Tugas Uas.docx

  • Uploaded by: tugass g
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Uas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,878
  • Pages: 19
DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………………………………I Daftar Isi………………………………………………………………………………………II Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2 1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pembangunan…………………………………………………………………......3 2.2 Konsep Perkotaan (Kota)………………………………………………………………….4 2.3 Konsep Ruang Terbuka Hijau……………………………………………………………..6 Bab III Pembahasan 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung………………………………………………………11 3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-203………………………13 3.3 Kondisi Terkini Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung………………………………16 3.4 Terobosan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kota Bandung Dalam Menyediakan Ruang Terbuka Hijau………………………………………………………………………………18 3.5 Analisis SWOT Dalam Penyedian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung……………18 Bab IV Penutup 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….19 4.2 Saran……………………………………………………………………………………...19 Daftar Pustaka………………………………………………………………………………. 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang dan merupakan negara yang terpadat keempat setelah negara Cina, Amerika, dan India. Banyaknya penduduk yang ada di negara Indonesia tentunya akan menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Seperti permasalahan pekerjaan, kesehatan, ekonomi, hingga ketersedian lahan. Bicara mengenai ketersedian lahan terutama yang ada di perkotaan tentu yang ada dalam pikiran seseorang adalah berdirinya bangunan-bangunan beton yang menjulang atau biasa disebut dengan gedung pencangkar langit yang digunakan sebagai pusat aktivitas masyarakat terutama yang bergerak dalam bidang ekonomi hingga pendidikan. Bandung adalah sebuah kota besar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Bandung mempunyai sebutan sebagai kota Paris Van Java hingga sebutan sebagai kota kembang. Sebagai sebutan kota Paris Van Java maka juga akan terkait dengan pesatnya pembangunan yang ada di kota Bandung. Hal tersebut tidak lepas dari adanya fenomena urbanisasi yaitu perpindahan masyarakat dari desa ke kota yang mempunyai tujuan untuk bekerja atau mengembangkan karir hingga untuk meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga masing-masing individu. Faktor lain pesatnya pembangunan yang ada di kota Bandung adalah faktor pertumbuhan penduduk. Perlu diketahui bahwa semakin pesatnya pembangunan yang ada dalam suatu wilayah kota maka daya tarik masyarakat untuk melakukan urbanisasi semakin besar pada nantinya, pertumbuhan penduduk atau angka kelahiran di kota juga akan semakin meningkat. Keterkaitan yang lain bila pertumbuhan penduduk meningkat maka tingkat kebutuhan akan permintaan suatu barang dan jasa juga akan semakin meningkat. Seperti halnya permintaan akan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, kebutuhan pangan, kebutuhan gaya hidup hingga kebutuhan akan perumahan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi saat ini mengenai pembangunan yang ada di kota Bandung ? 2. Bagaimana rencana tata ruang wilayah (RTRW) di kota Bandung ? 3. Apa strategi dari pemerintah untuk menyikapi minimnya ketersedian ruang terbuka hijau ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui gambaran umum dan kondisi yang ada saat ini di kota Bandung 2. Untuk memberikan informasi mengenai apa dan bagaimana rencana tata ruang wilayah (RTRW) di kota Bandung. 3. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai cara mengatasi minimnya ketersedian ruang terbuka hijau di kota besar terutama di kota Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam -macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya,

politik,

yang

berlangsung

pada

level

makro

(nasional)

dan

mikro

(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). 2.2 Konsep Perkotaan (Kota) -Menurut Bintarto Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan

bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya. Menurut UU No 22/ 1999 tentang Otonomi Daerah Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan social dan kegiatan ekonomi. 

Menuru tPeraturan Mendagri RI No .4/ 1980 Kota adalah suatu wilayah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotanadya dan kota administratif. Kota juga berate suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai cirri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. -Peranan Kota Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut : 1.Sebagai pusat pemukiman penduduk. 2. Sebagai pusat kegiatan ekonomi. 3. Sebagai pusat kegiatan social budaya. 4. Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintah serta tempat kedudukan pimpinan pemerintah.

