Atribut Yang Diaggap Dapat Menggambarkan Betapa Luasnya Dimensi Hakikat Manusia.docx

  • Uploaded by: Nichosius Dae
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Atribut Yang Diaggap Dapat Menggambarkan Betapa Luasnya Dimensi Hakikat Manusia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,928
  • Pages: 32
Atribut yang diaggap dapat menggambarkan betapa luasnya dimensi hakikat manusia. Beberapa atribut atau julukan yang bisa dipakai adalah sebagai berikut.

Homo Saplons Dari literatur yang tersebar diketahui ada banyak atribut \.m;~_ 1\\c|\gg.1l\\lmrk;l|\ mmnusia. Yang pernuna dan yang umum Jikcnal, Jan _v.\ng nmsih dipnk-.1i sccam luas hingga hari ini adahh /mmo .-.1;>m».<. lstilah /romo s/Ipims diambil dari bahasa Latin mug dilwnmk dari du-.1 kata, yakni /aomo (humus) yang bcrarti ‘m~.uulsif (yang rulmhnya diceritakan berasal dari tanah) dan .~‘.z/mm/_~1I/>m' yang berarti ‘bijaksana’. Homo sapiens karenanya s.un.1 ;11*rill)’;»1 dengan manusia yang mengetahui atau makhluk _\umg bij;1ks‘.ul;1. Dnlam perkembangannya, mengetahui clan bii;1ks.m.1 itu sama dengan satu istilah lain yang disebut “cerdas”. .___..-.$....,.¢-‘=--..-\.....___ l\'-.1ren;1ny;1, manusia kemudian disebut sebagai makhluk cerdas, dun kecerdasalmya itu lebih dari kecerdasan binatang, meskipun secara genetis atau fisiologis gen binatang dekat dengan gen A manusia. Demikianlah manusia dianggap cerdas aclanya hingga A hari ini. Dari pengertian ini dan dipadukan dengan berbagai refieksi, kemudian muncul pula pandangan yang sama dengan itu, yakni manusia sebagai selfawareness agent dengan kebebasan— nya. Akhirnya, mahkluk yang tadinya hanya diketahui seba- i gai /oomo sapiens yang bijaksana dan cerdas, kemudian dikenal y pula sebagai makhluk yang berkesadaran, cerdas, dan bijaksana. 3 Demikianlah bahwa semua tindakan manusia terjadi karena I kesadaran dan kecerdasannya, atau clengan kata lain, karena s kebijaksanaannya. Menurut Chris Stringer dalam 7710 Origin and Evolution of Ham" 5/1/11915 (Z916), /901110 sapiens pada awalnya bukanlah atri- ; but atau julukan, melainkan merupakan nama awal spesies manusia pada Zaman Pleistosen (3 juta-l(),()()Q mhun yang lalu), S¢Su=1i Fosil yang ditemukan di Afrika pada waktu iru. Sesuaj r 1*-n.~>ai'v£nnL~.¢.~._ ‘vi/~dQ . _.‘

8

sumb¢r yang sama, istilah homo mpiom yang k¢m"45=" "-""' jadi satu julukan unmk satu makhlulc yang lwlfllldii" 4&5“ scbagai manusia, yang cliperkznalkan pacama kali old! Cid Linnaeus pada 1758. Dikctahui jug: dari fosil itu bahwl /10'" sapiem pandai mcnggunakan alat scpcrti bans. Mcngamati bahwa mahkluk tcrs¢but bajalan dcnpfl dill kaki dan mcnggunakan alat, homo sapiens mcnjadi bcrbeda dcngan binatang. Dari itulah kemudian disimpulkan bahwa homv sapiens lcbih bijaksana clari yang lainnya, scmcncara yang hill"?! dikctahui tidak ccrdas acau cidak bijaksana dalam menggu-mlflll alat di luar dirinya sendiri. Kclompok yang bukan homo sapitm. mcnggunakan diri scndiri atau yang ada pada tubuhnya tujuan dan alat sckaligus. Dari basil studi lanjutan ccrungkap pula bahwa kcbijaksanaan atau kcccrdasan yang unik pada homo sapien: itu bcrkat struktur anatomi, rcrutama anatomi scrcbrumnya. Dari fosil yang ditcmukan tcrlihat bahwa bahwa struktur otak homo sapiens tcrbukti bcrbcda dcngan binatang szzamannya. Dcngan dukungan anatomi itulah homo sapims scmakin diakui scbagai mahkluk yang bijaksana. Kcbijaksanaan, dcngan duknngan anatomi otak, dalam pcrkcmbangannya dikcnal scbagai bcrpikir, tcrutama bcrpikir sccara rasional. Mcskipun dcmikian, homo sapiens dalam banyak hal masih memiliki kcsamaan dcngan binatang. Karena kcsamaan yang tcrsisa itu, homo sapiens juga dijuluki juga scbagai rational animal atau hinatang hora/ea! hudi. Kcduanya mcrujuk pad; dug

hal sekaligus, yakni bahwa homo sapiens masih mcmiliki bcbcrapa kcsamaan dcngan bintang, tctapi juga b¢rb¢d3 kafgna §¢.. rebrumnya, yang dcngannya homo sapiens mcnjadi unik kecerdasannya. Ada banyak keunikan pada manusia berkat kccerdasan berpikirnya. Salah satu yang menonjol adalah kcccrdasan mgnghgsilkan ujaran bcrmakna mclalui bahasa. Bahasa dcngan kgngistcnsi makna atau rujukannya memungkinkan manusia untuk menyebarluaskan informasi tanpa mcnghadirkan objck azau

9

< ; L_ < ¢ z -4'" < Z < 2 2' P‘ .\ "\ /r

RM TAS OTAK DAN PE RT KAL Q VE 10 refcrcnsinya \‘<-bclum bahasa rulis bcrkcmbang, manusaa meagk bahasa lican lkflgan kcmampuan bcrbahasa ‘ism’ guna an ~ - . -- -- . luurm. /mnm m/rirns kcmudlan dnuluka yuga scbagdl /10"?” 7 D . . lukm "_m.|,m 1p'\ yang dapal dircrima scbagai baan |u a - ~* ‘ _ ma|\usia? Atrilwut atau julukan homo mplm: nu rumnal ammal ini mcnggambarkan hakikat manusia daC‘ U d ' hm l\(‘l\c|';\|m hal. Pcrmma adalah tcmang kcmampuan bcrpikir manusia. yang dalam ungkapan Aristotclcs discbut scbagai rntr/n‘/rid (Lih. Ian Mc(irea/. Great Thinkers of the West, 1992). Fntr/n‘/n'a atau bcrpikir mcrupakan satu gerakan yang mcngulmh dari yang radinya sama dcngan binatang menjadi manusia. Hanya manusia yang msmiliki kcmampuan ini. Dcngan dcmikian, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berpikir sccara rasional dan berkemampuan untuk melakukannya. gian dari hakiku Manusia juga berkcsadaran, terutama berkesadaran tentang kemampuan bcrpikirnya, yang secara indah diungkapkan Rene

