Uswatun Hasanah-fu.pdf

  • Uploaded by: Deni Chan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uswatun Hasanah-fu.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 27,348
  • Pages: 109
STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN TENTANG HADIS DUSTA UNTUK MEMBUAT ORANG TERTAWA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh: USWATUN HASANAH 1113034000057

PROGRAM S 1 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

ABSTRAK Uswatun Hasanah: Studi Kritik Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta untuk Membuat Orang Tertawa Lisan berperan sebagai sarana untuk berkomunikasi kepada yang lainnya. Lisan juga termasuk kedalam nikmat Allah yang besar, Namun memiliki peran yang besar dalam kehidupan. Seseorang akan dapat terjerumus kedalam api neraka ataupun ke surga karena lidahnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan humor sehingga muncullah tawa yang sangat menyenangkan. Kegiatan tertawa merupakan sebuah kebiasaan yang biasa dilakukan untuk mencairkan suasana untuk merefreshingkan suasana agar tidak kaku. Namun, banyak terjadi kesalahan ketika seseorang ingin membuat orang lain tertawa. Salah satunya mengeluarkan kata-kata dusta yang tanpa disadari kegiatan tersebut sering dilakukan setiap hari. Dengan demikian lidah memiliki peran besar terhadap keselamatan manusia tersebut di akhirat ataupun di dunia. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Takhrij hadis dalam mengumpulkan hadis-hadis yang sesuai dengan tema dan penulis juga menggunakan penelitian kepustakaan dengan metode library Research, yaitu dengan menelaah beberapa literatur yang relevan dengan pokok pembahasan skripsi ini. Setelah melakukan kegiatan penelitian sanad dan juga matan hadis penulis berkesimpulan bahwasanya hadis tentang ancaman bagi orang yang melakukan berdusta, pada hadis pertama memiliki kualitas sahih baik dari segi sanad ataupun matannya, sedangkan, untuk hadis kedua, memiliki kualitas sanad daif tetapi, matan nya berkualitas sahih. Kendati demikian, hadis tersebut dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk menghindari perbuatan berdusta dengan tujuan agar membuat orang lain tertawa.

viii

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Ilahi atas rahmat dan hidayat-Nya serta inayah-Nya yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Studi Kritik sanad dan Matan Hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa”. Salawat dan salam yang tak terlupakan penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah banyak memberi pengajaran dan pelajaran agar manusia berada di jalan yang benar dan lurus dan senantiasa berada dalam keadaan nyaman dan juga selamat. Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, alḥamdulillāh dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.

3.

Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis dan Ibu Drs. Banun Bina Ningrum, M. Pd., selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

ix

4.

Ibu Dr.Faizah Ali Syibromalisi,MA, Selaku dosen pembimbing akademik.

5.

Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhususnya jurusan Tafsir Hadis yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mencurahkan dan mendidik pada saya selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.

6.

Bapak Dr.Bustamin,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan ilmu

dan

bimbingannya

selama

penulis

berada

di

bawah

bimbingannya. Juga melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, pemikiran baru, sehingga penulis ada gairah semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 7.

Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Arman dan ibunda Tri Yatmi, yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih, tak pernah lelah dan tak bosan dalam memberikan dukungan moral maupun materil, serta do’a dan semangat yang selalu membanjiri hati buah hatimu ini.

8.

Seluruh sahabat-sahabat Nur Izzah Fakhriah dan M. Fauzan yang telah memberikan support serta doanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9.

Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2013 terutama TH-B. Mudabbiroh, Siti Munawarah, Nurul Ihya, Nuzzulinna Azka R, Alfi Syahriyati, dan Ummu Hafidzah, terima kasih atas doa kalian

x

dan dukungan kalian yang semua nama-nama tidak saya sebutkan satu persatu. 10.

Seluruh teman-teman dari KKN SEGAR yang setia mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya.

11.

Terimakasih kepada Kakak Eka Napisah yang selalu memberikan motivasi kepada penulis ketika sedang merasa lelah dalam penulisan ini.

12.

Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis. Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan bahkan tidak menutup kemungkinan di dalamnya skripsi ini terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk penulis yang lebi baik lagi kedepannya dan harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah swt. selalu memberkahi dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini. Āmīn yā Rabb al-Ālamīn. Jakarta, 13 November 2017

Uswatun Hasanah

xi

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ii PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................................ iii PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. iv ABSTRAK ................................................................................................ viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ....................... 7 C. Tujuan Penulisan ................................................................. 8 D. Metodologi Penelitian ........................................................ 9 E. Kajian Pustaka .................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11

Bab II

KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA A. Konsep Islam Tentang Dusta 1. Pengertian Dusta ............................................................ 13 2. Bentuk-Bentuk Dusta ..................................................... 16 3. Pengaruh yang Timbul dari Dusta ................................. 20 4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian ......................... 20 5. Cara Meninggalkan Dusta ............................................. 20 B. Tinjaun Umum tentang Tertawa 1. Pengertian Tertawa ........................................................ 21 2. Etika Tertawa Rasulullah ............................................... 23

xii

3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam ........... 25 BAB III HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA A. Hadis - Hadis tentang Dusta dan Terjemahannya ............... 27 B. Hadis - Hadis tentang Tertawa dan Terjemahannya............ 36 BAB IV ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG BERDUSTA UNTUK MEMBUAT TERTAWA A. Teks Hadis dan Terjemahannya ......................................... 44 B. Kegiatan Takhrij al-Hadis .................................................. 45 C. I’tibar .................................................................................. 46 D. Pengertian Kritik Sanad dan Matan Hadis .......................... 47 1. Kritik Sanad Hadis .......................................................... 48 2. Kritik Matan Hadis ........................................................ 48 E. Kritik Hadis tentang Ancaman Terhadap Orang yang Berdusta untuk Membuat Tertawa ..................................... 49 Bab V

PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 90 B. Saran ................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 92

xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat sering menyisipkan humor1 dalam komunikasi sehari-hari. Komunikasi yang disisipi humor seringkali memiliki makna lebih yang ingin disampaikan oleh penutur. Bahkan, saat ini masyarakat telah menempatkan humor sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupannya. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya acaranya televisi yang menayangkan hal tersebut di Indonesia. Saat ini program acara televisi banyak menyajikan program acara yang beragam. Pada hakikatnya televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang berfungsi untuk menghibur dan memberi informasi kepada khalayak sesuai dengan fungsi komunikasi masa. Secara garis besar fungsi dari komunikasi massa menurut Onong Effendi2 mengatakan bahwasanya ada 3 yaitu menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain).”3 Menyenangkan perasaan orang yang sedang kesusahan termasuk bagian dari menghibur dan meringankan musibah orang lain. Biasanya orang suka bersenda gurau wajahnya selalu kelihatan muda, simpati dan menyenangkan di mana- mana tidak pernah kelihatan murung, sebaliknya ia 1

Rangsangan verbal atau visual yang secara langsung dimaksudkan dapat memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya, Abdul Chaer, Ketawa-Ketiwi Betawi(Depok: Masup Jakarta, 2007), Hal: 5. 2 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. adalah salah satu tokoh Ilmu Komunikasi di Indonesia. 3 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam(Ciputat:Pt. Logos Wacana Ilmu,1999) Hal: 23.

1

2

selalu periang. Apalagi sampai menangis, susahpun seakan-akan belum pernah dialaminya. Namun, bersenda-gurau dalam segala agama ada yang membolehkan dan ada juga yang melarang. Dalam bersenda-gurau ada hal yang tercela dan yang terlarang menurut agama ialah yang dilakukan secara terus-menerus dan melampaui batas. Oleh karena itu, hal tersebut dilarang, dikarenakan ia akan sibuk membuat permainan yang dapat menertawakan orang atau mencari halnya yang dianggap orang lucu.4 Adapun

bersenda-gurau

yang

melampaui

batas

itu

dilarang

dikarenakan akan menyebabkan senantiasa ketawa dan mungkin akan menyebabkan perasaan yang tidak enak dalam hati orang yang tersinggung atau merasa tersindir atas lelucun yang kita perbuat. Senda gurau ada yang diperbolehkan yaitu senda gurau yang sunyi dari keadaan-keadaan sebagaimana yang tersebut, maka tidaklah tercela sama sekali. Siapapun dapat mengerjakan senda gurau yang baik asalkan diusahakan benar-benar dan tidak pula mengatakan selain yang tidak benar. Akan tetapi, tujuan dari bersenda gurau hanyalah agar orang-orang tertawa dan jika mereka telah dapat dibuat tertawa, maka gembiralah hati pembuat lelucon tadi. Terdapat sebuah kekeliruan yang besar yaitu ketika seseorang menganggap sendau gurau itu sebagai suatu karya. Seseorang akan terus menerus berbuat sedemikian rupa dan sampai melampaui batas yang ada. Apabila kita bersendau gurau dan dapat mekukan yang baik-baik serta tidak

4

Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 155.

3

ada ucapkan melainkan yang benar, maka itulah yang tidak memiliki larangan dan juga tidak berdosa. Etika di dalam bersendau gurau sebaiknya mengandung hal yang benar dan tidak terdapat didalamnya mengandung dusta.5 Hendaknya di dalam bersenda gurau tersebut tidak mengada-ada atau terdapat dusta tentang ceritacerita yang hanya bertujuan untuk membuat tertawa. Rasulullah SAW melarangnya, hal tersebut sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi:

‫ال‬ َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيه ق‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَه ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ََِسعت رس‬ ‫ك بِِه الْ َق ْوَم َويْ ٌل‬ ُ ‫صلَّى َسلَّ َم يَ ُق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬ َُ ُ ْ 6 ُ‫لَهُ َويْ ٌل لَه‬

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.". 7

Dalam bersenda gurau haruslah melihat kondisi ataupun kepada siapa ia akan bersendau gurau. Maka dengan itu di dalam bersenda gurau tidak boleh terdapat unsur-unsur yang menyakiti perasaan orang lain. Adapun ketika bersenda gurau pula sebaiknya tidak dilakukan kepada orang yang lebih tua daripada kita. Ataupun kepada orang-orang yang tidak dapat bersenda gurau. Sebaiknya tidak terlalu memperbanyak senda gurau karena itu akan mengakibatkan seseorang akan dianggap rendah oleh orang lain.8 Rasulullah

5

TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik , 101 Dosa Besar(Jakarta:Qultum Media, 2004), Hal:

146. 6

Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Daud(Beirut:Daral Kitab al-Arabi), Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539. 7 Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA 8 Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, IAIN Raden Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001, Hal. 17-18.

4

SAW bersabda tentang orang- yang mau meninggalkan dusta untuk membuat tertawa dengan balasan rumah di surga. Yakni :

ٍ‫حدَّثَنا عقبة بن م َكر‬ ٍ ‫ي حدَّثَنَا ابن أَِِب فُ َدي‬ ِ ‫ال َح َّدثَِِن َسلَ َمةُ بْ ُن‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ْ ْ َ َ‫ك ق‬ ُّ ِّ ِّ ُ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ ُّ ْ ْ ْ َ َ َ ُ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن تَ َرَك‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ول اللَّه‬ َ ْ ِ َ‫َوْرَدا َن اللَّْيث ُّي َع ْن أَن‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ِ ‫الْ َك ِذب وهو ب‬ ِْ ‫ض‬ ِ ِ َ‫اط ٌل بُِِن لَهُ ِِف َرب‬ ِ ِ ‫ِن لَهُ ِِف َو َس ِط َها‬ َ ََُ َ َ َ ُ‫اْلَنَّة َوَم ْن تَ َرَك الْمَراءَ َوُه َو ُُم ٌّق ب‬ 9 ِ ‫ِن لَهُ ِِف أ َْع ََل َها‬ َ ُ‫َوَم ْن َح َّس َن ُخلَُقهُ ب‬ “Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu Al Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia berkata, Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.10

Dalam bersenda gurau tersebut maka akan menimbulkan tawa. Tawa adalah ciri dari manusia, dalam arti bahwasanya yang tertawa hanyalah manusia. Tawa tersebut terjadi karena adanya sebuah ulah atau sikap manusia, atau hal-hal lain yang dihubungkan dengan manusia. Biasanya tawa lebih banyak terjadi jika objek dihadapan atau dilihat oleh lebih dari seseorang ketimbang jika hanya dilihat seorang diri. Manusia tertawa karena merasa senang terhadap orang lain dan ingin menunjukkan rasa bangga terhadap orang lain. Sifat yang demikian tersebut merupakan tabiat asli yang menghiasai kehidupan manusia sehari-harinya.11 Humor dalam kehidupan memiliki kualitas insani yang berdampak positif bagi 9

Abu Daud Sulaeman al-Sajastani,Sunan Abu Daud(Beirut:Daaral Kitab al-Arabi), Kitab:Adab, Bab:Teguran Keras dari Dusta, Hal:539. 10 Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA 11 Abdul Majid S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah(Jakarta:Gema Insani Press, 2004), Hal: 23.

5

kesehatan fisik dan juga mental bagi manusia. Humor sangat penting dalam kehidupan manusia, karena humor memicu seseorang untuk tersenyum dan tertawa. Senyum dan tawa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa manusia. Saat ini telah banyak peneliti yang telah menemukan berbagai manfaat yang dihasilkan dengan humor. Humor dapat mengurangi tingkat kecemasan dan juga stress bagi individu, meningkatan kesehatan mental, dan juga membuat seseorang dapat berkreativitas. Ada masyarakat, bahkan seseorang yang dikenal sebagai humoris. Namun, ada juga yang tidak demikian. Kelucuan selalu mengena dengan halhal yang tidak wajar atau umum. Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia normal yaitu dengan adanya kelucuan maka akan menghibur. Hiburan merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya. Pada dasarnya manusia itu diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai macam watak dan juga perilaku. Kita tidak dapat menyalahkan seseorang yang memiliki kegemaran terhadap orang yang suka terhadap humor. Dengan demikian, tertawa merupakan fitrah bagi setiap manusia, yang tidak diberikan kepada ciptaan yang lainnya. Tertawa dapat mendatangkan kesehatan, yaitu dengan tertawa yang lahir dari perasaan yang rela, riang dan gembira. Dengan kata lain bahwasanya ketika tertawa tersebut dilakukan dengan tarikan nafas yang teratur dan tidak tertawa yang berlebihan yaitu dengan terbahak-bahak. Tertawa juga merupakan suatu olahraga yang menyegarkan paru-paru, melancarkan

6

peredaran darah kelenjar-kelenjar buntu serta menyegarkan anggota tubuh. Dengan tertawa juga dapat memanjangkan umur dan menyehatkan badan. 12 Rasulullah SAW mengatakan bahwasanya sebaiknya ketika dalam bergurau lebih baik meningalkan kedustaan dalam gurauanya tersebut. Hal ini sesuai dengan sabda Rasullullah SAW yaitu:

ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُ َذي ٍن َعن مكْح‬ ‫ول َع ْن أَِِب‬ َ ْ ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ‫اْلميَا َن ُكلَّهُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ َ َ‫ُهَريْ َرَة ق‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ 13 ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬ ِ ‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ َ َُ Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar. "14

Amin berkata “seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang ada di apotik, dan ia cukup mengobatinya dengan tertawa. Satu tawa lebih baik dari seribu kali aspirin dan pil penenang.Orang yang banyak tersenyum akan melihat kesulitan-kesulitan hidup dengan tenang, untuk kemudian mampu mengalahkan kesulitankesulitan itu.15

12

Majid S, Abdul, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah (Jakarta:Gema Insani Press,2004), Hal: 31. 13 Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal Al-Syaybānî,, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub,1971), Kitab:Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Juz: 2, Hal:352. 14 15

Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA Iwan Marwan , Rasa Humor dalam Perspektif Agama(Buletin Al-Turas 19.2 (2013)

7

Dengan demikian, keberadaan humor sebagai sarana hiburan sangatlah penting. Humor dapat tampil mantap sebagai penyegar pikiran dan sekaligus sebagai penyejuk batin, dan sebagai penyalur uneg-uneg. Humor dapat juga memberikan sesuatu wawasan yang arif dengan tampilan yang menghibur. Adapun alasan penulis memilih judul ini karena fenomena saat ini perihal stand up yang disingungkan dengan isi matan hadis tersebut, maka perlu diadakan penelitian matan untuk mengetahui lebih dalam tentang matan hadis tersebut. Untuk lebih dalam memahami hadis, maka sebelumnya dilakukan penelitian sanad, dikarenakan hadis tersebut tidak terhimpun di dalam kitab-kitab hadis yang tingkatannya sahih yaitu sahih Bukhari dan juga sahih Muslim. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang “Studi Kritik Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta untuk membuat orang tertawa”. B. Identifikasi , Batasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan

pembahasan

latar

belakang

permasalahan,

dapat

diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Apa yang dimaksud dengan dusta ? b. Apa macam-macam bentuk dusta ? c. Bagaimana pengaruh yang timbul dari dusta ? d. Bagaimana cara mengobati penyakit dusta? e. Bagaimana pengaruh dusta terhadap kepribadian? f. Bagaimana cara meninggalkan dusta ? g. Apa yang dimaksud dengan tawa? h. Bagaimana tertawa Rasulullah?

8

i. Apa yang bahaya tertawa menurut pandangan Islam ? j. Bagaimana kualitas hadis-hadis tentang ancaman terhadap orang yang berdusta untuk menimbulkan tawa? 2. Pembatasan Masalah Dari uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana kualitas hadits larangan dusta untuk orang lain tertawa ruang lingkup penulisan ini hanya mencangkup tentang berdusta dan juga tentang tertawa. Hadis- hadis yang akan diadakan penelitian terbatas pada hadits-hadits yang dirujuk dalam kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan juga kitab-kitab takhrij lainnya yang berada di dalam kitab al-Kutub al-Tis’ah. Untuk lebih terarahnya pembahasan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 3. Perumusan Masalah a. Bagaimana kualitas sanad dan matan tentang ancaman orang berdusta hanya untuk membuat orang tertawa?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis. 2. Untuk menggali kandungan hadis tentang Ancaman terhadap orang berdusta hanya untuk tertawa. 3. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan kaum muslimin pada umumnya.

9

4. Untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan gelar sarjana strata satu (SI) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Metodologi Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian skripsi ini, yaitu : 1. Metode Pengumpulan data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, merumuskan masalah dengan menggunakan sumber-sumber primer yaitu dengan kitab-kitab hadis al-Kutub at-Tis’ah, penulis juga menggunakan kitab-kitab kamus hadis seperti al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi alHadῖts al-Nabawῖ,Miftâh Kunûz al-Sunnah, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs alNabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf dan kitab-kitab yang laiinya yang berkenaan dengan masalah yang penulis angkat dan dapat dijadikan sebagai rujukan sekunder. Selain dengan kitab-kitab tersebut penulis juga menggunakan aplikasi hadis yaitu Lidwa dan juga alMaktabah al-Syâmilah. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang ditempuh penulis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut : Pertama, melakukan takhrij hadis, dengan menggunakan kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs alNabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf Kedua, mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk kepada kitab asli yang telah ditunjukkan oleh kitab kamus.

10

Ketiga, Memaparkan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya pendukung yang berstatus muttabi’ atau yang bersifat syawahid. Keempat. Melakukan penelitian sanad ( kritik sanad ) dari data yang diambil dari kitab-kitab rijal al-Hadis seperti Tahdzîb al-Kamal ataupun Tahdzîb al-Tahdzîb, dan lain-lain. Kegiatan ini untuk menentukan kedudukan hadis melalui kegiatan penelitian kepribadian para perawinya. Kelima, melakukan kegiatan penelitian matan hadis dari hasil penelitian sanad tersebut dan membandingkan hadis tersebut dengan al-Qur’an dan hadis. Keenam, Memberikan kesimpulan dari kegiatan penelitian tersebut dan memberikan pesan penting dari hadis tersebut. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku yang berjudul “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013”. E. Kajian Pustaka Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan orang atau memiliki unsur kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat judul yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada. Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah ditemukan beberapa penelitian sebelumnya. Yaitu:

11

1. Skripsi Amir Mumin Solihin, tentang “Etika Komunikasi Lisan menurut al-Qur’an: Kajian Tematik” pada tahun 2011, skripsi ini hanya mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan etika komunikasi lisan. 2. Skripsi Damanhuri,“ Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis dalam KItab Nasa’ih al-‘Ibad Pada Bab al-Suba’î tentang Larangan Tertawa” pada tahun 2007, skripsi ini membahas tentang hadis-hadis tentang tawa. 3. Iwan Marwan, yang menulis tentang “Rasa Humor dalam Perspektif Agama” di Buletin Al-Turas isi di dalam bulletin itu memfokuskan pada etika humor Rasulullah, 4. Buku

karya

Imam

al-Ghazali,

“Bahaya

Lidah”,ter.Zainuddin,

(Jakarta:Bumi Aksara,1994), isi dalam buku ini membahas semua aspekaspek yang timbul dari lidah. Dari tinjauan diatas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi ini berbeda dengan karya tersebut, karena penulis melakukan kegiatan kritik sanad dan matan untuk mengungkap kualitas hadits. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklarifikasi menjadi lima bab dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang setiap sub saling berkaitan. Sistematika penulisan tersebut berikut ini: Bab pertama diawali dengan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sitematika penulisan.

12

Pada bab ini akan memberikan gambaran singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Bab kedua berisikan tinjauan umum tentang Dusta dan tertawa yang meliputi: Pengertian dusta, bentuk-bentuk dusta, Pengaruh yang timbul dari dusta, Pengaruh dusta terhadap kepribadian dan cara untuk meninggalkan dusta, Pengertian tentang tertawa, Etika tertawa Rasulullah,dan bahaya tertawa dalam pandangan islam, Bab ketiga tinjauan umum tentang Hadis –hadis tentang dusta dan tertawa yaitu mengelompokkan hadis tentang dusta serta terjemahannya. Lalu hadis- hadis tentang tertawa dan Terjemahannya. Bab keempat yaitu analisa hadis tentang orang yang berdusta untuk membuat tertawa yaitu yang berisi tentang, teks hadis dan terjemahannya, kegiatan takhrij al-hadis, melakukan i’tibar, pengertian Kritik sanad dan matan hadis yang terdiri dari kritik sanad hadis dan kritik matan hadis, dan yang terakhir adalah kegiatan kritik hadis tentang ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat tertawa Bab kelima berisikan penutup. Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan yang didasarkan kepada uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dan juga memuat saran-saran yang diperlukan.

