Veronika Simanjuntak

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Veronika Simanjuntak as PDF for free.

More details

  • Words: 3,662
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sudah menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat melihat banyaknya para pekerja di sebuah organisasi/perusahaan tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam memenuhi kewajibannya sebagai seorang pekerja/karyawan. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar manusia yang akan melakukan hal-hal negatif bila dirinya tidak diawasi oleh pimpinan pada saat bekerja, sehingga akan berdampak kepada pencapaian tujuan yang tidak efektif dan efisien. Hal yang sama juga terjadi pada instansi-instansi pemerintahan, para pegawainya banyak yang melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Kurangnya pengawasan oleh para pimpinan menjadi salah satu penyebabnya, sehingga produktivitas para pegawai pemerintahan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pelaksana pengawasan dalam hal ini pimpinan dalam suatu organisasi/instansi harus dapat menggerakkan dan memotivasi para pegawainya, karena hal itu dapat mempengaruhi prestasi kerja para pegawainya. Mendayagunakan pegawai secara tepat, memotivasi dan mengkoordinasikan mereka dengan baik akan meningkatkan

produktivitas

kerja

pegawai

yang

selanjutnya

meningkatkan

kemampuan instansi untuk merealisasikan tujuannya, sehingga instansi tersebut dapat tumbuh dan berkembang.

Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan yang berjudul “Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara”. Peningkatan produktivitas para pegawai di instansi pemerintahan khususnya dalam hal ini pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara. Merupakan hal yang menarik untuk ditelusuri. Dari hasil pengamatan penulis pada saat melaksanakan magang pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara pada saat yang lalu sudah menunjukkan hal yang menggembirakan, sehingga penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh pengawasan pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara.

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan mengenai identifikasi masalah yang ada sebagai berikut : 1. Produktivitas pegawai sudah cukup baik. 2. Pengawasan yang dilaksanakan instansi yang terkait belum efektif sehingga mempengaruhi produktivitas kerja pegawai.

C. Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah dan mengakibatkan tidak tepatnya sasaran yang diharapkan. Masalah yang dibahas perlu dibatasi pada

pengaruh

pengawasan

terhadap

produktivitas

kerja

pegawai

pada

Dinas

Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara terhadap produktivitas kerja pegawai.

D. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara”?

E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk melihat peran dan pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui permasalahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.

F. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan adalah : 1. Bagi penulis, sebagai sarana memperluas cakrawala berfikir dan melatih penulisan ilmiah bagi penulis dalam bidang manajemen yang di tekuni di Perguruan Tinggi. 2. Bagi perusahaan, diharapkan sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam menghadapi masalah. 3. Bagi pembaca, sebagai sarana informasi dan perbandingan untuk mengadakan penelitian yang sama di masa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan Dan Tujuan Pengawasan Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang memantau terwujudnya yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam perencanaan. Dengan demikian fungsi pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Pengawasan harus melihat ke depan hal-hal lalu perlu dipelajari. Seorang pimpinan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi. Dia harus menjadi salah satu fungsi manajemen yang memantau terwujud suatu sasaran yang telah di tentukan sebelumnya. Itu berarti bahwa pengawasan bukanlah sekedar mengawasi tetapi sedapat mungkin membandingkan hasil pekerjaan yang telah di laksanakan dengan standar yang ditetapkan. Disini dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian dari pengawasan. Menurut Schermerhon dalam Sule (2005:317) Pengertian pengawasan adalah: “proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut”.

Menurut Mockler dalam Sule (2005:318) mengemukakan “pengawasan dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan”. Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa pengawasan merupakan kegiatan pengamatan dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan kerja yang telah ditetapkan, apabila terjadi penyimpangan akan dapat segera diketahui dengan cepat sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan. Maksud pengawasan adalah agar keputusan yang telah dibuat/direncanakan, sungguh-sungguh dapat di jalankan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan sebagainya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:242) tujuan pengawasan, antara lain : 1. supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana. 2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpanganpenyimpangan (deviasi).