Descartes scbagai cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Kedua adalah tentang struktur anatomi otaknya. Struktur anatomi otak homo sapiens berbccla secara signifikan dari binatang lainnya, dan struktur anatomi otak itu mcmungkinkan manusia menjadi bijaksana dalam berpikir dan menggunakan alat di luar dirinya. Ketiga adalah tenrang adanya kesamaan dengan binarang. Mcskipun demikian, manusia bukanlah binatang dalam arti umum, mclainkan binatang yang unik-—meskipun diakui bahwa homo sapiens mewarisi gen biologis yang sama dengan mamalia scpcrti yang diceritakan oleh ahli biologi evolusi. Itulah salah satu gambaran tcntang hakikat manusia yang dapat dirclusuri dari atribut atau julukannya scbagai homo sapiens. Hakikar homo sapiens ini ditcrima untuk menunjukkan manusia scbagai makhluk unik yang bcrbeda dengan binatang. Kcunikan ini tcntunya tidak mcngingkari adanya aspck tertcntu pada manusia yang masih sama dcngan binatang. Hingga saat ini, julukan bahwa manusia sebagai binatang unik yang rasional ditcrima sebagai satu kebenaran oleh banyak kalangan.

10

Homo Soclus Homo sorius mcrupakan salu atribut atau julukan lain bagi manu.\i.a yang juga masih pnpulcr hingga hari ini. Sclain julukan homo in/rirm. nmmisin adalah makhluk yang bcrhakikat soml. lwru-m;m. dzm hidup minimal dalam satu kcluarga yang miing |m‘|;\y;mi. /\trila>ul atau julukan manusia yang bcrtcman

nu \ii|\'(‘l\;\| dcngan scbutan homo socius atau dalam istilah Scmm. homo homini socius (manusia adalah teman bagi scsama in;musi;1ny;\). Arisrorclcs, scpcrti diungkapkan /ihu Tangel daLzm arrikclnya “H10 Qntology of Zoon Politikon” UDC ll] (1:32) mcnggunakan satu ungkapan lain untuk mcnggambarkan mamisia yang homo homini socius itu, yaitu zoon politicon (zoo = binatang, politicon = bermasyarakat). Secara harfiah, zoon po/i/icon berarti hewan yang bermasyarakat, yang secara kodrat hidup bcrmasyarakat clan berinteraksi dalam satu wadah saling mclayani satu dengan yang lain. Homo homini socius pada inrinya sama dengan zoon politileon itu. Kedunya menunjukkan dimensi sosial dalam diri manusia. Riser menunjukkan bahwa secara genctis, manusia diduga sudah didisposisikan sebagai makhluk sosial. Berdasarkan kin selection theory, sepcrti yang diungkapkan Richard Dawson dalam Sehish Gene (2011) dan Pinker dalam How the Mind Works (1998), “A /eey goal for all organisms, including humans, is getting our genes into the next generation.” Artinya, tujuan hiclup manusia adalah mcnjamin hadirnya yang lain di kemudian hari. Mekanisme alamiahnya adalah mewariskan gcnnya. Warisan itu mcmbuka kcscmpatan hidup bagi yang lain. Dengan kata lain, manusia sccara gcnctis mcmbawa potcnsi sebagai makhluk sosial. Sccara ncurologis pun tcrungkap bahwa manusia adalah homo homini socius. Daniel Golcman dalam Social Intelligence (2006) mcngungkapkan, “Brain? very design makes human very sociable, inexorably drawn into an intimate brain-to-brain linhup

whenever we engage with another person.” Andrew Ncwberg dan Mark Robert Waldman dalam How Goa’ Change Your Mind KAT MANUS A ‘-Q HAK O

11

(£009) scan spcsifik "'1¢"""yi‘-‘k Pal" °‘3k Yang memm‘ hidup manusia homo bornini sodas. Bagian otak yang dan mcnunjang hidup sosial discbutnya anrrrwr nnguidlt Sclngai lmno mam, manusia tidak hanya berkapasitas sosix} dalam mi dapat hidup bcrkclompok dcngan yang tcrdcEut scar: biologis clan socara wilayah scpcrti binatang. Namun, dengan banman kcmampuan bcrpikirnya, manusia bcrhasil mcmbcnmk sisrem berkclompok yang jauh lcbih luas dan lcbih msional dari binatang- jikalau binatang dapat hidup bcrkcl0mpoi»; berdasarkan warisan biologis bclaka, manusia dapat hidup bcrkciompok bcrdasarkan warisan biologis maupun bcrdasarsistcm imajinatif, scpcrti ncgam yang dibcntuk atas cita-cita bersama. Dcngan dcmikian, manusia dapat bckcrja same scsarna manusia, bahkan dcngan binatang, mepaué wiiayah teritorial yang tcrbatas dan yang tcrikat dcngan wazisan bioiogisnya. Itulah yang tidak tcrjadi pada binatang,

jrang hanva mampu hjdup bersama dcngan yang masih tcrikat 016:1 warisan biologisnym sisi ini jclas manusia adalah social being. Artinya, manu— siz ciapat hidup secara berkclompok minimal dalam satu ikatan sosyiai kckduargaan berdasarkan darah. Kclompok sosial juga dapaz bervariasi, mulai dari yang scturunan dalam satu kcluarga, sccernpac ninggal, sampai yang jauh dari turunan maupun dari cernpat Tanpa ikatan sosial, manusia akan mendcrita kcsepian sulit mcmcnuhi kcbutuhannya sebagai organisms. Ilene Beligiosus Homo re/igiasus mcrupakan satu julukan yang berbeda dari julukan lai“nY3~ Jlllllkan ini mengambarkan hakikat lain dari manusil Yak!“ miikhlllk yang percaya bahwa dunia tidak hanya Yang di Sim 41" $11! ini, Ifirapi jug: dunia lain sctclah kcmacian. Manusia berelasi sccara intcns dcngm dunig yang lain im mela-