BAB II KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA A. Konsep Islam Tentang Dusta 1. Pengertian Tentang Dusta Dusta ( bohong) merupakan penyakit yang timbul dari lidah. Dusta dalam Bahasa Arab berasal dari kata kadzaba-yakdzibu-kadzib - َ ‫َكذ َب‬ 1 ِ ِ َ ‫ يَكْذب ُ – َكذب‬yang artinya adalah berbohong. Dusta di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah perkataan yang tidak benar.2 Secara istilah dusta adalah suatu pernyataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan kata lain beda di mulut beda pula di hati.3 Perbuatan dusta merupakan suatu perbuatan yang rendah, yang akan menimbulkan kerusakan pada dirinya dan menimbulkan kejahatan yang akan mendorong pada perbuatan dosa. Menurut Ibn Faris4 bahwasanya kata al-kadzib (

‫ ( ْال َكذذب‬adalah

antonim dari kata ash-shidq( ‫ص ذ ْق‬ ِّ ‫ (ال‬yang artinya benar.5 al-Ashfahani6 menjelaskan bahwasanya kata al-kadzib(

1

‫ ( ْال َكذب‬pada awalnya kata tersebut

KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Cet:1, Hal:1197. 2 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi 4, Hal: 349. 3 M.Ali Hasan, 50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997), Hal:112. 4 lebih dikenal dengan Ibnu Faris (wafat pada tahun 395 H/1004) adalah seorang ulama dibidang bahasa Arab dan sastrawan. 5 Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata(Jakarta:Lentera Hati,2007), Hal:413. 6 Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad bin alMufadhal. al-Asfahani adalah nisbah dari tempat asalnya yaitu kota Asfahan. Akan tetapi beliau hidup di kota Bagdad. Beliau adalah seorang ahli sejarah dan sastra, pakar dalam ilmu balaghah (retorika) dan sya’ir.

13

14

mula-mula hanya digunakan untuk menyatakan benar atau tidaknya sebuah informasi, baik berupa janji ataupun bukan. Pada akhirnya kata tersebut berkembang dalam penggunaanya. Perkataan itu digunakan perihal tentang ucapan dan isi hati orang yang tidak sesuai, sehingga kata al-kadzib ) ‫( ْال َكذب‬ itu digunakan. Kata kadzib ( ‫ ) َكذب‬adalah sebuah perilaku kebohongan yang menunjukan bahwasanya orang tersebut telah melakukan kebohongan berulang kali. Adapun kata kadzaba ) َ ‫ ( َكذ َب‬merupakan pernyataan untuk mengatakan satu kebohongan.

7

Dalam Al-Qur’ᾱn kata al-kadzib ( ‫ ( ْال َكذذذب‬dipergunakan untuk memberitakan sebuah perihal yang tidak benar. Dengan kata lain bahwasanya kadzib (

‫ ( ْال َكذب‬adalah suatu perbuatan untuk menyampaikan

sesuatu, namun berbeda dengan kenyataannya atau terdapat kebohongan dalam menyampaikannya, sehingga seseorang tersebut dikatakan lemah karena dia tidak dapat menyampaikan sebuah informasi yang benar. Berdusta merupakan suatu perilaku buruk yang merupakan suatu dosa besar yang dapat merusak pribadi dan masyarakat. Dusta itu sendiri merupakan sebuah kecacatan di dalam masyarakat karena dengan hal tersebut banyak terjadi kehinaan dan keburukan dalam hidup bermasyarakat. Dusta atau bohong merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu namun, hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dusta ini tidak hanya perkataan saja namun juga pada perbuatan. Ketika seseorang telah memiliki sifat dusta dalam kehidupan bermasyarakat maka dapat

7

Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Hal:413.

15

dikatakan mereka akan hidup kacau-balau dikarenakan dusta merupakan sumber awal dari kehancuran.8 Perbuatan dusta dapat menimbulkan kebencian di antara orang-orang dan menyebabkan kehilangan kepercayaan di antara mereka dan dapat menjadikan mereka saling menjauh tidak mau menolong dan juga akan terjadi tidak kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian benarlah bahwasanya Islam menggangap dusta itu sebagai dosa yang besar. Pada awalnya perkataan dusta tersebut dilakukan untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Hal tersebut mengakibatkan hal buruk terjadi kepada pendusta tersebut. Ketika pelaku pendusta hanya melakukan satu kali, dan itu diketahui oleh orang maka jatuhlah harga diri dan juga martbat orang tersebut. Islam telah melarang untuk mempercakapkan hal-hal yang bathil atau perihal yang membawa kebatilan, permusuhan, dan juga perkelahian. Bahwasanya sebuah perkataan tersebut tergantung terhadap amalan yang sedang, atau yang pernah dilakukan. Perkataan tersebut tidak dianggap benar apabila tidak dibuktikan dengan amalan. Ucapan seseorang dapat menjadi agung ataupun tinggi derajatnya apabila ucapan seseorang sesuai dengan kenyataan. Adapun ucapan seseorang itu dapat dikatakan rendah derajatnya apabila seseorang mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi, ucapan yang memiliki derajat tinggi adalah sebuah ucapan yang dapat dibuktikan dengan kebenaran. 8

Didiek Ahmad Supadie,dkk., Pengantar Studi Akhlak(Jakarta:Rajawali, 2012), rev.ed. Cet 2, Hal: 226.

16

Allah SWT telah melarang untuk melakukan kebohongan. Hal tersebut telah ditegaskan di dalam firmanya:            9

 

105. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.

2. Bentuk-bentuk Dusta Pada dasarnya semua dusta itu merupakan sebuah akhlak yang buruk. Allah SWT akan memberikan hukuman kepada hambanya yang melakukan perbuatan yang buruk. Berikut akan penulis paparkan beberapa bentukbentuk dari perbuatan dusta tersebut: a. Berdusta yang tidak dibolehkan: Dusta yang tidak boleh dilakukan adalah: 1. Mendustakan Allah SWT dan Rasulullah. Perbuatan ini merupakan dusta yang paling berbahaya karena seseorang dapat memutarbalikkan firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulnya, sehingga orang tersebut dapat mengatakan yang haram menjadi halal.10 2. Berlebih-lebihan dalam memberitakan sesuatu. Jika orang tersebut telah terbiasa dengan hal seperti itu maka ia akan merasakan tidak enak jika berbicara tidak dilebih-lebihkan. 3. Mencampuradukkan yang benar dengan yang dusta. Baik dalam perkataan atau dalam perbuatan. Memotong-motong kebenaran. Yakni

9

Q.S an-Nahl ayat : 105 Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta(Jakarta:Nakhlah Pustaka, 2008),ter.Yulaikha Fitria, Hal:63. 10

17

memotong sebagian ucapan di awal, tengah atau di bagian ujung perkataan, sehingga merusak suatu perkataan yang benar. 4. Menyatakan sesutau yang berlainan dari yang dirasakan di hati, meskipun pada hakikatnya yang dikatakan tersebut benar. 5. Mengundang anak kecil untuk mengambil sesuatu. Perilaku tersebut akan menjadi factor yang paling kuat untuk menjadikan dirinya sebagai pembohong. Anak-anak biasanya akan meniru atau mengingat hal-hal yang telah dia dengar atau dia lihat karena anak-anak memiliki daya ingatan yang sangat kuat.11 6. Berdusta dalam hal mimpi. Dengan demikian bahwasanya seseorang itu berkata bahwasanya dia telah mimpikan sesuatu di dalam tidur nya. 12 b. Dusta yang dibolehkan Islam adalah sebuah agama yang memiliki rasa toleran yang sangat tinggi, sehingga lebih mementingkan jalinan yang erat dan kuat antara individu ataupun masyarakat. Maka dengan itu, pada saat tertentu seseorang diperbolehkan berbohong dengan disertai niat yang baik. Jika niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT maka kebohongan akan membuat kokoh dalam hidup bermasyarakat. Adapun kondisi yang diperbolehkannya berdusta berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw yaitu :

11

Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan)(Jakarta:Darul Haq,2006), ter. Gunaim Ihsan, cet:2, Hal: 106. 12 Sa’ad Abdul Wahid, Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit Qalbu(Yogyakarta:Citra Media,2006), Hal:210.

18

‫الر ْْحَ ِن َع ِن ابْ ِن ُخثَذْي ٍم َع ْن َش ْه ِر‬ ٍّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ُن َم ْه ِد‬ َّ ‫َح َّدثذَنَا َعْب ُد‬ َّ ‫ي َح َّدثذَنَا َدا ُو ُد بْ ُن َعْب ِد‬ ِ َ ‫يد أَنذَّها َِْسعت رس‬ ِ ِ ْ ‫ب عن أ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ول اللَّه‬ ْ َ ٍ ‫بْ ِن َح ْو َش‬ ُ َ ْ َ َ َ ‫َْسَاءَ بْنت يَِز‬ ِ ِِ ‫اش‬ ُ ‫ب يذَ ُق‬ ُ ‫َّاس َما ََْيملُ ُك ْم َعلَى أَ ْن تَذتَابَذعُوا ِِف الْ َكب َك َما يذَتَتَابَ ُع الْ َفَر‬ ُ ُ‫ََيْط‬ ُ ‫ول أَيذُّ َها الن‬ ِ َ ‫ِِف النَّا ِر ُك ُّل الْ َك ِب ِ يكْتَب علَى اب ِن آدم إََِّّل ثَََل‬ ‫ص ٍال َر ُج ٌل َك َب َ َعلَى‬ َ ‫ثخ‬ ََ ْ َ ُ ُ ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ْي ْامرأَيْ ِن ُمسلِم‬ ‫ْي‬ َ ْ َ َ ْ َ‫ْامَرأَته ليُذ ْرضيَذ َها أ َْو َر ُج ٌل َك َب َ ِف َخد َيعة َح ْر أ َْو َر ُج ٌل َك َب َ بذ‬ 13 ِ ‫صلِ َح بذَْيذنَذ ُه َما‬ ْ ُ‫لي‬ Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu Hutsaim dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, apa yang mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anaianai berebut ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak adam kecuali tiga hal; seorang suami yang berbohong kepada isterinya supaya isterinya ridla, atau seseorang yang berdusta dalam rangka strategi perang dan seseorang yang berbohong di antara kedua belah pihak dari kaum muslimin untuk mendamaikan keduanya.14 Berdasarkan keterangan diperbolehkan berdusta yaitu :

hadis

Nabi

tersebut,

maka

yang

1. Dusta yang dilakukan seorang suami kepada istrinya, demi menenangkan atau menghibur hatinya.15 2. Seseorang

mendamaikan

di

antara

manusia.

Ketika

timbul

permasalahan atau pertikaian diantara individu ataupun kelompok, maka Islam membolehkan seseorang untuk berbohong dengan tujuan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang saling bersengketa sehingga dapat menghilangkan perselisihan.

13

Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu 'anha, Hal:454. 14 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 15 Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan), Hal:105.

19

3. Berdusta kepada musuh untuk menjaga rahasia dalam perang. Begitu juga manakala suatu masyarakat berhadapan dengan musuh dibawah himpitan perang, sehingga para pejuangnya membolehkan untuk berbohong untuk menjatuhkan lawannya. 16 Menurut al-Ghazali17 bahwasanya perkataan itu merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan. Jika sebuah tujuan itu baik,apabila dapat ditempuh dengan cara yang baik maka haram untuk berdusta. Apabila hanya bisa dilakukan dengan berbohong maka hukumnya menjadi mubah dengan syarat tujuannya pun akan menjadi mubah. Adapun menjadi wajib apabila tujuannya menjadi sebuah kewajiban seperti menjaga darah orang muslim maka berdusta disini hukumnya menjadi wajib. Misalkan terdapat orang yang tidak bersalah, namun ia bersembunyi dan terdapat orang yang mengetahui keberadaan orang tersebut, maka orang tersebut wajib menyelamatkannya orang yang akan mendzaliminya itu. 18 Tsuban19 mengatakan bahwasanya dusta itu semuanya berdosa, kecuali dusta yang dimaksudkan untuk memberikan kemanfaatan kepada seorang muslim atau yang ditujukan untuk menolak suatu bahaya yang akan datang.20

16

Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:63-71. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i(lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H. Beliau adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan 18 Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 22. 19 Tsauban bin Mujaddid wafat pada tahun 54 H Tsauban bin Mujaddid adalah seorang budak yang dibeli oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. lalu dibebaskan. Kemudian beliau masih terus berkhidmat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. sampai wafatnya dan meriwayatkan 128 hadis. 17

20

Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, Hal: 23.

20

3. Pengaruh yang timbul dari Dusta Dampak yang timbul dikarenakan dusta dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk bagi pelakunya. Sehingga sebaiknya perbuatan dusta tersebut ditinggalkan, ataupun ia pernah melakukannya sebaiknya bertobat kepada Allah Swt. Adapun dampak negatif yang timbul dari dusta yaitu : 1. Dapat menyebarkan keraguan di antara manusia. 2. Terjerumusnya ke dalam tanda-tanda munafik. 3. Tercabutnya barokah ketika dalam berniaga.21 4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian Penyakit dusta tersebut dapat menjalar dari hati sampai ke lidah, sehingga rusak lidah tersebut yaitu dalam berbicara. Penyakit tersebut lalu menjalar lagi ke anggota badan, maka rusaklah perbuatan-perbuatan tersbut seperti lidah. Pada umumnya penyakit dusta tersebut dari ucapan dan perbuatan. Namun, hal tersebut dapat membahayakan dirinya baik lahir maupun batin. Oleh karena itu orang yang memiliki penyakit dusta itu harus diobati dengan kejujuran,ataupun dibimbing untuk lebih dekat kepada Allah SWT. 22 5. Cara meninggalkan Dusta Bahwasanya kita harus mampu menghadirkan Allah dalam segala aktifitas kita,sehingga kita dapat terhindar dari bisikan syaitan untuk melakukan perbuatan yang tercela. Adapun cara untuk meninggalkan dusta bagi orang yang sering melakukannya adalah:

21 22

Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:23 Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:42.

21

1. Memiliki rasa keyakinan akan diri apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk kita,khusunya perihal dunia yang membuat kita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. 2. Melatih diri dan jiwa. Yaitu membiasakan diri untuk melakukan segala kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Melatih jiwa agar selalu melakukan perbuatan yang baik. Pada dasarnya jiwa itu akan menjadi baik apabila terlatih untuk melakukan kebaikan. 23 3. Menumbuhkan nilai-nilai moral dan keteladanan yang luhur.24 B. Tinjauan Umum Tentang Tertawa 1. Pengertian tentang Tertawa Tertawa merupakan sebuah aktifitas yang biasa dilakukan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari. Tertawa dalam bahasa arab berasal dari kata 25 ‫ضذَ اك‬ َ ‫ َو‬- ‫ضذَْ اك‬ َ - َ ََ ‫ضذ‬ َ . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tawa adalah

sebuah ungkapan rasa gembira, senang dengan mengeluarkan suara pelan ataupun kecil melalui alat ucap.26 Menurut terminologi tertawa adalah ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan bunyi-bunyian tertentu.27 Kata tertawa tersusun dari dua kata yaitu apabila ditulis menggunakan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa merupakan

23

Abdullah bin Jaa.rullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:46. Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:94. 25 KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Hal:813. 26 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008), cet. 4, Hal:1412. 27 Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol11,No.1 April,2012,Hal:64. 24

22

kata benda, kemudian diimbuhi dengan awalan ter- yang mengubah kedudukannya menjadi sebuah kata kerja. Terdapat beberapa kata ataupun sebuah gabungan kata yang didalamnya mengandung makna arti tertawa. Seperti halnya bergumam, yaitu tertawa yang tertahan. Tertawa terbahak-bahak yaitu tertawa yang besar disertai dengan suara yang besar dan keras-keras. Senyum pun termasuk kedalam arti tertawa. Tertawa pahit yaitu tertawa kecil karena diakibatkan karena merasa tidak suka. Tertawa terkekeh-kekeh yaitu sebuah ungkapan untuk menunjukan ekspresi tertawa dengan suara yang terpingkalpingkal. Selain itu juga, kata tawa, memiliki beberapa perubahan bentuk. Kata menertawai,menertawakan,penertawaan dan ketawa. Kata menertawai merupakan sebuah kata kerja yang berarti menertawakan orang lain, benda ataupun ataupun kejadian yang didalamnya terdapat unsur menghina atupun mengejek. Kata menertawakan, merupakan sebuah kata benda yang berarti tertawa akan sesuatu. Kata tertawaan merupakan kata benda yang berarti bahan untuk ditertwakan. Kata penertawaan merupakan kata benda yang berarti bahan untuk ditertawakan. Kata penertawaan merupakan kata benda yang berarti sebuah proses atau cara perbuatan menertawai ataupun menertawakan. Kata yang terakhir yaitu kata ketawa merupakan sebuah kata kerja yang merupakan ragam cakapan lain dari ketawa.28 Tertawa itu menyehatkan. Tertawa merupakan sebuah ekspresi dari kebahagiaan dan juga ekspresi dari jiwa. Tertawa sangatlah dianjurkan agar

28

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal:1412.

23

seseorang terlihat ceria dan tertawa memiliki manfaat bagi kesehatan fisik dan juga jiwa. Seseorang akan tertawa karena mendengar ataupun melihat sesuatu yang lucu,sehingga orang tersebut akan merasakan bahagia. Bahwasanya tertawa merupakan dua komponen yaitu pertama, isyarat dan yang kedua adalah produksi bunyi. Saat seseorang sedang tertawa maka otak akan memaksa tubuh untuk serentak dengan seiringan melakukan aktivitas kedua tersebut. Dalam ilmu fisiologis, tertawa merupakan ekspresi wajah yang terjadi karena adanya suatu gerakan dari bibir, di kedua ujung bibir, atau disekitar mata.29 2. Etika Tertawa Rasulullah Secara umum orang-orang yang dengan beragam latar belakang dan bidang mengatakan bahwa jika seseorang ingin hidup tenang, nyaman, dan bahagia, maka seseorang tersebut harus riang, senyum, dan tawa. Dengan demikian, tanpa disadari akan tercipta suasana yang baik dan dapat mengusir perasaan malas, bosan serta kekecewaan dalam hidup.30 Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam merupakan orang yang paling murah dalam tersenyum di hadapan para sahabatnya. Bahkan beliau menjadikan senyum sebagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang mengamati kehidupan beliau akan melihat bahwasanya beliau adalah sosok yang suka terhadap humor ataupun bercanda. Beliau diutus oleh Allah sebagai pemberi rahmat bagi keluarganya, kerabat,ataupun orang yang disekitarnya. Rahmat beliau selalu terpancarkan dari wajahnya yang bersih dan penuh senyum. 29

Tria Ivanka, Seni Membaca Senyum(Jakarta:Percetakan Hi-Fest,2008), Hal:12. Aidh Abdullah al-Qarni, Tersenyum, ter.Ayip Faishol dan Zainal Abidin (Jakarta:Pustaka Azzam,2004), Hal:11. 30

24

Beliau adalah sosok yang suka bercanda dan bergurau. Namun, ketika bercanda tidak pernah berkata yang tidak benar. Candaanya diantara para sahabatnya bagaikan tetesan air yang menyegarkan. Beliau mengajak para sahabatnya untuk bercanda untuk menumbuhkan rasa semangat dan guna untuk mereka riang gembira. Dalam tawa dan canda Rasulullah tidak pernah berlebihan. Beliau mampu meletakkan humor dan candaanya dalam posisi antara orang yang sedang berwajah cemberut,masam dan kering jiwanya dengan orang yang sangat berlebihan dalam tawa dan juga guyonan. Ketika beliau tertawa terkadang hinga gigi gerahamnya tampak. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi SAW yaitu :

ٍ ‫ال َح َّدثَِِن ابْن وْه‬ َّ ‫َخبَذَرنَا َع ْمٌرو أ‬ ‫َّض ِر َح َّدثَهُ َع ْن‬ َ َ‫َح َّدثذَنَا ََْي ََي بْ ُن ُسلَْي َما َن ق‬ ْ ‫َن أَبَا الن‬ ْ‫بأ‬ َُ ِ ِ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ْ َ‫ُسلَْي َما َن بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّهُ َعْنذ َها قَال‬ َّ ِ‫ت الن‬ ُ ْ‫ت َما َرأَي‬ َ ‫َِّب‬ 31 ِ ‫طض‬ ِ ‫اح ًكا َح ََّّت أ ََرى ِمْنهُ ََلََواتِِه إََِّّنَا َكا َن يذَتَبَ َّس ُم‬ َ ُّ َ‫َو َسلَّ َم ُم ْستَ ْجم ًعا ق‬

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau hanya biasa tersenyum."32 Berdasarkan hadis tersebut bahwasanya Rasulullah tidak melakukanya dengan berlebihan sampai badanya bergerak-gerak atau seperti main-main. Itulah kesantunan tawa yang luhur.33

31

Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ju’fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab : Adab,Bab : Senyum dan tertawa, Hal:1543. 32

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad Said Mursi, Panduan Praktis dalam pergaulan,ter.Abdul Hayyie alKattani dan Uqinu Attaqi, (Jakarta:Gema Insani Press,2004), Hal:21-23. 33

25

3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam Islam memberikan peringatan terhadap gurauan dan juga tertawa yang dilakukan oleh seseorang. Bahwasanya para setan dan juga iblis sedang tertawa terbahak-bahak untuk melalaikan dia. Oleh karena itu Islam melarang perbuatan tersebut apabila berlebih-lebihan.Dampak yang akan timbul dari perbuatan tertawa secara berlebih-lebihan adalah: 34 a. Dicela oleh para Ulama Tertawa dan gurauan yang berlebih-lebihan tidak disukai oleh para ulama dan orang-orang yang sopan serta memiliki akal yang sehat. Menurut pandangan para ulama bahwasanya orang-orang yang tertawa dan bercanda secara berlebih-lebihan merupakan orang yang tidak serius dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak memiliki jiwa bertanggung jawab. b. Melupakan Mati dan Akhirat Tertawa yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan kita lupa akan adanya hari akhir. Ketika manusia tersebut sudah berada didalam kelalaian maka ia akan lupa akan datangnya kematian dan tidak memikirkan akhirat. c. Berani melakukan dosa Hati yang telah dilalaikan dengan sebuah perkara yang dapat meyenangkan dan akan mudah untuk melakukan dosa tanpa memiliki rasa takut sedikitpun, karena hatinya telah diselumuti oleh setan.

34

Abdul Majid S, Tertawa Yang Disukai Tertawa Yang Dibenci, Jakarta: Gema Insani, 2004, hal:114

26

d. Menanggung Dosa Orang Lain Tertawa secara berlebihan dapat mengundang seseorang untuk ikut larut dalam tertawa tersebut. e. Banyak menangis di Akhirat Tertawa yang dilakukan secara berlebihan dia akan lebih sering menangis di akhirat nanti. Setelah penulis memaparkan pembahasan diatas, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengumpulkan hadis-hadis yang sesuai dengan kajian penulis ini dengan menggunakan kamus-kamus hadis.

