kekal, dan menumbuhkan bisnis. Banyak perusahaan konsumen menggunakan armada penjualan langsung untuk meraih konsumen akhir, misalnya: agen untuk asuransi, wiraniaga untuk menjual produk Avon/Tupperware.

2.

Pemasaran Pengeposan Langsung (Direct Mail Marketing) Adalah pemasaran langsung yang melibatkan pengiriman penawaran, pengumuman, peringatan atau barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Dengan menggunakan daftar pengeposan yang terpilih, para pemasar langsung mengirim jutaan lembaran surat setiap tahun (surat, iklan, sampel, surat edaran, dan „wiraniaga bersayap‟ lain). Contoh lain pemasaran pengeposan langsung antara lain menggunakan surat fax, e-mail dan surat suara.

3.

Pemasaran Katalog (Catalogue Marketing)

15

Melibatkan penjualan melalui katalog yang diposkan ke daftar pelanggan terpilih atau disediakan di toko-toko. 4. Telemarketing Menggunakan telepon untuk menjual langsung kepada konsumen. Telemarketing yang didesain dengan baik dan bersasaran memberi banyak manfaat, terrmasuk kemudahan pembelian dan informasi produk dan jasa yang meningkat. 5.

Pemasaran Televisi Tanggapan Langsung (Direct Response Television Marketing). Dua bentuk utamanya adalah : a. Pengiklanan Tanggapan Langsung (Direct Response Advertising) Bentuk promosi dengan cara pemasar langsung menayangkan iklan televisi, dalam durasi 60-120 detik, yang secara persuasif menguraikan suatu produk dan memberikan nomor bebas pulsa kepada pelanggan untuk pemesanan. b. Saluran Belanja dari Rumah (Home Shopping Channels) Merupakan saluran program televisi atau saluran yang seluruhnya dikhususkan untuk menjual barang dan jasa, seperti Home Shopping Network (HSN).

6.

Pemasaran Kios Sebagian perusahaan memasarkan produknya dengan cara menempatkan mesin informasi dan pesan yang disebut kios di toko, bandara dan tempattempat lainnya.

Pendapat-pendapat lain dari beberapa ahli tentang saluran atau media direct marketing dapat dilihat pada Tabel 6 berikut yang dikutip dari Hermawan (2012:35). Tabel 6. Media Direct Marketing Dari Berbagai Ahli. No.

Menurut

Saluran atau Media Direct Marketing

16

1.

Hudson (2008:315)

1. 2. 3. 4.

2.

Carson dalam Mandy (2008:1)

1. 2. 3.

3.

Abhi (2009:2)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Direct mail Telemarketing Internet Direst Response TV Telesales Sales Letters Informecials Direct mail Catalogs Broadcast media Infomercials Teleshopping Print media Telemarketing Electronic teleshoping

Sumber : Hermawan (2012:35). 2.2.6 Variabel Keputusan Direct Marketing Roberts dan Berger (1999:6) menjelaskan bahwa ada beberapa variabel keputusan yang merupakan kerangka dasar dalam program direct marketing, yaitu meliputi: 1. Offer Penawaran adalah proposisi lengkap yang dibuat oleh pemasar yang ditujukan kepada satu pelanggan prospektif, meliputi produk atau layanan itu sendiri, harga yang ditawarkan, penyesuaian harga dan unsur-unsur lain dari strategi positioning untuk sebuah produk. 2. Creative Komponen kreatif program direct marketing meliputi platform copy, unsur desain grafis, teknik yang bersangkutan dan pertimbangan produksi seperti personalisasi. 3. Media Media yang tersedia untuk direct marketing meliputi direct mail, telepon dan media elektronik baru, terutama internet.

17

4. Timing and Sequencing Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemilihan waktu dan susunan komunikasi direct marketing banyak yang serupa untuk iklan umum. Direct marketer memiliki lebih banyak kendali media daripada pemasar umum. Pemasar penjualan lewat pos bisa memutuskan waktu yang tepat untuk mengirimkan suratnya, pemasar yang menggunakan majalah harus melakukan penyesuaian untuk mempublikasikan jadwal dan ketersediaan space. 5. Customer Service Variabel keputusan kelima adalah customer service. Jenis customer service menawarkan nomor telepon bebas pulsa, membebaskan percobaan dengan waktu terbatas, penerimaan terhadap beberapa kartu kredit adalah beberapa contoh teknik penting untuk menanggulangi resistensi pembelian pelanggan melalui media respon langsung. Bisnis yang terkemuka untuk keunggulan dari layanan pelanggan mereka selalu melihat cara untuk meningkatkan layanan mereka dengan cara menyediakan nilai asli untuk pelanggan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Tengku Keizerina Devi, 2005. Perlindungan Hukum dalam Franchise. Ariwibowo, Adityo. Sekilah Tentang Franchise (Waralaba) https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/02/05/551/ Moerdiyanto, 2009. Diktat Kuliah Menejemen Pemasaran. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta Khairandy, Ridwan, 2000. Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi. Pusat studi hukum UII Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan Klinik Haki. Jakarta

http://digilib.unila.ac.id/7923/14/Bab%202.pdf. Diakses 19 Maret Pukul 23.42 Wita

Madelson, M, 1997. Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Arifiah, Nurin Dewi, 2008. Pelaksanaan Perjanjian Bisnis Waralaba Serta Perlindungan Hukumnya bagi Para Pihak (Studi di Apotek K-24 di Semarang). Universitas Dipenegor. Semarang

19

Related Documents


More Documents from "PRIYO HARI ADI"