Understanding The Client Business.docx

  • Uploaded by: lovi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Understanding The Client Business.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,272
  • Pages: 21
Understanding The Client Business – PT Unilever Indonesia

Disusun Oleh: Zora Nayaka Widyadhana Muhamad Wahyu Dirgantara Muhammad Taufik Mohd. Yoga Pratama Putra Dela Veranda M. Fahrurridho Adhi Wardana Veby Yolanda Ulfah Monieca Atmanegara Audrey

(01031181621020) (01031281621070) (01031281621090) (01031381621116) (01031381621118) (01031381621126) (01031381621128) (01031381621184) (01031381621204)

Dosen Pembimbing : Dr. Yulia Saftiana, Se,M.Si,Ak Umi Kalsum, Se, M.Si, Ak Asfeni Nurullah, Se, M.Acc, Ak Abdul Rohman, Se, M.Si

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah dan berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Understanding The Client Business – PT Unilever Indonesia” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II, Universitas Sriwijaya. Penulis sadar, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.

Palembang, 23 Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1.

Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2.

Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3.

Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 2 2.1.

Gambaran Umum PT. Unilever Indonesia Tbk ............................................. 2

2.1.1.

Latar Belakang Perusahaan ..................................................................... 2

2.1.2.

Sejarah Perusahaan .................................................................................. 2

2.1.3.

Informasi Produk ...................................................................................... 4

2.2.

Pemahaman Terhadap Bisnis dan Industri Klien.......................................... 4

2.2.1.

Industri dan Lingkungan Eksternal ........................................................ 4

2.2.2.

Operasi dan Proses Bisnis ........................................................................ 6

2.2.3.

Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan............................................. 10

2.2.4.

Tujuan dan Strategi Klien ...................................................................... 11

2.2.5.

Pengukuran dan Kinerja ........................................................................ 13

2.3.

Kasus SariWangi ............................................................................................. 14

2.3.1.

Pembahasan Kasus ................................................................................. 14

2.3.2.

Analisa Kasus .......................................................................................... 16

2.4.

Teori Yang Digunakan...........................................................................

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................... 18 3.1.

Kesimpulan ...................................................................................................... 18

3.2.

Saran ................................................................................................................ 18

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 18

iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses pemeriksaan atau konsultasi keuangan, seorang auditor wajib untuk memperoleh pengetahuan yang cukup tentang bisnis yang memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit. Pemahaman tentang bisnis dan informasi yang diperoleh berguna untuk: penaksiran risiko bawaan dan identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien, melakukan evaluasi bukti audit, penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien. Untuk pengetahuan tentang bisnis dan industri klien dapat diperoleh dengan beberapa cara antara lain dengan mempelajari kertas kerja audit tahun sebelumnya. Berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku bagi industri maupun klien secara khusus ditelaah. Bila diperlukan lakukan kunjungan pada pabrik dan kantor klien. Meskipun pemahaman tentang bisnis dan industri klien ini dikategorikan ke dalam kelompok perencanaan audit, tetapi proses perolehan pemahaman telah dimulai sejak calon klien menghubungi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meminta jasa audit. Proses ini dilakukan terus menerus, sehingga pemahaman terhadap klien merupakan pemahaman yang utuh dan tidak hanya pemahaman yang sedikit saja. Semakin baik dilakukan proses ini semakin memberikan pelayanan yang terbaik kepada klien dengan tetap memperhatikan independensi dan integritas seorang auditor atau konsultan. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana gambaran umum mengenai PT. Unilever Indonesia? 1.2.2. Bagaimana gambaran lebih lanjut tentang bisnis dan industry PT. Unilever Indonesia? 1.2.3. Apakah terdapat kasus terhadap bisnis PT. Unilever Indonesia? 1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai PT. Unilever Indonesia 1.3.2. Untuk mengetahui gambaran lebih lanjut tentang bisnis dan industry PT. Unilever Indonesia? 1.3.3. Untuk mengetahui adanya kasus yang melibatkan PT. Unilever Indonesia.