12 lui |)('|'|>:1g;|i ritual yang scring disclcnggarakan oleh masyarakat l|;|c|i.\inn;|| pada awal amu akhir tahun. Manusia juga pcrcaya .|k.m ;u|.my;| ".sn.m|<" yang mclampaui dunia yang discbut sebagai /\||.|l1.'I'u|1an, l)cwa, dan scbagainya. '|‘i
(I978). l)a|am huku tcrscbut ditcmukan satu ungkapan yang mirip dcngan istilah homo relzgiosus, yakni “heinga man signifies /»w'n_q n’/{g1'ou_s." Artinya, menjadi manusia sudah dengan sendirinya mcnjadi rcligius. Dalam buku yang sama, Eliadc juga mcnjclaslcan hahwa manusia adalah tipc makhluk yang hidup dalam alam yang sakra], penuh dengan nilai religius, dan dapat mcnikmati kcsucian yang tampak pada alam scmesta, pada alam marcri, pada tumbuhan, pada hewan, dan pada sesama m;musia. Dalam buku Manusia Multidimensional. Sehuah Renungan /91'/sa/izz (1983), Mangunhardjono clcngan jelas mengungkap— kannya bahwa Mircca Elliadc disebut sebagai tokoh pertama yang menycbut manusia sebagai homo religiosus. Mcnurut Mangunhardjono, karya Elliade yang berhubungan dengan isrilah homo re/igiosus adalah yang bcrjudul Yhe Sacred and the Projizne. Di sana dijelaskannya bahwa manusia mengakui adanya yang suci, dan agama dipandang scbagai mcdan pertemuan antara manusia dan yang suci itu. Hasil srudi yang dilakukan oleh ahli sejarah atas lukisan yang tcrdapat di gua Lascaux di Dordognc, Prancis, yang diungkap— kan mcnjadi satu tulisan yang berjuclul “Homo Rcligiosus” dalam karya Karen Armstrong The Case For God (Z010) menunjukkan bahwa ciri manusia scbagai homo religiosus sudah lama mcngakar dalam kcbudayaan manusia. Banyak intcrprctasi atas lukisan dalam gua itu tentunya. Namun, satu hal yang discpakati, scperri yang diungkapkan Karen Armstrong, bahwa lukisan ini mengungkapkan salah satu hakikat manusia scbagai homo

13

rehgiosm. Dari lukisan itu dikctahui bahwa sejak zaman lama, pikiran dan pcrasaan manusia diarahkan untuk mcmalumi mlrang cksisccnsi satu hal yang digambarkan Martin I-164% (1399-1976) sebagai Being. Being itu adalah satu day: fundamental yang mcndukung dan mcnghidupkan scmua yang ah arau yang hidup di dunia, scpcrti yang dikutip dari Ian P. Me Grcal (ed) dalam Great Thinkers of The Western World (1992). Pikiran dan pcrasaan manusia pada waktu itu diabadikannya dalam bcntuk lukisan di gua. Sampai zaman ini, kcbudayaan lokal tradisional masih maekam dan mcnyimpan dimcnsi rcligius manusia kuno itu. Scimdar contoh, di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur ada ri~ tual penti yang mcnjadi kebudayaan tradisional yang mcrupalcan ritual bcrdimensi rcligius yang mcngungkapkan bahwa orang Manggarai adalah homo religiosus dari dahulu sampai sekarang, mcskipun dalam pcrkcmbangan zaman orang Manggarai al-chirnya mcnganut agama modern tanpa total mcninggalkan agama tradisionalnya. Demikian basil riset Fransiskus Bustan dal am Gumtem Mezkna Religius Ritual Penti da/am Kehudajzk an Manggami di Flores (2018). Bcrdasarkan dimcnsi kchidupan sepcrti itu, maka manusia menjadi layak disebut scbagai homo re/z'gz'osus. Homo religiosus pada prinsipnya mcrupakan acau pcrluasan dari hakikat manusia scbagai homo homini mcius.

Scbagai homo homini socius, manusia bcrclasi sccara horizontal, hmin-to-hmin relation. Scdangl-can scbagai homo religiosw, ma~ nusia bcrhakikat untuk bcrclasi sccara vertikal dcngan Tuhan, Allah, atau Dcwa, atau dalam istilah lcbih nctral discbut dcnpn yang supranatural, yang mclampaui manusia, atau yang suprahuman (bagi mcrcka yang tidak pcrcaya akan adanya Tuhan, Allah’ "3" D¢W1, suprahuman itu diposisikan sama dang idcologi, karcna masih ada manusia yang mcmandang apma sebagai idcologi). Manusia yang bcrkcmbang mcnjadi homo religioaa jig mtmpakan lanjutan dari scbagai homo sapims, Harem tmmlilp

14

s<‘|\\‘IIi mun; dig.unlmrk;u\ Yuval Noah Harau'i dalam Sapiens, /1 I-"1;-/‘lI»~»:m' o/'Ilunmnl'1'm/ (201 I). mcmllilcl kcccrdasan herim.nin.m. l\ml\.u lu‘u‘l‘\l;L\.\|\ hcrinumjiumsi inilah manusia bcrpiku \l.m |m~m|».\v.\nglmn .wr:.| unvnmlmuni yang mcladunia, yang ~uf"::/mrmxrl im. l\'¢~u~nl;\.\a|1 In-rlunajimmi lugu rncnmngkinkan m.nm.\u umuk |m~ml\;mgun Nl.\lt‘l'l\ umuk hcrclasi clcngan-Nya. l\~n;;.\n \k~miki.m ¢l.\p.u dik;|\akaul hahwa mcnjadi homo reli_\~.¢.~~:..~ juslru .wm~.akin |ncn\p<~r|<;\ya kcisrimcwaan manusia, scluh \lcny,.\n ll\\‘l\l;ltll homo re’/Ilqiosus szuna artinya dcngan meni.nlik.m m.musi.\ mc|;unpaui alrihul atau julukan homo sapiens
.
15

Pgngglafnan berclasi secara intcns dan svfiifik <|=fls=fl Ymg discbur sebagai Ann, mungkin saia h1"Y=1 454111“ segdinfif "'1-

nusia. Namun, pcngalamflfl $¢g¢lilldY manusia m“¢b“‘ [idak dapat rncnunjukkan bahwa suclah ada manusia yang sukscs mcngzlami rclasi personal Yang iIlt¢l1$ dmgn Allah. Pcngalaman manusia ini pun tidal: dapat mcnyingkap satu titik lain cenrang kapasitas manusia untuk mcngalamj pcrjumpaan dengan yang transcndcn, mcskipun bagi yang lain mungkin masih scbagai mistcri. Sudah banyak yang mcngalaminya dan sudah banyak pula publikasi yang mcngungkapkan bahwa sebagian manusia rnengalami scumban dcngan yang mclampaui pikiran manusia dan melampaui dunia. Paling tidak itu dirasakan olch mercka yang mcngalami near dear/2 experience. Buku The Book of the Dead (2012), karya Ptolemy Ybmpkins, mcrupakan salah satu yang mcnjclaskan sccara komprehcnsif tcntang pcngalaman seperti itu. Selain itu masih ada banyak publikasi yang mcndcskripsikan bagaimana manusia dapat bcrclasi dcngan yang supra/mman atau dcngan yang tramenden hingga mcngalami rclasi yang intcns. Dunia bclum mcngakui pcngalaman rclasi yang intens terscbut scbagai kebcnaran ilmiah karcna manusia tcrjcbak dalam “dataismc” atau “angkaismc” yang sangat crat bcrkaitan dcngan jumlah yang terccrap indra. Itu yang pcrtama. Yang kcdua, pcngalaman manusia yang mcngalami near dear/1 tidak dapat digcncralisasi scbab kisah sctiap orang bcrbcda. Kctiga, dunia terlanjur mcngagungkan salah satu mctodz pengukuran untuk mengukur scgalanya, termasuk can mengulnu kualitas hanya dcngan kuamitas dcmi gcncralisasi. Selcadar contoh, cinta yang di dalamnya mcngandung aspck subjgkxfi