-

Ciri-ciri Kota Sebuah kota pun memiliki cirri-ciri fisik yang dapat dilihat dan dirasakan. Adapun cirri-ciri fisiknya antaralain : a. Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan. b. Tersedianya tempat-tempat untuk parkir. c. Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga.

Kota pun memiliki ciri kehidupan kota antara lain sebagai berikut: 1. Adanya pelapisanosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. 2. Adanya jarak social dan kurangnya toleransi diantara warganya. 3. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan,situasi, dan kondisi kehidupan.

2.3 Konsep Ruang Terbuka Hijau -Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. - Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. - Tipologi Ruang Terbuka Hijau Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, mengklasifikasikan RTH yang ada sesuai dengan tipologi berikut : - Berdasarkan Fisik

1. RTH Alami, berupa habitat liar alami, kawasan lindung, dan taman-taman nasional. 2. RTH Non Alami/Binaan, yang terdiri dari taman, lapangan olahraga, makam, dan jalurjalur hijau jalan. - Berdasarkan Struktur Ruang 1. RTH dengan pola ekologis, merupakan RTH yang memiliki pola mengelompok, memanjang, tersebar. 2. RTH dengan pola planologis, merupakan RTH yang memiliki pola mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. - Berdasarkan Fungsi 1. Fungsi Ekologis 2. Fungsi Sosial Budaya 3. Fungsi Arsitektural/Estetika 4. Fungsi Ekonomi - Jenis Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan PERMENDAGRI NO. 1 TAHUN 2007 - Taman Kota Taman kota merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. -Taman Lingkungan Perumahan dan Permukiman Taman lingkungan perumahan dan permukiman merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang meliputi populasi terbatas/masyarakat sekitar.

- Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. -Fungsi dan Manfaat RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut. Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anakanak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan. Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Sementara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan. Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat terutama

pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari. Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Indah Plaza, Paris Van Java Mall, Cihampelas Walk, Trans Studio Mall, Bandung Trade Center, Plaza Parahyangan, Balubur Town Square, dan Metro Trade Centre. Terdapat juga pusat rekreasi modern dengan berbagai wahana seperti Trans Studio Resort Bandung, Trans Studio Bandung, yang terletak pada lokasi yang sama dengan Trans Studio Mall. Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung) 3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-2031 Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi RTH publik dan RTH privat. Penjabaran jenis RTH yang termasuk dalam masingmasing tipologi tersebut adalah sebagai berikut: 1. RTH publik, yang terdiri atas:  lindung (kecuali cagar budaya);  pertanian;taman hijau; dan  fasos/fasum hijau (kebun binatang, SOR, permakaman, taman hijau). RTH privat, yang terdiri atas:  pertanian privat;  fasos (taman hijau, SOR, permakaman keluarga); dan

 pekarangan (rumah, kantor). 3.3 Kondisi Terkini Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH. Sedangkan idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektare ini adalah sekitar 6000 hektare. data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76 persen. Padahal idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari total luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jika Kota Bandung tanpa RTH, sinar matahari yang menyinari itu 90% akan menempel di aspal, genting rumah, dan bangunan lainnya yang ada. sementara sisanya yang 10% akan kembali ke angkasa. Hal itu memicu udara Kota Bandung menjadi panas. Namun, jika bandung memiliki RTH sesuai dengan angka ideal, maka sinar matahari itu 80% diserap oleh pepohonan untuk fotosintesis, 10% kembali ke angkasa, dan 10% nya lagi yang menempel di bangunan, aspal dan lainnya. Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Bandung 2006, akibat berkurangnya persentase ruang terbuka hijau di Bandung, setiap tahun permukaan tanah di Kota Kembang ini menyusut sekitar 42 sentimeter. Di Babakan Siliwangi sendiri permukaan air tanah berada pada kedudukan 14,35 meter dari sebelumnya 22,99 meter. Menurut data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di Bandung itu masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau. Bandung merupakan kota yang dikenal dengan kesejukannya. Namun hal ini semakin lama semakin terkikis. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan dan perkembangan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Bertumbuhnya kendaraan bermotor dan berdirinya berbagai bangunan berpengaruh pada lingkungan. Polusi dan meningkatnya suhu membuat Bandung menjadi kurang nyaman ditinggali. Untuk mengimbangi pembangunan, kota besar seharusnya memiliki ruang terbuka hijau yang luas..