1

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Gambaran Umum PT. Unilever Indonesia Tbk 2.1.1. Latar Belakang Perusahaan Unilever adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Rotterdam, Belanda (dengan nama Unilever N.V.) dan London, Inggris (dengan nama Unilever plc.) . Unilever memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh. Unilever adalah produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia, jika didasarkan pada besarnya pendapatan pada tahun 2012, di belakang P&G dan Nestlé. Unilever juga merupakan produsen olesan makanan (seperti margarin) terbesar di dunia. Unilever adalah salah satu perusahaan paling tua di dunia yang masih beroperasi, dan saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara. Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand, Hellmann's, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk dan Surf. l Unilever N.V. dan Unilever plc, beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim, Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

2.1.2. Sejarah Perusahaan Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia.

2

Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni :  PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merek-merek lain  PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos.  PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004.  PT Sara Lee Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe Award untuk skema pengelolaan sampah mereka di desa-desa di dekat sungai Brantas di Surabaya. Skema ini melibatkan kompos. Sampah organik dan daur ulang, dan telah menghasilkan peningkatan kualitas air setempat di sungai. Pada bulan Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk akan menginvestasikan setidaknya £300 juta dalam 2 tahun ke depan untuk memperluas pabriknya di Cikarang, Jawa Barat dan Rungkut, Jawa Timur . Saat ini Unilever Indonesia telah mengoperasikan 8 pabrik dan 3 pusat distribusi. PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari Unilever Group NV/plc untuk memproduksi dan mengawasi semua merek yang diproduksi oleh Unilever (seperti Surf, Close-up, Clear dll.).

3

2.1.3. Informasi Produk

           

Produk yang diproduksi oleh PT. Unilever antara lain adalah: Kinerja Surf  Lifebuoy  Wall's Rinso  Clear  Sunlight Buavita  Close Up  Pond's Sunsilk  Citra  Lux Fair & Lovely  Axe  Rexona Pepsodent  Royco  Pure It Molto  Kecap Bango  CIF Molto  SariWangi  Vaseline SASEBU™  Blue Band  Dove SuperBusa  Viso  Domestos Nomos Lipton  Wipol  She  Vixal

2.2. Pemahaman Terhadap Bisnis dan Industri Klien Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji material dalam laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat waktu dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut. Auditor mempertimbangkan beberapa faktor yang telah meningkatkan pentingnya pemahaman atas bisnis dan industri klien dengan menggunakan suatu pendekatan sistem strategis untuk memahami bisnis klien. 2.2.1. Industri dan Lingkungan Eksternal

No

Tipe Risiko

Penjelasan

1

Keuangan

Perubahan nilai mata uang dapat berfluktuasi secara tajam dan berdampak secara signifikan pada kinerja bisnis. Nilai tukar yang tidak stabil juga dapat mengakibatkan naik turunnya harga bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi produk-produk.

4

2

Pilihan brand

Selera dan perilaku konsumen senantiasa berubah..

3

Ekonomi Eksternal

Langkah pemerintah, seperti stimulus fiskal, perubahan perpajakan, dan kontrol harga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan profitabilitas operasi lokal PT. Unilever Indonesia Tbk.

4

Aspek hukum dan peraturan

Unilever patuh terhadap hukum dan peraturan lokal, regional, dan global yang berlaku di berbagai bidang seperti keamanan produk, klaim produk, merek dagang, hak cipta, paten, persaingan, kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, tata kelola perusahaan, keterbukaan informasi, ketenagakerjaan, serta pajak.

5

Hubungan Industri

Gangguan terhadap hubungan industrial dapat mempengaruhi kegiatan operasional, biaya, dan reputasi PT. Unilever Indonesia Tbk.

6

Karyawan dan Talenta

Penting bagi PT. Unilever Indonesia Tbk untuk dapat menarik, mengembangkan, dan mempertahankan orang-orang yang berkualitas dalam jumlah yang tepat untuk dapat bersaing dan berkembang secara efektif..

7

Sistem dan Informasi

Gangguan dalam sistem TI dapat menghambat operasi bisnis di berbagai area, termasuk menghambat penjualan, produksi, dan siklus arus kas. Pembatasan akses ke informasi rahasia serta pemisahan tugas juga berada dalam prioritas tertinggi PT. Unilever Indonesia Tbk.

8

Produk yang Aman dan Berkualitas Tinggi

Pada proses manufaktur Unilever Indonesia , juga ada risiko bahan baku terkontaminasi secara sengaja maupun tidak sengaja ; atau cacat produk lainnya. Risiko ini dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kegagalan peralatan atau faktor lainnya.