BAB III HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA A. Hadis dan Terjemahanya Pada pembahasaan ini, penulis akan menelusuri hadis-hadis yang terkait dengan persoalan dusta dan tertawa, melakukan penelusuran dengan menggunakan metode takhrij1.Penulis melakukan kegiatan takhrij melalui kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan Miftah Kunûz al-Sunnah. Dalam penelitian ini penulis hanya menghimpun haditshadits yang berada di dalam Sahîh al-Bukhâri, Sahîh Muslim, Sunan atTîrmîdzî, Sunan Abû Dawûd, Sunan Ibnu Mâjâh, dan Sunan Nasa‟î, Sunan Darimi, Musnad Imam Ahmâd dan Juga Muwatha‟ Imam Malik. a. Hadits-Hadits Tentang Dusta Dalam penulusuran ini penulis melakukan pencarian melalui kata ُ ِ‫ال َكذ ب‬ melalui kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ 2 dan kitab Miftah Kunûz al-Sunnah 3 maka didapatkan hadits-hadits berikut :

‫صوٍر َع ْن أَِِب َوائِ ٍل َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو َر ِض َي‬ ُ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن َمْن‬ ‫الص ْد َق يَ ْه ِدي إِ ََل الِْ ِّْب َوإِ َّن الِْ َِّب يَ ْه ِدي‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ّْ ‫ال إِ َّن‬ ّْ ِ‫اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬ َ ‫َّب‬

1

Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadits di dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai dengan keperluan. Takhrij hadits bertujuan untuk mengetahui sumber asal hadits yang ditakhrij. Dengan cara ini, maka kita akan mengetahui haditshadits yang pengutipanya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadits yang berlaku sehingga hadits tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya. (Drs..M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia),Hal:189-191). 2 A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ (Leiden: Briel, 1969), Juz:5, Hal: 557. 3

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunîz al-Sunnah(Cairo:Dar al-Hadits), Hal: 412 -

413.

27

28

ِ ِ ِ ‫ب يَ ْه ِدي إِ ََل الْ ُف ُجوِر َوإِ َّن‬ ْ ‫إِ ََل‬ َّ ‫اْلَن َِّة َوإِ َّن‬ ْ َ‫الر ُج َل لَي‬ َ ‫ص ُد ُق َح ََّّت يَ ُكو َن صدّْي ًقا َوإ َّن الْ َكذ‬ 4 ِ ‫ب ِعْن َد اللَّ ِو َك َّذابًا‬ َّ ‫ور يَ ْه ِدي إِ ََل النَّا ِر َوإِ َّن‬ ُ ‫الر ُج َل لَيَكْذ‬ َ ‫الْ ُف ُج‬ َ َ‫ب َح ََّّت يُكْت‬ "Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah

menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."5

ِ َ َ‫ال أَخب رِِن مْنصور ق‬ ٍ ‫ت ِربْعِ َّي بْ َن ِحَر‬ ‫اش‬ ْ ‫َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن‬ َ َ‫اْلَ ْع ِد ق‬ ْ ‫ال أ‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ ٌ ُ َ َ َ ْ َ َ‫َخبَ َرنَا ُش ْعبَةُ ق‬ ِ ِ ِ ُ ‫ي ُق‬ ِ ‫ب‬ َ َ‫ول ق‬ ُ ‫ت َعلِيِّا يَ ُق‬ ُّ ِ‫ال الن‬ ُ ‫ول ََس ْع‬ َ ‫َّب‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ََل تَكْذبُوا َعلَ َّي فَإنَّوُ َم ْن َك َذ‬ َ 6 ِ ‫َّار‬ َ ‫َعلَ َّي فَ ْليَل ْج الن‬

“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Al Ja'd berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'bah berkata, telah mengabarkan kepadaku Manshur berkata, aku mendengar Rib'i bin Jirasy berkata, aku mendengar 'Ali berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berdusta terhadapku (atas namaku), karena barangsiapa berdusta terhadapku dia akan masuk neraka."7

ٍ ٍ ‫ي حدَّثَنَا ابن أَِِب فُ َدي‬ ‫ال َح َّدثَِِن َسلَ َمةُ بْ ُن‬ َ َ‫ك ق‬ ْ َ‫َحدَّثَنَا عُ ْقبَةُ بْ ُن ُم َكّْرم الْ َع ّْم ُّي الْب‬ ْ َ ُّ ‫ص ِر‬ ُْ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َم ْن تَ َرَك‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ْ ِ َ‫َوْرَدا َن اللَّْيث ُّي َع ْن أَن‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ِْ ‫ض‬ ِ ‫الْ َك ِذب وىو ب‬ ِ ِ َ‫اط ٌل بُِِن لَوُ ِِف َرب‬ ِ ِ ‫ِن لَوُ ِِف َو َس ِط َها‬ َ ََُ َ َ ُ‫اْلَنَّة َوَم ْن تَ َرَك الْمَراءَ َوُى َو ُُم ّّق ب‬ َ 8 ِ ‫ِن لَوُ ِِف أ َْع ََل َىا‬ َ ُ‫َوَم ْن َح َّس َن ُخلَُقوُ ب‬ “Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu Al Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia berkata, Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi 4

Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî(Kairo: alMathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab:Adab, Bab: Firman Allah ” Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah” , Hal:1543, 5

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî,Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab: Ilmu, Bab : Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, Hal: 47. 6

7

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar adDauliyah), Kitab: Muqaddimah, Bab: menjauhi bid‟ah dan perdebatan, Hal: 23. 8

29

dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.9

‫ال َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن ُمغِ َريَة َع ْن أَِِب‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر ق‬ َ َ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر ق‬ ْ‫أ‬ ِ ‫الس‬ ِ ‫َوائِ ٍل َع ْن قَ ْي‬ ‫ال‬ َ َ‫س بْ ِن أَِِب َغَرَزَة ق‬ َ ‫وق فَ َق‬ ُّ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوََْن ُن ِِف‬ ُّ ِ‫ال أَتَانَا الن‬ َ ‫َّب‬ 10 ِ ِ ِ َ ‫الس‬ ‫الص َدقَة‬ َّ ِ‫وىا ب‬ ُّ ِ‫إِ َّن َى ِذه‬ َ ُ‫ب فَ ُشوب‬ ُ ‫وق ُُيَالطُ َها اللَّ ْغ ُو َوالْ َكذ‬

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Mughirah dari Abu Wail dari Qais bin Abi Gharazah berkata, "Nabi shallallahu 'alahi wa sallam mendatangi kami saat kami sedang berada di pasar, kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya pasar ini bercampur dengan perbuatan sia-sia dan kedustaan, maka campurlah dengan sedekah."11

ِ ِ‫ب عن سع‬ ِ َّ ‫يد بْ ِن َِسْ َعا َن َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة أ‬ ‫َن‬ ْ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن ُع َمَر أ‬ َ ْ َ ٍ ْ‫َخبَ َرنَا ابْ ُن أَِِب ذئ‬ ِ ِ ِ َ ‫رس‬ ‫ب‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ َّ ‫وم‬ َ ‫الس‬ َُ ‫اعةُ َح ََّّت تَظْ َهَر الْف‬ ُ ‫ال ََل تَ ُق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫َت َويَكْثَُر الْ َكذ‬ َُ 12 ِ ‫ال الْ َقْت ُل‬ َ َ‫يل َوَما ا ْْلَْر ُج ق‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫َس َو‬ ْ ‫ب ْاْل‬ َ ‫َويَتَ َق َار‬ َ ‫اق َويَتَ َق َار‬ َ ‫الزَما ُن َويَكْثَُر ا ْْلَْر ُج ق‬ "Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar, dia berkata; telah

mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id bin Sim'an dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah, kedustaan merajalela, pasar-pasar saling berdekatan, waktu semakin pendek dan banyak bermunculan Al haraj." maka ditanyakanlah kepada beliau; "Apa itu Al haraj?" beliau menjawab: "Pembunuhan."13

9

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr), Kitab: Iman dan Nadzar, Bab: Senda gurau dan dusta, Hal: 915. 10

11

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971),Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu ,Hal:519. 12

13

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

30

ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬ ‫ول َع ْن أَِِب‬ َ ْ ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ‫اْلِيَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ َ َ‫ُىَريْ َرةَ ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ 14 ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬ ِ ‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ َ َُ “Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar."15

ِ ِ ِ ِ ُ‫يع َع ْن نَاف ِع بْ ِن ُع َمَر َع ْن ابْ ِن أَِِب ُملَْي َك َة َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّو‬ ٌ ‫َح َّدثَِِن ََْي ََي َحدَّثَنَا َوك‬ ِ ‫ت‬ َ َ‫ب ق‬ ُ ‫ت تَ ْقَرأُ إِ ْذ تَلِ ُقونَوُ بِأَلْ ِسنَتِ ُك ْم َوتَ ُق‬ ْ َ‫ال ابْ ُن أَِِب ُملَْي َكةَ َوَكان‬ ْ َ‫َعْن َها َكان‬ ُ ‫ول الْ َولْ ُق الْ َكذ‬ 16 ِ ِ ‫ك ِْلَنَّوُ نََزَل ف َيها‬ َ ‫أ َْعلَ َم ِم ْن َغ ِْريَىا بِ َذل‬ Telah menceritakan kepadaku Yahya telah menceritakan kepada kami Waki' dari Nafi' bin Umar dari Ibnu Abu Mulaikah dari 'Aisyah radliallahu 'anha ketika ia membaca (firman Allah) "idz talaqqaunahu bi alsinatakum" (Ketika kalian menerima berita bohong itu dari mulutmulut kalian"), dia berkata; "(talaqqau dari kata) al walqu artinya kedustaan." Ibnu Abu Mulaikah berkata; 'Aisyah adalah orang yang paling tahu (tentang hal itu) daripada orang lain, karena memang ayat itu turun tentang dirinya."17

ِ ِ ِ ٍ ‫اعيل حدَّثَنَا ج ِرير حدَّثَنَا أَبو رج ٍاء عن ََسرَة ب ِن جْن ُد‬ ُ‫ب َرض َي اللَّو‬ ُ ْ َُ ْ َ َ َ ُ َ ٌ َ َ َ َ‫وسى بْ ُن إ َْس‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬ ِ ِ ْ َ‫ت اللَّْي لَةَ ر ُجل‬ ‫ْي أَتَيَ ِاِن قَ َاَل الَّ ِذي َرأَيْتَوُ يُ َش ُّق‬ َ ‫َعْنوُ قَالََق‬ ُّ ِ‫ال الن‬ ُ ْ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َرأَي‬ َ ‫َّب‬ َ 18 ِ ِ ِ ِ ِ ‫صنَ ُع بِِو إِ ََل يَ ْوم الْقيَ َامة‬ َ َ‫ب بِالْ َك ْذبَِة ُُْت َم ُل َعْنوُ َح ََّّت تَْب لُ َغ ْالف‬ ْ ُ‫اق فَي‬ ٌ ‫ش ْدقُوُ فَ َك َّذ‬ ُ ‫اب يَكْذ‬ Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Jarir telah menceritakan kepada kami Abu Raja` dari Samurah bin Jundab radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku tadi malam bermimpi ada dua orang yang membawaku, keduanya berkata; "Dan yang kamu lihat seseorang 14

Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal, Hal:352. 15

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî (Kairo: alMathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab : Peperangan,Bab : Hadits Ifki, Hal: 1523. 17 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 18 Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî, Kitab : Adab,Bab: Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah",Hal: 2262. 16

31

yang dirobek-robek mulutnya adalah seorang pendusta yang selalu berbicara dengan kedustaannya hingga dibawanya sampai ke ufuk (cakrawala) sana, dan ia selalu seperti itu hingga datang hari Kiamat."19

‫الر ْْحَ ِن َع ِن ابْ ِن ُخثَْي ٍم َع ْن َش ْه ِر بْ ِن‬ ٍّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ُن َم ْه ِد‬ َّ ‫ي َحدَّثَنَا َد ُاو ُد بْ ُن َعْب ِد‬ َّ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد‬ ِ ِ ‫ََساء بِْن‬ ٍ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِو‬ ‫ب‬ َ ‫ت َر ُس‬ َ ‫ت يَِز‬ ْ ‫يد أَن ََّها ََس َع‬ َ َْ ‫َح ْو َشب َع ْن أ‬ ُ ُ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َُيْط‬ ِ ِِ ‫اش ِِف النَّا ِر‬ ُ ‫يَ ُق‬ ُ ‫َّاس َما ََْيملُ ُك ْم َعلَى أَ ْن تَتَابَعُوا ِِف الْ َكذب َك َما يَتَتَابَ ُع الْ َفَر‬ ُ ‫ول أَيُّ َها الن‬ ٍ ‫ث ِخ‬ ِِ ‫ب َعلَى ْامَرأَتِِو لِيُ ْر ِضيَ َها‬ َ ‫ب َعلَى ابْ ِن‬ َ َ ‫آد َم إََِّل ثَََل‬ َ ‫صال َر ُج ٌل َك َذ‬ ُ َ‫ُك ُّل الْ َكذب يُكْت‬ 20 ِ ِ ‫ب أَو رجل َك َذب ب ْي امرأَي ِن مسلِم‬ ِ ِ ‫صلِ َح بَْي نَ ُه َما‬ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ٌ ُ َ ْ ٍ ‫ب ِِف َخد َيعة َح ْر‬ ْ ُ‫ْي لي‬ َ ‫أ َْو َر ُج ٌل َك َذ‬ Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu Hutsaim dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, apa yang mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anai-anai berebut ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak adam kecuali tiga hal; seorang suami yang berbohong kepada isterinya supaya isterinya ridla, atau seseorang yang berdusta dalam rangka strategi perang dan seseorang yang berbohong di antara kedua belah pihak dari kaum muslimin untuk mendamaikan keduanya.21

ِ َّ ‫حدَّثَنَا ََيَي بن موسى حدَّثَنَا عب ُد‬ ‫وب َع ْن ابْ ِن أَِِب ُملَْي َك َة َع ْن‬ َْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ُّ‫الرزَّاق َع ْن َم ْع َم ٍر َع ْن أَي‬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ت ما َكا َن خلُ ٌق أَب غَض إِ ََل رس‬ ِ ‫ول اللَّو صلَّى اللَّوُ َعلَْيو وسلَّم من الْ َكذ‬ ‫ب‬ َ ْ َ ََ َ ْ َ‫َعائ َشةَ قَال‬ َُ َ ْ ُ ِ ُ ‫الرجل َُيد‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم بِالْ ِك ْذبَِة فَ َما يََز ُال ِِف نَ ْف ِس ِو‬ ّْ ِ‫ّْث عْن َد الن‬ َ ُ ُ َّ ‫َولََق ْد َكا َن‬ َ ‫َّب‬ 22 ً‫ث ِمْن َها تَ ْوبَة‬ َ ‫َح َد‬ ْ ‫َح ََّّت يَ ْعلَ َم أَنَّوُ قَ ْد أ‬ Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Ayyub dari Ibnu Abu Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak ada akhlak yang paling dibenci Allah melebihi sifat dusta. 23

19

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Aḥmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal, Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu 'anha, Hal:454. 21 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 22 al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt alAfkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab: Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab: Jujur dan bohong,Hal: 348. 23 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 20

32

ِ ِ‫ال حدَّثَنَا س ْفيا ُن َعن َعب ِد الْمل‬ ‫ك َع ْن أَِِب‬ َّ ‫َخبَ َرنَا َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن َعْب ِد‬ ْ‫أ‬ َ َ َ‫الر ْْحَ ِن ق‬ َ ْ ْ َُ ِ ُ ‫اسرةَ فَأَتَانَا رس‬ ِ َّ ‫س ب ِن أَِِب َغرزَة قَالَ ُكنَّا نُس َّمى‬ ِ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ََ ْ ِ ‫َوائ ٍل َع ْن قَ ْي‬ َ ‫ول اللَّو‬ َُ َ ‫الس َم‬ َ ِْ ‫وسلَّم وََْنن نَبِيع فَس َّمانَا بِاس ٍم ىو خي ر ِمن‬ ‫ُّجا ِر إِ َّن َى َذا الْبَ ْي َع‬ َ ‫اَسنَا فَ َق‬ َّ ‫ال يَا َم ْع َشَر الت‬ ْ ٌَْ َ ُ ْ َ ُ ُ ََ ََ 24 ِ ِ ِ ْ ‫ََيضره‬ ‫الص َدقَة‬ َّ ِ‫ب فَ ُشوبُوا بَْي َع ُك ْم ب‬ ُ ‫اْلَل‬ ُُ ُ ْ ُ ‫ف َوالْ َكذ‬ Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin 'Abdurrahman berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdul Malik dari Abu Wail dari Qais bin Abu Gharazah berkata, "Kami dahulu dipanggil dengan sebutan samasirah (para calo), kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada kami dan kami sedang berjualan, maka beliau pun menamakan kami dengan nama yang lebih baik daripada nama kami. Beliau bersabda: "Wahai para pedagang, sesungguhnya perdagangan ini dihadiri oleh orang yang bersumpah dan pendusta maka campurlah perdagangan kalian dengan sedekah.25

‫ال َح َّدثَِِن ُسلَْي َما ُن‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن ق‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ََْي ََي ق‬ َ َ‫َخبَ َرنَا َع ْم ُرو بْ ُن َعلِ ٍّي ق‬ ْ‫أ‬ ْ ‫ش َع ْن ُسلَْي َما َن بْ ِن ُم ْس ِه ٍر َع ْن َخَر َشةَ بْ ِن‬ ّْ ِ‫اْلُّْر َع ْن أَِِب َذ ّر َع ْن الن‬ ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫َّب‬ ُ ‫ْاْل َْع َم‬ ِ ‫ال ثَََلثَةٌ ََل ي ْنظُر اللَّو إِلَي ِهم ي وم الْ ِقيام ِة وََل ي َزّْكي ِهم وَْلم ع َذ‬ ‫يم الَّ ِذي‬ َ َ‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ٌ َ ُْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ َ ٌ ‫اب أَل‬ 26 ِ ِ ِ ‫ّْق ِس ْل َعتَوُ بِالْ َكذب‬ ُ ‫ََل يُ ْعطي َشْيئًا إََِّل َمنَّوُ َوالْ ُم ْسبِ ُل إَِز َارهُ َوالْ ُمنَ ف‬ Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sulaiman Al A'masy dari Sulaiman bin Mushir dari Kharasyah bin Al Hurr dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Tiga orang yang tidak akan diajak bicara Allah pada Hari Kiamat dan Allah tidak akan melihatnya serta mensucikannya dan mereka mendapatkan adzab yang pedih yaitu; orang yang tidak memberi sesuatu melainkan ia mengungkitnya, orang yang memanjangkan kainnya hingga melebihi mata kaki, dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu."27

24

Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr),Kitab: Iman dan nadzar, Bab: Sumpah dan dusta bagi yang tidak meyakini sumpah dengan hatinya, Hal:14. 25 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 26 Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i, Kitab: Jual-beli, Bab: Melariskan dagangan dengan sumpah palsu, Hal: 5. 27

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

33

ِ َّ ِ ِ‫اْلَّر ِاح حدَّثَنَا ج ِرير َعن َعب ِد الْمل‬ َ‫ك بْ ِن ُع َم ٍْري َع ْن َجابِ ِر بْ ِن ََسَُرة‬ َ َْ ‫بن‬ َ ْ ْ ٌ َ ُ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللو‬ ِ َ ‫ال إِ َّن رس‬ ِ ِ ْ ِ‫اب ب‬ ِ َّ‫الَط‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َام فِينَا‬ ْ ‫قَا َلَطَبَ نَا عُ َم ُر بْ ُن‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ‫اْلَابيَة فَ َق‬ ِ َّ ِ َّ َّ‫ين يَلُونَ ُه ْم ُُث‬ َ ‫ِمثْ َل ُم َق ِامي فِي ُك ْم فَ َق‬ ْ ‫اح َفظُ ِوِن ِِف أ‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ين يَلُونَ ُه ْم ُُثَّ الذ‬ َ ‫َص َح ِاِب ُُثَّ الذ‬ 28 ِ ِ ‫ف‬ َّ ‫ب َح ََّّت يَ ْش َه َد‬ ُ َ‫ف َوَما يُ ْستَ ْحل‬ َ ‫الر ُج ُل َوَما يُ ْستَ ْش َه ُد َوََْيل‬ ُ ‫يَ ْف ُشو الْ َكذ‬ Telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Jarrah berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir bin Samurah ia berkata; Umar Ibnul Khtaththab berkhutbah di Jabiah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri di hadapan kami sebagaimana aku berdiri di hadapan kalian, lalu beliau bersabda: "Jagalah (hak) sahabatku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. Setelah itu akan menyebar kedustaan, hingga seorang laki-laki bersaksi tanpa diminta untuk bersaksi, dan bersumpah tanpa diminta untuk bersumpah."29

ٍ ِ‫حدَّثَنا أَبو ب ْك ٍر وعلِي بن ُُم َّم ٍد قَ َاَل حدَّثَنا عب يد بن سع‬ ِ َ َ‫يد ق‬ ‫يد‬ َ ‫ت ُش ْعبَةَ َع ْن يَِز‬ َ ُ ْ ُّ َ َ َ ُ َ َ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ ُ ْ ُ ْ َُ َ َ ِ ِ َ ‫ّْث عن أَوس‬ ِ ِ َ َ‫ب ِن ُُخَ ٍري ق‬ ‫يل الْبَ َجلِ ّْي أَنَّوُ ََِس َع أَبَا‬ ْ ْ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ ْ ْ َ ُ ‫ت ُسلَْي َم بْ َن َعام ٍر َُيَد‬ َ ‫ط بْ ِن إ َْسَع‬ ِ ُ ‫ب ْك ٍر ِحْي قُبِض النَِّب صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ي ُقولَُقام رس‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ُّ َ َ َ َُ َ َ َ ََ َْ ُ ‫الص ْد ِق فَِإنَّوُ َم َع الِْ ِّْب َو ُهَا‬ َ َ‫ِِف َم َق ِامي َى َذا َع َام ْاْل ََّوِل ُُثَّ بَ َكى أَبُو بَ ْك ٍر ُُثَّ ق‬ ّْ ِ‫ال َعلَْي ُك ْم ب‬ ِ ِ ِ ْ ‫ِِف‬ ْ‫ب فَِإنَّوُ َم َع الْ ُف ُجوِر َو ُهَا ِِف النَّا ِر َو َسلُوا اللَّوَ الْ ُم َعافَاةَ فَِإنَّوُ ََل‬ َ ‫اْلَنَّة َوإيَّا ُك ْم َوالْ َكذ‬ ِ ِ ِ ‫َح ٌد بَ ْع َد الْيَ ِق‬ ‫ضوا َوََل‬ ُ ‫اس ُدوا َوََل تَبَا َغ‬ َ ‫يُ ْؤ‬ َ‫تأ‬ َ َ‫ْي َخْي ًرا م ْن الْ ُم َعافَاة َوََل َُت‬ 30 ‫تَ َقاطَعُوا َوََل تَ َدابَ ُروا َوُكونُوا ِعبَ َاد اللَّ ِو إِ ْخ َوانًا‬ Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dan Ali bin Muhammad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami 'Ubaid bin Sa'id dia berkata; saya mendengar Syu'bah dari Yazid bin Khumair dia berkata; saya mendengar Sulaim bin 'Amir bercerita dari Ausath bin Isma'il Al Bajali bahwa dia mendengar Abu Bakar ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, katanya; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berdiri di tempat berdiriku ini pada tahun pertama." -kemudian dia menangis- dia melanjutkan; "Kalian harus berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran bersama dengan kebaikan, dan keduanya berada di surga. Janganlah kalian berdusta, 28

Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar adDauliyah),Kitab : Hukum-hukum, Bab: Larangan untuk memberikan kesaksian kepada pihak yang tidak memintanya, Hal: 791. 29 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 30 Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, (Kitab: Doa, Bab: Doa untuk minta maaf dan kesehatan, Hal: 1265.