Kota Bandung paling tidak membutuhkan 4.000 hektar lahan hijau. Lahan hijau ini berguna tidak hanya sebagai penghasil oksigen, namun juga untuk daerah resapan air dan menyerap karbon dioksida. Kebijakan untuk membuat ruang terbuka hijau di 1.500 Rukun Warga, yang digagas Pemerintah Kota merupakan sebuah langkah kecil. Kebijakan ini bisa menambah sekitar 800 hektar lahan hijau. Karena itu, sedang digagas kebijakan agar pelaku usaha yang membangun di kota Bandung menyediakan juga ruang terbuka hijau. Lokasi gedung seperti apartemen, mall, dan hotel diharapkan segera berkonstribusi dengan menyediakan ruang terbuka hijau. Penyediaan pot yang diisi tanaman atau taman di atas gudang kurang maksimal, karena tidak menunjang fungsi daerah resapan air. 3.4 Terobosan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kota Bandung Dalam Menyediakan Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Dibawah Kolong Jembatan Taman kota Bandung yang merupakan ruang terbuka hijau, saat ini sedang menjadi trend pembangunan kota. Hal itu jelas terlihat dengan revitalisasi taman kota tua atau pembangunan taman-taman baru. Pemerintah kota sendiri, memiliki rencana yang sangat besar terhadap ruang terbuka hijau ini dengan keinginan untuk mendirikan satu taman di tiap kelurahan. Artinya, tiap kelurahan akan memiliki satu ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai sarana rekreasi murah. Rencana tersebut, tentu saja tak bisa dilakukan begitu saja. bagaimana pun, ketersediaan lahan tetap menjadi masalah utama dalam pembangunan taman sebagai ruang terbuka hijau. Namun, keinginan tak seharusnya berakhir hanya karena keterbatasan. Masih banyak cara yang bisa dilakukan dalam pembangunan ruang terbuka hijau. Salah satunya adalah memanfaatkan lahan-lahan tak terpakai semisal di bawah kolong jembatan layang. Pembangunan taman di bawah jembatan layang ini, jelas merupakan terobosan kreatif yang tak pernah dilakukan oleh kota mana pun. Terlebih, taman kolong jembatan ini merupakan taman tematik yang bisa dikunjungi sebagai atraksi wisata masyarakat. mau tahu di mana saja taman tematik kolong jembatan yang ada di kota Bandung?

Taman Pasopati, dikenal juga sebagai taman jomblo. Taman Kota Bandung ini adalah taman kolong jembatan yang pertama kali diresmikan. Sebutan jomblo sendiri mengacu pada tempat duduk berbentuk kotak yang berdiri sendiri-sendiri dan hanya muat untuk satu orang. Taman ini dilengkapi Wi-fi denga koneksi yang sangat kuat. Taman Skate/skate park, berada di saming taman jomblo. Taman tematik ini khusus dibuat untuk memfasilitasi komunitas skater di kota kembang. Karenanya, pemerintah kota menyerahkan seluruhnya pengelolaan tempat ini pada komunitas skater yang memanfaatkan taman ini sebagai tempat beraktivitasnya. Taman Film Bandung adalah taman yang terakhir diresmikan. -SAYEMBARA DESAIN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) & ARSITEKTUR KOTA BANDUNG Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil bersama Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan (Diskamtam) Kota Bandung Arif Prasetya, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Jawa Barat dan Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) Daerah Jawa Barat, Tokoh Budayawan, tokoh masyarakat kota Bandung serta Wahana Lingkungan Hidup Kota Bandung mengumumkan pemenang Sayembara Desain Ruang Terbuka Hijau (RTH) & Arsitektur Kota Bandung. Sayembara tersebut untuk mewujudkan suasana Kota Bandung yang lebih asri, liveable, dan memiliki sarana rekreatif, edukatif yang ekologis dalam menghadirkan identitas tempat sebagai identitas kota, sehingga diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk semua lapisan masyarakat terutama warga Kota Bandung menyajikan ide dan pemikirannya terkait objek sayembara. - Optimasi Pemakaman Muslimin Sebagai RTH Potensial di Perkotaan Menghadapi tekanan penduduk sebesar itu maka konversi ruang terbuka hijau ( RTH ) menjadi lahan terbangun adalah salah satu dampak yang banyak terjadi. Berkurangnya taman – taman kota, hilangnya jalur hijau sungai, jalur hijau jalan KA, jalur hijau SUTT yang berubah menjadi pemukiman dan semakin menyempitnya halaman di perumahan adalah fenomena yang saat ini terjadi di kota-kota di Indonesia. Hasil penelitian Rani ( 2011 ), menyatakan bahwa ratarata luas RTH privat ( halaman terbuka) di Kelurahan Garuda Kota Bandung adalah 1,6 % dari luas kavlingnya. Angka ini memberikan ilustrasi bahwa setiap 100 m2 kavling pemukiman di Kelurahan Garuda, hanya tersisa 1,6 m2 lahan tidak terbangun, atau building coverage ( BCR )

