Tugas Kimor 2 New.docx

  • Uploaded by: alfika
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Kimor 2 New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,332
  • Pages: 13
Formulasi Sabun Cair Anti-Oksidan dari Limbah Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.).

Disusun oleh :

1. 2. 3. 4. 5.

Achmadan Katon H. Adellia Ayu Febriana Aldia Dwi M.A Alfika Pebriani Alvina Devita AP

10116002 10116003 10116007 10116009 10116011

FAKULTAS FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Formulasi Sabun Cair Anti-Oksidan dari Limbah Kulit Pisang (Musa paradisiaca L.). Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

`

Kediri, 10 Februari 2018

Penyusun

2|Page

DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………………………..

2

Daftar Isi……..………………………………………………………………..

3

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………

4

1.1

Latar Belakang……………………………………………………….

4

1.2

Rumusan Masalah…………………………………………………….

5

1.3

Tujuan………………………………………………………………..

5

Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………………...

6

2.1

Dasar Teori…………………………………………………………..

6

2.2

Metodelogi…………………………………………………………...

7

2.2.1

Alat…………………………………………………………..

7

2.2.2

Bahan………………………………………………………...

7

2.2.3

Metode………………………………………………………

7

2.2.4

Evaluasi Sediaan Sabun Cair………………………………

7

Bab III Pembahasan…………………………………………………………

8

Bab IV Kesimpulan…………………………………………………………

9

Daftar Pustaka

3|Page

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Sabun salah satu pembersih yang sudah umum dipakai masyarakat dimana bahan baku untuk pembuatnya itu membutuhkan bahan utama lemak dan soda abu yang sekarang ini lebih terkenal dengan Saponofikasi atau reaksi antara lemak dengan bahan Alkali (NaOH) yang mana sabun ini memiliki berbagai jenis seperti sabun padat dan sabun cair. Perbedaan ini disebabkan garam murni (alkali) yang dipakai untuk memproduksi yang mana sabun padat memakai garam murni (alkali) lebih banyak dari pada sabun cair sehingga membuat sabun lebih padat. Seiring dengan kemajuan jaman yang dahulunya pembuatan sabun ini berasal dari bahan alami yaitu lemak unta dan abu abu di lakukan oleh bangsa arab semakin lama semakin menghilang dan diganti dengan berbagai macam bahan-bahan kimia. Sabun juga suatu sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai pencuci pakaian dan pembersih kulit. Berbagai jenis sabun yang beredar di pasaran dalam bentuk yang bervariasi seperti sabun cuci, sabun mandi, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk dan cair. Sabun cair saat ini banyak diproduksi karena penggunaannya yang lebih praktis dan bentuk yang menarik dibanding bentuk sabun lain. Di samping itu sabun dapat digunakan untuk mengobati penyakit, seperti mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Dengan kata lain sabun dapat digunakan sebagai obat yakni dengan membersihkan tubuh dan lingkungan sehingga kemungkinan terserang penyakit akan berkurang. Berdasarkan kandungan kimia dan pemanfaatan dari Pisang (Musa paradisiaca L.) dilakukan penelitian dengan memformulasi sabun cair dari ekstrak Kulit Pisang (Musa paradisiaca L.). Formulasi herbal dianggap sebagai alternatif ke sabun sintetis tapi perumusan kosmetik menggunakan bahan baku alami sepenuhnya adalah tugas yang sulit. Ada sejumlah besar tanaman obat yang dilaporkan memiliki efek menguntungkan pada kulit dan biasa digunakan dalam formulasi sabun. Produk tanaman ini bisa digunakan dalam bentuk bubuknya, bentuk mentah, ekstrak yang dimurnikan, atau bentuk turunan. Sangat sulit menyiapkan sabun herbal menggunakan satu bahan alami yang lebih ringan dan lebih aman daripada sabun sintetis, dan pada saat yang sama akan melakukan baik dengan berbusa, detergensi dan padat konten. Oleh karena itu, kami merumuskan herbal murni sabun menggunakan tanaman tradisional Pisang (Musa paradisiaca L.) dan biasa akan dapat digunakan dalam sehari-hari. Dilihat dari khasiat kulit pisang, penulis tertarik untuk membuat sediaan farmasi dari ekstrak kulit pisang yang dapat digunakan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan sel mati karena radikal bebas.Seiring dengan perkembangan zaman kulit pisang dapat dibuat dalam berbagai sediaan farmasi salah satunya adalah sabun padat.Supaya dapat menghasilkan sediaan sabun padat yang berkualitas maka perlu dibuat percobaan pembuatan formulasi yang tepat.

4|Page

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa pengertian Pisang (Musa paradisiaca L.)? 1.2.2. Apa kandungan Pisang (Musa paradisiaca L.)? 1.2.3. Apa kegunaan Pisang (Musa parasdisiaca L.)? 1.2.4. Apa tujuan penelitian serta pembuatan Formulasi Limbah Kulit Pisang (Musa Paradisiaca L.) Sebagai Shampoo Anti-Oksidan?

1.3

Tujuan

Tujuannya adalah membuktikan bahwa pemanfaatan limbah Pisang (Musa paradisiaca L.) sebagai formulasi sampho anti-ketombe dan anti-fungi.