3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya. Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Jadi, pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efisien. Menurut Manullang (2004:173) menyatakan tentang tujuan pengawasan : “pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahankelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan tersebut diambil tindakan untuk memperbaiki baik pada waktu itu maupun pada waktu yang akan datang”. Dari uraian di atas, dapat di ambil pengertian dan tujuan pengawasan yang terkandung didalamnya, antara lain : 1. Tujuan utama pengawasan adalah untuk mengusahakan agar apa yang direncanakan dapat menajadi kenyataan. 2. Pengawasan itu dimaksudkan bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan bawahan semata-mata akan tetapi merupakan tindakan preventif (pencegahan) dan korektif (perbaikan) untuk menghindari agar bawahan tidak membuat kesalahan lagi. 3. Pengawasan dan perencanaan mempunyai hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan dan saling isi. Tanpa adanya perencanaan, pengawasan tidak bisa dilakukan karena perencanaan itu sebagai dasar, alat atau standar untuk

melaksanakan pengawasan, disini ditetapkan apa yang telah menjadi dan bagaimana cara untuk mendapatkan tujuan tersebut. Tanpa adanya pengawasan tidak akan diketahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan kerja dan kemampuan organisasi untuk merealisasikan tujuannya.

2. Asas-Asas Dan Jenis-Jenis Pengendalian Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel dalam Hasibuan, Malayu SP (2005:243) mengemukakan asas-asas pengendalian dapat dibagi atas beberapa jenis : 1. Asas tercapainya tujuan, artinya pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpanganpenyimpangan dari rencana. 2. Asas efisiensi pengendalian, artinya pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan. 3. Asas tanggung jawab pengendalian, artinya pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manajer/pimpinan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana. 4. Asas pengendalian terhadap masa depan artinya pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang. 5. Asas pengendalian langsung, artinya teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer bawahan yang berkualitas baik.

6. Asas refleksi rencana, artinya pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana. 7. Asas penyesuaian dengan organisasi, artinya pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. 8. Asas pengendalian individual, artinya pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer/pimpinan. 9. Asas standar, artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai. 10. Asas pengendalian terhadap strategis, artinya pengendalian efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan. 11. Asas kekecualian artinya, efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian. 12. Asas pengendalian fleksibel artinya, pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana. 13. Asas peninjauan kembali artinya, sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan. 14. Asas tindakan artinya, pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan directing.

Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:244) mengemukakan beberapa jenis pengendalian, jenis-jenis pengendalian antara lain : 1. Pengendalian karyawan (Personel Control) Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan. 2. Pengendalian keuangan (Financial Control) Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggarannya. 3. Pengendalian Produksi (Produktion Control) Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya. 4. Pengendalian Waktu (Time Control) Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana. 5. Pengendalian Teknis (Technical Control) Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan. 6. Pengendalian Kebijaksanaan (Policy Control) Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijakankebijakan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.

7. Pengendalian Penjualan (Sales Control) Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan. 8. Pengendalian Inventaris (Inventory Control) Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang. 9. Pengendalian Pemeliharaan (Maintenance Control) Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apakah kerusakannya, dan apakah masih bisa diperbaiki atau tidak.

3. Proses Dan Cara-Cara Pengendalian Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:245) proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut : 1.

Menentukan

standar-standar

yang

akan

digunakan

sebagai

dasar

pengendalian/pengawasan. 2.

Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.

3.

Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.

4.

Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan

dianalisis kembali, apakah sudah benar-benar realistis atau tidak. Jika belum benar-benar realistis maka rencana itu harus diperbaiki. Seorang manajer/pimpinan harus mempunyai berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses kontrol/pengawasan. Menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:245) mengemukakan bahwa cara-cara pengendalian/pengawasan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer/pimpinan. Manajer/pimpinan memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan. Untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilhasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. Pengawasan langsung memiliki kebaikan dan keburukan dalam pelaksanaannya. Kebaikannya : a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga perbaikannya dapat dilakukan dengan cepat. b. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan, sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan bawahannya. c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena bawahan merasa diperhatikan oleh atasannya. d. Akan tertampung sumbangan fikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijakan perusahaan/organisasi selanjutnya.

e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan yang kadang-kadang kurang objektif, karena adanya kecenderungan untuk melaporkan yang baikbaik saja. Keburukannya : a. Waktu seorang manajer/pimpinan banyak tersita, sehingga waktu untuk pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan dan lain-lainnya. b. Mengurangi inisiatif bawahan, karena mereka merasa bahwa atasannya selalu mengamatinya. c. Ongkos/biaya semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainnya. 2. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai. Kebaikannya : a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan dan lain-lainnya. b. Biaya pengawasan relatif kecil. c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan. Keburukannya : a. Laporan yang diberikan kadang-kadang kurang objektif, karena adanya kecenderungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.

b. Jika

ada

kesalahan-kesalahan

terlambat

mengetahuinya,

sehingga

perbaikannya pun juga terlambat. c. Kurang menciptakan hubungan yang erat antara bawahan dengan atasannya. 3. Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara mengkombinasikan pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung oleh manajer.

4. Sifat Dan Waktu Pengendalian Sifat dan waktu pengendalian menurut Hasibuan, Malayu SP (2005:247) dapat dibedakan atas : 1. Preventive Control, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive Control ini dilakukan dengan cara : a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan. b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu. c. Menjelaskan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu. d. Mengorganisasi segala macam kegiatan. e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap karyawan. f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan. 2. Repressive Control, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive Control ini dilakukan dengan cara : a. Membandingkan antara hasil dengan rencana. b. Menganalisis sebab yang menimbulkan kesalahan yang mencari tindakan perbaikannya. c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika diperlukan akan dikenakan sanksi/hukuman kepadanya. d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada. e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana. f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training atau education. 3. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan maka segera diperbaiki. 4. Pengendalian berkala, adalah pengendalian dilakukan secara berkala, misalnya perbulan, persemester, dan lain-lain. 5. Pengendalaian mendadak (Sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. 6. Pengendalian melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian yang dilakukan secara integrative mulai dari sebelum, pada saat dan sesudah kegiatan dilakukan.

5. Macam-Macam Pengendalian 1. Internal Control (Pengendalian Intern) adalah pengendalian yang dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya. 2. External Control (Pengendalian Ekstern) adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar. 3. Formal Control (Pengendalian Resmi) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern. 4. Informal Control (Pengendalian Konsumen) adalah penilaian yang dilakukan oleh masyarakat atau konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

A. Produktivitas Kerja 6. Pengertian Produktivitas Kerja Ruang lingkup pengertian dan penghayatan produktivitas perlu kita pahami secara lebih mendalam. Karena produktivitas sangat vital artinya demi suksesnya perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dimana manusia sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan motor penggerak terhadap faktor-faktor produksi lainnya. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input perusahaan industri dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas adalah suatu gabungan sumber (input). Dengan demikian sama dengan jumlah barang-barang atau jasa (input) yang dihasilkan dari sumber tersebut.

Pada dasarnya produktivitas ini dapat didefinisikan sebagai berikut : “produktivitas adalah ukuran efisiensi ekonomis yang mengikhtisarkan nilai dari output relatif terhadap nilai dari input yang dipakai untuk menciptakannya”. (Ricky W. Griffin, 2004:213). Menurut Manullang (2004:105) “Produktivitas adalah antara output dengan input dimana out put nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik”. Dalam setiap usaha baik usaha perorangan, usaha segolongan warga negara maupun masyarakat selalu ada kecenderungan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Walaupun motivasi mendorong peningkatan produktivitas kerja yang berbeda-beda dari suatu perusahaan lainnya. Produktivitas mengutamakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam produktivitas juga diartikan sebagai berikut : 1. Perbandingan antara kumpulan jumlah keluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan umum. 2. Perbandingan antara ukuran harga bagi pemasukan dan hasil. Berdasarkan definisi diatas maka produktivitas menunjukkan adanya perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan yang telah diberikan. Pengorbanan itu bukan hanya tenaga kerja tetapi turut faktor produksi lainnya. Antara lain modal dan keahlian. Produktivitas yang rendah akan menimbulkan in-efisien dalam penggunaan tenaga kerja yang sekaligus merupakan pemborosan bagi suatu perusahaan. Oleh sebab itu peranan karyawan dan pimpinan sangat menentukan produktivitas suatu perusahaan.