kualiratif sccara ilmiah hanya diukur dcngan mengubab shah kualitas dcngan kuantitas--yang katanya dapag mgmudghkgg dalam pcngukuran objcktifdan mudah untuk mcndapadmn @ncralisasi. Apakah misalnya scseorang yang m @ cinta” bcrkualitas sama dcngan orang lain yang jug mgkan hal yang sama? Artinya, kcduanya mcngpndung

16

yang sulit untuk gcncralisasi. Dan, itu bcrarti juga tidak dapat digcncralisasi. Kalaupun upaya gcncralisasi dilakukan, tindakan iru tidak lcbih dari pcmaksaan. Orang yang sungguh bijak tidak akan mcncrima ukuran kcbcnaran objcktif itu scbagai satu-satunya alat ukur. Angka kuan— riratif digunakan pada waktu dan tcmpatnya, scmcntara yang kualitatif digunakan pada waktu clan tcmpat yang lain pula. Sclain itu, orang bijak akan mcncrima kcsulitan menggcncralisasi pcngalaman rcligius scbagai hal yang wajar scbagaimana kcsuliran dunia (ilmiah) mcnggcncralisasi pcngalaman tcntang dunia. Kcsulitan itu pcrlu mcndapat ruang khusus karena luas— nya dimcnsi pcngalaman manusia di dunia, yang juga mungkin rclatif sama dcngan luasnya pcngalaman rcligius sctiap orang, di mana manusia hanya mampu mcncapai kcbcnaran yang dapat discbut scbagai kcbcnaran pcrspcktif. Inilah kcjujuran. Qrang-orang tertcntu bolch dan bcrhak tidak mengakui adanya yang transcndcn itu. Namun, minimal sampai sckarang, masih banyak orang yang mcngakui ada-Nya dan mcngalami

komunikasi intcns dcngan-Nya (dctailnya akan dijclaskan pada bagian lain tulisan ini). Tidak hanya mcngakuinya, ada banyak orang yang juga mcngalami pcrjumpaan dcngan-Nya. Tcguh, pcrcaya, dan tak tcrhapuskan itulah salah satu sifat manusia se— bagai homo re/igiosus. Homo Faber Saw lagi julukan lain yang menggambarkan hakikat manusia adalah homo faher. Homo faher sama dcngan julukan lain yang dikcnal dcngan istilah tool making animal. Dari catatan Dcdcvc. '1'. Tonsig, dalam tulisannya “Homo Faber or Homo Crcdcntc” (2017), dikctahui bahwa /lppius Claudius Caesw adalah orang pcnama yang mcnggunakan istilah homo faher dalam karyanya Senzentiae. Homo faber menggambarkan manusia dcngan |
I7

u amh hidup manusia dapar dirclusuri. Dalam antropologi, Inn» fizhr sama dcngan unrfing man. makhluk bcrkarya. D¢mikilhlah hakikat n\anusia dapat dikcrahui mclalui karyanya. Ytm an u-lutyvu J0. _Iuluk.m mi hcndak mcuggambarkan saw sisi lain tcntang hakikat manusia. Manusia bcrhasil mcnjadi bcrbcda dari binamng kamna kcmampuan krt~atifr\y".\ dalam bcrkarya, tcmtama

daL:n1 kcnunxpuannya mcncipmkan alat kcrja. Manusia, apalagi z.1m.m sckarang. hams bckerja agar hidup. Tidak bdcerja sanla dengan tidak hidup sebagai mamusia karcna dcsistcnsi manusia dieksprcsikan scbagian melalui bcrkarya. Yang tidak berkarya bi~.zsan_\'a iuga sakir-sakiran karma enctrgi hidup scbagai /wnzo_;‘.}t3rr tidal; rersalurkan. Di mana-mana dijumpai bahwa mereka yang be-rkarya apalagi berkarya untuk clunia, jauh lcbih bcrsukacita clan jauh lebih sehat dari yang malas atau enggan bcrkarya, terutama unruk dunia. Mengapa? Yang dunia dikenang bahkan didoakan banyak omng. Dikenang dan didoakan karen-.1 karya mereka bagxma untuk scmua orang tanpa bat-as. Dalam sejarah evolusi, yang diungkapkan dalam banyak rulisan, antara lain dalam Sapizm, A Briqf$tory of Humankind (2011), mzmusia hams bekerja untuk merncnuhi kebutuhan— nya. Itu pun karena manusia berkapasitas untuk bcrkarya. Dalam scjamh tcrgambar jdas bahwa pada mulanya manusia b¢— kerja, sama scperti binatang, yaitu dcngan Cara berburu. Pada waktu itu, kerja mzmusia berbcntuk mcngembara dari sam tempat kc tcmpat lainnya di aras bumi scbagai pemburu. Namun, binatang yang rasional, yang hakikatnya harus bckcrja itu, tidak bcrhmri pads rizik pcrburuan saia. Manusia dengan kapasims» nya bcrkcmbang lcbih lanjut dcngan tambahan satu kcmampuan baru yang discbur scbagai kcmampuan mengumpulkan (gathering). Kcmampuan mcngumpulkan ini mcrupakan Icemampuan pcrtama atau jcjak pcrtama homo sapiens meningikan scsama binatangnya. Dcngan mcnjadi pekcrja yang

