Vian Demam Tifoid.docx

  • Uploaded by: Nichosius Dae
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vian Demam Tifoid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,210
  • Pages: 17
ASKEP ANAK DENGAN DEMAM TIFOID

a. pengertian Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). b. etiologi Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997) ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

c. Patofisiologis Demam Tifoid Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai selsel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002) Demam Tifoid Patofisiologi Demam Tifoid

d. Manifestasi klinis Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.

1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. 2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi. 3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG a.

Hematologi



Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi. 3



Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. 3



Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif. 3



LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat 3



Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). 3

b. Urinalis 

Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam) 3



Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit. 3

c.

Kimia Klinik Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis Akut. 3

d. 

Imunologi Widal Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal

sebagai Febrile agglutinin.Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain. 3 Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya. 3 

Elisa Salmonella typhi/paratyphi lgG dan lgM Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik. 3

e.

Mikrobiologi



Kultur (Gall culture/ Biakan empedu) Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain

jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi.Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja. 3 f.

Biologi molekular.



PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi. 3

KONSEP KEPERAWATAN 1.

Pengkajian

a.

Pengumpulan data

1) Identitas klien Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik. 2) Keluhan utama Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran. 3) Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh. 4) Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid. 5) Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus. 6) Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

b) Pola eliminasi Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. c) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu. d) Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh. e) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya. f)

Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.

g) Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total. h) Pola penanggulangan stress

Biasanya orang tua akan nampak cemas 7) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum Didapatkan klien

tampak

lemah,

suhu

tubuh

meningkat

38 – 410 C, muka

kemerahan. b) Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis). c) Sistem respirasi Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis. d) Sistem kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah. e) Sistem integumen Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam f)

Sistem gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

g) Sistem muskuloskeletal Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

h) Sistem abdomen Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat. 2. Diagnose keperawatan a.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.

b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii. c.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam e. f.

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

g. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran i.

Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring

j.

Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan

k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

3. Patofisiologi Penyimpangan KDM

4. Intervensi Keperawatan a.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola napas efektif Kriteria hasil : - Pola napas efektif  Tidak terdapat pernapasan cuping hidung  Tidak ada keluhan sesak  Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menit Intervensi keperawatan 1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen 2) Selidiki perubahan kesadaran R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan 3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma 4) Dorong penggunaan teknik napas dalam R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru

5) Kolaborasi Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi

R/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan Tujuan

: Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, suhu tubuh normal

Kriteria hasil

: Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh, TTV dalam batas normal TD : 80-120/60-80 mmhg N : 80-100x/i S

: 36,5-370 C

P

: 24-32x/i Intervensi Keperawatan

1.) Observasi tanda-tanda vital R/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya 2.) Beri kompres pada daerah dahi R/: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas

3.) Anjurkan untuk banyak minum air putih R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak 4.) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri c. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil 

: - Tidak ada keluhan nyeri

Wajah tampak tampak rileks



Skala nyeri 0-1



TTV dalam batas normal

TD : 80-120/60-80 mmhg N

: 80-100x/i

S

: 36,5-370C

P

: 24-32x/i Intervensi keperawatan

1.) Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.

2.) Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien. R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot. 3.) Ajarkan tehnik nafas

dalam

R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri 4.) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian 5.) Kolaborasi obat-obatan analgetik R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, pola tidur efektif Kriteria hasil

: Melaporkan tidur nyenyak

 Klien tidur 8-10 jam semalam  Klien tampak segar Intervensi Keperawatan 1.) Kaji pola tidur klien

R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya 2.) Berikan bantal yang nyaman R/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur 3.) Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung R/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur 4.) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur R/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman e. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi, intake inadekuat Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, tidak terjadi defisit volume cairan

Kriteria hasil

: Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi

Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah Intervensi Keperawatan 1) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairan 2)

Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah R/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok

3) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan R/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan

4) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuat R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh 5) Kolaborasi pemberian cairan intravena R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang f. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea, intake inadekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi Kriteria hasil

:

Nafsu makan meningkat



Tidak ada keluhan anoreksia, nausea.



Porsi makan dihabiskan Intervensi keperawatan

1) Kaji kemampuan makan klien R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya 2) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah 3) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat

4) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien 5)

Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedas

R/: dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisi 6) Kolaborasi Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah g. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, pola eliminasi kembali normal Kriteria hasil

: - Klien melaporkan BAB lancar

- Konsistensi lunak Intervensi Keperawatan 1) Kaji pola eliminasi klien R/: Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya

2) Auskultasi bising usus R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit 3) Selidiki keluhan nyeri abdomen R/: Berhubungan dengan distensi gas 4) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses R/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi 5) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi 6) Kolaborasi Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, persepsi sensori dipertahankan

Kriteria hasil

: - Tidak terjadi gangguan kesadaran

Intervensi Keperawatan 1) Kaji status neurologis R/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak 2) Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien 3) Hindari aktivitas yang berlebihan R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko cedera 4) Kolaborasi Kaji fungsi ginjal/elektrolit R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai i.

Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X

24 jam, tidak terjadi kelemahan Kriteria hasil

: - Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri

Intervensi Keperawatan 1) Kaji tingkat intoleransi klien R/: Menetapkan intervensi yang tepat 2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan 3) Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan 4) Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini j. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan; tirah baring Tujuan

: gangguan personal hygiene teratasi

Kriteria hasil

: klien tampak rapid an tampak segar

Intervensi keperwatan : 1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari R/: Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual 2) Lakukan washlap keseluruh tubuh klien dengan air hangat R/: Memberikan kenyamanan dan menjaga kebersihan kulit klien 3) Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut klien R/: Kebersihan mulut dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan dan kesehatan pencernaan. 4) Anjurkan orang tua klien untuk mengganti pakaian klien setiap hari R/: Memberikan kenyamanan kepada klien 5) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri R/: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif klien dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X

24 am, kecemasan teratasi Kriteria hasil -

: - ekspresi tenang

Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya Intervensi Keperawatan

1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor untuk menentukan intervensi selanjutnya 2) Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya 3) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurang 4) Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

5) Berikan dorongan spiritual R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa yang dapat menyembuhkan E. Evaluasi a. Pola napas efektif -

Tidak terdapat pernapasan cuping hidung

-

Tidak ada keluhan sesak

-

Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menit b. Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria :



Suhu tubuh 36C - 37C



Bebas demam c. Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :



Klien tidak mengeluh nyeri.



Wajah klien ceria d. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria :



Turgor kulit baik.



Mukosa lembab



Intake cairan adekuat.



Tidak terjadi muntah. e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :



Nafsu makan baik.



Menunjukkan berat badan stabil/ideal. f. Tidak terjadi gangguan pola tidur dengan kriteria:



Tidak ada keluhan tidur kurang



Klien tampak segar



Klien tidur 8-10 jam semalam g.Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaran h.Tidak terjadi gangguan eliminasi BAB, dengan kriteria: 

Klien BAB 1 kali sehari



Konsistensi lunak i. Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-

sehari secara mandiri j.

Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan

tampak segar k. Kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria : 

Ekspresi wajah oran tua nampak tenang



Orang tua nampak tenang



Tidak sering bertanya tentang penyakitnya

Related Documents

Vian Demam Tifoid.docx
December 2019 8
Demam
December 2019 30
Demam
May 2020 17
Boris Vian - Lobo Hombre
April 2020 17
Demam Tifoid
June 2020 23

More Documents from ""