34

karena sesungguhnya kedustaan bersama dengan kejahatan, dan kedua-duanya berada di neraka. Memintalah kalian kepada Allah ampunan, sesungguhnya ia tidak di berikan kepada seseorang setelah keyakinan yang lebih baik daripada pengampunan, dan janganlah kalian saling hasad, jangan saling membenci, jangan saling memutus hubungan dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian hambahamba Allah yang bersaudara."31

ِ ِ ِ ِ ‫اشم بن الْ َق‬ ‫يل بْ ُن أَِِب‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُزَىْي ٌر يَ ْع ِِن ابْ َن ُم َعا ِويَةَ ق‬ َ َ‫اس ِم ق‬ ُ ْ ُ ‫َحدَّثَنَا َى‬ ُ ‫ال َحدَّثَنَا إ َْسَاع‬ ‫ال قَ َام أَبُو بَ ْك ٍر َر ِض َي اللَّوُ َعْنوُ فَ َح ِم َد اللَّوَ َعَّز َو َج َّل َوأَثْ ََن‬ َ َ‫س ق‬ َ َ‫َخالِ ٍد ق‬ ٌ ‫ال َحدَّثَنَا قَ ْي‬ َ ‫َعلَْي ِو فَ َق‬ َ‫َّاس إِنَّ ُك ْم تَ ْقَرءُو َن َى ِذهِ ْاليَة‬ ُ ‫ال يَا أَيُّ َها الن‬ ِ َّ { ‫ض َّل إِذَا ْاىتَ َديْتُ ْم‬ َ ‫ضُّرُك ْم َم ْن‬ ُ َ‫ين َآمنُوا َعلَْي ُك ْم أَنْ ُف َس ُك ْم ََل ي‬ َ ‫} يَا أَيُّ َها الذ‬

ِ َ ‫آخ ِر ْالي ِة وإِنَّ ُكم تَضعونَها علَى َغ ِري مو ِضعِها وإِ ِّْن ََِسعت رس‬ ِ ‫إِ ََل‬ ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ َ َ َْ ْ َ َ َُ ْ َ َ ِ ُ ‫َعلَْي ِو وسلَّم ي ُق‬ ‫ك اللَّوُ أَ ْن يَعُ َّم ُه ْم بِعِ َقابِِو‬ َ ‫َّاس إِ َذا َرأ َْوا الْ ُمْن َكَر َوََل يُغَيّْ ُروهُ أ َْو َش‬ ََ ََ َ ‫ول إ َّن الن‬ ِ ِ ِ َ َ‫ق‬ ِ ِ ‫ول يا أَيُّ َها النَّاس إِيَّا ُكم والْ َكذ‬ ‫ب‬ ُ ‫ال َو ََس ْع‬ َ ‫ب فَإ َّن الْ َكذ‬ َ َ ُ ‫ت أَبَا بَ ْك ٍر َرض َي اللَّوُ َعْنوُ يَ ُق‬ َْ ُ 32 ِ ِ ِ ِ ‫ب ل ْْلِيَان‬ ٌ ‫ُُمَان‬

Telah menceritakan kepada kami Hasyim Bin Al Qasim dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Zuhair yaitu Ibnu Mu'awiyah dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il Bin Abu Khalid dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Qais, dia berkata; " Abu Bakar berdiri lalu memuji Allah dan mensucikan-Nya, kemudian dia berkata; "Wahai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini: "Wahai orang-orang yang beriman, kalian bertanggung jawab atas diri kalian masing-masing, tidak akan membahayakan kalian sedikitpun orang yang tersesat.. (sampai akhir ayat), dan kalian menempatkannya tidak pada tempatnya, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran, kemudian tidak merubahnya, maka dikhawatirkan Allah akan meluaskan adzab kepada mereka semua." Dia berkata; "Dan aku mendengar Abu Bakar berkata; "Wahai manusia jauhilah dusta Karena sesungguhnya dusta itu menjauhkan kalian dari iman."33

31

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Kitab: Musnad sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, Bab: Musnad Abu Bakr As Siddik, Hal: 198. 33 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 32

35

ِ ِ ِ ِ َ َ‫َن رج ًَل ق‬ ٍ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َ ‫ال لَر ُسول اللَّو‬ َ ‫َح َّدثَِِن َمالك َع ْن‬ ُ َ َّ ‫ص ْف َوا َن بْ ِن ُسلَْيمأ‬ ِ ِ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم ََل َخْي ر ِِف الْ َك ِذ‬ ‫ب‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫ول اللَّ ِو فَ َق‬ َ ‫ب ْامَرأَِِت يَا َر ُس‬ َ ُ ‫أَ ْكذ‬ َ َ ََ ِ ُ ‫ال رس‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ََل‬ ُ ُ‫ول اللَّ ِو أ َِع ُد َىا َوأَق‬ َ ‫الر ُج ُل يَا َر ُس‬ َ ‫فَ َق‬ َّ ‫ال‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ‫ول َْلَا فَ َق‬ 34

‫ك‬ َ ‫اح َعلَْي‬ َ َ‫ُجن‬

Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; "Aku akan berbohong kepada isteriku, Wahai Rasulullah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada kebaikan dalam berbohong" Orang itu berkata; "Wahai Rasulullah, aku berjanji kepadanya dan aku akan mengutarakannya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa bagimu."35

ٍ ِِ ِ ‫ي َع ْن أَِِب إِ ْس َح َق َع ْن أَِِب‬ ّْ ‫يس ْاْل َْوِد‬ ْ‫أ‬ َ ‫َخبَ َرنَا عُثْ َما ُن بْ ُن ُُمَ َّمد َحدَّثَنَا َجر ٌير َع ْن إ ْدر‬ ِ ْ ‫َن عبد اللَّ ِو ي رفَع‬ ِ ‫َح َو‬ ‫الرَوايَا‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ َّ ‫ال إِ َّن َشَّر‬ َ ‫اْلَد‬ ّْ ِ‫يث إِ ََل الن‬ ْ ‫ْاْل‬ َ ‫َّب‬ ُ ْ َ َ َْ َّ ‫ص أ‬ ِ ِ ‫صلُح ِمن الْ َك ِذ‬ ِِ َّ ‫ب ِج ّّد َوََل َى ْزٌل َوََل يَعِ ُد‬ ُ‫الر ُج ُل ابْنَوُ ُُثَّ ََل يُْنج ُز لَو‬ ْ ُ ْ َ‫َرَوايَا الْ َكذب َوََل ي‬ ِ ِ ِ ْ ‫الص ْد َق ي ْه ِدي إِ ََل الِْ ِّْب وإِ َّن الِْ َِّب ي ْه ِدي إِ ََل‬ ِ ‫ب يَ ْه ِدي إِ ََل الْ ُف ُجوِر‬ َ ‫اْلَنَّة َوإ َّن الْ َكذ‬ َ َ ّْ ‫إ َّن‬ َ ِ ِ ِ ُ ‫لص ِاد ِق ص َد َق وب َّر وي َق‬ ِ ‫ب‬ ُ ‫ور يَ ْه ِدي إِ ََل النَّا ِر َوإِنَّوُ يُ َق‬ َّ ِ‫ال ل‬ َ ‫ال ل ْل َكاذب َك َذ‬ َُ ََ َ َ ‫َوإ َّن الْ ُف ُج‬ ِ ِ ِ ِ َ‫الرجل لَيص ُد ُق ح ََّّت يكْت‬ ِ ‫ب ِعْن َد اللَّ ِو‬ ُ ‫ب عْن َد اللَّو صدّْي ًقا َويَكْذ‬ َ َ‫ب َح ََّّت يُكْت‬ َ ُ َ ْ َ َ ُ َّ ‫َوفَ َجَر َوإ َّن‬ ِ ِ ِ ْ ‫ضو وإِ َّن الْع‬ ‫ْي‬ َ َ‫َك َّذابًا َوإِنَّوُ ق‬ َ ْ َ‫يمةُ الَِِّت تُ ْفس ُد ب‬ َ َ ُ ْ ‫ال لَنَا َى ْل أُنَبّْئُ ُك ْم َما الْ َع‬ َ ‫ض َو ى َي النَّم‬ 36 ِ ‫الن‬ ‫َّاس‬ Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Jarir dari Idris Al Audi dari Abu Ishaq dari Abu Al Ahwash bahwa Abdullah memarfu'kan hadits kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya cerita yang paling buruk adalah cerita dusta, dan sebagian dusta itu tidak pantas dijadikan sesuatu yang serius dan canda. Seorang laki-laki tidak boleh berjanji kepada anaknya kemudian ia tidak menunaikan janjinya itu. Sesungguhnya kebenaran itu membimbing kepada kebajikan dan kebajikan itu membimbing ke surga. Sesungguhnya dusta itu menunjukkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan itu membimbing ke neraka. Sesungguhnya akan dikatakan kepada orang yang jujur; Ia jujur dan bajik. Dan akan dikatakan kepada orang yang 34

Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi Âmir, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997, Kitab: Lain-lain, Juz: 5 Hal:1440. 35

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist „Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi,(Dârul alBasyair Al-Islamiyyah:1419H), Kitab: budak, Bab: Dusta, Hal: 388. 36

36

berdusta; Ia berdusta dan durhaka. Sesungguhnya seseorang akan berlaku jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur dan berlaku dusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." Beliau bersabda kepada kami: "Maukah aku beritahukan kepada kalian apa itu Al 'Adlhu itu? Sesungguhnya Al 'Adlhu adalah mengadu domba yang akan menghancurkan antara manusia."37 b. Hadits-hadits tentang Tertawa Dalam pencarian ini penulis menggunakan kitab Mu‟jam alMufahras38dan

kitab Miftahu al-Kunuz39 dalam melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kataُ

‫ضذذ‬, Maka penulis

mendapatkan hadits-hadits berikut ini:

ِ ‫اْل ِم‬ ِ ْ ‫ف حدَّثَنا أَبو ب ْك ٍر‬ ٍ ‫يد بْ ُن َج ْع َف ٍر َع ْن إِبْ َر ِاىي َم‬ َْ ‫اْلَنَف ُّي َحدَّثَنَا َعْب ُد‬ َ ُ َ َ َ‫َحدَّثَنَا بَك ُْر بْ ُن َخل‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ٍ ْ َ‫بْ ِن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ُحن‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ََل تُكْثُِروا‬ َ َ‫ْي َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ 40 ِ ِ ِ ِ ‫الض‬ ‫ب‬ َ ‫َّح‬ ُ ‫ك فَِإ َّن َكثْ َرَة الضَّحك ُُت‬ َ ‫يت الْ َق ْل‬ “Telah menceritakan kepada kami Bakar bin Khalaf telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja'far dari Ibrahim bin Abdullah bin Hunain dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati."41

‫ال‬ َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ََِسعت رس‬ ‫ك بِِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل‬ ُ ‫صلَّى َسلَّ َم يَ ُق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫ّْث فَيَك‬ َُ ُ ْ 42 ُ‫لَوُ َويْ ٌل لَو‬ “Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 37

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Juz:3, Hal: 483. 39 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunûz al-Sunnah, Hal: 296. 40 Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, Kitab : Zuhud, Bab: Sedih dan menangis, Hal : 453. 38

41

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Dâwud(Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi), Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539. 42

37

"Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.". 43

ٍ ‫ال َح َّدثَِِن ابْن وْى‬ َّ ‫َخبَ َرنَا َع ْمٌرو أ‬ ‫َّض ِر َح َّدثَوُ َع ْن‬ َ َ‫َحدَّثَنَا ََْي ََي بْ ُن ُسلَْي َما َن ق‬ ْ ‫َن أَبَا الن‬ ْ‫بأ‬ َُ ِ ِ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ْ َ‫ُسلَْي َما َن بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّوُ َعْن َها قَال‬ َّ ِ‫ت الن‬ ُ ْ‫ت َما َرأَي‬ َ ‫َّب‬ 44 ِ ‫طض‬ ِ ‫اح ًكا َح ََّّت أ ََرى ِمْنوُ َْلََواتِِو إََِّّنَا َكا َن يَتَبَ َّس ُم‬ َ ُّ َ‫ُم ْستَ ْجم ًعا ق‬

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau hanya biasa tersenyum."45

ٍ ٍ ْ ‫ضْي ِل بْ ِن َغ ْزوا َن َع ْن َعلِ ّْي بْ ِن ُحس‬ ‫ال َم ْن‬ َ َ‫ْي ق‬ َ ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُْحَْيد َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن الْ ُف‬ ْ‫أ‬ َ َ 46 ِ ‫ض ْح َكةً َم َّج َُمَّةً ِم ْن الْع ْل ِم‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ك‬ َ ”Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Humaid telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al fudlail bin Ghazwan dari Ali bin Husain ia berkata: "Barangsiapa tertawa, lepaslah satu bagian dari ilmu". 47

ِ ‫الزنَ ِاد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب‬ ّْ ‫يع َع ْن ُس ْفيَا َن َع ْن أَِِب‬ ٌ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َوك‬

ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ْ َ‫ك إِ ََل ر ُجل‬ ‫َح ُد ُهَا‬ َ َ‫ُىَريْ َرَة ق‬ ْ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّوَ ي‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ‫ْي يَ ْقتُ ُل أ‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ ُ ‫ض َح‬ ِ ِ ‫وب اللَّوُ َعلَى قَاتِلِ ِو‬ ْ ‫ْال َخَر كِ ََل ُهَا َد َخ َل‬ ُ ُ‫اْلَنَّةَ يُ َقات ُل َى َذا ِِف َسبِ ِيل اللَّو فَيُ ْستَ ْش َه ُد ُُثَّ يَت‬ 48

‫فَيُ ْسلِ ُم فَيُ َقاتِ ُل ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِو فَيُ ْستَ ْش َه ُد‬

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi 43

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab : Adab,Bab: Senyum dan tertawa, Hal:1543. 44

45

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist „Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab Mukaddimah, Bab: Menjaga ilmu, Hal: 15. 46

47

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah Kitab: Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal:68. 48

38

wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tertawa kepada dua orang, salah satu dari keduanya membunuh yang lainnya, sementara keduanya tetap masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah dan gugur, kemudian Allah mengampuni si pembunuh. Setelah itu ia masuk Islam, kemudian berperang di jalan Allah dan gugur pula."49

‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ َع ْن يَ ْعلَى بْ ِن‬ ُ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا يَِز‬ ُ َّ‫يد بْ ُن َى ُارو َن أَنْبَأَنَا َْح‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َ َ‫َعطَ ٍاء َع ْن َوكِي ِع بْ ِن ُح ُد ٍس َع ْن َع ّْم ِو أَِِب َرِزي ٍن ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ِ ِ َ ‫ض ِح‬ ِ ‫وط ِعب ِادهِ وقُر‬ ‫ال‬ َ َ‫ب ق‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ َ َ‫ب ِغ َِريهِ ق‬ ُّ ‫الر‬ َّ ‫ك‬ ْ َ‫ول اللَّ ِو أ ََو ي‬ ُ ‫ض َح‬ َ ُ ‫ال قُ ْل‬ ْ َ َ ُ‫ك َربُّنَا م ْن قُن‬ 50 ‫ك َخْي ًرا‬ ٍّ ‫ت لَ ْن نَ ْع َد َم ِم ْن َر‬ ْ َ‫ب ي‬ ُ ‫ض َح‬ ُ ‫نَ َع ْم قُ ْل‬ “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah memberitakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ya'la bin 'Atho` dari Waki' bin Hudus dari pamannya Abu Razin ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita tertawa dengan ibadah para hamba-Nya dan besarnya kecemburuannya." Abu Razin berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah Rabb tertawa?" beliau menjawab: "Ya benar, " aku berkata: "Selamanya kita akan mendapat kebaikan apabila Rabb kita tertawa."

َِ ‫حدَّثَنَا زىي ر بن حر ٍب وإِسحق بن إِب ر ِاىيم‬ ‫ال ُزَىْي ٌر َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن‬ َ َ‫َج ًيعا َع ْن َج ِري ٍر ق‬ َ َْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َُ َ ِ ِ ٍ ‫مْن‬ ٍ ْ‫اب ِم ْن قَُري‬ ‫ش َعلَى َعائِ َشةَ َوِى َي ِبِِ ًَن َوُى ْم‬ َ َ‫َس َوِد ق‬ ٌ َ‫ال َد َخ َل َشب‬ ْ ‫يم َع ْن ْاْل‬ ُ َ َ ‫صور َع ْن إبْ َراى‬ ٍ ِ ِ ُ‫ضح ُك ُكم قَالُوا فََُل ٌن َخَّر َعلَى طُن‬ ‫ت عُنُ ُقوُ أ َْو‬ ْ ُ‫ت َما ي‬ ْ َ‫ي‬ ْ ‫ب فُ ْسطَاط فَ َك َاد‬ ْ َ‫ض َح ُكو َن فَ َقال‬ ْ ِ َ ‫ضح ُكوا فَِإ ِّْن ََِسعت رس‬ ‫ال‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ْ َ‫ب فَ َقال‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ْ َ‫ت ََل ت‬ َُ ُ ْ َ ‫َعْي نُوُ أَ ْن تَ ْذ َى‬ 51 ِ ِ ِ ِ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يُ َش‬ ٌ‫ت َعْنوُ ِِبَا َخطيئَة‬ ْ َ‫ت لَوُ ِبَا َد َر َجةٌ َوُُمي‬ ْ َ‫اك َش ْوَكةً فَ َما فَ ْوقَ َها إََِّل ُكتب‬ “ Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim seluruhnya dari Jarir. Zuhair berkata; Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Al Aswad dia berkata; "Pada suatu hari, seorang pemuda Quraisy berkunjung kepada Aisyah, istri Rasulullah, ketika ia sedang berada di Mina. Kebetulan 49 50 51

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Hal:64.

Abû Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Sahih Muslim, (Libanon:Dar el-Fikr), Kitab: Berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab, Bab:Seorang mukmin mendapat pahala karena musibah yang menimpanya, Hal:14.

39

saat itu para sahabat sedang tertawa, hingga Aisyah merasa heran dan sekaligus bertanya; 'Mengapa kalian tertawa? ' Mereka menjawab; 'Si fulan jatuh menimpa tali kemah hingga Iehernya (atau matanya) hampir lepas.' Aisyah berkata; 'Janganlah kalian tertawa terbahak-bahak! Karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang Iebih kecil dari itu, melainkan akan ditulis baginya satu derajat dan akan dihapus satu kesalahannya.' 52

ِ َ‫ال َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُم ْس ِه ٍر َع ْن الْ ُم ْختَا ِر ابْ ِن فُ ْل ُف ٍل َع ْن أَن‬ ‫س بْ ِن‬ َ َ‫َخبَ َرنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُح ْج ٍر ق‬ ْ‫أ‬ ِ ِ ُ ‫ال صلَّى بِنَا رس‬ ٍِ ‫ات يَ ْوٍم ُُثَّ أَقْ بَ َل َعلَْي نَا بَِو ْج ِه ِو‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ذ‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ َ َ‫َمالك ق‬ َُ ِ ِ ‫صر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ِ‫وع وََل ب‬ ‫اف فَِإ ِّْن‬ َ ‫فَ َق‬ ُّ ِ‫ال إِ ِّْن إَِم ُام ُك ْم فَ ََل تُبَاد ُر ِوِن ب‬ َ ِ ‫الرُك‬ َ ْ‫الس ُجود َوََل بالْقيَام َوََل باَلن‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ض ِحكْتُ ْم‬ َ َ‫ت ل‬ ُ ْ‫أ ََرا ُك ْم م ْن أ ََمامي َوم ْن َخ ْلفي ُُثَّ قَا َل َوالَّذي نَ ْفسي بِيَده لَ ْو َرأَيْتُ ْم َما َرأَي‬ 53 ِ ِ ‫َّار‬ ْ ‫ت‬ َ َ‫ول اللَّ ِو ق‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ْ‫ال َرأَي‬ َ ْ‫قَل ًيَل َولَبَ َكْيتُ ْم َكث ًريا قُ ْلنَا َما َرأَي‬ َ ‫اْلَنَّةَ َوالن‬ “Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushar dari Al Mukhtar bin Fulful dari Anas bin Malik dia berkata; "Suatu hari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bersama kami, kemudian beliau menghadap kami lalu bersabda: 'Aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian mendahuluiku saat ruku', sujud, berdiri, dan saat aku beranjak dari shalat. Sesungguhnya aku melihat kalian dari arah depan dan balakang." Kemudian beliau menambahkan, 'Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya kalian dapat melihat apa yang aku lihat, maka kalian pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis'. Kami bertanya, 'Apa yang engkau lihat wahai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam? ' Beliau menjawab: 'Aku melihat surga dan neraka."54

ٍ ِ‫ب عن سع‬ ِ ِ ِ َ‫ي َع ْن أَبِ ِيو َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة‬ ّْ ‫يد الْ َم ْق ُِِب‬ َ ْ َ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا َعاص ُم بْ ُن َعل ٍّي َحدَّثَنَا ابْ ُن أَِِب ذئ‬ ِ ‫ال التَّثَ ُاؤ‬ ِ ِ ِ ‫ب‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ّْ ِ‫َرض َي اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬ َ ‫َّب‬ َ َ‫ب م ْن الشَّْيطَان فَإذَا تَثَاء‬ ُ 55 ِ َ َ‫استَط‬ ‫ك الشَّْيطَا ُن‬ َ َ‫َح َد ُك ْم إِذَا ق‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ال َىا‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ُرَّدهُ َما‬ َ ‫اع فَإ َّن أ‬ َ‫أ‬ 52

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I,Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr:2003), Kitab: Sahwi (Lupa), Bab: Larangan mendahului imam ketika pergi meninggalkan shalat, Hal:83. 53

54

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya,Hal: 1197. 55

40

Telah bercerita kepada kami 'Ashim bin 'Ali telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Dza'bi dari Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menguap itu dari setan. Maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah sedapat mungkin ditahannya karena bila seseorang dari kalian menguap dengan mengeluarkan suara haa, setan akan tertawa".56