7. Level-Level Produktivitas Yang dimaksud level produktivitas adalah unit-unit analisis yang dipakai untuk menghitung atau mendefinisikan produktivitas. a. Produktivitas Agregat adalah level produktivitas total yang dicapai sebuah negara. b. Produktivitas Industri adalah total yang diraih oleh semua perusahaan dalam industri tertentu. c. Produktivitas perusahaan adalah level produktivitas yang diraih sebuah perusahaan individual. d. Produktivitas Unit/produktivitas individual adalah mengaju kepada produktivitas yang diraih oleh sebuah unit atau departemen dalam organisasi dan oleh seorang pekerja tunggal.

8. Bentuk-Bentuk Produktivitas 1. Produktivitas faktor total adalah indikator yang menyeluruh tentang seberapa baik sebuah perusahaan memanfaatkan semua sumber daya seperti : tenaga kerja, modal, bahan baku dan energi untuk menciptakan semua produk dan jasanya. Produktivitas faktor total didefinisikan oleh formula berikut : Pr oduktivitas =

Output Input

kelemahannya : semua elemen mesti di ekspresikan dalam hal yang sama. Uang/sulit untuk menambahkan jam kerja pekerja dengan jumlah unit bahan baku dalam cara yang

tepat dan produktivitas faktor total tidak menyediakan wawasan yang sempit tentang bagaimana situasi dapat diubah untuk menaikkan produktivitas. Konsekuensinya sebagian besar organisasi lebih suka menghitung rasio produktivitas parsial. 2. Produktivitas Parsial Rasio semacam ini hanya menggunakan 1 kategori sumber daya sebagai contoh : Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus sederhana berikut : Produktivitas tenaga kerja =

output tenaga ker jalangsung

Metode ini memiliki 2 keunggulan antara lain : 1. Tidak perlu mengubah satuan input kesatuan yang lain. 2. Metode ini menyediakan wawasan khusus kepada manajer tentang bagaimana pengubahan berbagai input sumber daya mempengaruhi produktivitas. Signifikansi dari produktivitas di mata manajer merupakan hal yang penting bagi perusahaan mereka untuk memiliki level produktivitas tinggi dikarenakan produktivitas perusahaan merupakan faktor penentu level profitabilitas dan kemampuan perusahaan untuk survival (bertahan hidup). Meningkatkan produktivitas caranya antara lain adalah : 1. Memperbaiki operasi, salah satu cara yang bisa dipakai perusahaan untuk memperbaiki operasi adalah dengan melakukan pengeluaran lebih banyak untuk lit bang (R & O).

Pengeluaran ini akan membantu perusahaan menemukan produk-produk baru, aplikasi-aplikasi baru untuk produk-produk lama dan metode baru untuk membuat produk, menilai kembali dan merenovasi fasilitas-fasilitas transformasi. 2. Meningkatkan keterlibatan karyawan. Seorang pekerja individual diberikan kebebasan lebih besar menyangkut cara dia. Melakukan pekerjaannya, kesepakatan kerja sama formal antara manajemen dengan pekerja dan partisipasi total di seluruh organisasi. Contoh : GE menghilangkan sebagian posisi supervisor kepada pabrik circuit breaker barunya dan mengalihkan pengendalian kepada para pekerja sendiri. Metode lain dengan meningkatkan fleksibilitas dari tenaga kerja organisasi dengan melatih karyawan untuk melakukan beberapa pekerja berbeda.