mencapai 98,4 %. Dengan BCR setinggi ini tidaklah mengherankan jika hal semacam ini menjadi pemicu terjadinya banjir dan rendahnya resapan air - Permasalahan Yang Muncul Dalam Pelaksanaan Penyedian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung Menurut pengamatan penulis dari berbagai sumber yang sudah didapatkan melalui studi literatur atau studi kepustakaan dimana penulis mengumpulkan informasi dari undang-undang yang ada, peraturan-peraturan, buku-buku, jurnal, makalah lokarkarya, hingga sumber dari internet serta ditunjang dari pengamatan penulis yang merupakan asli orang Bandung maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa masalah utama yang dihadapi dalam pemeliharaan akan keberadaan ruang terbuka hijau di kota Bandung adalah terkait pada SDM atau sumber daya manusia khususnya petugas lapangan dimana diketahui bahwa luasnya area di kota Bandung dan kompleksnya permasalahan ruang terbuka hijau di kota Bandung. Selain permasalahan yang sudah dijelaskan diatas faktor lain yang menyebabkan terhambatnya penyedian ruang terbuka hijau di kota Bandung adalah pesatnya pertumbuhan penduduk baik itu urbanisasi atau pertumbuhan penduduk secara alami. Dapat diambil sebuah kesimpulan sedikit bahwa bila, dikaitkan dengan ruang terbuka hijau maka pertumbuhan penduduk yang tinggi maka tingkat permintaan akan lahan tempat tinggal juga akan semakin tinggi yang berbanding terbalik dengan ketersedian lahan terutama untuk ruang terbuka hijau menjadi semakin sempit. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan arus urbanisasi yang tinggi menyebabkan tuntuan akan kebutuhan ekonomi juga akan semakin tinggi

3.5 Analisis SWOT Dalam Penyedian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung 1.Kekuatan Progam pemerintah kota Bandung mengenai penyedian taman di bawah kolong jembatan dan sayembara desain arsitek ruang terbuka hijau merupakan hal yang sangat tepat. Karena dengan hal tersebut ruang yang tidak terpakai dapat termanfaatkan seperti hal nya di bawah kolong jembatan. Selain hal itu pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk ikut

berperan serta dalam penyedian ruang terbuka hijau dengan desain taman yang diserahkan kepada masyarakat 

Kelemahan Dalam poin ini kelemahan datang dari pihak pemerintah kota Bandung sendiri. Dikatakan lemah apabila pemerintah kurang mengadakan atau meninjau ulang mengenai pembangunan yang menyalahi aturan atau berada di lahan ruang terbuka hijau. Peraturan dan rencana tata ruang wilayah sudah dibuat secara terstruktur hanya dalam pratek atau implementasinya kurang tepat. Selain hal itu terkait dengan sumber daya aparatur yang bisa saja sewaktu-waktu menyimpang dari prosedur atau peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