9

Supply Chain (Safety)

Pembelian bahan baku, pabrik yang efisien, dan pendistribusian produk dengan segera kepada para pelanggan adalah elemen penting dalam bisnis PT. Unilever Indonesia Tbk. Rantai pasokan terpapar dengan berbagai risiko lingkungan yang berpotensi merugikan, kecelakaan industri, dan gangguan fisik lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan PT.

5

Unilever Indonesia Tbk untuk mengirimkan produk kepada pelanggan. 10

Manajemen Portofolio

Pertumbuhan dan profitabilitas yang berkesinambungan dari bisnis bergantung pada kekuatan dan pengembangan kategori, area penjualan, dan portofolio saluran penjualan secara terus menerus. Jika PT. Unilever Indonesia Tbk tidak terus membuat investasi strategis yang sehat, maka PT. Unilever Indonesia Tbk dapat kehilangan peluang untuk pertumbuhan margin lebih lanjut.

11

Hubungan dengan pelanggan

Kegagalan untuk mempertahankan hubungan yang erat dengan pelanggan dapat berdampak negatif terhadap perjanjian kerjasama PT. Unilever Indonesia Tbk dengan pelanggan yang bersangkutan, sehingga dapat mengurangi ketersediaan produk terhadap konsumen.

2.2.2. Operasi dan Proses Bisnis A. Sumber Utama Pendapatan 

Produk Home Care seperti Sunlight, Rinso dan Molto, yang terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu Perawatan Rumah Tangga, Pembersih Pakaian, dan Pelembut Pakaian.



Produk Personal Care merupakan kombinasi unggul dari brand global dan lokal, seperti Lifebuoy, Pepsodent, Sunsilk, Fair and Lovely dan Citra, yang terbagi dalam kategori Perawatan Gigi dan Mulut, Perawatan Rambut, Perawatan Kulit, Perawatan Bayi, dan Deodoran.



Produk Makanan dan Minuman seperti Bango, Royco, Blue Band, Wall’s Ice Cream, Sariwangi, Buavita, Sarimurni dan lain-lain.

B. Sumber Pendanaan  Pendanaan Internal seperti Laba Perusahaan  Pendanaan Eksternal seperti Pinjaman dari Bank, Modal Pemilik, Saham dll.

6

C. Supply Chain (Rantai Pasokan) 







Penerapan sistem World Class Manufacturing (WCM) di 2014, kami menjadi lebih disiplin dan berkomitmen pada pendekatan zero-based untuk mendorong peningkatan produktivitas secara berkesinambungan di seluruh rantai pasokan dari hulu ke hilir. Program Partner to Win, kami berupaya untuk bekerjasama lebih erat dengan para pemasok PT. Unilever Indonesia Tbk untuk terus berinovasi, meningkatan proses, serta terus mengidentifikasi dan menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak memberi nilai tambah. Customer Development, PT. Unilever Indonesia Tbk memastikan bahwa brand-brand Unilever secara konsisten menjadi pilihan pertama pelanggan dan konsumen kami. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami memastikan bahwa produk senantiasa tersedia di toko, kapan dan dimanapun konsumen berbelanja. PT. Unilever Indonesia Tbk memanfaatkan peluang luar biasa dalam e-commerce dengan melakukan investasi signifikan dalam hal digital. PT. Unilever Indonesia Tbk telah memasarkan produknya di berbagai platform e-commerce, dan mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam bisnis online di tahun 2017.

D. Corporate Relations Sebagai perusahaan yang berinteraksi langsung dengan konsumen, kemampuan dalam mengkomunikasikan apa yang kami lakukan, mengapa kami melakukannya, dan apa yang membuat kami berbeda dengan yang lain, menjadi salah satu faktor utama dalam keberhasilan bisnis. Oleh karena itu, kami mempergunakan kekuatan komunikasi untuk mendukung semua hal yang kami lakukan, mulai dari aktivasi brand hingga program-program keberlanjutan. Kami pun mempergunakan kekuatan komunikasi kami untuk membina hubungan dengan para pemangku kepentingan, mulai dari kementerian, konsumen, hingga para petani yang menanam bahan baku produk kami. Program komunikasi kami gunakan untuk menyampaikan informasi, memberi inspirasi, memotivasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan suatu tindakan.