mqggumpulkan, manusia kcluar dari status sebagai

18

dan mcnorch scjarah barn. yakni mcninggalkan jcjak kcsamaannya dcngan simpansc yang konnn diccrimkan scbagai yang tcrdckat sccara gcncris dcngan nmnusin. Kap.zsims schagni homo fix/m‘ kcmudian bc|"kcn1bang mcnjadi cu/mmor dcngan bcrtani (culture), yang dipcrkirakan tcrjadi sckiur 12.000 mhun yang lalu scpcrti yang tcrcatat" dalam uraian H.\r;ni. Bcrtani jelas mcmbutuhkan alat yang lcbih komplcks. l\rng;m bcrtani. manusia (homo .mpie'n5) semakin jauh meninggalkan simpansc. Scjak itu, manusia t¢rus berkcmbang. jika pad-.1 nmsa-nxasa awal bcrtani manusia mcngandalkan otot scndiri dcngan bantuan alat scdcrhana seadanya, saat ini manusia mampu bekerja dengan alat yang cara kcrjanya mcndckati cara kcrja manusia, yakni dengan alat yang yang mcmiliki artificial inre//igence. Artificial intelligence ini bcropcrasi hampir scpcrti manusia yang mampu mengambil alih scbagian cara kerja manusia, baik yang fisik maupun yang nonfisik scpcrti pekerjaan memori. Kcnyataan ini sebenarnya sekaligus mcngingatkan bahwa manusia terus berziarah dengan evolusinya. Manusia tcrus berkembang atau berevolusi meninggalkan apa pun yang sangat terikat dengan alam fisik menuju yang krcatif imajinatif. Inilah yang semestinya menjadi satu ciri humanitas manusia, yakni terbebasnya manusia dari kerja dengan belcnggu yang tcrgantung

total pada alam menuju cara kerja yang lebih banyak dibantu slat untuk menunjukkan kreativitasnya. Namun, mcnjauh dari yang alamiah di sini di tidak dalam arti melepaskan diri dari yang sifatnya alamiah. Homo Economicus Bcrkat bcrkapasitas bckcrja dan mcnciptakan alat yang menunjang kcrjanya, manusia lalu mampu menghasilkan bcrbagai barang dan jasa dan mampu mcnciptakan mckanisme pendistribusiannya. Kcmampuan ini yang pada gilirannya mcncmpatkan manusia scbagai homo economicus. Julukan homo economious

19

dib¢ri|Qn john Stuart Mills pada abad kc-19. Mills mcnggpnw barkan manusia scbagai “ 77le rational actor as one who inevitabb does that by which he may obtain the greatest amount ofnecessaries, conveniences, and luxuries with the smallest quantity oflabor and physical self-denial with which they can be obtained. " Mcrujuk akar katanya, economicus dibcntuk dari oikos (rumah atau lingkungan) clan nomos (norma, aturan). Manusia Icbagai homo eeonomicus dcngan itu bcrkcmampuan mcmclihara atau mcngatur dan mampu pula mcngcndalikan lingkungpn tinggalnya menjadi kompatibcl dcngan dcrajat humanitas manusia. Manusia pun akhirnya hidup bsrsama sccara ckonomis dalam saru lingkungan hidup baru yang diatur bersama untuk mcmcnuhi kcbutuhan hidup sccara bcrsama. Dalam pcrkcmbangannya mulailah bcrtumbuh satu sistcm

ckonomi dalam bcntuk pcrdagangan barang dan jasa. Pcrk¢mbangan yang scpcrti ini tidak dimiliki binatang. Pcrkcmbangan ini tcrjadi bcrkat pcrkcmbangan kcmampuan bcrpikir yang sifatnya nonfisik. Kcmampuan untuk saling mcmcnuhi kcbutuhan mclalui tindakan ekonomi scbcnarnya adalah salah saw bagian dari hakikat sosialnya yang intinya mcnjamin kchadiran clan kcberadaan orang lain. Dalam situasi tcrscbut, sctiap orang akan bcrpcran secara bcrbcda dan bcrgiliran scbagai produscn dan konsumcn yang bcrgcrak dalam bidang mobilisasi barang. Rclasi ini, selain mcnjamin kcbutuhan ckonomi yang konduzif dcngan kchidupan ckonomi, juga mcnjamin relasi yang mutualistis di antara manusia. llomo Narrans Manusia juga bcrhakikat scbagai homo narrans atau story teller. Homo narrans adalah satu julukan yang hampir sama dcngan homo fizbulans. Homo narrans menunjuk kcpada satu hakikat manusia yang bcrkapasitas mcnciptakan ccrim dan monastitcrakannya. Cema tcrscbut, tcrucama mcnccritakan, l'l'lCfllPIkan satu bentuk pcmcnuhan satu sisi hakikzt scbagai manu|in-

20

Julukan ini diduga pcrtama kali diucapkan olch fo/k/orist Kurt l\’anhc dalam mu: paper seminar di Praha pada 1966. Rank: n1c‘ngalt;1|<;ln hahwa mcngisahkan satu ccrita mcrupakan satu kcbutulnln manusia yang sckaligus mcngcksprcsikan hakikar manusia. Homo narons dapat dikatakan scbagai nama lain

dari homo loquens, scbagaimana discbut RH. Matthews dalam l.z'rz_guistics, Wrfy Short Introduction (2003), yang mcnjelaskan bahwa dari sudut pandang linguistik, berbicara atau bcrccrita mcrupakan satu ciri rasional tcrtinggi pada manusia. Kcmampuan bcrccrita scbenarnya lanjutan dari hakikatnya scbagai homo sapiens yang rasional dan mampu bcrimajinasi. Kcmudian, karcna menjadi bagian dari hakikatnya, berccrita, yang pada situasi tertcntu bcrbcntuk gosip, menjadi bagian kebutuhan manusia. Lahirlah pada akhirnya kemudian bcrbagai jcnis ceritera hiburan. Bcrccrita di satu sisi adalah bcntuk ckspresi pikiran atau imajinasi, scmcntara di sisi lain adalah bcntuk berbagi pcngalaman, yang pada situasi tencntu mcngeratkan rclasi sosial, dan pada situasi lain, mcnorch garis pcmisah antara in-group dan out-group tcrmasuk dcngan binatang. Scpanjang scjarah manusia, tcrgambar jelas bahwa manusia tidak terpisahkan dari hiburan. Scmua ini terjadi karena sccara hakiki manusia mcnjadi bagian dari hiburan. Keccrdasan rasi0— nalnya, terutama dalam hal bcrbahasa dan logika, yang bcrsatu dcngan kcccrdasan bcrimajinasi, scbagian disalurkan untuk menciptakan ccrita clan scbagian lainnya dapat diubah menjadi satu kcnyataan. Saat ini kapasitas itu didukung olch kapasitas lain scbagai homo puhlica, yakni scbagai satu kemampuan untuk mcnycbarluaskan hiburan kc orang lain dalam bcrbagai cara dan media. Homo Homini Lupus Dari scmua hakikat yang ada pada homo sapiem, masih ada satu hakikar yang pada pcrmukaannya dapat dibaca scbagai kcccn-