B. Hipotesis Menurut Widayat dan Amirullah (2002:30) “hipotesis diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan, dan jawaban itu masih akan diuji secara empiris kebenarannya”. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat penulis kemukakan adalah : “Ada pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara”.

C. Kerangka Konseptual/Paradigma Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan kerangka berpikir (paradigma penelitian) sehingga dapat diketahui dengan jelas arah dari penelitian tersebut serta hubungan antara variabel yang diteliti. Pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan usaha sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam perencanaan. Pengawasan harus melihat ke depan walaupun hal-hal yang lalu perlu dipelajari. Itu berarti bahwa pengawasan bukanlah sekedar mengawasi tetapi sedapat mungkin membandingkan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawasan yang ketat dari pihak pimpinan maka pegawai akan disiplin dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan yang diinginkan yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Menurut Hasibuan (2005:216) “Pengawasan efektif merangsang moral kerja pegawai, karena pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan petunjuk pengarahan-pengarahan dan pengawasan dari atasannya. Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai dapat dilihat dengan paradigma penelitian sebagai berikut : Gambar Paradigma Penelitian Pengawasan (X)

rxy

Produktivitas Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara di Jalan Setia Budi Pasar II No. 84 Tanjung Sari Medan. 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah “Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara”. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini penulis merencanakan mulai bulan Februari 2009 sampai dengan selesai. Tabel 1 . Jadwal Penelitian No 1 2 3 4 5

Kegiatan Persiapan Penelitian Pembuatan Seminar Penelitian Survey (Pengolah Data) Penyusunan Konsep Penelitian Penyusunan Skripsi

I

Februari II III IV

I

Maret II III

IV

I

April II III IV

1. Populasi dan Sampel 4. Populasi Menurut Widayat (2002:203) “Populasi adalah merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti”. Merujuk pada pendapat diatas, populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 140 orang. 5. Sampel Sampel adalah suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih dalam penelitian. Untuk menemukan sampel digunakan pendekatan suharsimi yang dikutip Widayat (2002) “Apabila objek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi”. Selanjutnya jika jumlah objek penelitian lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15 % atau 20-35 % atau lebih. Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang, maka penulis mengambil sampel sebanyak 35 orang pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara.

B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Daftar pertanyaan (Questioner) adalah metode pengumpulan data yang membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket dan ditujukan kepada para pegawai di objek penelitiannya itu Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara

dengan menggunakan metode Likert Summated Rating (LSR) dengan bentuk checklist, dimana setiap pertanyaan mempunyai 5 (lima) opsi sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : Pernyataan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Sangat tidak setuju

Bobot 5 4 3 2 1

2. Wawancara (interview), yaitu tanya jawab pada pihak yang mempunyai wewenang untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 3. Studi dokumen yaitu mempelajari data yang ada dalam perusahaan dan berhubungan dengan penelitian ini misalnya sejarah Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, struktur organisasi, uraian tugas, pengawasan kerja yang dilakukan dan lain sebagainya. 4. Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

C. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kuantitatif, yakni menguji dan menganalisis data dengan perhitungan angka-angka

dan kemudian menarik kesimpulan dari pengujian tersebut, dengan rumus-rumus sebagai berikut : 1. Korelasi Product Moment rxy =

{n∑ x

n∑ xy − ( ∑ x )( ∑ y ) 2

− (∑ x)

2

}{n∑ y

2

− (∑ y)

2

}

(Sugiyono, 2002:182)

dimana : rxy

: Koefisien Korelasi antara x dan y

∑x

: Nilai skor pengawasan

∑y

: Nilai skor Produktivitas Kerja

( ∑ x ) : Jumlah kuadrat pengamatan variabel x 2

( ∑ y ) : Jumlah kuadrat pengamatan variabel y 2

∑ xy

: Jumlah pengamatan variabel x dan y

n

: Jumlah sampel

2. Uji t yaitu : t=

r n−2 1− r2

(Sugiyono, 2002:180)

3. Koefisien Determinasi D = rxy 2 .100% (Sudjana, 2002:370)

Related Documents