7

Salah satu prakarsa utama untuk mencapai agenda keberlanjutan kami adalah Zero Waste to Nature (ZWTN). Prakarsa ini bertujuan untuk mengurangi pembuangan sampah secara sembarangan serta pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir. Untuk menyuarakan konsep Zero Waste to Nature kepada khalayak yang lebih luas, kami bermitra dengan Hypermart di Surabaya untuk mengedukasi para pengunjung toko mengenai manfaat dari memilah sampah rumah tangga. Agar semua pengunjung dapat berpartisipasi, kami menyediakan dropbox di dalam gerai Hypermart tempat masyarakat dapat mengumpulkan sampah kemasan produk mereka. Hanya dalam waktu satu bulan, kami berhasil mengedukasi hampir 1.000 pembeli dan menginspirasi 2.249 pengikut Instagram untuk mulai mengelola sampah mereka dengan benar. Sementara itu, untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, karyawan Unilever Indonesia bersama dengan PRAISE (the Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment) bekerja sama dengan masyarakat setempat membersihkan area di sekitar Taman Menteng Jakarta sembari mengedukasi masyarakat tentang cara-cara yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sampah. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain: membantu mengedukasi anak-anak tentang mencuci tangan pakai sabun dalam rangka Hari Cuci Tangan Sedunia yang didukung Lifebuoy, bekerja dengan siswa sekolah menengah melalui kampanye kepercayaan diri Dove, mengirim surat motivasi secara rutin kepada penerima program beasiswa Fair & Lovely kami, dan membantu memberdayakan perempuan untuk mendirikan bisnis kuliner, yang beberapa diantaranya sekarang dijual di kantor pusat kami. Keputusan untuk memperbarui protokol Media Relations dilatarbelakangi oleh perubahan cepat yang terjadi pada media. Sebagian besar media cetak tradisional telah bergeser ke jalur daring, dan pada saat yang sama, penggunaan media sosial juga semakin meningkat, seperti Instagram, YouTube, dan Twitter. Tren baru ini mengharuskan kami menyesuaikan cara kami berkomunikasi. Di satu sisi, media digital adalah sarana yang kuat, dinamis dan terutama efektif untuk menjangkau secara langsung berbagai segmen konsumen dengan pesan yang relevan dan menarik. Di sisi lain, media digital memungkinkan Informai negatif atau informasi palsu dapat 8

menjadi viral dalam hitungan menit. Oleh karenanya, tipe media baru ini perlu ditangani dengan hati-hati dan penuh perhatian. @Unilever IDN. Pemerintah Indonesia adalah salah satu mitra terpenting kami. Kami menjalin kerjasama yang erat dengan otoritas lokal dan nasional pada berbagai program lingkungan dan sosial, sebagaimana dijelaskan pada bagian CSR dalam laporan ini. Melalui tim External Affairs (EA), kami juga melakukan dialog secara rutin dengan pemerintah mengenai berbagai isu strategis untuk menyuarakan kepentingan, tidak hanya Perseroan, tetapi juga industri kami secara umum. Pada tahun 2017, tim EA berhasil melibatkan pejabat pemerintah tingkat tinggi, untuk melakukan lobi dan advokasi untuk topik-topik yang penting bagi bisnis kami. Salah satu contohnya adalah upaya kami bersama Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) dan Kementerian Pertanian pada tahun 2017 untuk meringankan beberapa persyaratan teknis guna mempercepat proses impor beberapa bahan baku utama kami, seperti teh, bawang putih dan bubuk cabai. Paul Polman juga bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM) Thomas Lembong untuk menyampaikan komitmen Unilever dalam berinvestasi di Indonesia, dan untuk menunjukkan bagaimana Perseroan dapat mendukung, antara lain, rencana jangka panjang Indonesia untuk ekonomi hijau. Sebuah prakarsa di tahun 2017 yang telah mendukung upaya kami dalam melibatkan para pemangku kepentingan eksternal adalah EASE (External Affairs and Stakeholder Engagement), yaitu sistem digital yang memfasilitasi dan mempercepat alur dokumentasi internal untuk berbagai perijinan yang kami butuhkan. Tim EA telah bekerja dengan tim terkait, termasuk dengan Supply Chain, Customs Indirect Tax, Impor & Ekspor, Logistik, Regulasi dan juga Pemasaran, untuk memastikan kelancaran pengoperasian sistem ini. Kesuksesan dari berbagai hubungan eksternal kami di tahun 2017 merupakan cerminan dari kekuatan kemitraan kami. Kemampuan kami untuk turut membangun arena yang seimbang untuk semua pelaku bisnis di dalam industri kami merupakan faktor yang sangat penting untuk mempertahankan daya saing jangka panjang 9

dan untuk mencapai tujuan pertumbuhan berkelanjutan kami. Oleh karena itu, kami bangga untuk terus secara aktif terlibat dan memimpin asosiasi industri terkemuka seperti GAPMMI, PERKOSMI (asosiasi kosmetik), EUROCHAM, APJP (asosiasi jalur prioritas) dan PEKERTI (asosiasi produk perawatan rumah tangga), sehingga kami dapat menjadi mitra yang dihargai oleh pemerintah dalam pengembangan regulasi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang adil, selain mendorong pertumbuhan bisnis kami.