dcrungan dcstruktif, yakni homo homini lupus. Manusia adalah

21

Sui 11;; bagi sesamanya. Ungkapan homo homini lupus adalah g.. lawan dari vnu hakikat manusia yang dalam bahasa Latm dlSCbur sehagai homo homini sm‘1'us (manusia adalah tcmannya mamxsia). Scsuai yang ditulis Roberta Stewart dalam Plautus and Rom/m 5'lam'r_fy (2012). lmgk=1P=m mi didllgfl Permma ka“ dice‘ tuskan nleh Plaurus dalmn karyanya /{sin/tria dengan ungkapan aslinya yang bcrbunyi, lupus est homo homini (manusia adalah serigalanya manusia). Ungkapan ini kemudian dipopulerkan oleh Thomas Hobbes dalam De Cive (1651), seperti yang dijelaskan Orfried H0§e dalam Thomas Hobbes (2015) dan Gary B. Herbert dalam Yhomas Hobbes, The Unity of§eientifie and Moral \l7iso/om (1989). Secara genetis, beberapa ahli biologi menduga bahwa manusia bukanlah homo homini soeius. Manusia dikatakan tidak memiliki warisan genetis untuk saling bekerja sama dan tidak memiliki gen sebagai satu daya bawaan untuk membangun hidup bersama sebagai homo homini soeius. Yang ada pada manusia adalah sehish gen seperti yang diungkapkan Richard Dawson (Lih. The Sehish Gene, 2011) atau Harari (Lih, Homo Deus, 2017). Sesuai pandangan teori evolusi, secara biologis manusia memiliki gen yang sehish. Karena secara genetis bersifat sehish, manusia harus bertarung hingga membinasakan yang

lain supaya tetap hidup ( the survival of the fittest). Dari sini manusia adalah mangsa bagi sesamanya, homo homini lupus. James R. Flynn dalam Intelligence and Human Progress (2013) mcngungkapkannya bahwa banyak orang menerima generalisasi yang mengatakan, “Our genes ma/ees us inherently violent, we are irrational by nature. ” Banyak manusia zaman sekarang menerima generalisasi di atas begitu saja, bahwa homo homini lupus itu sebagai kcbenaran yang panras diakui. Tentu ada benarnya bahwa secara individual gen itu berpengaruh pada sejarah hidup seseorang. Ini juga benar terutama pada manusia yang tingkat hidupnya masih sama dengan mamalia atau binatang umumnya. Sesungguhnya, warisan genetis biologis yang selfish ini tidak scrca-mcrta mcnjadi-

22

kan manusia murni scbagai budak gcn yang sehivh itu. Dari rim: yang diungkapkan James R. Flynn, lcbih dari 10.000 tahun terakhir gen kolcklif manusia cclah pcrlahan-lahan mcninggalkzn silal cgoislis yang bcrpihak pad: kckcrasan tcrhadap yang lain. Hanya mcrcka yang salah bclajar, atau yang gagal bclajar, sccara ||
lurunan karcna ridak mewariskan gen yang mcmbuka pcluang lahirnya yang baru. Di sisi lain, manusia dianugerahi kapasitas lain scptrti yang tclah dijclaskan scbclumnya. Dcngan kapasitas bcrpikir rasionain ya, gen yang tadinya selfish kcmudian bcrubah. Salah satun ya bcrkat bclajar mcnjadi altruistis dan mcnjadi homo homini soeius. Kcnyataan ini bcrarti pula tclah mcngubah kcccnd.crungan dcsrrukcif iru mcnjadi altruisris scpcrci yang diungkapkan Matthieu Ricard dalam Altruism (2013). Bahkan, otak manusia scndiri tcrkonstruksi unruk mcndukung kcccrdasannya scbagai homo homini socius. Dalam sistcm limbik (limhic system) yang ada pada otak mcmang dikctahui ada bagian yang bcrfimgsi sccara selfish. Selfish tidak sama dengan cgoistis yang kaku dan tidak dapat diubah mcnjadi sosial. Pada sistcm limbik, yang mcngandung ciri selfish itu juga bcrdampingan dcngan yang sosial. Artinya, yang selfish dapat diubah mcnjadi sosial karcna scbcnarnya selfish itu tidak bzrdiri scndiri, tctapi juga scbagai bagian dari dirinya yang sosial. Kcccnderungannya tcrgantung pada bclajar dan kebutuhan. Ada waktunya mcnjadi sefiish clan ada waktunya mcnjadi sosial. Mike Dow dalam Heal Your Drained Brain (2018) mammjukkan adanya pcluang berubah, mcskipun tcrjadi dalam kasus yang bcrbcda. Mikc mcngungkapkan bcrbagai cara yang berhasil mcngubah ozak manusia yang tadinya sakit menjadi what.

23

amara lain melalui cara EBCT (Energy Based Cognitive Therapy). Kcsukscsan pcnyennlmlian ini paling tidak dapat mcnunjukkan lmhwa sclalu ada ruang umuk berubah dari yang ncgatif menjadi pnsnif. Dcmikim iuga .sch:-nrusnya dengan kecenderungan homo lvomini /u/ms. Mestinya ada ruang untuk diubah menjadi /memo /»nm:'m' .\m‘im. l‘crg<'.\c|1\|1 dari dcstruktifmenjadi altruistis itu mungkin teryada. _\c|.1in karcna mutasi genetis dan konstruksi sistem limbik, mga lvcrkat kc-ccrdasannya menciptakan mitos sebagai common ‘goal (salah saru kapasizas serebrum manusia). Kesetiaan secara kulckrif pada tujuan bersama itu pada gilirannya akan menguhah kcccnderungan selfish pada gen dan mengubah kecenderungan selfish pada sistem limbik menjadi bersifat sosial, dan iru akan lebih menjamin hidup bersama secara konclusif dan konstruktif. Akhirnya, homo sapiens dengan sendirinya berhasil mengubah sifar selfish yang menakutkan menjadi kooperatif yang menghidupkan. Lahirlah, salah satunya, hukum yang menghidupkan dan menjamin kooperasi yang lebih rasional sekaligus meredam secara rasional warisan biologis sehish atau kecenderungan hidup sebagai homo homini lupus. Dalam Cicero} Orarions (2018) terjemahan Charles Duke Yonge, tercatat ucapan Marcus Tullius Cicero, uhi societas, ihi ius (ada masyarakat ada hukum). Hukum dalam pandangan Cicero tidak hanya dalam arri unruk men jamin kooperasi yang tidak memperbudalc orang lain, tctapi juga sebagai kekuatan bersama yang menjamin manusia unruk mencapai hidup yang tertinggi (an ideal beauty).