3. Peluang Peluang yang ada dalam penyedian ruang terbuka hijau di kota Bandung adalah dimana pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk penyedian ruang terbuka hijau. Seperti hal nya bank BNI atau factoury outlet yang mewajibkan untuk menyediakan ruang hijau beberapa meter saja atau bisa dengan pemberian dana kepada pemerintah agar kendala yang dihadapi pemerintah mengenai dana dalam penyedian ruang terbuka hijau dapat teratasi sehingga untuk mewujudkan ruang terbuka hijau di kota Bandung dapat tercapai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota Bandung 2011-2031. 4. Ancaman Ancaman yang paling serius dihadapi dalam penyedian ruang terbuka hijau adalah pesatnya pertumbuhan penduduk baik karena kelahiran secara murni maupun karena urbanisasi yang menyebabkan tuntutan akan ketersedian lahan untuk tempat tinggal juga akan semakin besar, pada nantinya banyak terjadi alih fungsi lahan di kota Bandung. Selain hal tersebut ancaman selanjutnya adalah meningkatnya kegaiatn ekonomi dimana pertumbuhan penduduk yang tinggi maka hal tersebut sebagai sebuah potensi bagi pihak swasta atau para pengembang untuk melakukan kegiatan ekonomi yang terkadang banyak mengabaikan peraruran yang ada dan pentingnya ruang terbuka hijau untuk keberlangsungan di masa depan. Hal yang paling ekstrem adalah orientasinya yang hanya mencari keuntungan ekonomi.

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Kota Bandung merupakan kota besar yang terpadat ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kepadatan penduduk yang ada di kota Bandung merupakan sebuah permasalahan yang saling berkait terutama dalam penyedian ruang terbuka hijau. Suatu kota yang berpenduduk padat maka semakin tinggi juga akan permintaan terhadap ketersedian lahan. Sebagai kota kembang tentu untuk tetap mempertahankan sebutan tersebut pemerintah menggalakan penyedian ruang terbuka hijau. Dalam penyedian ruang terbuka hijau normalnya sebuah kota mempunyai 30 persen ruang terbuka hijau tetapi dalam kenyataannya kota Bandung belum mencapai target yang diharapkan. Sesuai dengan RTRW kota Bandung maka pemerintah kota Bandung untuk mewujudkannya merevitaliasi dan menambah ruang terbuka hijau di kota Bandung dengan pemanfaatan lahan yang tersisa dengan saling bekerja sama pada pihak swasta dan masyarakat agar dapat mencapai target 30 persen untuk ruang terbuka hijau di perkotaan. 4.2 SARAN Bagi pemerintah kota Bandung sudah seharusnya tetap mempertahankan dan menggalakan progam mengenai penyediaan ruang terbuka hijau dengan bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat serta ditunjang dengan peraturan yang ada dan pengawasan dari berbagai pihak untuk mewujudkan ruang terbuka hijau di kota Bandung. Bagi masyarakat sudah seharusnya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ruang terbuka hijau dan mengajari serta memberi contoh kepada masyarakat lain untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan keberadaan ruang terbuka hijau dengan ikut berpatisipasi secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA Amir Khosim dan Kun Marlina Lubis. 2007. Geografi untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Grasindo. SamaAndrew, Webster (1984). “Introduction to the Sociology of Development”. Cambridge: Macmillan. Frank, Andre Gunder. (1984). “Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi”. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Galtung, Johan. (1980). “Why the Concern with Ways of Life”, GDIP Project, Oslo: United Nation University. di. 2007. Geografi: SMA Kelas XII. Bogor: Yudhistira. Makalah Lokakarya PENGEMBANGAN SISTEM RTH DI PERKOTAAN Dalam rangkaian acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke 60 Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum / Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian – IPB UU Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan Ruang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Seputar Bandung Barat. 2014. (Online), (http://leumburkuring.wordpress.com/tata-ruang2/animasi-3d/ruang-terbuka-hijau/, Diakses pada tanggal 02 Januari 2015). http://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/definisi-kota-dan-kawasanperkotaan/.(Online), Diakses pada tangal 02 januari 2015.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN UPAYA PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM PENYEDIAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN MELIBATKAN PERAN SWASTA DAN MASYARAKAT Dibuat Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Perkotaan yang Dibina Oleh

DI SUSUN OLEH: Nama : ANDERIAS KADENGARA Nim : 2016210015

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA AKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2019

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"