2.2.3. Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan Seperti dipersyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Unilever Indonesia, Perseroan terdiri dari tiga organ perusahaan utama, yang saling berdiri sendiri: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris (BoC) dan Direksi (BoD). Dewan Komisaris (BoC) dan Direksi (BoD) bertanggung jawab kepada RUPS. Ketiga organ ini bertanggung jawab untuk membangun kerangka kerja tata kelola perusahaan yang baik, dan untuk memimpin pelaksanaan GCG dengan bantuan Sekretaris Perusahaan dan Komite di bawah Dewan Komisaris. Kerangka kerja tata kelola perusahaan yang baik ini didukung oleh beberapa mekanisme yang saling melengkapi untuk memastikan bahwa tata kelola perusahaan diterapkan secara efektif dan konsisten di seluruh lini operasional kami dan oleh seluruh karyawan di dalam organisasi. Mekanisme tersebut antara lain sistem pengendalian internal, sistem manajemen risiko, audit internal dan eksternal, Kode Etik, Anggaran Dasar, Kode Mitra Bisnis Unilever, manajemen sistem mutu, dan prosedur operasi standar dan proses bisnis PT Unilever Indonesia tbk.

10

Struktur Organisasi:

2.2.4. Tujuan dan Strategi Klien  Tujuan Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen · Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas. · Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses. · Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi. · Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikanimbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham. · Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat danlingkungan hidup.  Strategi PT. Unilever Indonesia Tbk Di dalam menghadapi persaingan antar perusahan, PT. Unilever Indonesia Tbk memiliki strategi - strategi dalam menghadapi persaingan-persaingan antar perusahaan, strategi itu antara lain:

1. Kepemimpinan Harga Rendah Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik menggunakan sistimpengisian kembali

11

persediaan yang melegenda, wal-mart menjadi pemimpin bisnis eceran diamerika serikat. Sistem mili wal-mart mengirimkan pesanan atas barang dagang baru secaralangsung kepada pemasok ketika pelanggan membayar pembelian mereka pada kasir.terminaltitik pejualan mencatat kode barang setiap barang yang melewati kasir dan mengirimkantransaksi pembelian langsung kepada komputer pusat wal-mart. Komputer mengumpulkanpesanan dari semua toko wai-mart dan mengirimkannya ke pemasok. Pemasok juga dapatmengakses daa penjualan dan persediaan wal-mart menggunakan teknologi web. Sistem inimampu membuat walmart mempertahankan biaya rendah sembari menyesuaikanpersediaannya untuk memenuhi permintaan pelanggan. 2. Diferensiasi Produk Produk Unilever terus memperkenalkan kemasankemasan yang terbaru, tetapi Unilever tetapmempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca, sachet, botol kecildan masih banyak lagi kemasannya. 3. Berfokus Pada Peluang Pasar Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang beda dengan yang lain,produk masuk kedalam pasar dengan cara mempromosikan barang-barangnya dengan caraterjun langsung ke masyarakat dengan bukti-bukti kualitas secara real, misalnya dengandiadakannya perlombaan-perlombaan kepada masyarakat perbandingan antara produk Unilever dengan produk-produk pesaing lainnya. 4. Menguatkan Keakraban Pelanggan Dan Pemasok Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari pemasok terhadap jadwal produksi dan bahkan mengizinkan pemasok untuk memutuskan bagaimana dan kapan mengirim pasoka. Selain itu Unilever juga melakukan. Tanya jawab kepada para konsumen dan membuat suara konsumen tempat para konsumen mengeluh.