ِ ِ ِ ِ ِ ‫صالِ ٍح َع ْن ابْ ِن‬ َ ‫يم َحدَّثَنَا أَِِب َع ْن‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َعل ُّي بْ ُن َعْبد اللَّو َحدَّثَنَا يَ ْع ُق‬ َ ‫وب بْ ُن إبْ َراى‬ ِ ‫اْل ِم‬ ٍ ‫ِشه‬ ٍ ‫َن ُُمَ َّم َد بْ َن َس ْع ِد بْ ِن أَِِب َوقَّا‬ َّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ِن َزيْ ٍد أ‬ ‫ص‬ َ َ‫اب ق‬ َّ ‫يد بْ ُن َعْب ِد‬ ْ ‫ال أ‬ َ َْ ‫َخبَ َرِِن َعْب ُد‬ ِ ِ ٍ َّ‫َن أَبَاهُ َس ْع َد بْ َن أَِِب َوق‬ َّ ‫َخبَ َرهُ أ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ َ َ‫اص ق‬ ْ‫أ‬ ْ ‫ال‬ َ ‫استَأْ َذ َن ُع َم ُر َعلَى َر ُسول اللَّو‬ ِ ِ ٍ ْ‫َو َسلَّ َم َو ِعْن َدهُ نِ َساءٌ ِم ْن قَُري‬ ‫استَأْ َذ َن ُع َم ُر قُ ْم َن‬ ْ ‫ش يُ َكلّْ ْمنَوُ َويَ ْستَكْث ْرنَوُ َعاليَةً أ‬ ْ ‫َص َواتُ ُه َّن فَلَ َّما‬ ِ ُ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ورس‬ ِْ ‫ي بتَ ِدر َن‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ُ ‫اب فَأ َِذ َن لَوُ َر ُس‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ْ َْ َ ‫اْل َج‬ ُ ََ َ َ َ ْ َ ُ ِ َ َ‫ول اللَّ ِو ق‬ ‫ت ِم ْن َى ُؤََل ِء‬ َ ‫َّك يَا َر ُس‬ َ ‫ك فَ َق‬ ْ ‫ال ُع َم ُر أ‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم ي‬ َ ‫ك اللَّوُ ِسن‬ َ ‫َض َح‬ ُ ‫ض َح‬ ُ ‫ال َعجْب‬ ِِ ِْ ‫ك اب تَ َدر َن‬ ِ َّ ‫ول اللَّ ِو‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ َ َ‫اب ق‬ َ ْ‫ال ُع َم ُر فَأَن‬ َ ‫الَلِِت ُك َّن عْندي فَلَ َّما ََس ْع َن‬ َ ‫اْل َج‬ ْ ْ َ َ‫ص ْوت‬ ِ ‫ال أَي ع ُد َّو‬ ِ َ ‫ات أَنْ ُف ِس ِه َّن أَتَهب نَِِن وََل تَهْب رس‬ َ ْ َ َ‫ْب ُُثَّ ق‬ َ ْ ‫َح َّق أَ ْن يَ َه‬ َ ‫ُكْن‬ ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ‫تأ‬ ُ َ َ ْ َ َ َْ ِ ِ ِ ُ َ‫ظ وأَ ْغل‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ َ ْ‫َعلَْيو َو َسلَّ َم قُ ْل َن نَ َع ْم أَن‬ َ ‫ظ م ْن َر ُسول اللَّو‬ َ ُّ َ‫ت أَف‬ ِ ِِ ِ ِ ُّ َ‫ك الشَّْيطَا ُن ق‬ ‫ط َسالِ ًكا فَ ِّجا إََِّل‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوالَّذي نَ ْف ِسي بِيَده َما لَقي‬ َ ‫اللَّو‬ 57

‫ك‬ َ ‫ك فَ ِّجا َغْي َر فَ ّْج‬ َ َ‫َسل‬

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada kami Ya'qub bin Ibrahim telah bercerita kepada kami bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku 'Abdul Hamid bin 'Abdur Rahman bin Zaid bahwa Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash mengabarkan kepadanya bahwa Sa'ad bin Abi Waqash berkata; 'Umar meminta izin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat ada wanita-wanita Quraisy sedang berbincang bersama Beliau dan berlama-lama berbicara hingga suara mereka terdengar dengan keras. Ketika 'Umar terdengar meminta izin, para wanita itu berdiri lalu pergi berlindung di balik tabir. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengizinkan 'Umar masuk lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa. 'Umar berkata; "Semoga Allah selalu membuat gigi baginda tertawa wahai Rasulullah". Beliau berkata: "Aku heran dengan para wanita yang tadi bersamaku. Ketika mereka mendengar suaramu 56

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya, Hal: 72. 57

41

mereka langsung saja menghindar dan berlindung dari balik tabir". 'Umar berkata; "Kamulah wahai Rasulullah, seharusnya yang lebih patut untuk disegani". Selanjutnya 'Umar berkata; "Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi diri kalian sendiri, mengapa kalian segan (takut) kepadaku dan tidak tidak segan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Para wanita itu menjawab; "Ya, karena kamu lebih galak dan keras hati dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada satu setanpun yang berjumpa denganmu pada suatu lorong melainkan dia akan mencari lorong lain yang tidak kamu lalui".58

ٍ ‫اق الْو ِاس ِطي حدَّثَنَا خالِ ٌد عن ب ي‬ ِ ٍ ‫ان َع ْن قَ ْي‬ ‫ال َج ِر ُير‬ َ َ‫ول ق‬ ُ ‫ال ََِس ْعتُوُ يَ ُق‬ َ َ‫س ق‬ ََ ْ َ َ َ ُّ َ ُ ‫َحدَّثَنَا إ ْس َح‬ ِ ِ ُ ‫بن عب ِد اللَّ ِو ر ِضي اللَّو عْنو ما حجب ِِن رس‬ ‫ت َوََل‬ ُ ‫َسلَ ْم‬ َْ ُ ْ ْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُمْن ُذ أ‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ ََ َ َ ُ َ ُ َ َ 59 ِ ‫ك‬ َ ‫ضح‬ َ ‫َر ِآِن إََِّل‬ Telah bercerita kepada kami Ishaq Al Wasithiy telah bercerita kepada kami Khalid dari Bayan dari Qais berkata, aku mendengarnya berkata; Jarir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku masuk Islam dan tidaklah melihatku melainkan beliau selalu tertawa".60

ٍِ ‫َخبَ رنَا أَبُو َح‬ ‫ت‬ ُّ ‫ص ِر‬ ُّ ‫ص ِر‬ ٌ ِ‫َخبَ َرنَا ثَاب‬ ْ ‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ أ‬ ُ َّ‫ي َحدَّثَنَا َْح‬ ْ َ‫َسلَ َم الْب‬ ْ َ‫اِت الْب‬ ْ ‫ي ُى َو َرْو ُح بِ ُن أ‬ َ ْ‫أ‬ ِ ُ ‫ال ب ي نَما رس‬ ٍ ‫ص َهْي‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َّ ‫َع ْن َعْب ِد‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫الر ْْحَ ِن بْ ِن أَِِب لَْي لَى َع ْن‬ ُ َ َ َْ َ َ‫ب ق‬ ِ ِ ‫ال َع َجبًا ِم ْن أ َْم ِر‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ك فَ َق‬ ْ َ‫ك فَ َقالُوا ِم َّم ت‬ ْ ‫ال أَََل تَ ْسأَلُ ِوِن ِمَّا أ‬ ُ ‫ض َح‬ ُ ‫َض َح‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫س إِ ْذ‬ ٌ ‫َجال‬ ِ ِ ُّ ‫الْم ْؤِم ِن ُكلُّو لَو خي ر إِ ْن أَصابو ما َُِي‬ ُ‫َصابَوُ َما يَكَْره‬ َ ‫ب َْح َد اللَّ َو َعلَْيو فَ َكا َن لَوُ َخْي ٌر َوإِ ْن أ‬ َ َُ َ ٌَْ ُ ُ ُ 61 ِ ٍ ‫َحد أَْم ُرهُ لَوُ َخْي ٌر إََِّل الْ ُم ْؤم َن‬ َ َ‫ف‬ َ ‫س ُك ُّل أ‬ َ ‫صبَ َر َكا َن لَوُ َخْي ٌر َولَْي‬ Telah mengabarkan kepada kami Abu Hatim Al Bashri ia adalah Rauh bin Aslam Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah mengabarkan kepada kami Tsabit dari Abdurrahman bin Abu Laili dari Shuhaib ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa seraya mengatakan: "Tidakkah kalian tanyakan kepadaku apa yang membuatku tertawa?" Mereka bertanya; Apa yang membuat engkau tertawa? Beliau menjawab: "Sungguh mengagumkan perkara orang mu`min yang seluruhnya adalah baik baginya. Jika ditimpa sesuatu yang disukai, lalu 58

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab: Jarir bin Abdullah al Bajali,Hal: 1390. 60 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 61 „Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab: Kitab budak, Bab: Mukmin diganjari pada segala-galanya, Hal: 409. 59

42

ia memuji Allah karenanya, maka hal itu adalah baik baginya. Jika ditimpa sesuatu yang tidak disukai, lalu ia bersabar, maka itu pun baik baginya. Tidak ada seorang pun yang seluruh perkaranya baik baginya kecuali orang mu`min."62

ِ ِ ّْ ‫ك عن أَِِب‬ ِ ‫َعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َر ِض َي‬ ْ ‫الزنَاد َع ْن ْاْل‬ ْ‫فأ‬ َ ‫وس‬ ْ َ ٌ ‫َخبَ َرنَا َمال‬ ُ ُ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّو بْ ُن ي‬ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ْ َ‫ك اللَّوُ إِ ََل ر ُجل‬ ‫َح ُد ُهَا‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ْ َ‫ال ي‬ ُ ‫ض َح‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ‫ْي يَ ْقتُ ُل أ‬ ُ َ َّ ‫اللَّوُ َعْن ُهأ‬ َ ِ ِ ‫وب اللَّوُ َعلَى الْ َقاتِ ِل‬ ْ ‫ْال َخَر يَ ْد ُخ ََل ِن‬ ُ ُ‫اْلَنَّةَ يُ َقات ُل َى َذا ِِف َسبِ ِيل اللَّو فَيُ ْقتَ ُل ُُثَّ يَت‬ 63

‫فَيُ ْستَ ْش َه ُد‬

Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah terawa terhadap dua orang dimana yang satu membunuh yang lainnya namun keduanya masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Kemudian Allah menerima taubat orang yang membunuhnya lalu diapun (berperang) hingga mati syahid".64

ِ ‫ب ُُم َّم ُد بن الْع ََل ِء حدَّثَنَا عب ُد اللَّ ِو بن إِ َْسعِيل عن ُُمالِ ٍد عن أَِِب الْوَّد‬ ‫اك‬ َْ َ َ ُ ْ َ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكَري‬ َْ َ َْ َ َ ُْ َ ٍ ِ‫عن أَِِب سع‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ‫ك إِ ََل‬ ْ ‫يد‬ َ َ‫ي ق‬ ّْ ‫الُ ْد ِر‬ ْ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّوَ لَي‬ ُ ‫ض َح‬ َ ‫ول اللَّو‬ َْ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ ِ ‫الص ََلةِ ولِ َّلرج ِل يصلّْي ِِف جو‬ ‫ف‬ ّْ ‫لص‬ َ َ‫ف اللَّْي ِل َولِ َّلر ُج ِل يُ َقاتِ ُل أ َُراهُ ق‬ َّ ِ‫ثَََلثٍَة ل‬ َ ‫ال َخ ْل‬ َ ُ ُ َ َّ ‫ف ِِف‬ َْ 65 ِ ِ ‫الْ َكتيبَة‬ Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad Ibnul 'Ala` berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Isma'il dari Mujalid dari Abul Waddak dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tertawa kepada tiga golongan; orang yang berada di shaf shalat, seorang lelaki yang shalat di tengah malam, dan kepada seorang lelaki yang berperang." Menurutku beliau mengatakan: "Di belakang batalyon."66

62

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Jihad dan penjelajahan, Bab: Orang kafir membunuh seorang muslim kemudian ia masuk Islam dan berlaku lurus, kemudian ia terbunuh, Hal: 1040. 63

64

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Kitab: Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal: 73. 65

66

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

Sunan

Ibnu

Majah,

43

ِ ِ ِ‫السائ‬ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكري‬ ‫ب َع ْن أَبِ ِيو َع ْن‬ َّ ‫ِب َع ْن َعطَ ِاء بْ ِن‬ ُّ ِ‫ب ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ َع ََلء َحدَّثَنَا الْ ُم َح ِار‬ َ ِ َ ‫أَتَى رجل رس‬ ‫ال‬ َ َ‫ول اللَّ ِو َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬ َ ‫ال يَا َر ُس‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َق‬ َ ‫ول اللَّو‬ َُ ٌ َُ ِ ِ ِ ِ َ ‫اْلِهاد مع‬ ‫ي‬ َّ ‫ت َوإِ َّن َوالِ َد‬ ُ ‫ت أُِر‬ ُ ‫إِ ِّْن جْئ‬ ُ ‫َّار ْالخَرَة َولََق ْد أَتَْي‬ َ َ َ َ ْ ‫يد‬ َ ‫ك أَبْتَغي َو ْج َو اللَّو َوالد‬ 67 ِ ْ ‫ال فَارِجع إِلَي ِهما فَأ‬ ِ ِ ‫ْه َما َك َما أَبْ َكْيتَ ُه َما‬ ُ ‫َضحك‬ َ ْ ْ ْ َ َ‫لَيَْبكيَان ق‬ Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala`, telah menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Atha` bin Sa`ib dari Ayahnya dari Abdullah bin Amru berkata; "Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; 'Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku datang ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan kehidupan akhirat. Dan sungguh aku telah datang sedangkan kedua orang tuaku menangis.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kembalilah kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau membuat keduanya menangis."68

ٍ ِ‫يد بْ ِن أَِِب َحب‬ ‫اْلَا ِر ِث بْ ِن َج ْزٍء ِمثْ ُل َى َذا َحدَّثَنَا‬ ْ ‫يب َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن‬ َ ‫ي َع ْن يَِز‬ َ ‫َوقَ ْد ُرِو‬ ِ ‫ث بْ ُن َس ْع ٍد‬ ْ ‫َْحَ ُد بْ ُن َخالِ ٍد‬ ْ‫كأ‬ َّ ‫الَََّل ُل َحدَّثَنَا ََْي ََي بْ ُن إِ ْس َح َق‬ ُ ‫السْي لَ َح ِاِنُّ َحدَّثَنَا اللَّْي‬ َ ‫بِ َذل‬ ٍ ِ ْ ‫يب عن عب ِد اللَّ ِو ب ِن‬ ِ ‫ال ما َكا َن‬ ِ ‫ك رس‬ ‫ول اللَّ ِو‬ َ ‫َع ْن يَِز‬ َ ْ َْ ْ َ ٍ ِ‫يد بْ ِن أَِِب َحب‬ َ َ َ‫اْلَا ِرث بْ ِن َج ْزء ق‬ ُ َ ُ ‫ضح‬ 69 ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إََِّل تَبَ ُّس ًما‬ َ Dan di riwayatkan pula dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i seperti ini, telah menceritakan kepada kami seperti itu Ahmad bin Khalid Al Khallal telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq As Sailahani telah menceritakan kepada kami Al Laits bin Sa'd dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i dia berkata; "Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya sekedar senyum."70 Telah penulis sajikan beberapa hadis yang seseuai dengan kajian penelitian. Dengan demikian, langkah yang selanjutnya penulis lakukan adalah menganalisis beberapa hadis yang sesuai dengan judul penulis pada bab selanjutnya.

67

Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Kitab: Jihad, Bab: Seorang laki-laki berperang sementara dirinya memiliki dua orang tua, Hal: 930. 68 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 69 al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi,Kitab: Budi pekerti yang terpuji, Bab: Keceriaan nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam, Hal: 601. 70

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

BAB IV ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG BERDUSTA UNTUK MEMBUAT TERTAWA A. Teks Hadis dan Terjemahannya Hadis Pertama

‫ال‬ َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ََِسعت رس‬ ‫ك بِِو‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬ َُ ُ ْ 1 ُ‫الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.".2 Hadis Kedua

ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬ ‫ول َع ْن أَِِب‬ َ ْ ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ َ َ‫ُىَريْ َرةَ ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ 3 ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬ ِ ‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ َ َُ “Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar."4

1

Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd(Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah),Hal:539. Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist. 3 Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Hal:352. 4 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 2

44

45

B. Kegiatan Takhrij al-Hadis Sebelum melakukan kegiatan takhrîj, ada baiknya terlebih dahulu memahami apa arti kata takhrîj. Takhrîj berasal dari kata kharaja (ََ ََ ‫ ) َخر‬yang berarti mengeluarkan.5Adapun menurut istilah takhrîj adalah menunjukkan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab induk hadis) dengan menerangkan hukum atau kualitasnya.6 Tujuan pokok dari kegiatan penelitian takhrîj ini adalah untuk mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis tersebut berada di dalam buku-buku hadis atau tidak, selanjutnya untuk mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja hadis tersebut terhimpun. Di dalam kegiatan men takhrîj hadis, seorang peneliti harus mengetahui metode-metode dalam mentakhrîj hadis. Metode-metode tersebut yaitu: Men takhrîj hadis menggunakan lafal pertama matan hadis menggunakan kitab al-Jâmi’ al- Shaghir, Men takhrîj hadis menggunakan kata-kata dalam matan hadis menggunakan kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Men takhrîj menggunakan perawi hadis pertama yaitu menggunakan kitab al-Athraf, al-Musnad ataupun kitab Tuhfatu alAsyrâf , Men takhrîj menggunakan tema hadis yaitu melalui kitab Miftâh Kunûz al-Sunnah, Men takhrîj menggunakan status hadis yaitu dengan kitab Azhâr al-Mutanâtsirah.7 Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan 2 metode dari 5 metode yang ada yaitu dengan takhrij dengan kata yaitu melalui kitab al5

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab –Indonesia(Surabaya Agung :Pustaka Progresif,1997), Hal:330. 6 Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis(Jakarta:Amzah,2013),Hal:129 7 Agil Husi Munawwar, Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits

46

Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan menggunakan metode takhrij melalui nama perawi yakni menggunakan Kitab Tuhfatul alAsyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf. Menurut penulis metode yang penulis pilih adalah metode yang cukup mudah dalam kegiatan penulusuran dalam kitabnya. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode tersebut. C. I’tibar Setelah melakukan kegiatan takhrij, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah mencatat dan menghimpun seluruh sanad hadis untuk melakukan kegiatan I’tibar. Kata al-I’tibar ( ‫ (اإلعتبرر‬merupakan masdar dari kata َ‫اعتبر‬. Menurut bahasa, arti kata al-I’tibar adalah peninjauan terhadap sebuah hal dengan maksud untuk mengetahui sesuatu yang sejenisnya .8 Menurut istilah dalam ilmu hadis, bahwasanya al-I’tibar adalah menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya hanya tampak seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain maka akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain atau tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis tersebut.

9

Kegunaan dari al-I’tibâr yaitu untuk mengetahui keadaan sanad

hadis secara menyeluruh dengan dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstastus syâhid atau mutabi‟. Dengan dilakukakannya al-I’tibâr, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis-hadis tentang larangan berdusta untuk membuat orang tertawa, demikian pula dengan nama-nama periwayatnya, dan metode

8

M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet1, Hal:49. 9 M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, cet-1,,Hal: 50.

47

periwayatan

yang

digunakan

oleh

masing-masing

periwayat

yang

bersangkutan. D. Pengertian Kritik Sanad Dan Matan Kritik berasal dari kata

‫( وق ر‬naqd).10 Kata naqd sendiri berarti

penelitian, analisis, pengecekan,dan pembedaan. Berdasarkan atas keempat makna tersebut, kritik hadis berarti sebuah penelitian kualitas hadis, analisis terhadap sanad dan matannya, pengecekan hadis ke dalam sumber-sumber, serta pembedaan antara hadis autentik dan yang tidak. Kata Naqd di dalam alQur‟an tidak ditemukan, namun al-Qur‟an menggunakan kata tamyîz yang berarti memisahkan dan membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain.11 Kritik merupakan sebuah kajian hadis yang boleh atau tidak diterapkan, karena kajian ini muncul belakangan. Menurut istilah kritik adalah sebuah usaha untuk menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangka untuk menemukan kebenaran. 12 Penelitian(kritik) hadis perlu dilakukan berdasarkan atas pertimbangan teologis, historis dan documenter, praktis, dan pertimbangan tekhnis. Bahwasanya hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam, dan sekiranya sebagai sejarah tentang kehidupan Nabi.

Beberapa ayat

al-Qur‟an

memberikan beberapa argumentasi tentang kehujahan hadis Nabi dan segala ajaran yang dibawanya termasuk ke dalam ajaran yang harus diikuti. Dengan demikian sehingga mendorong umat Islam untuk memelihara dan juga menjaga hadis dari kekeliruan. 10

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Yogya: Unit PBIK PP alMunawwir,1984, Hal:1551 11 Idris, Studi Hadis, (Jakarta:Kencana,2010), Hal:275 12 W.j.s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet.IV, Hal:965.

48

1. Kritik Sanad Hadis Kegiatan penelitian sanad13 ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai periwayat, Pada bagian ini diperlukan kitab-kitab yang menerangkan periwayat hadis baik dari sisi biografinya, pribadinya, kritikan terhadapnya dan menyajikan guru-guru dan murid beliau sehingga dapat dipastikan sanad tersebut memiliki ketersambungan. Kriteria dalam keshahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang dabit, tidak terdapat kejanggalan (syaz) ataupun tidak terdapat kecacatan(‘illat), Tujuan dalam kegiatan penelitian sanad ini adalah untuk menghindari terjadinya pemalsuan hadis. 2. Kritik Matan Hadis Menurut bahasa kata matan berasal dari bahasa arab ‫ مرته‬yang artinya punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Menurut ilmu hadis matan adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad SAW yang disebutkan setelah sanad. Matan hadis adalah isi hadis yang berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.14 Dalam menentukan keshahihan matan hadis menurut muhaditsîn terdapat beberapa kriteria. Menurut Salah al-Dîn al-Adabî bahwasanya kriteria kesahihan matan ada empat yaitu: a. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an. b. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat. 13

Sanad menurut bahasa berarti bagian bumi yang menonjol. Menurut terminology bahwasanya sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis. M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, ( Bandung,Pustaka Setia),Hal:89 14 Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, (Jakarta:Amzah,2013), Hal:113.

49

c. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, sejarah, dan d. Susunan pernyataanya menunjukan ciri-ciri sabda kenabian. 15 Adapun para ulama ahli hadis mengajukan langkah-langkah metodologis untuk kegiatan penelitian matan hadis yakni: a. Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya. b. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan hadis tersebut. c. Meneliti kandungan matan.16 Kritik matan ini bertujuan untuk menghindari sikap berlebihan dalam meriwayatkan suatu hadis karena adanya ukuran-ukuran tertentu dalam metodologi kritik matan ini. Menghadapi kemungkinan adanya kesalahan pada diri para periwayat, menghadapi musuh-musuh Islam yang ingin memalsukan hadis dengan menggunakan sanad sahih, tetapi matannya tidak sahih. Kriteria-kriteria itulah yang akan menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian matan. Sebagaimana yang akan diuraikan masing-masing langkah penelitian tersebut. E. Kritik Hadis Tentang Ancaman orang yang berdusta untuk membuat tertawa Hadis Pertama Langkah awal dalam melakukan kegiatan kritik hadis adalah melakukan takhrij hadis, dalam kegiatan ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis dengan menggunakan : 15

Bustamin dan M.Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta:Raja Grafindo,2004), Hal:64. M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet1, Hal:113. 16

50

A. Takhrij Hadis a.

Penelitian melalui kitab al-Mu‟jam al-Mufahras Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata َُ ِِ ‫ال َكر‬, Adapun hasil yang disajikan dalam kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts alNabawῖ adalah berikut17:

Berdasarkan dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts alNabawῖ, maka penulis menemukan riwayat untuk hadis yang ditakhrîj yaitu: 1. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab ‫ زه‬bab َ‫فِ ْي َم ْهَتَ َك ْل َمَبِ َكلِ َم ٍة‬ َ‫رس‬ َ ‫ يُ ْ ِح‬hal. 382, satu riwayat. َ ّ‫كَبِهَرَالى‬ ْ ‫فِ ْي‬ 2. Sunan ad-Dârimî karya Imam ad-Dârimî dalam kitab ‫ استِان‬babَ ْ‫َال ِِي‬ َ‫رس‬ ََ ‫يُ ْك ِِ ُ َلِيُضْ ِح‬, hal: 1771, satu riwayat. َ ّ‫كَبِ ِهَالى‬ 3. Musnad Ahmad bin Hanbal karya Imam Ahmad bin Hanbal Jilid 5, hal: 5 dan 7, 2 riwayat. b.