Amnya, manusia tak terpisahkan dari hukum yang mengatur kooperasinya dan kcrinduannya untuk mencapai yang tertinggi itu. Termasuk di dalamnya hidup bersama yang lain. Hukum adalah kreasi imajinarif, yang sama dengan mitos. Dcngan hukum, lagi-lagi manusia bcrhasil bckerja sama secara luas. Dcngan kata lain, lahirnya hukum mendorong manusia umuk bcrcvolusi lcbih lanjut. Evolusi hukum memungkinkm manusia menjadi semakin jauh meninggalkan binatang yang

24

konon dikatakan bcrasal dari ncnck moyang yang sama deupn manusia. yang hanya bckzrja sama dcngan yang wdarah. Bella: hukum, koopcrasi sccara luas bcrkcmbang di amara manusia, lama-kclamaan koopcrasi antara manusia mcngandung panggilan moral umuk tcrus mcmbangun rclasi kcrja sama dengan saling mcnghidupkan ranpa mcnjadikan mama korban. Homo Deus scbagai bcrbcda dcngan homo religiona. julukan homo religiosus mcrujuk pada kapasitas bcrkcsadaran akan adanya Allah atau Tuhan dan sckaligus bcrkapasitas untulc bcrclasi clcngan-Nya. Homo Deus dalam tulisan ini mcrujuk pada tam pokok yang bcrbcda dari scbagai homo religiosus, yalmi l(£$3|‘.l3l" an manusia scbagai citra Allah bahkan kcsadaran alcan tinclalcan hidupnya sebagai citra Allah di dunia. lstilah ini populcr dalam karya Harari, Homo Dem, A B114‘ History oflhmorrow (2016). Homo Deus yang dimaksud dalam

buku ini tidak sama dcngan homo Dew dalam lconscp Harari. Homo Deus dalam konscp Harari bcrarti god like human heing atau seh‘—made gods of planet earth. Scbagai selfmade godv on earth manusia scdang mcngcksplorasi proyck, mimpi tcntang manusia pada abad kc-21. Homo Deus scpcrti diimpikan dalam proyck itu diharapkan clapat mcngatasi kcmatian manusia, dan pada waktunya akan bcrhasil mcnciptakan manusia dcngan artificial intelligence scbagai kckuatan yang mcngambil alih fungsi ocak ciptaan Allah yang bcrfimgsi tcrbatas. Homo Dem dalam arti itu mcrupakan satu bentuk cvolusi manusia sesudah berhasil mcnjadi homo sapiens. Dcmikianlah mimpi homo sapims bcrdasarkan kcbcrhasilannya mcnciptakan artificial intelligence. Homo Deus yang dimaksud dalam buku ini adalah sama dcngan citra Allah atau imago Dei, scbagai satu kcsadaran pad: manusia yang bcrhubungan dcngan tanggung jawabnya atas clunia. Homo Deus di sini juga mcrujuk pada kcmampuan mtniru sifar Allah dalam mcngasihi atau memclihara untuk men-

25

M,,,‘,, |..~|,|.|up.m ln'nm|ml. l).@|am uljuran dan kcyakinan flgamg u |u'um, u*|N'lll v.mp,cllklm|l1lu|n paltlzl ldmlll ptflflptiim dzlam luml» .\m l |‘r|j.n\]l.m Imam, /mm!) /Mm lchih tcpat ditcrjcmah. Mu “_|W_,|_u ,,,,,,‘q,, /m .n.m 1 inn /\ll'.|l|. x\ll.\l\ m|.al.|l\ lu|\ll\ (A/lrm nu‘/Im ml)» Malu citra Allah sccara ~..\lr|l\.\n.\ .ul.\ln|\ m.mu.\i;| y.m|1, l rel="nofollow">t'l'¢'-ls!-\i
|ul\l\.\|u\\'.| nu-nim ~..\|n|mi ||u'mlc*k;|tl l(£lSll1 yang Allah inginl\.\|\, l\lrni|u |\.|.\i|\ /\|l;|l1 nu .wri|\g diungkapkan scbagai mcniru I“ mus (m/mum <4‘/mm) \l;ll;l|I\ pamlangan agama Kristen. Dal.uu .|y_.un.| l.\l.nn 1ll.\(‘lH|lk;|H sclmgai mat pada pcrintah Allah \l.ll\ nm-ny_iku|i l.u’.||1;;.|n~Ny:|. l\l.uu|.\i.| .wl».q;.|i L'l|l'Ll Allah, /mmu Dem, mcnggambarkan \.uu |\.|kik;|| |n.musi;| .s‘cl>;|g;\i sisi lain dari /90m0 religiosus. Seba31.11 \ inn /\||;|l\, |m|msi:| mcmiliki kcunggulan tcrtcntu yang berl»nl.\ \l.ui l»iu.u;u|;;. M;nnusi:1 mcmpunyai kapasitas untuk barpikir mn;n1;-, /\l|;|h, lnclnlmyanglczm Allah bahkan bcrintcraksi \k“n3;.1n /\ll;|h umuk hidup dalam ukuran Allah scpcrti kasih ¢l.m uni. l\'cnmmpu;1n ini jclas tidak (limilild binatang. linhwn |n;l|ulsi;l l)crl1:1kik;1t scbagai citra Allah scbenarnya jclns svk;1li (crg;unl>a|' clalam scjarah perkcmbangan agama. l’cn;;g;unlm|';ul iru rampak dalam karya Karen Armstrong, 771: (.}m Q/‘(fad (2()l()) dam /l History of God (1993). Armstrong :m~njcl;\sk;m l)§ll"1W1l rclah sfijak lama, scjak zaman kuno, manusm herpikir dun bcrimajinasi tcntang Tuhan atau Allah. Hingga .\~;1;u mi, lmnyak manusia yang tidak hanya bcrrpikir, mengakui, amu l>crin1;ljin;1si tcntang Allah, tctapi juga mcngalami Allah dun mcngal;1n1i imcrzlksi clcngan Allah clalam kasih dan bcrciri hidup pcnuh kasih. H idup sclmgai /mmo Dem mflljéldl mungkin clan clapat t¢l'capai karcma manusia, scpcrti clijclaskan Lorcns Bagus (K401!!! I‘:/mjiu, 2002) adalah makhluk spiritua/-ir:telel'tuaI yang S661" imrimik liLl;ll( rcrgnnrung panda scgala scsuatu yang material. Dcngan kodra: ini, manusia mcnjadi mampu mcncmbus ind