12

2.2.5. Pengukuran dan Kinerja

Menurut Analisa Rasio PT. Unilever Indonesia Tbk. Pada tahun 2013-2017 memiliki Rasio Lancar sebesar 67.1%, 71.5%, 65.4%, 60.6%, 63.4% hal ini menunjukan bahwa kemampuan entitas untuk membayar liabilitas jangka pendek cukup baik sebab semakin besar pesentase rasio tersebut semakin besar kemampuan perusahaan unuk membayar liabilitas jangka pendek. Rasio Return On Equity menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan Pada Tahun 2013 adalah sebesar 136.6%, Pada Tahun 2014 sebesar 124.9%, Pada Tahun 2015 sebesar 121.2%, 2016 sebesar 135.8%., 2017 sebesar 135.4%. Rasio Return On Assests merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Pada tahun 2013 adalah sebesar 44.5%, Pada Tahun 2014 sebesar 43.9%, Pada Tahun 2015 sebesar 39%, Pada Tahun 2016 sebesar 39.4%, dan Pada Tahun 2017 39.3%.

13

2.3. Kasus SariWangi 2.3.1. Pembahasan Kasus Adanya pemberitaan mengenai “Perusahaan Teh SariWangi Bangkrut, Terlilit Utang Rp 1,05 Triliun” yang telah menyebar di berbagai media masa, membuat persepsi publik bahwasannya PT Unilever Indonesia Tbk yang memproduksi Teh SariWangi telah bankurt/pailit dan Produksi Teh SariWangi dihentikan. Teh celup SariWangi awalnya dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT Sariwangi AEA. Adapun yang disebutkan pailit dalam pemberitaan di media masa sebenarnya adalah PT SariWangi AEA. PT Sariwangi AEA awalnya dikenal sebagai produsen teh celup di Indonesia. Perseroan juga sukses memperkenalkan format teh celup dengan merek "SariWangi" pada 1973. Pada pertengahan 1989, Unilever Indonesia kemudian mengakuisisi merek dagang teh Sari Wangi. Pasca-akuisisi merek oleh Unilever, pihak PT Sariwangi AEA meminta izin untuk tetap menggunakan nama Sariwangi sebagai nama perusahaan kepada pihak Unilever. Namun, entitas merek dagang teh Sari Wangi dengan PT Sariwangi sebagai perusahaan perkebunan teh sudah terpisah sama sekali. Perusahaan tersebut bukan merupakan bagian ataupun anak perusahaan dari PT Unilever Indonesia Tbk. Sedangkan, untuk bisnis teh SariWangi dari PT Unilever Indonesia Tbk., saat ini terus bertumbuh dan tetap diproduksi. PT Sariwangi AEA memang pernah menjadi rekanan usaha PT Unilever Indonesia untuk memproduksi teh celup SariWangi, namun hubungan bisnis tersebut telah berakhir. Berikut 5 fakta singkatnya : 1. Bukan Teh Celup Perusahaan teh PT Sariwangi Agricultural Estate Agency berdiri sejak tahun 1962. Kantornya berada di Gunung Putri Bogor Jawa Barat.Tahun 1970-an, Sariwangi kemudian memperkenalkan revolusi minum teh lewat produk teh celup. Saat diluncurkan, produk teh yang sukses luar biasa hingga kini ini kemudian diberi merek Teh Celup Sariwangi. Tapi, produk ini kemudian diakuisisi oleh Unilever pada 1989.

14

Unilever bahkan sudah memproduksi sendiri produk ini. Setelah produk Teh Celup Sariwangi diakuisisi, PT Sariwangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan pengemasan teh. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection, SariMurni Teh Kantong Bundar. 2. Investasi Gagal PT Sariwangi Agricultural Estate Agency kemudian mencoba berinvestasi di penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi perkebunan. Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau teknologi penyiraman air dan telah mengeluarkan uang secara besar-besaran. Namun, hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan, di mana utang terlalu besar, tetapi pendapatan tak sesuai prediksi, yaitu sejumlah Rp 1,05 triliun. Tercatat, ada lima bank yang mengajukan tagihan pada tahun itu, yakni PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. 3. Utang Rp 1,5 Triliun Masalah keuangan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, mulai terendus pada tahun 2015.Dua perusahaan ini ternyata terjerat utang hingga Rp 1,05 triliun ke sejumlah kreditur. Tercatat, ada lima bank yang mengajukan tagihan pada tahun itu, yakni PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. 4. Memohon Perdamaian Sariwangi sempat mengajukan perdamaian. Dua perusahaan itu mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada para kreditur.