Penelitian melalui kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf Dalam kegiatan penelitian ini penulis melakukan pencarian melalui nama perawi yang terdapat dalam hadis tersebut yakni

dengan nama

Mu'âwiyah bin Hayyadah. Setelah melakukan pencarian maka penulis mendapatkan hasil sebagai berikut:18

17

A.J. Wensick, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts alNabawῖ,(Leiden:E.J.Brill,1943), Juz:5 Hal: 550. 18 Al-Hafizh Abul Hajjaj Yusuf al-Mizzi,Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf(Dar al-Gharb al-Islamî,1999), Juz 8, Hal: 120.

51

Berdasarakan data yang ditemukan dalam kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf, maka penulis menemukan hadis yang akan di takhrîj adalah sebagai berikut : 1. Sunan Abu Dâwud karya Imam Abu Dâud dalam kitab

‫ األَ َد‬, Nomer

hadis 4990, satu riwayat. 2. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab ‫ال ُزهُر‬, nomer hadis 2315, satu riwayat. 3. Sunan an-Nasâ‟I karya Imam an-Nasâ‟I dalam kitab َْ‫التَ ْف ِسري‬, nomer hadis 11655, satu riwayat. Setelah penulis memperoleh data-data dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf,maka penulis menyajikan riwayat-riwayat hadis tersebut dari setiap mukharrij berdasarkan naskah aslinya.

52

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam Tirmidzi

ٍ ِ‫حدَّثَنا ُُم َّمد بن بشَّا ٍر حدَّثَنا ََيَي بن سع‬ ‫يد َحدَّثَنَا بَ ْه ُز بْ ُن َح ِكي ٍم َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن‬ َ ُ ْ َْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ِ َ َ‫جدِّي ق‬ ِ ‫اْل ِد‬ ِ ُ ‫ول ويْل لِلَّ ِذي َُيَد‬ َّ ِ َّ َّ َ ‫َِّب‬ ‫يث‬ َّ ِ‫ت الن‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َْ ‫ِّث ب‬ َ ٌ َ ُ ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم يَ ُق‬ 19 ِ ِ ِِ َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫لي‬ ُ‫ب َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ ُ ‫ك بو الْ َق ْوَم فَيَكْذ‬ “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Bahz bin Hakim telah menceritakan kepada kami bapakku dari kakekku dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Celakalah bagi orang yang mengatakan sesuatu agar supaya ditertawakan oleh orang orang kemudian dia berbohong, celakalah baginya dan celakalah baginya."20

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Darimi

ِ َ َ‫يد بن ىارو َن أَخب رنَا ب هز بن ح ِكي ٍم عن أَبِ ِيو عن جدِّهِ ق‬ ‫ول اللَّ ِو‬ َ ‫ت َر ُس‬ ْ‫أ‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ َْ َْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ‫َخبَ َرنَا يَِز‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ‫ك بِِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫ض ِح‬ َ ُ ‫ِّث فَيَك‬ 21 ُ‫لَو‬ “Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang yang bercerita, lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal :

ِ ‫َّاق أَخب رنَا معمر عن ب ه ِز ب ِن ح ِكي ٍم عن أَبِ ِيو عن جد‬ ِ َ َ‫ِّه ق‬ ِ َّ ‫حدَّثَنَا عب ُد‬ ‫ول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َْ َ َ َْ َْ َ ْ ْ َ ْ َ ٌ َ ْ َ َ َ ْ ‫الرز‬ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ِّث الْ َقوم ُُثَّ يكْذب لي‬ ِ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ُ‫ضح َك ُه ْم َويْ ٌل لَو‬ َ ‫اللَّو‬ ُ ُ َ َ ْ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬

ُ‫َوَويْ ٌل لَو‬

22

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Bahz bin Hakim dari Ayahnya dari Kakeknya ia berkata; Aku 19

al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt alAfkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab : Zuhud, Bab: Siapa yang bicara sepatah kata agar manusia tertawa, Hal: 382. 20 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 21 al-Fadl ibn Bahram Al-Dârimi, Sunan al-Darimî ,Dârul Mughni:1420, Kitab : Kitab meminta ijin, Bab: Berbohong agar orang tertawa, Hal: 1771. 22 Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Musnad penduduk Bashrah, Bab: Hadits Mu'awiyah bin Haidah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Hal:1468.

53

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang yang berbicara kemudian berbohong agar orang lain mentertawakannya, celakalah dia, celakalah dia." 23

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Abû Daud

‫ال‬ َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ََِسعت رس‬ ‫ك بِِو‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬ َُ ُ ْ 24 ُ‫الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ “Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."25

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam an-Nasa’I

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َِّب‬ َّ ِ‫أَنَا َعلي بْ ُن َح َج ْر نَا إِ َْسَاعْي َل بْ ُن إِبْ َراىْي َم َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َحكْي ٍم َع ْن أَبِْيو َع ْن َجدِّه َع ْن الن‬ 26 ِِ ِ ‫ْذ‬ ِ ِ َ ‫ض ِح‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ال َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ َ ُ ‫ِّث فَيَك‬ “„Ali bin Hajar telah mendengar dari isma„il bin Ibrâhim dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."27

Setelah mencatat seluruh hadits yang terdapat dalam al-Kutub alTis’ah, maka yang akan penulis lakukan adalah menulis seluruh sanad yang terdapat dalam hadits tersebut dan akan dibahas dalam kegiatan I‟tibar dibawah ini. Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-I‟tibâr, maka penulis akan membuat skema sebagai berikut: 23

Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd, (Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah), Kitab: Adab, Bab: Teguran keras dari dusta, Hal:539. 25 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist. 26 Abû Abd al-Rahmân Ahmad ibn „Alî ibn Sy‟aib,Sunan An-Nasai, Bab Tafsir Surat anNisa Juz 6 Hal: 329. 27 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist. 24

54

B. Kritik sanad Dalam kegiatan ini, Sanad yang dipilih oleh penulis untuk diteliti langsung dalam penelitian sanad terhadap hadis – hadis yang termasuk

ُُّّ‫النَّبِي‬

ِ‫جدِّه‬ َ ‫أَبِ ِيو‬ ‫بَ ْه ُز بْ ُن‬ ‫َح ِكي ٍم‬ ‫َم ْع َمٌر‬ ِ ‫الرز‬ ‫َّاق‬ َّ ‫َعْب ُد‬

‫يد بْ ُن َى ُارو َن‬ ُ ‫يَِز‬ W.206 H

ِ ‫إِ َْس‬ ‫اعْي َل بْ ُن‬ َ ِ ‫إِبْ َراىْي َم‬

ٍ ِ‫ََيَي بن سع‬ ‫يد‬ َ ُ ْ َْ W.198 Hَ

‫الدارمي‬

‫ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر‬

‫َّد‬ ُ ‫ُم َسد‬

W.255 H

W.252 H

W. 228 H

‫امحد ابن حنبل‬

‫الرتمذى‬

‫ابوا داود‬

W. 241 H

W. 279 H

W.275 H

‫َعلِي بْ ُن َح َج ْر‬ L.244َH

‫النسائي‬ L.215 H

55

klasifikasi pertama adalah salah satu sanad dari imam Abû Dâud. Adapun kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadis dimaksud adalah: a. Mu'âwiyah bin Hayyadah (Periwayat I, Sanad V),b. Hakim bin Mu'âwiyah (Periwayat II, Sanad IV),c. Bahz bin Hakim (Periwayat III, Sanad III),d. Yahya bin Sa'id (Periwayat IV, Sanad II),e. Musaddad bin Musrihad (Periwayat V, Sanad I),f. Abû Dâwud (Periwayat VI, Mukharij). Dalam kegiatan ini, maka penulis akan melakukan penelitian yang dimulai pada periwayat terakhir (al-mukharij) yakni imam Abu Dâwud lalu diikuti pada periwayat sebelum imam Abu Dâwud dan seterusnya hingga sampai pada periwayat pertama. Alasan penulis melakukan penelitian dari Imam Abu Dâwud karena menurut penulis hadis yang terdapat di dalam Sunan Abu Dawud masih terdapat hadis-hadis daif dan tidak terdapat keterangan tentang kualitas suatu hadis tersebut. Dengan demikian, penulis melakukan penelitian awal melalui Imam Abu Dâwud. Berikut penulis memaparkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu : a.

Abu Dâwud Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama dari imam Abu Dâwud adalah Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir 28. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H di Sijistan, sebuah daerah yang

terletak antara Iran dan Afghanistan. Abu 'Ubaid al Ajuri menuturkan; 'Imam Abu Dâwûd meninggal pada hari jum'at tanggal 16 bulan syawwal

28

Abû Muhammad „Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs bin al-Munzir alRâzî, Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Juz IV ,cet.1 (Hayderabat: Majlis Da‟irat al-Ma„arif,1987), Hal:102.

56

tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Basrah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridhai beliau.29 Imam Abu Dâwud adalah salah satu Imam yang sering berkeliling mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul Muhadditsin. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18 tahun. Adapun negri-negri islam yang beliau kunjungi diantaranya; Iraq dan Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki, yaitu pada tahun 220 hijriah, Kufah; beliau kunjungi pada tahun 221 hijriah, 3. Bashrah; beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits di sana, kemudian keluar dari sana dan kembali lagi setelah itu.4. Syam; Damsyiq, Himsh dan Halb.5. AL Jazirah; masuk ke daerah Haran, dan mendengar hadits dari penduduknya30. Guru-guru31 beliau diantaranya : Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi, Yahya bin Ma'in Abu Zakariya , Ishaq bin Ibrahim bin Rahuyah abu Ya'qub al-Hanzali,Utsman bin Muhammad bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi, Muslim bin Ibrahim al Azdi, Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab al Qa'nabi al Harits al Madani, Musaddad bin Musarhad bin Musarbal, Musa bin Isma‟il at-Tamimi, Muhammad bin Basar, Zuhair bin Harbi ( Abu Khaitsamah, dan lain-lain.

29

Abû „Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin „Usmân al-Zahâbî, Siyar a’lam al-Nubalâ, Juz XIII, Cet.VII,( Bayrut: Mu‟assasat al-Risâlah,1990), Hal:221. 30 Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun, 2008), Hal:206. 31 Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahzîb al-Tahzîb, ( Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), Juz IV , Hal:149

57

Murid-murid beliau diantaranya: Imam Abu 'Isa at Tirmidzi, Imam Nasa'I, Abu Ubaid al-Ajuri,Abu Tayyib Ahmad bin Ibrahim Al Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau), Abu 'Amru Ahmad bin Ali al-Bashri (perawi kitab sunan dari beliau), Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Khallal al-Faqih, Isma'il bin Muhammad as-Shafar.32 Komentar para ulama tentang beliau, Banyak sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama hadits dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Dâwud Rahimahullah, diantaranya adalah; Abdurrahman bin Abi Hatim berkata: Abu daud Tsiqah, Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Dâwud adalah imam yang dikedepankan pada zamannya, Ibnu Hibban berkata: Abu Dâwud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan fiqih, Musa bin Harun menuturkan: Abu Dâwud diciptakan di dunia untuk hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak melihat seorangpun lebih utama daripada dirinya, Al Hakim berkata: Abu Daud adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada keraguan, Adz Dzahabi menuturkan:Abu Dâwud dengan keimamannya dalam hadits dan ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitab as-Sunan telah jelas menunjukkan hal tersebut. Tidak terdapat seorang kritikus satupun yang mencela Abu Dâwûd. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau telah menerima hadis dari Musaddad bin Musrihad dapat dipercaya. Melihat dari kota yang ditinggali selama hidup yang memperkuat 32

Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî , Tahzîb al-Tahzîb, Juz IV, Hal:150.

58

bahwasanya di antara mereka terdapat pertemuan. Sehingga sanad antara Abu Dâwûd dan Musaddad bin Musrihad dalam keadaan bersambung.

b.

Musaddad bin Musrihad

Nama asli Musaddad bin Musrihad adalah Musaddad bin Musrihad bin Musribal bin Mustawrid.33 Beliau memiliki nama kuniyah yakni Abu al-Hasan, semasa hidupnya Musaddad bin Musrihad tinggal di kota Bashrah, beliau wafat pada tahun 228 H. Dalam mencari ilmu beliau belajar kepada: Ismâʻîl bin „ulayyah, Umiyyah bin Khâlid, Bisyri bin Mufadal, Ja„far bin Sulaimân al-Duba„î, Husain bin Numair, Hamâd bin Zaid, Sufyân ibn „Uyainah, „Abdul Aziz bin Abdu Samad „Amimi, „Isa bin Yunus, Mu‟tamar bin Sulaimân, Yahya bin Said Al-Qathân, Yusuf bin Ya„qub, Yunus bin Qâsim.34

Murid- murid beliau diantaranya: Bukhâri, Abu Dâwud, Ibrâhim bin Ya„qub al-Zuwjâni, Ismâil bin Ishâq, Hammâd bin Ishâq al- Qâdi, Muhamad bin Yahya, Ya„qub bin Sufyân, Abu Hatim, Dll. 35 Komentar Para ulama: Yahya bin Ma„in berkata bahwasanya beliau Saduq, Ahmad bin Hambal berkata bahwasanya Saduq, An-Nasa‟I

33

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, (Muasasah ar-Risalah: 1987), Juz:27, Hal:443. 34 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27, Hal: 444 35 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27, Hal: 445

59

mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata Tsiqah, Ibnu Hajar al-„Asqalani Tsiqah Hafidz, dan Adz-Dzahabi berkata bahwasanya Hafizh.36 Tidak terdapat seorang pun kritikus yang mencela pribadi Musaddad bin Musrihad. Kritikus memberikan pujian-pujian yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataan Musaddad bin Musrihad yang mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis di atas dari Yahya bin Sa'id dapat dipercaya kebenarannya. Musaddad bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id tinggal di kota yang sama dan umurnya tidak terpaut jauh. Oleh karena itu, bahwa sanad antara Musaddad bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id dalam keadaan bersambung. c.

Yahya bin Sa'id bin Farrukh Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Saʻid bin Farrukh alQatân at-Tamîmû. Beliau adalah seorang kalangan Tabi'ut Tabi'in, Abu Sa'id adalah nama kuniyah beliau, semasa hidupnya ia tinggal di negeri Bashrah. Beliau lahir di Tamim, Beliau wafat pada Tahun 198 H, Guru-guru beliau adalah: abân bin sam‟ah, asâmah bin Zaid alLaitsi, Ismail bin Abi Khalid,Bahz bin Hakim,Jâbir bin subhi, Ja‟far bin Bin Muhammad bin „Ali, Ju‟aid bin „Abdurrahmâan, Hasan bin Zakwan, Hamâd bin Salamah, Humaid bin al-Thawil, Khutsama bin „Irâki bin Mâlik, Dll.37

36

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27, Hal: 446-448. 37 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31, Hal: 330.

60

Adapun yang belajar kepada beliau diantaranya adalah: Ismail bin Mas„ud, Basyir bin Hakam An-Naisaburi, Zaid bin Ahzam, Sufyan Atsauri,

Sufyan

bin

„Uyainah,

Syu„bah

bin

Yusuf

an-

Nasa„i,Abdurrahmân bin Mubarak al-„Aisyi, „Affân bin Muslim, Muhammad bin Basysyar, Musaddad bin Musarhad, Mu„tamar bin sulaimân, Yahya bin Hakim, dll. 38 Komentar Ulama tentang Beliau: Abu Zur‟ah berkata bahwasanya beliau Tsiqoh Hafidz, Abu Hatim berkata bahwasanya Tsiqoh Hafidz, An-Nasâ‟i berkata bahwasanya beliau Tsiqah Tsabat39. Hampir seluruh kritikus hadis mengatakan bahwasanya beliau Tsiqoh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya Yahya bin Sa'id benar menerima riwayat hadis tersebut dari Bahz bin Hakim, sehingga periwayatannya dapat dipercaya. Oleh karena itu, bahwa sanad antara Yahya bin Sa‟id san Bahz bin Hakim dalam keadaan bersambung. d. Bahz bin Hakim Nama lengkap beliau adalah Bahz bin Hakim bin Mu'awiyah bin Hidah, Beliau memiliki nama kuniyah yaitu Abu 'Abdul Malik, Negeri yang ditempati saat beliau masih hidup adalah di kota Bashrah. Dalam menimba ilmu ia berguru kepada ayahnya yang bernama Hakim bin Mu'awiyah dan juga kakeknya yang bernama dan Mu'âwiyah bin Hayyadah, beliau juga berguru kepada Zarârah bin Awfa dan juga kepada Hisyam bin Urwah. 38

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31,

Hal: 332 39

Hal: 334.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 31,

61

Murid-murid yang pernah belajar kepadanya diantaranya: Ismail bin „ulayah, Basyir bin Mufadhal, Mu‟az bin Mu‟az,Hisyam bin Hâsan, Yahya bin Sa’id,Yazid bin Harun, Yusuf bin Ya‟qub, Abu Bakar bin alHuzali, Komentar para ulama tentang beliau adalah Ishaq bin Manshur dari Yahya bin Ma‟in bahawasanya beliau Tsiqah, Abu Zur‟ah mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Shalih dan orang yang terkenal, An-Nasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah, Banyak ulama yang mengatakan bahwasanya jalur sanadnya sahih dan Bahz adalah orang Tsiqah.40 Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Bahz bin Hakim. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau telah menerima riwayat hadis tersebut dari Hakim bin Mu'awiyah dapat dipercaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwasanya sanad antara Bahz bin Hakim dan Hakim bin Mu'awiyah dalam keadaan bersambung. e.

Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah Beliau Selama hidup ia menetap di Kota Bashrah. Beliau memiliki 3 orang anak yang bernama Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Hakim dan juga Mihrân bin Hakim. Guru-Guru yang pernah ia menimba ilmu yaitu Mu‟âwiyah bin Haydah dan Suhbah. Murid-Murid beliu adalah Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Iyâs al-Jurairiy, Sa‟id bin Hakim, Qaza‟ah suwaid bin Huzairi dan Mihrân bin Hakim. Komentar para ulama tentang beliau: Ahmad bin Abdullah al-Ijliy: bahwasanya beliau Tsiqoh, An-

40

Hal:259

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 4,

62

Nasa‟I mengatakan bahwasanya: Laisa bihi Ba’as, Ibnu Hibban Berkata dalam kitabnya bahwasanya beliau Tsiqah.41 Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Hakim bin Mu'awiyah. Hakim bin Mu'awiyah adalah ayah dari Bahz bin Hakim sedangkan Mu'âwiyah bin Hayyadah adalah ayah dari Hakim bin Mu‟awiyah. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau telah menerima riwayat hadis tersebut dari Mu'âwiyah bin Hayyadah dan dapat dipercaya. Oleh karena itu sanad diantara beliau memiliki keadaan bersambung. f.

Mu'âwiyah bin Hayyadah Nama lengkapnya adalah Mu'âwiyah bin Hayyadah bin Mu'âwiyah bin Qusyair ibn Ka‟ab bin Rabiy‟ah bin umar bin shasha‟ah al-Qushair, Beliau adalah seorang sahabat. Selama hidup ia menetap di kota Bashrah. Beliau belajar kepada Rasulullah SAW. Beliau memiliki murid diantaranya adalah anaknya yang bernama Hakim bin Muawiyah, Bahz bin Hakim, Humaid al-Muzaniy, Urwah bin Ruwaîm al-Lahmî. Komentar terhadap beliau bahwasanya Ibnu Hajar al‟Asqalani: bahwa beliau adalah kalangan sahabat dan Adz-Dzahabi pun mengatakan bahwasanya ia kalangan sahabat42.

41

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :7

Hal: 202. 42

Hal:172.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :28,

63

Tidak terdapat kritik yang mencela pribadi Mu'âwiyah bin Hayyadah. Melihat dari lambang periwayatan yang digunakan adalah sami’tu.

Sehingga dapat dikatakan bahwasanya Mu'âwiyah bin

Hayyadah telah mendengar langsung dari Nabi Muhammad. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah dari Nabi. oleh karena itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah telah terjadi persambungan periwayatan hadis. Selanjutnya

penulis

akan

mencoba

meneliti

dari

jalur

periwayatan Imam al-Tirmidzi, karena beliau adalah murid dari Abu Dâwud, maka jalur periwayatannya sebagai berikut : a.

Imam Tirmidzi Nama lengkap beliau adalah Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi. Beliau lahir pada tahun 209 H di kota Tirmiz. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya tersebut yaitu atTirmidzi. Beliau hidup dalam keadaan tuna netra beliau wafat pada tanggal 13 Rajab 279 H. Imam Tirmidzi belajar kepada banyak ulama, termasuk kepada Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga kepada Imam Abu Dâwud,. Adapun selain itu adalah. 1. Qutaibah bin Said, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdurrahman, Muhammad bin Basysyâr, Ali bin Hajar, Imam Tirmidzi juga memiliki banyak murid, diantaranya yaitu: Makhul bin Fadlal, Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin

64

Syakir, Abdul bin Muhammad an-Nasfiyun, al-Haisam bin Kulaib asySyasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi 43 b. Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Basysyâr bin „Utsmân bin Dâwud bin Kaisâni „abdî. Beliau adalah seseorang tabi'ul atba' kalangan tua, nama kuniyah beliau adalah Abu Bakar. Semasa hidupnya beliau tinggal di negeri Bashrah. Beliau wafat pada tahun 252 Hijriah. Beliau menimba ilmu diantaranya, kepada: Ibrâhim bin Umar, Umayyah bin Khâlid, Badal bin Muhabbar, Bahz bin Asad, Ja‟far bin „Aun, Khâlid bin Hârits, Sâlim bin Nûh, Sahl bin Yûsuf, Mu„tamir bin Sulaimân, Yahya bin Sa‘id al-Qatân, Yazid bin Zurâh,Yûsuf bin Ya„qub, Abû Bakr al-Hanafî dan lain-lain.44 Adapun ulama yang menimba ilmu kepadanya adalah: Ibrâhim bin Ishâq, Abu Ahmad bin „Alî bin Sa„id, at-Tirmidzi, „Abdûllah bin Muhamad bin Yâsîn, Qâsim bin zakariyâ, Abû Bakr Muhamad bin Ishâq bin Khuzaimah, Yahya bin Muhamad bin Sâ„id, dan lain-lain.45 Komentar para ulama tentang beliau adalah: Abu Hatim berkata bahwasanya beliau Saduq, Ibnu Hibban berkata bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al„Asqalani juga mengatakan

43

Tokoh dan Ulama Hadis, Ibnu Ahmad „Alimi, Masmedia Buana Pustaka,Sidoarjo,2008, Hal: 218-219. 44 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :24, Hal:511. 45 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24, Hal:513.