Y“"8 Paliflg dalam dari alam bcnda-bcnda sampai mcneml>\1$

26

clasar tcrakhir (Allah) dari segala eksistensi. Ketika manusia sukses meniru yang hakiki clari Allah yang adalah kasih, maka manusia menjacli homo Deus atau citra Allah yang juga kasih. 2.2 Manusia sebagai Makhluk Berjiwa Dari sisi julukan, hakikat manusia dalam pandangan umum adalah bijaksana clan berkesaclaran, memiliki kecerdasan, betteman, ber-Tuhan (atau percaya pada yang transenden), mampu bercerita, bekerja sama secara ekonomis, bekerja untuk hiclup, altruistis, berupaya atau berkehenclak untuk suci sebagai ciptaan Allah, clan sebagainya. Mestinya yang seperti ini juga merupakan bagian clari kecerdasan hiclupnya yang akan semakin tegas membedakannya clari mamalia atau primata yang umumnya diduga secara genetis sama dengan manusia. Iulukan yang melukiskan hakikat manusia tentu saja ticlak hanya sebatas yang dideskripsikan tersebut. Penjelasan di atas ingin menunjukkan bagaimana manusia memiliki kelebihan yang unik clibanclingkan dengan binatang, clan tentunya ticlak membatasi penjelasan clari pihak lain tcntang hakikat manusia dari perspektif yang berbecla. Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menambahkannya pun menguranginya sesuai dengan yang changgap relevan dengan kebutuhannya. julukan manusia yang sudah diumikan di atas belum tegas menjelaskan satu hal yang tersamar dan diakui lebih hakiki se-

bagai dasar dari semua atribut pada manusia yang lain, yakni sebagai organisme berjiwa humanis. Kata organisme (clibentuk dari organum “tubuh” clan animus “jiwa”) sendiri sebenarnya mengandung pengertian tentang jiwa, sebab tubuh hanyalah organ untuk jiwa. Iiwa itu dalam pandangan banyak pihak, seperti Aristoteles (Lih. Ian McGreal, Great Thinkers of t/Je W421, 1992) clan Thomas Aquinas seperti yang dikutip dari ].P. Moreland dan Scott B. Rae (Lih. Body and Soul, Human Nature and the Crisis in Ethics, 2000), merupakan dasar yang meaghidupkan (principle of hfi) yang bertanggung jawab bagi pt!-

27

tumlwuhan dan rcproduksi kchidupan spcsies, scrta bcrtanggung iavmb umuk mcngcmlalikan hidup scbagai manusia. 1.1’. Morcland dan Scott B. Rae mcnunjukkan bahwa fertilisasi mcrupakan pcrisriwa bcrsarunya jiwa dcngan tubuh. Dalam p.and.mgan krcasionisme. jiwa diciptakan. Allah mcnciptakan mu jiwa pada wakm rcrjadinya Fcrtilisasi, yang dcngannya terbcmuklah organ unruk sam jiwa yang baru. Dalam pandangan mu/:m}:n:Lmzr, jiwa datang kc-tika peristiwa fcrtilisasi terjadi dan kcdat;mg:u\nya bcrdasarkan hukum atau kckuatan mctafisika. Tubuh dan jiwa akan berpisah pada saat manusia mcninggal dunia. karcna itu Thomas Aquinas menjclaskan kcmatian scbagai pcrpisahan jiwa dari tubuh scpcrti yang dikutip dari Mic_hae.l Potts, cs., dalam Bqyond Brain Dear/7, The case Against Brain Bmed Criteria for Human Being (2000). Aristotclcs men-

jelaskan lebih rinci bahwa jiwa manusia itu bcrbeda dari jiwa vegetarif pada tumbuhan atau jiwa animatif pada binatang. ]iwa vegetatif hanya mencapai tanggung jawab bcrtumbuh dan berkcmbang biak. ]iwa animatif lcbih dari itu karcna mcmiliki tambahan kemampuan bcrpindah tcmpat dan bcrsensasi. jiwa humanis manusia melampaui kcduanya, yaitu dcngan tambahan kcsadaran, terutama kcsadaran diri dan kcsadaran berpikir serta kcsadaran bcrelasi. Apa yang tidak ditcgaskan Aristotclcs adalah bahwa yang pcnting dalam mcmbcdakan kctiga tipc jiwa itu adalah rclasinya. jiwa vegetatif secara alamiah hanya bcrhubungan d¢ngan alam karena itu tanggung jawabnya hanya scbatas bersifat alamiah. ]iwa animatif bcrhubungan dcngan alam dan scsama, cli mana hubungan sosialnya terbatas hanya dengan yang scaliran air susu. Itulah kcnapa binatang juga bertanggung jawab dalam mcmclihara yang lain, tcrutama yang lemah atau masih clalam pcrtumbuhan tctapi scjauh sealiran air susu ibunya. Iiwa manusia bcrclasi dengan alam dan sesama sccara lcbih luas. Tidal: hanya itu, jiwa manusia juga berelasi dcngan yang melampaai alam dan sesama, yaitu Allah. Rclasi manusia itu adalah sum bentuk rclasi sadar. Oleh karcna itu, hanya manusia Yang ba-

28

kesadaran, berkehendak, dan berpikir tentang dunia. Di sinilah posisi istimewa manusia, yakni membangun relasi sadar sccara horizontal dengan alam dan sesama, juga membangun relasi sa-

clar dan intensional secara vertikal dengan Allah. jadi, semua yang clisebut sebagai organisme terdiri atas tubuh dan jiwa yang herheda tingkatannya sesuai tanggung jawab clan relasinya. Ucapan Rene Descartes, eogito ergo sum (saya berpikir saya ada), seeara tidak langsung menunjukkan pengakuan aclanya jiwa yang melakukan pekerjaan berpikir dan berkesadaran tentangnya. Sejak era clua pemikir besar itu, tliskusi tentang apakah manusia hanya bertubuh, yang diperkirakan terdiri atas 37 triliun sel itu, ataukah juga berjiwa, yang dengannya selnya menjadi hidup, masih terus berlanjut. Namun, buku ini tidak akan ikut ambil bagian secara detail dalam perdebatan itu. Yang jelas, tulisan ini menganut panclangan dualistis, yang mengakui bahwa manusia sebagai soul-body unity organism, mengikuti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas (Lih. Michael Potts, cs., Beyond Brain Deat/9, Fae Case Against Brain Based Criteria for Human Deat/9, 2001). Tulisan ini bahkan cenderung menegaskan bahwa manusia terdiri atas tubuh, jiwa, dan spirit. Seperti yang tertulis pada Alkitab, Yoh. 20:22, “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus.’” Ayat ini menggambarkan bahwa di dalam diri manusia yang hiclup dan berjiwa tersedia ruang untuk spirit. Ketika ucapan ini pertama kali clitujukan kepada para murid Yesus, kemuclian di dalam diri para murid berdiamlah Spirit (Roh Kuclus). Yang beriman mengikuti hidup para murid juga semestinya menerima spirit yang sama. Di clalam diri manusia juga berdiam jiwa dan spirit. Demikian juga dengan pengalaman langsung sejumlah ma-

nusia yang menunjukkan bahwa di clalam diri manusia Allah menganugerahi spirit atau roh. Kehadiran spirit itulah yang menjadikannya lebih dari sekadar hiclup, yakni hidup yang mengandung misi dan tujuan spesifik. Kehadiran spirit sekaligus mengangkat derajat jiwa manusia lebih dari derajat jiwa vege-

Related Documents


More Documents from ""