15

5. Dinyatakan Pailit Meski sudah diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, namun hingga 2018, Sariwangi dan Maskapai Perkebunan Indorub tetap tak bisa menjalankan janjinya. Pada Rabu (17/10/2018), Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan homologasi dari salah satu kreditur yakni PT Bank ICBC Indonesia terhadap Sariwangi Agricultural Estate Agency, dan Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung. Seiring dengan keputusan tersebut, dua perusahaan perkebunan teh ini resmi menyandang status pailit. Berkaitan dengan pemberitaan mengenai keputusan pengadilan terhadap PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (PT Sariwangi AEA), agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, PT Unilever Indonesia Tbk sebagai pemilik brand teh celup SariWangi melakukan klarifikasi dengan menyampaikan berbagai hal berikut:  Teh celup SariWangi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk. Bisnis teh SariWangi saat ini terus bertumbuh dan tetap diproduksi.  Adapun yang disebutkan pailit dalam pemberitaan di media masa adalah PT Sariwangi AEA. Perusahaan tersebut bukan merupakan bagian ataupun anak perusahaan dari PT Unilever Indonesia Tbk.  PT Sariwangi AEA memang pernah menjadi rekanan usaha Unilever untuk memproduksi teh celup SariWangi, namun hubungan bisnis tersebut telah berakhir. Dengan demikian, pailitnya perusahaan tersebut tidak ada dampak apapun terhadap Unilever dan teh celup SariWangi. 2.3.2. Analisa Kasus Kasus tersebut bisa terjadi karena adanya kesalahpahaman publik yang merupakan akibat dari pemberitaan diberbagai media massa bahwasannya PT Unilever Indonesia Tbk yang memproduksi Teh SariWangi telah bankurt/pailit dan Produksi Teh SariWangi dihentikan. Adapun yang disebutkan pailit dalam pemberitaan di media masa sebenarnya adalah PT SariWangi AEA. Oleh karena itu, kasus ini berdampak pada citra PT Unilever Indonesia Tbk di masyarakat.

16

Kasus ini berkaitan dengan teori kelangsungan hidup usaha. Berdasarkan teori kelangsungan hidup usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu waktu tertentu, tentang hasil peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara inheren. Faktor-faktor yang relevan dengan pertimbangan tersebut : 1. Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi. 2. Ukuran,dan kompleksitas entitas, sifat,dan kondisi bisnisnya, serta keterpengaruhannya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang hasil peristiwa. 3. Setiap pertimbangan mengenai masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia ketika pertimbangan dilakukan. Dengan adanya kasus ini, banyak masyarakat yang mengalami salah persepsi, di mana masyarakat mengira PT Unilever Indonesia Tbk yang merupakan produsen Teh Sariwangi mengalami kebangkrutan. Hal ini tentunya merusak citra perusahaan tentang asumsi kelangsungan hidup usaha (going concern) terutama mengenai faktor mengenai tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi. Pemahaman masyarakat yang keliru dapat menjadikan citra perusahaan tersebut menjadi buruk, yang tentunya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Klarifikasi yang telah dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk diharapkan mampu untuk mengatasi kesalapahaman ini. Sehingga, citra PT Unilever Indonesia Tbk tetap baik di mata publik. 2.4 Teori Yang Digunakan Dalam penyusunan makalah dan powerpoint Kasus Understanding The Client Business – PT Unilever Indonesia, kelompok kami menggunakan Teori Perencanaan Audit dan Pemahaman Klien – SA 300, 315, dst. dan Teori Kelangsungan Hidup Usaha – SA 570.

17

BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran

Daftar Pustaka https://www.unilever.co.id/penjelasan-resmi-perihal-sariwangi.html http://jabar.tribunnews.com/2018/10/19/penyebab-perusahaan-teh-sariwangibangkrut-terlilit-utang-rp-105-triliun?page=all http://vendriandinata.blogspot.com/2011/10/analisis-kasus-perusahaan-ptunilever.html file:///C:/Users/User-pc/Downloads/Documents/UNVR_Annual%20Report_2017.pdf https://www.unilever.co.id/investor-relations/pedoman-tatakelolaperusahaan/manajemen-risiko/jenis-jenis-risiko.html https://tirto.id/pt-sariwangi-aea-pailit-unilever-kami-tetap-produksi-teh-celup-c7uV Anual Report tahun 2017 PT Unilever Indonesia TBK

18

Related Documents

Client
June 2020 33
Client
May 2020 19
Understanding
May 2020 47
Understanding
June 2020 28

More Documents from ""