65

bahwasanya beliau

Tsiqah, dan Adz-Dzahabi juga mengatakan

bahwasnya beliau Tsiqah.46 Tidak ada kritik yang mencela kepribadian Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman. Lambang yang digunakan dalam periwayatan hadis ini adalah

‫ح دَّثَنَا‬. َ

Penggunaan lafadz ini membuktikan bahwasanya

perawi tersebut telah mendengar sendiri dari gurunya. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya Muhammad bin Basysyar bertemu langsung kepada Yahya bin Sa'id. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya terdapat ketersambungan sanad antara guru dan murid. c.

Yahya bin Sa'id bin Farrukh Telah disebutkan pada halaman : 59 Muhammad bin Basysyar adalah murid dari Yahya bin Sa'id47

d. Bahz bin Hakim Telah disebutkan pada halaman: 60 e.

Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah 61 Telah disebutkan pada halaman:61

f.

Mu'âwiyah bin Hayyadah Telah disebutkan pada halaman: 62

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah dari Nabi. oleh karena itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah telah terjadi persambungan periwayatan hadis. 46

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24,

Hal:514. 47

Hal: 333.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz : 31,

66

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayat hadishadis diatas, maka dapat dikatakan bahwasanya jalur sanad diatas sahih. Melihat dari kriteria ketersambungan sanad, yakni dari segi tempat yang ditinggali, bersambungnya sanad karena pertemuan antara guru dan murid, dan para perawi yang dinilai Tsiqah oleh para kritikus hadis, maka penulis menyatakan bahwasanya sanad hadis ini sahih. C. Kritik Matan Setelah menelusuri sanad hadis, maka langkah selanjutnya adalah kegiatan kritik matan hadis. Hadis ini menjelaskan tentang celakanya orang-orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa. Dalam penelusuran matan ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan dalam kritik matan, yaitu: Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya, meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan hadis tersebut, meneliti kandungan matan. Berikut penelitian matan yang penulis lakukan adalah: a. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad Suatu matan hadis tidak dikatakan berarti apabila didalam sanadnya terdapat keraguan . Dari hasil penelitian sanad yang telah penulis lakukan dengan memfokuskan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dawûd melalui Musaddad bin Musrihad dan seluruh periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dan murid dan mereka semua dalam keadaan tsiqat. Kesahihan sanad Musaddad bin

67

tersebut dapat mewakili sanad-sanad dari para mukharijnya lainnya. Dari kualitas sanad tersebut, maka telah memenuhi langkah pertama dalam kritik matan untuk hadis yang bersangkutan yang telah diteliti. b. Meneliti Matan Yang Semakna Langkah selanjutnya adalah penulis akan menghimpun dan menyandingkan hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama untuk mengetahui bagaimana bentuk periwayatan dari hadis tersebut. Perbedaan lafaz menurut para ulama hadis masih dapat ditoleransi kesahihanya, sepanjang tidak bertentangan dan menyalahi kandungan makna dari Rasulullah saw. Untuk memperjelas adanya perbedaan lafal dimaksud, berikut ini penulis memaparkan matan hadis tersebut:

ِ ِ ِ ‫اْل ِد‬ ِِ َ ‫ض ِح‬ ِ ُ ‫ ويْل لِلَّ ِذي َُيَد‬.1 ْ ُ‫يث لي‬ ُ‫ب َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ ُ ‫ك بو الْ َق ْوَم فَيَكْذ‬ َْ ‫ِّث ب‬ ٌ َ

48

ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.2 ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬

49

ِ ِِ ِ ْ ‫ْذب لِي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.3 ُ‫ضح َك ُه ْم َويْ ٌل لَوُ َوَويْ ٌل لَو‬ ُ ُ ‫ِّث الْ َق ْوَم ُُثَّ يَك‬

50

ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.4 ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬

51

ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ ِ َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.5 ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬

52

48

Matan hadis ini diriwayatkan Matan hadis ini diriwayatkan 50 Matan hadis ini diriwayatkan 51 Matan hadis ini diriwayatkan 52 Matan hadis ini diriwayatkan 49

oleh Imam Tirmidzi. oleh Imam Darimi. oleh Imam Ahmad bin Hanbal. oleh Imam Abû Dâwûd. oleh Imam Imam an-Nasa‟I.

68

Pada kelima matan diatas tampak adanya perbedaan lafal, Namun perbedaan lafal tesebut tidak terlalu menonjol. Misalnya setelah kata

‫ِّث‬ ُ ‫َُيَ د‬

pada hadis pertama menggunakan kata

ِ menggunakan kata,‫ب‬ ُ ‫فَيَ ْك ذ‬

,

ِ ‫اْل ِد‬ ِ ‫يث‬ َْ ‫ب‬,

hadis ketiga menggunakan kata

untuk hadis kelima menggunakan kata

ِ ‫ب‬ ُ ‫فَيَ ْك ذ‬.

‫الْ َق ْوَم‬,

dan

Perbedaan selanjutnya

ِ yaitu pada hadis pertama terdapat kata ‫ب‬ ُ ‫ فَيَكْذ‬sebelum kata ُ‫لَو‬ dan hadis ketiga dimana sebelum kata

kedua

ُ‫َويْ ٌل لَ وُ َويْ ٌل لَ و‬

‫َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل‬

terdapat kata

ِ ‫ض ِح َك ُه ْم‬ ْ ُ‫لي‬. Dengan demikian, apabila ditempuh dengan metode muqaranat terhadap lafal pada berbagai matan yang semakna,maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi. Pernyataan dapat ditoleransi didasarkan atas alasan bahwa diantara sanad-sanad dari hadis diatas sama-sama memiliki tingkatan shahih. c. Meneliti Kandungan Matan hadis Adapun kandungan pada matan hadis tersebut yaitu hadis ini mengandung peringatan keras untuk orang-orang yang berbohong. Terdapat penekanan dalam perkara berdusta, dan itu diumpamakan dengan penggunaan kata َ ‫ َو ْي ر‬. Penggunaan kata َ ‫ َو ْي ر‬itu ditunjukan kepada orang yang berdusta dan bersandar pada kata-kata berdustanya agar semua manusia tertawa dari kabar kebohongannya tersebut, oleh

69

karena itu maka dia bukanlah orang yang jujur melainkan orang tersebut adalah pembohong. Kebohongan dalam hadis ini ditunjukan bukan untuk orang yang tertawa saja, melainkan untuk yang tidak tertawa juga.53 Berdusta pada dasarnya adalah sebuah perilaku yang haram dilakukan. Maka hendaklah manusia menjauhi sikap berdusta. Hadis ini juga menjelaskan terhadp keharaman membuat lelucon, karena hal tersebut membawa kepada kedustaan dan kepada kabarkabar yang tidak ada faktanya. Apabila seseorang menceritakan sebuah kisah dan kisah tersebut tidak menunjukan kepada kebenaran, maka terlarang untuk dilakukan karena itu termasuk dalam sebuah kebohongan. Dalam hadis ini juga telah memperingati secara berulangulang yaitu sebanyak 3 kali penyebutan َ ‫ َو ْي‬pada akhir hadisnya. Adapun yang perlu diperhatikan terhadap kandungan matan hadis adalah matan hadis yang sejalan atau bertentangan. Namun, dalam hadis tentang celakanya orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa tidak bertentangan dengan al-Qur‟an. Ayat yang mempetegas hadis tersebut adalah :



         54

       

(yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya para malaikat mencatat semua perbuatan manusia baik buruk ataupun baik. Berdusta 53 54

„Abdu Muhsin al„Ibâd, Syarah Sunan Abî Dâwud, Juz: 28, Hal.348. Q.s Qâf ayat 17dan 18.

70

merupakan sebuah perbuatan yang tidak baik meskipun membuat orang lain tertawa itu baik. Berbohong merupakan perbuatan yang dilakukan oleh lisan karena ia merupakan sebuah anggota tubuh yang dapat menentukan surga atau neraka bagi dirinya. Oleh karena itu islam sangat memberi peringatan tegas terhadap bahaya liasan dan menjaga lisan tersebut. Adapun hadis yang menegaskan untuk menjaga lisan yaitu :

ٍِ ‫يد بْ ِن ا ْْلَ ِاد َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن‬ َ ‫ضَر َع ْن يَِز‬ َ ‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َحدَّثَنَا بَك ُْر بْ ُن ُم‬ ِ َ ‫إِب ر ِاىيم عن أَِِب سلَمةَ عن أَِِب ىري رَة أَنَّو ََِسع رس‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َ ‫ول اللَّو‬ ْ َ َ َْ ُ َ َ ُ ََْ ُ ْ َ َ َ 55 ِ ِ ِ ِ ‫ْي الْ َم ْش ِرِق َوالْ َم ْغ ِرب‬ ُ ‫يَ ُق‬ َ ْ َ‫ول إِ َّن الْ َعْب َد يَتَ َكلَّ ُم بِالْ َكل َمة يَِزُّل ِبَا ِِف النَّا ِر أَبْ َع َد َما ب‬ “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Bakr bin Mudhar dari Yazid bin Al Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang dapat menyebabkannya masuk ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat."56

Setelah penulis melakukan penelitian atas matan hadis riwayat Abu Dâwûd

dapat dikatakan bahwasanya hadis ini terhindar dari

syuzûz(kejanggalan) dan „illat( cacat). Dengan demikian pula kaidah keshahihan matan telah terpenuhi. Jadi penulis menyimpulkan bahwasanya matan hadis riwayat Abu Dâwûd yang diteliti berkualitas sahih. Mengingat sanad hadis yang bersangkutan juga memiliki kualitas sahih, maka dengan demikian, hadis tersebut berkualitas sahih.

55

Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Jilid:2, Hal:378. 56 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

71

Hadits Kedua A. Kegiatan Takhrij al-Hadis Penulis tidak menyajikan kembali hadis yang ingin ditakhrij, karena sudah disajikan pada halaman 37. Dalam kegiatan penelitian untuk hadis yang kedua ini penulis hanya menggunakan satu metode takhrij hadis yaitu dengan menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li alFâz al-Hadîs al-Nabawî, karena setelah penulis melakukan pencarian pada kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf penulis tidak menemukannya. Setelah melakukan penelitian menggunakan kata matan dalam hadis tersebut penulis menemukan keterangan sebagai berikut57:

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ , maka penulis menemukan

riwayat untuk hadis yang ditakhrîj yaitu: 1. Dalam Musnad Imam Ahmad, Karya Imam Ahmad pada juz: 2, Halaman 352 dan 364, 2 riwayat. maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengeluarkan hadis-hadis yang berada di dalam kitab aslinya, yakni:

57

A.J. Wensick, Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs al-Nabawî, Juz:5 Hal:555.

72

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal

ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬ ‫ول َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة‬ َ ْ ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬ ِ ِ ُ ‫ال رس‬ ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ‫ب ِِف‬ َ َ‫ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك الْ َكذ‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ 58 ِ ِ ‫الْمز‬ ِ ‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ َُ

“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar."59

ِ ٍ ‫ان حدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز بن أَِِب سلَمةَ َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن م ْكح‬ ‫ول‬ ُ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ُْ َ ْ َ ‫َحدَّثَنَا ُسَريْ ُج بْ ُن الن ُّْع َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت‬ َ َ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ ق‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ 60 ِ ِ ِ ‫صاد ًق‬ َ ‫ب ِِف الْ ُمَز ِاح َوالْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ ‫يَْت ُرَك الْ َكذ‬

“ Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abu Salamah dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang hamba tidak akan bisa beriman dengan sempurna sehingga ia bisa meninggalkan bohong baik dalam canda maupun debat, meskipun ia benar."61 Setelah penulis menyajikan semua hadis yang disebutkan dalam kitab mu‟jam al-Mufahras, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan dalah menulis seluruh sanad hadis dalam kegiatan I‟tibar dibawah ini. Setelah kegiatan takhrij, maka selanjutnya penulis akan melakukan kegiatan I‟tibar. Yaitu mencatat dan juga menghimpun seluruh sanad. maka penulis akan membuat skema sebagai berikut:

58

Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu , Jilid:2, Hal:352. 59 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist 60 Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Hal:364. 61 Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

‫‪73‬‬

‫صلهى‬ ‫َّللا َ‬ ‫َرسُو ُل ه ِ‬ ‫ه‬ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم‬ ‫أَ ِبي ه َُري َْر َة‬ ‫َ‪W. 57 H‬‬

‫ُول‬ ‫َم ْكح ٍ‬ ‫َم ْنصُور ب ُ‬ ‫ْن‬ ‫ْن أ َذي ٍ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َ‪W. 113 H‬‬

‫يز‬ ‫َع ْب ُد ْال َع ِز ِ‬ ‫‪W. 164 H‬‬

‫ان‬ ‫س َُر ْي ُج بْنُ ال ُّنعْ َم ِ‬

‫ُجيْنٌ أَبُو ُع َم َر‬ ‫ح َ‬

‫َ‪W. 217 H‬‬

‫‪W. 205 H‬‬

‫اَحْ َمد ِْبنْ َح ْن َب ْل‬ ‫‪W. 241 H‬‬

74

B. Kegiatan Penelitian Sanad Setelah dilakukan

kegiatan

takhrij

hadis,

maka

langkah

selanjutnya yaitu meneliti kualitas sanad yang terdapat pada hadis tersebut.

a. Ahmad bin Hanbal Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Marwazi al-Baghdadi. Beliau memiliki nama kunyah yaitu Abu Abdillah.62 Beliau lahir di kota Baghdad. Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal dua puluh Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah. Ayah Imam Ahmad dan kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil ia hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja.

Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan beliau rela tak menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah setelah usia 40 tahun. Diantara negri yang beliau kunjungi adalah: Bashrah, Kufah, Makkah,Yaman, Tharsus, Wasith, Ar Riqqah, Mesir.

Guru-guru beliau diantaranya;Husyaim bin Basyir, imam Ahmad berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad, 62

Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni

75

Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa'ad, Yahya bin Sa'id al Qaththân, Ismail bin 'Ulaiyah, Imam Asy Syafi'I, Al Qadli Abu Yusuf, Ali bin Hasyim bin al Barid, Mu'tamar bin Sulaiman, Hujain bin alMutsanna, Waki' bin Al Jarrah,'Amru bin Muhamad bin Ukh asy Syura, Ibnu Numair, Abu Bakar Bin Iyas, Muhamad bin Ubaid ath Thanafusi, Yahya bin Abi Zaidah, Abdurrazzaq bin Hammam Ash Shan'ani, Muhammad bin Ja'far, Dan masih banyak lagi guru-guru beliau.

Murid-murid

yang

meriwayatkan

hadits

dari

beliau;

Abdurrazzaq, Abdurrahman bin Mahdi, Waki' bin Al Jarrah, Al Imam Asy Syafi'I, Yahya bin Adam, Al Hasan bin Musa al Asy-yab Dan murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau adalah: Ali bin Al Madini, Yahya bin Ma'in, Dahim Asy Syami, Ahmad bin Abi Al Hawari, Ahmad bin Shalih Al Mishri 63

Persaksian para ulama terhadap adalah Asy Syafi'I menuturkan; aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia berkata; 'telah meriwayatkan kepada kami,' maka orang-orang semuanya berkata; 'dia benar'. Maka ditanakanlah kepadanya; 'siapakah dia?' dia menjawab; 'Ahmad bin Hambal.' Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya Allah memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal pada saat fitnah Al qur`an makhluk.' Abu Ja'far An Nufaili 63

Hal:288

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 14,

76

menuturkan; 'Ahmad bin Hambal termasuk dari tokoh agama, Yahya bin Ma'in menuturkan; 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga orang; Ya'la bin 'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal, Ibrahim berkata; 'orang 'alim pada zamannya adalah Sa'id bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di zamannya, Ahmad bin Hambal di zamannya, Ibnu bi Hatim menuturkan; 'Aku bertanya kepada ayahku tentang 'ali bin Al Madini dan Ahmad bin Hambal, siapa diantara kedunya yang paling hafizh?' maka ayahku menjawab; ' keduanya didalam hafalan saling mendekat, tetapi Ahmad adalah yang paling fakih.'64

Wafatnya beliau Pada hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 241H, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajalnya di Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau.

Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Ahmad bin Hanbal. Pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang memiliki

tingkat

tinggi.

Dengan

demikian,

pernyataan

yang

mengatakan bahwasanya beliau telah menerima riwayat hadis dari Hujain bin al-Mutsanna dapat dipercaya, sehingga sanad antara Ahmad bin Hanbal dan Hujain bin al-Mutsanna dalam keadaan bersambung.

64

H:285.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:14

77

b. Hujain bin al-Mutsanna

Nama lengkap dari Hujain bin al-Mutsanna yaitu Hujain bin Al Mutsannaa al- Yamâmî. Beliau meruapakan seorang kalangan tabi‟ut Tabi‟in. Nama kunyah beliau adalah Abu „Umar. Beliau wafat pada tahun 205 hijriah. Selama hidup beliau tinggal di negeri Hims. Guru – Guru : Hibbân bin „alî al-„anazî, Abdu Hamîd bin Sulaimân , „Abdurrahmân bin tsâbit bin Tsaubân, Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah, al-Laits bin Sa‟ad , Mâlik bin Anas, Mubârak bin Sa‟id at-tsaurî, Yahya bin Sâbiq, dll Murid – Murid: Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Mansur ArRamâdî, Hajjâj bin Asy-Syâ‟ir, Abu Haysamah Zuhayr bin harb, Sulaimân bin Taubah, „Abbas bin Muhammad ad-Duarî, Muhamad bin Abdillah al-„Asshar, Yahya bin Ma‟in, Dll.

Komentar para Ulama terhadap Hujain bin Al Mutsannaa alYamâmî yaitu: Bahwaasanya Ibnu Hibban mengatakan bahwa beliau adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan beliau Tsiqah, dan Adz-Dzahabi mengatakan juga bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah Qâdî Rais. 65

Tidak seorang pun dari para kritikus hadis yang mencela pribadi Hujain bin al-Mutsanna. Pernyataan Hujain bin al-Mutsanna yang

65

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, (Muasasah ar-Risalah:1987), Juz:5,Hal:483.

78

mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis di atas dari Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Dengan demikia, bahwa sanad antara Hujain bin al-Mutsanna dan Abdul 'Aziz dalam keadaan bersambung.

c. Abdul 'Aziz Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah merupakan nama panjang beliau. Beliau adalah salah satu kalangan Tabiut tabi’in kalangan tua. Nama kuniyah beliau adalah Abu „Abdullah. selama beliau hidup ia tinggal di kota Baghdad. Beliau wafat pada tahun 164 H. Guru-Guru: Ishâq bin Abdullah bin Abî Thalhah ,Ziyad bin aslam Sa‟d bin Ibrâhim Hazam bin Salamah bin Dînar, Hisyâm bin „urwah, Hilâl bin Abî Hilâl, Wahab bin Kaysân, Yahya bin Sa‟d , Ya‟qub bin „Utbah Ats-Tsaqafi, Dll.66 Murid-murid beliau : Ibrâhim bin Thahmân Ahmad bin Khâlid , Ismâ‟il bin Ja‟far, Bisyri bin Mufadhal, Hajjaj bin Minhâl, Hujain bin Mutsanna, Ziyad bin Hubâb, Surâj bin Nu‟mân, Syu‟aib bin Harb, Utsmân bin Zufar at-Taymî, Gassân bin ar-Rubayî, al-Laits bin Sa‟ad. Dll Komentar para ulama tentang beliau adalah bahwa Imam AnNasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah, Imam Abû Dâwûd mengatakan bahawasanya beliau Tsiqah, Hatim Ibn Sa‟ad, dan 66

Hal: 153.

Abu

Ibn Hibban Ibn Hajar al-„Asqalani juga

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,

79

mengatakan bahwasanya adalah beliau orang yang Tsiqah, dan Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwasanya beliau Imam.67 Hampir seluruh kritikus hadis memuji Abdul 'Aziz.Namun, Pada periwayatan ini Abdul 'Aziz tidak dapat dipercayai menerima riwayat dari

Manshur

bin

Udzain,

karena

beliau

tidak

ditemukan

ketersambungannya, baik dari tempat tinggal ataupun dari pertemuan antara guru dan murid. d. Manshur bin Udzain Penulis tidak bisa menemukan identitasnya. Setelah penulis teliti

pada

perawi

sebelumnya

penulis

tidak

menemukan

ketersambungan periwayatan kepada beliau dan tidak pula terlihat ketersambungan kepada periwayat berikutnya. e. Makhul Makhul Asyâmî adalah nama beliau yang sebenernya. Beliau juga sering disebut atau kuniyah beliau yaitu Abu 'Abdullah. Semasa hidupnya beliau tinggal di Negeri Syam. Makhul asyâmî wafat pada tahun 113 H. Guru-guru beliau: Nabi Muhammad SAW, Ubay bin Ka‟ab, Anas bin Malik, Junâdah bin Abî Umayyah, Khâlid bin al-Lajlâj, sa‟id bin Mussayib, Sulaimân bin yasîr, „urwah bin Zubair, Qaza‟ah bin yahyâ, Abî Hurairoh, „Âisyah, Ummu Darda, Dll. Murid-murid beliau: Ibrahîm bin Abî Hanîfahm al-Yamamî , Ibrâhim bin Sulaimân al-Afthas, Ismâil bin Umayyâh al-Qurrasyi, 67

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,Hal:155

80

Ismâil bin Abi Bakr, Ayûb bin Musâ al-Qurrasyî, Bisyr bin Numair, Tsâbit bin Tsaubân, Hajjâj bin Arthâh,Humaid bin Muslim AlQurrasyi, Sulaimân bin Mûsa,

Muhammad bin Ishâq ibn yasîr,

Mu‟âwiyah bin Yahya Asadafi, dan Hisyam bin Al-gaz. Komentar Para Ulama tentang Makhul asyâmî adalah al‟Ajli mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata bahwasanya beliau adalah orang yang paling faqih di Syam pada masanya, Ibnu Hajar alAsqalani mengatkan beliau "tsiqah,faqih", Ibn Yunus berkata bahwa beliau orang yang faqih 'alim, dan ad-Dzahabi mengatakan beliau orang yang paling faqih di syam pada masanya.68 Pujian-pujian banyak yang dilontarkan untuk Makhul Asyâmî. Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abu Hurairoh dapat dipercayai kebenarannya. Itu berarti bahwa sanad antara Makhul Asyâmî

dengan Abu Hurairoh dalam keadaan bersambung. f. Abu Hurairoh Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia meriwayatkan hadis sebanyak 5.374 hadis. Sebelum beliau masuk Islam beliau bernama Abd Syams bin „Amir bin „Adtsan bin „Abdullah bin Zahran bin Kaab bin al-Haris bin Malik bin Nashr bin al-Azad. Ia lahir di Daus, yaitu sebuah wilayah di Yaman, pada tahun 19SH.69 Ketika beliau masuk Islam beliau diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman, 68

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’alRijâl, Juz:18,

Hal:464. 69

Hal:366.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz 35

81

alasannya Nabi mengganti namanya karena sebelumnya namanya seperti jahiliyah.70 Beliau merupakan kalangan Sahabat. Abu Hurairah merupakan nama kuniyah beliau. Semasa hidupnya beliau tinggal di negeri Madinah. Beliau wafat pada tahun 57 H.

