Variasi Berbagai Konsentrasi Daun Cemot.docx

  • Uploaded by: Winda Wijaya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Variasi Berbagai Konsentrasi Daun Cemot.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 827
  • Pages: 3
Variasi Berbagai Konsentrasi Daun Cemot (Passiflora foetida L.) Sebelum Inkubasi Terhadap Aktivitas Salmonella typhi Winda Wijaya1, Elsa Trinovita2, dan Austin Bertilova Carmelita3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya 73112, Indonesia; [email protected] Abstrak Latar Belakang: Penyakit demam tifoid merupakan penyakit menular endemik yang terjadi didaerah tropis termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang mengakibatkan infeksi akut pada saluran pencernaan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Kalimantan Tengah, masyarakat sering memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan yang terdapat disekitarnya sebagai obat herbal, salah satunya daun cemot sebagai terapi untuk pengobatan demam tifoid. Tujuan: Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun cemot (Passiflora foetida L.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan metode dilusi cair diukur dengan spektrofotometer. Metode: Pengujian aktivitas antibakteri Salmonella typhi mengunakan metode dilusi cair yang di ukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm. Konsentrasi larutan uji yang digunakan 6,4%, 3,2%, 1,6%, 0,8%, 0,4%. Sabagai kontrol positif menggunakan kloramfenikol 25 mg dan kontrol negatif digunakan pelarut DMSO. Hasil: Dari hasil pengujian Kesimpulan: Kata Kunci: Antibakteri, daun cemot, Salmonella typhi, Spektrofotometer

1. Pendahuluan Penyakit demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.1 Di Indonesia ada 900.000 kasus per tahun dengan 20.000 kematian.2 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa pravelensi demam tifoid klinis nasional sebesar 1,6% dan untuk wilayah Kalimantan Tengah mencapai 1,5%. Demam tifoid tersebar di seluruh kelompok umur dan prevelensi tifoid klinis banyak di temukan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahun) yaitu 1,9 % dan pada bayi rendah (0,8%).3 Salmonella typhi merupakan batang gram negatif, yang tidak memiliki spora, dapat bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intrasaluler dan anaerob.4 Salmonella typhi dapat ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Salmonella typhi akan masuk kedalam saluran pencernaan menembus epitel mukosa usus halus dan masuk ke aliran limfatik, kemudian masuk ke aliran darah dan mengeluarankan endotoksin sehingga terjadi infeksi yang ditandai dengan demam kepanjangan terutama pada malam hari, sakit kepala, mual, kehilangan napsu makan, dan sembelit atau kadang kadang diare. Gejala sering tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnya.4,5 Passiflora foetida L. adalah tanaman yang tumbuh di negara tropis salah satunya Indonesia. Tumbuhan ini memiliki bermacam nama sesuai daerah masing–masing seperti permot, rambusa, ceplukan, dan rajutan. Tanaman ini dapat di jumpai juga di Kalimantan Tengah dengan nama cemot. Tanaman cemot

Commented [WU1]: Sebelum masuk abstrajk cantumkan judul lalu penulis 1, 2 ,3 dan affiliasi Commented [WU2R1]: Commented [WU3R1]:

biasanya hanya dianggap sebagai tanaman liar yang tumbuh di hutan dan pekarangan rumah. Secara empiris tanaman cemot berkhasiat untuk batuk , sulit tidur (insomnia), menurunkan tekanan darah tinggi, scabies, antibakteri dan borok (ulcus) pada kaki. Diketahui daun cemot dengan ekstrak etanol mengandung senyawa sekunder yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin, terpenoid dan fenol.6 Dimana senyawa-senyawa sekunder tersebut memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan bakteri. Berdasarkan uraian diatas daun cemot memiliki banyak manfaat terutama dalam menghambat pertumbuhan bakteri, maka peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang dauh cemot (Passiflora foetida L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan metode dilusi cair yang diukur menggunakan spektrofotometer untuk menghitung konsentrasi hambat minimum (KHM). 2.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental design, yaitu jenis penelitian dimana peneliti akan mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini posttest control group design. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau, blender, neraca analitik, kain hitam, toples maserasi, rotary evaporator, batang pengaduk, kertas saring, gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung, corong, inkubator, laminar air flow, kertas, tabung erlenmeyer, alumunium foil, lidi kapas, autoklaf, lemari pendingin, mikro pipet, pipet hisap, pipet ukur, bunsen, jarum inokulasi (ose), dan spektrofotometer. Bahan yang digunakan pada penelitian ini daun cemot, kloramfenikol sediaan kapsul dengan dosis 500 mg, etanol 96%, dimethyl sulfoxide, larutan Mc Farland skala 0,5 (BaCl2 1%, H2SO4 1%), Larutan NaCl (0,9%), aquades, biakan Salmonella typhi. 2.1 Preparasi Sampel Daun cemot diambil daun ke empat dari pucuk dimana daun dipiling yang tidak rusak dan termakan oleh serangga atau binatang. Setelah dikumpulkan kemudian daun di cuci bersih dengan air mengalir dan dijemur di bawah sinar matahari selama 5 hari. Selama penjemuran daun di tutupi dengan kain hitam agar senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun tidak rusak terpapar matahari secara langsung. Setelah kering daun di haluskan dengan blender dan diayak sampai menjadi serbuk. 2.2 Ekstraksi Etanol Daun Cemot Daun cemot yang sudah menjadi serbuk direndam dengan etanol 96% dengan perbandingan 1 : 3. Dilakukan maserasi selama 1x24 jam sambil diaduk sesekali. Setelah selesai saring hasil meserasi

dengan menggunakan kertas saring sehingga didapatkan filtrate. Filtrat yang dihasilkan disaring lagi dengan menggunakan kertas saring. Lakukan perendaman simplisia dan penyaringan sebanyak 3 kali. Filtrat yang didapat kemudian dimasukan ke rotary evaporator dengan suhu 450C.

Ekstrak kental yang dihasilkan dibiarkan pada suhu ruangan. Ekstrak ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum digunakan untuk pengujian. 2.3 Uji Antibakteri / Penentu Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dua puluh empat tabung disterilkan 3.

Hasil dan Pembahasan

4.

Kesimpulan dan Saran

Related Documents


More Documents from "schuu lela"