Beliau banyak meriwayatkan hadis dari: Nabi SAW, Ubay bin Ka‟ab, „Umar bin al-Khattab, Usamah bin Zaid, Bashrah bin Abî Bashrah al-Ghifarî,Ka‟ab Akhbar, Â‟isyah,Dll.

Ulama hadis yang meriwayatkan dari dirinya adalah: Ibrahim bin Ismalil, Ibrahim bin Abdullah bin Hanim, Naim bin Mujmal, Ishâq bin Abdûllah, Anas bin Malik, Ja‟far bin „Iyâd, Rubai‟ah al-Jurasyî, Ziyad bin Tsuwa‟ib, Ziyad bin Aslam, Makhûl asyâmî, Nâfi‟ bin Zubair, dll.71

Pendapat

kritikus Hadis terhadap beliau adalah: Menurut

Ibnu Hajar mengatakan Bahwasanya beliau seorang sahabat Nabi, Menurut al-Zahabi bahwa Beliau adalah seorang sahabat, dia juga seorang yang hafiz, Ibnu Kasir berkata bahwa beliau seorang yang sangat jujur, baik hafalannya, taat beragama, tekun beribadah, bersifat zuhud dan soleh .72

70

Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama hadis, Edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun: 2008), Hal:17. 71 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl , (Muasasah ar-Risalah:1987), Jilid 22 Hal:95. 72 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl , Juz:34, Hal:366.

82

Para ahli kritik hadis tidak ada satupun yang mencela pribadi Abu Hurairah. Dengan melihat hubungan pribadinya yang akrab terhadap Nabi yang tidak diragukan lagi. Abu Hurairah merupakan seorang sahabat yang tidak diragukan lagi tentang hafalannya dan juga kejujurannya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

Abu

Hurairah menerima langsung dari Nabi. Maka dapat dikatakan sanad hadis ini telah terjadi persambungan periwayatan hadis.

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayatan dari Hujain bin al-Mutsanna bahwasanya sanad tersebut bersifat dhaif, sehingga penulis melakukan penelitian kembali melakukan jalur periwayatan dari Suraij bin An Nu'man. Berikut Jalur periwayatannya :

a.

Ahmad bin Hanbal Telah disebutkan pada halaman: 75

b. Suraij bin An Nu'man bin Marwan Nama lengkap beliau adalah Suraij bin An Nu'man bin Marwan, Kuniyah beliau adalah Abu al-Husain, Negeri semasa hidupnya adalah Baghdad. Beliau wafat pada tahun 217 H. Guru-Guru beliau:Isma‟il bin Ja‟far, Baqiyyah Bin al-Walîd, Jarîr bin „abdul Hamîd, Hakim bin „Abdul malik , Hammâad bin Zaid, Hammâd bin Salamah, Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah Sufyan bin Uyainah, Suhail bin Abi Hazm , Muhammad bin Ismâ‟il bin Abî Fudaik, Mukaram bin Hakim, Mahdî bin Maimûn, Husyâm bin basyr,dll.

83

Murid-muridnya: Bukharî, Ibrâhim bin Ishâq al-Harbî, Ahmad bin Hanbal, Salmân bin Taubah,dll. Komentar para ulama: An- Nasa‟I mengatakan bahwasanya Laisa bin Ba’s, Abu Dâwûd dan Muhammad bin Sa‟ad mengatakan bahwasanya beliau Tsiqah,

ad-Daruquthni mengatakan bahwasnya

beliau Tsiqah Ma’mun, Adz-Dzahabi mengatakan beliau adalah orang yang Tsiqah ‘Alim. 73 Banyak pujian yang diberikan kepada Suraij bin An Nu'man bin Marwan dari para kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Itu berarti bahwa sanad antara Suraij bin An Nu'man bin Marwan dari para kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abdul 'Aziz dalam keadaan bersambung. c.

Abdul 'Aziz Telah disebutkan pada halaman sebelumnya yaitu halaman 78. Disini penulis hanya menambahkan ketersambungan antara Abdul 'Aziz dengan Suraij bin An Nu'man, Bahwasanya benar diantara mereka terjadi pertemuan dan Suraij bin An Nu'man benar muridnya.74

d. Manshur bin Udzain Telah disebutkan pada halaman: 79

73

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:10,

Hal:218. 74

Hal:154.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,

84

e.

Makhul Asyâmî

Telah disebutkan pada halaman: 79

f.

Abu Hurairoh Telah disebutkan pada halaman: 80 Setelah dilakukan penelitian terhadap jalur ini ternyata sanad hadis

ini tetap berada pada tingkatan daif. Perbedaan riwayat hanya terletak pada periwayat yang pertama saja dan yang lainnya sama perawinya. Masalah yang dipersoalkan dalam jalur sanad ini adalah adanya seorang perawi yang bernama Manshur bin Udzain, yang ternilai majhûl ( tidak diketahui keadilannya). Maka dalam kajian kritik hadis, keadaan perawi demikian disebut dengan majhûl „ain ( tidak diketahui data pribadinya sedikitpun). Penulis mengatakan bahwasanya Manshur bin Udzain, tidak diketahui keadannya dalam beberapa kitab Rijâl al-Hadîs dan Penulis tidak menemukan pertemuan antara rawi yang sebelumnya dan sesudahnya. Menurut disiplin ilmu hadis, apabila terdapat perawi yang tidak diketahui keadaanya maka sanad perawi hadis tersebut hukum riwayatnya tertolak dan termasuk kedalam hadis yang daif menurut jumhur ulama hadis. Setelah melakukan penelitian sanad hadis melalui perawi Hujain bin al-Mutsanna dan Suraij bin An Nu'man bin Marwan sanad dari periwayatan hadis ini bersifat daif, karena Makhul tidak ditemukan identitasnya dan periwayat setelahnya dan sebelumnya tidak bertemu dengan beliau . Sehingga periwayatan sanad hadis ini bersifat daif.

85

C. Kritik Matan hadis Setelah melakukan kegiatan penelitian terhadap sanad maka penulis, mengadakan penelitian matan, menggunakan metode yang sama dengan sbeelumnya, Yaitu:

1.

Meneliti Kualitas Sanad Hadis Dari hasil Penelitian sanad yang telah dilakukan diatas, terdapat satu pe perawi yang majhûl( tidak diketahui keadaanya) baik guru dan muridnya tidak mencantumkan perawi tersebut. Dalam hal ini, penulis mengatakan bahwasanya hadis ini memiliki sanad yang daif.

2.

Meneliti Matan Yang Semakna Susunan matan dari imam Ahmad ibn Hanbal ini emmiliki makna yang sama, namun ada sedikit penambahan, namun itu tidak menjadikan

perbedaan

yang

menonjol.

Untuk

mengetahui

penambahan tersebut, berikut penulis cantumkan kedua hadis dibawah ini: 75

ِ ِْ ‫ ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬.1 ‫اح ِة َويَْت ُرَك الْ ِمَراءَ َوإِ ْن‬ َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك الْ َكذ‬ َ ‫ب ِِف الْ ُمَز‬ ِ ِ َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت رَك الْ َك ِذ‬ ِْ ‫ص ِادقًا ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ َ ‫ َكا َن‬.2 َ‫ب ِف الْ ُمَز ِاح َوالْمَراء‬ ُ 76

‫ص ِاد ًق‬ َ ‫َوإِ ْن َكا َن‬

Dari kedua matan diatas, tampak ada perbedaan sedikit pada kedua teks matan tersebut. Yakni pada hadis pertama menggunakan

75 76

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal

86

ُ

‫اح ِة‬ َ ‫ ِِف الْ ُمَز‬sedangakan hadis kedua tidak menggunakan lafaz

‫ َويَْت ُرَك‬.

Perbedaan tersebut tidak merubah maksud dari matan hadis

kata ‫َويَْت رَك‬

tersebut, perubahan dan penambhan dalam matan hadis tersebut masih dalam koridor yang tidak merubah makna matan hadis tersebut. 3.

Meneliti Kandungan Matan Pada dasarnya Akhlak merupakan sebuah reaksi jiwa dan segala sesuatu yang mempengaruhinya untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan. Akhlak itu tercermin dari tingkah laku atau dari perkataan seseorang. Dengan demikian, akhlak menjadi ebnteng bagi pelaksanaan syariat. Ia merupakan tempat bertahan bagi orang-orang yang benar-benar muslim.

Sehingga

akhlak

yang

baik

tersebut

merupakan

penyempurnaan iman. Iman itu sendiri merupakan suatu tenaga yang membentengi dari pengaruh duniawi dan mendorong manusia untuk mencapai sebuah kemuliaan. Allah menyerukan kepada umatnya untuk berbuat kebijakan dan mencegah dari kemunkaran. Allah berfirman tentang orang yang berdusta yaitu:

                        77

77

           

Q.S az – Zumar ayat 3.

87

” Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Nabi Muhammad saw telah menjelaskan bahwasanya iman yang kuat akan melahirkan perangai yang kuat pula, namun sebaliknya jika akhlaknya rusak maka akan berpangkal pada kelemahan atau bahkan sampai hilangnya iman.

78          “11. Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,12. (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebathilan” Nabi Muhammad sering menyinggung perihal permasalahan akhlak dengan mengaitkannya dengan iman. Berikut hadis nya:

ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكري‬ ‫ب َحدَّثَنَا َعْب َدةُ بْ ُن ُسلَْي َما َن َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن َع ْم ٍرو َحدَّثَنَا أَبُو‬ َ ِ ِ ِ ِ ‫ْي‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َسلَ َمةَ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة ق‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أَ ْك َم ُل الْ ُم ْؤمن‬ َ ‫ول اللَّو‬ 79 ‫َح َسنُ ُه ْم ُخلُ ًقا َو ِخيَ ُارُك ْم ِخيَ ُارُك ْم لِنِ َسائِ ِه ْم ُخلُ ًقا‬ ْ ‫إِميَانًا أ‬ “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaikbaik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."

78

Q.s at-Thur ayat 11dan 12. al-HâfizAbû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzy,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt alAfkâf ad-Dawliyah,9947), Kitab : Penyusuan, Bab : Hak isteri atas suami, Hal: 466. 79

88

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap matan ini, dapat dikatakan bahwasanya matan hadis ini tidak bertolak belakang terhadap ajaran Islam, baik dalam al-Qur‟an ataupun hadis yang lebih sahih. Penulis menyimpulkan bahwasanya hadis ini meskipun sanadnya bersifat dhaif, namun matannya memiliki tingkatan sahih. Sehingga hadis ini dapat digunakan menjadi pedoman hidup untuk menghindari perbuatan tersebut.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan-pembahasan yang telah penulis paparkan pada sebelumnya, maka disini penulis akan menarik kesimpulan bahwa pembahasan yang telah selesai diajukan sebagai berikut: 1. Setelah melakukan kegiatan penelitian kualitas sanad dan matan bahwasanya hadis Nabi Muhammad saw yang berkenaan tentang Ancaman Allah kepada orang yang melakukan dusta untuk membuat orang tertawa, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya hadis tersebut memiliki kualitas sahih, Karena hadis tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadis sahîh. Sanad Hadis ini memiliki ketersambungan sanad hingga perawi terakhir. Adapun matan yang terkandung dalam kandungan hadis tersebut juga tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan juga hadis sahîh. 2. Adapun hadis Nabi saw yang berkenaan dengan tidak sempurnanya iman seseorang terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya sanad hadis tersebut memiliki kualitas dhaif, Kedhaifan tersebut disebabkan karena terdapat seorang karena salah satu periwayat yang tidak diketahui identitas pribadinya. Perawi yang tidak diketahui identitasnya bernama Manshur bin Udzain. Sehingga penulis menyatakan kualitas sanad tersebut dhaif. Untuk kandungan matan yang terdapat dalam hadis tersebut bersifat sahîh, karena dalam matan tersebut tidak terdapat kejanggalan ataupun bertentangan dengan alQur’an ataupun dengan hadis-hadis yang sahîh.

89

90

Dengan demikian, Bahwasanya hadis pertama bisa dijadikan hujjah dan dijadikan pedoman. Matan pada hadis pertama memberikan peringatan terhadap orang yang membuat tawa dengan menggunakan kata-kata dusta. Oleh karena itu, Sebaiknya apabila ingin membuat sebuah gelak tawa menggunakan kata-kata yang benar karena pada dasarnya dusta adalah sebuah akhlak yang buruk. Hadis kedua tersebut menjelaskan bahwasanya tidak sempurnanya keimanan seseorang karena berdusta untuk menimbulkan tawa. Namun, hadis tersebut bersifat dhaif, dan tidak bisa dijadikan pedoman. B. Saran-saran Dari hasil uraian tentang hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa yang menjadi tema dalam skripsi ini, penulis akan memberikan saran kepada para pembaca: a. Hendaknya menghindari berkata-kata dusta dalam segala hal baik dalam berbicara formal atau dalam berbicara dalam gurauan. b. Membuat orang lain tertawa memang baik, namun berdusta merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwasanya masih banyak terjadi kesalahan di dalam skripsi ini, untuk itu diharapkan untuk para pembaca meneliti lebih lanjut mengenai skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA ‘Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi, Sidoarjo:Mashun, 2008. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia) Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Pt. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1999. Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol11,No.1 April,2012 Al-Asqalânî,ibn Hajar.Tahdzîb al-Tahzîb.Bayrût:Dâr al-Fikr,1994 Al-Awayisyah Husain, Saat Diam Saat Bicara ( Manajemen Lisan ),ter. Gunaim Ihsan, Lc, Jakarta: Darul Haq: 2006 cet:2. Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Miftah Kunuz al-Sunnah,Cairo:Dar al-Hadis. Al-Bukhārî, Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ja’fî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kairo: al-Mathaba’ah al-Salafiyyah:1400 H. Bustamin dan salam Isa.Metodologi Kritik Sanad. Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004. Chaer, Abdul. Ketawa-Ketiwi Betawi, Depok: Masup Jakarta, 2007. Al-Dârimi,al-Fadl ibn Bahram.Sunan al-Darimî. Dârul al-Basyair Al-Islamiyyah,1419H. El-Sulthani, Mawardy Labay, Bahaya Provokasi Lidah Tidak Bertulang, Jakarta:Al-Mawardi Prima,2002. Fatimah, Muhammad Khair, Jakarta:Pustaka al-Kautsar.

Etika

Muslim

Sehari-hari,

ter.Biqadarin,

Al-Ghazali, Bahaya Lidah, terj. Zainuddin, Jakarta Bumi Aksara 1994. …………., Akhlaq Seorang Muslim, Terj.Moh.Rifa’I,Semarang: Wicaksana Hasan , M.Ali,50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997. Husain al-Munawwar, Said Aqil. Metode Takhrij Hadis. Semarang:Dina Utama,1994.

91

92

Idris, Studi Hadis, Jakarta:Kencana,2010. Ismail, Syuhudi.Metodologi Penelitian Hadis Nabi.Jakarta:Bulan Bintang,1992. Ivanka Tria, Seni Membaca Senyum, Jakarta :Percetakan Hi-Fest, 2008. Jaarullah, Abdullah bin. Awas! Bahaya Lidah, ter.Abu Haidar dan Abu Fahmi, Depok: Gema Insani,2016. Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Muasasah ar-Risalah:1987. Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari , IAIN Raden Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001. Al-Khatib, Muhammad ‘ajaj. Usûl al-Hadîs, Beirut: Dar al-Fikr,1989. Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Jakarta:Amzah,2013. Lidwa- Software Hadis 9 Imam Hadis Listya Istiningtyas, Humor dalam Kajian Psikologis Islam, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/download/479/429. Majid, Abdul S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah, Jakarta, Gema Insani Press, 2004. Mâlik, Mâlik bin Anas bin, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997 Marwan, Iwan. "Rasa Humor dalam Perspektif Agama." Buletin Al-Turas 19.2 2013. Al-Mizzî ,Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf. Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl , Muasasah ar-Risalah:1987. .............., Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf ,Dar al-Gharb al-Islamî,1999. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, Skripsi, Tertawa sebagai media terapi depresi pada lanjut usia, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2011. Munawwir,Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif,1997. Mursi, Muhammad Said. Panduan Praktis dalam pergaulan, ter.Abdul Hayyie alKattani dan Uqinu Attaqi,Jakarta: Gema Insani Press,2004. Al-Naisâbury, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin al-Muslim al-Qusyairy. Sahîh al-Muslim.Beirut:Dar al-Afâq.

93

Al-Nasa’I, Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib. Sunan Nasa’i, Beirut: Dar el Fikr. Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Al-Qarni, Aidh Abdullah Tersemyum, ter:Ayip Faishol dan Zainal Abidin, Jakarta:Pustaka Azzam,2004. Al-Qazwaini, Muhammad Bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Riyadh: Baitul Afkar ad-Dauliyah. Al-Râzî, Abû Muhammad ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs bin al-Munzir. Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Hayderabat: Majlis Da’irat alMa‘arif,1987. Ar-Riyadhi, Ridhwanullah, Bercanda Bersama Rasululllah, terj.Abdul Hamid, Jakarta: Darul Haq, 2005. Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Jakarta:Lentera Hati,2007. Al-Sajastani, Abu Daud Sulaeman. Sunan Abu Daud, Beirut:Daar al-Kitab alArabi,275H. Sheni Desinta dan Neila Ramdhani, terapi tawa untuk menurunkan stress pada penderita hipertensi, Jurnal psikologi volume 40,no.1,juni 2013. Supadie, Didiek Ahmad,dkk. Jakarta:Rajawali, 2012.

Pengantar

Studi

Akhlak,

rev.ed Cet

2,

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Jakarta:Rajawali Pers,2010. Al-Syaybānî ,Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal. Musnad al-Imam Aḥmad bin Ḥanbal, Beirut: Dar al-Kutub: 1971. TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik, 101 Dosa Besar, Jakarta: Qultum Media, 2004. Thalib, Moh. Sifat dan Sikap Tercela dalam Islam,Surabaya:Pt Bina Ilmu,1983. Al-Turmudzy,al-Hâfiz Abû ‘îsa Muhammad bin ‘îsa. Sunan al-Turmudzi. Beirut:Dâr al-Fikr. Utsman, Akram. Hidup tanpa Dusta, ter.Yulaikha Fitria ,Nakhlah Pustaka, Jakarta:2008. Wahid, Sa’ad Abdul. Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit Qalbu, Yogyakarta: Citra Media: 2006.

94

Wensick,A.J. Mu’jam al-Mufahras Leiden:E.J.Brill,1943.

li

al-Fâz

al-Hadîs

al-Nabawî.

Al-Zahâbî, Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin ‘Usmân, Siyar a’lam alNubalâ, Bayrut: Mu’assasat al-Risâlah,1990.

PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi adalah kata-kata arab yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Pedoman yang penulis gunakan adalah buku Pedoman Akademik pada tahun 2013:

HURUF ARAB

HURUF LATIN

KETERANGAN

‫ا‬

-

Tidak dilambangkan

‫ب‬

B

Be

‫ت‬

T

te dan es

‫ث‬

Ts

te dan es

‫ج‬

J

Je

‫ح‬

H

h dengan garis bawah

‫خ‬

Kh

ka dan ha

‫د‬

D

da

‫ذ‬

Dz

de dan zat

‫ر‬

R

er

‫ز‬

Z

zet

‫س‬

S

es

‫ش‬

Sy

es dan ye

‫ص‬

S

es dengan garis di bawah

‫ض‬

D

de dengan garis di bawah

‫ط‬

T

te dengan garis di bawah

‫ظ‬

Z

zet dengan garis di bawah

‫ع‬



koma terbalik di atas hadap kanan

‫غ‬

Gh

ge dan ha

‫ف‬

F

ef

iv

‫ق‬

Q

ki

‫ك‬

K

ka

‫ل‬

L

el

‫م‬

M

em

‫ن‬

N

en

‫و‬

W

we

‫ه‬

H

ha

‫ء‬

'

apostrof

‫ي‬

Y

ye

Vokal Vokal dalam bahasa arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: TANDA VOKAL ARAB

TANDA VOKAL LATIN

KETERANGAN

A

Fathah

I

Kasrah

U

Ḏammah

‫ۥ‬

Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: TANDA VOKAL ARAB

TANDA VOKAL LATIN

KETERANGAN

ai

a dan i

au

a dan u

‫ــَـي‬

‫ـ ـَـو‬

v

Vocal Panjang Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: TANDA VOKAL ARAB

TANDA VOKAL LATIN

KETERANGAN

â

a dengan topi di atas

î

i dengan topi di atas

û

u dengan topi di atas

‫ـَا‬ ‫ـِ ْي‬ ‫ـُْو‬ Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ‫ﺍﻝ‬, dialihaksarakan menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ّ‫ )ـ‬, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata َّ ‫ّﺍل‬tidak sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata َ‫ض ُوْر ة‬ ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya. Ta Marbûṯah Berkaitan dengna alih aksara ini,jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/.Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t).

vi

Namun,jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka harus tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/. Contoh : NO 1

KATA ARAB

2

‫الجامعة اإلسالميّة‬ ‫وحدة الوجود‬

ALIH AKSARA ṯarîqah

‫طريقة‬

3

al-jâmi’ah al-islâmiyyah waḫdat al-wujûd

Huruf Kapital Meskipun dalam siistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia,antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,huruf awal nama tempat,nama bulan,nama diri,dan lain-lain. Penting untuk diperhatikan,jika nama diri didahului oleh kata sandang ,maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Ḫâmid alGhazâlî bukan Abû Ḫâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi. Cara Penulisan Kata Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ḫarf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contohnya: NO 1 2 3

KATA ARAB

ALIH AKSARA

‫اد‬ ُ َ‫ُست‬ ْ ‫ب األ‬ َ ‫َذ َح‬ ‫َج ُر‬ َ َ‫ثـَب‬ ْ ‫ت األ‬ ‫الصالِح‬ ْ ِ‫َم ْوالَنَا َمل‬ َ ‫ك‬

dzahaba al-ustâdzu Tsabata al-ajru Maulânâ Malik al-Ṣâliḫ

vii

4

‫يـُ َؤثُِرُك ُم اللّه‬

Yu’atstsirukum Allâh

viii

Related Documents


More Documents from "Komang Sariani"

Uswatun Hasanah-fu.pdf
December 2019 8
Pp_nomor_17_tahun_2019.pdf
December 2019 37
Titik Sunnah Bekam.docx
November 2019 41
Baju Batik.docx
April 2020 38