5|Page

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Dasar Teori

Pisang merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi di dunia dan setiap bagian tanaman ini diketahui memiliki obat nilai. Pada zaman kuno kulit buah ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti jerawat, kutil. Treatment ini juga digunakan sebagai masker wajah, masker rambut. Belakangan ini, kulit pisang sudah banyak dimanfaatkan aplikasi industry termasuk produksi biofuel, bio-sorbents, pilp dan kertas kosmetik, energy yang terkait pada Kulit pisang diketahui mengandung Vitamin A, Vitamin C, Gallocatechin, dopamin, Vitamin E, Vitamin B6, n- sitosterol, asam malat, Asam suksinat, asam palmatik, Magnesium, fosfor, potassium, serat, besi. Asam lemak hadir dalam kulit pisang bertanggung jawab atas aktivitas antimikrob. Prinsip antijamur dan antibiotik ditemukan pada kulit dan pulp dari pisang matang. Ada banyak komposisi kulit pisang seperti enzim seperti polifenoloksidase, pectin sebagai bahan pembentuk gel dan bahwa ekstrak kulit pisang digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan krim atau salep, manfaat obat dari ekstrak termasuk menghilangkan nyeri, bengkak dan gatal. Selain itu, flavonoid, tannin, flobatannin, alkaloid, glikosida dan terpenoid ditemukan hadir dalam genus pisang. Fitokimia ini telah dilakukan dan dilaporkan mengerahkan beberapa efek biologis dan farmakologis (antibakteri, antihipertensi, antidiabetes dan aktivitas antiinflamasi). Kehadiran zat bioaktif dalam kulit pisang ini menunjukkan bahwa kulit pisang memiliki potensi obat yang berharga untuk dieksplorasi. Sebagai senyawa bioaktif yang terkandung dalam tanaman. Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industry pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaporat, kaprilat, dan kaprat. Minyak jarak merupakan minyak yang berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Sabun transparan merupakan sabun yang mempunyai kadar yang sangat ringan, sehingga sabun ini sangat cocok sekali digunakan untuk semua kulit. Sabun ini juga mempunyai sifat yang mudah larut, jadi sangat cocok digunakan dalam kehidupan seharihari. Sabun membersihkan dengan memodifikasi tegangan permukaan air dan emulgator dan suspensi kotoran. Ketika dibilas, 2 ujung dari sabun yang memiliki polaritas berbeda dimana rantai karbon panjang nonpolar dan hidrofobik, sedangkan garam karboksilationik dan hidrofilik. Ketika sabun digunakan membersihkan lemak atau kotoran, ujung nonpolar dari 6|Page

sabunakan melarutkan lemak non polardan minyak yang bersama kotoran. Ujung sabun yang hidrofilik dari molekul sabun yang panjangnya dimana mereka dapat larut dalam air. Molekul sabun melapisi minyak atau lemak,membentuk gerombolan/gugus yang disebut misel.

2.2

Metode 2.2.1

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Beacker Glass 500ml, Beacker Glass 100ml, Tabung Elenmayer 100ml, Gelas Ukur, Spatula, pH meter, blender, pisau, timbangan digital, gelas ukur, erlenmeyer, beker glass, cawan penguap, kaca arloji, batang pengaduk, corong.

2.2.2

Bahan

Bahan yang digunakan adalah Ekstrak Kulit Pisang Ambon, Minyak jarak, minyak kelapa, asam stearat, KOH 30 %, sukrosa, gliserin, etanol dan aqua destilata.

2.2.3 

Metode Ekstraksi Serbuk simplisia kulit pisang kepok sebanyak 150 gram diekstrak dengan

menggunakan etanol 70% sebanyak 2.75 liter selama 5 hari dengan sesekali diaduk. ekstrak diuapkan sampai mendapatkan ekstrak kental dan bau etanol hilang.



Penyiapan Formula Sediaan Sabun Cair Kulit Pisang Ambon

Formulasi sabun padat ekstrak maserasi Kulit Pisang Ambon dibuat dengan ekstrak sebanyak 6% dan menggunakan basis sabun asam stearate dengan konsentrasi 5%, 15% dan 20%. Evaluasi yang dilakukan terhadap sabun cair, meliputi ; organoleptis, pH, stabilitas tinggi busa, jumlah asam lemak, kadar air, alkali bebas.

2.2.4 Evaluasi Sediaan Sabun Cair  Uji pH Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pemeriksaan pH diawali dengan kalibrasi alat pH meter menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Sebanyak 1 g sabun yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) standar keamanan pH untuk sediaan sabun cair berkisar antara 8-11. Walaupun pH sabun tinggi, kenaikan pH kulit saat pemakaian sabun tidak akan melebihi 7.

7|Page

 Uji Viskositas Viskositas diukur dengan meng-gunakan viskometer Brookfield. Sampel yang diuji ditempatkan dalam wadah penampung bahan, wadah diatur ketinggiannya sehingga rotor dapat bergerak. Dipilih rotor yang sesuai dengan tingkat kekentalan sabun cair. Nyalakan alat viskometer dan amati nilai viskositas yang tertera pada alat viskometer tersebut. Catat nilai viskositas yang tertera pada alat viskometer tersebut

 Penentuan Bobot Jenis Piknometer yang sudah bersih dan kering ditimbang. Selanjutnya aquades dan sabun cair masingmasing dimasukkan ke dalam piknometer dengan menggunakan pipet tetes. Piknometer ditutup, volume cairan yang terbuang dibersihkan dengan menggunakan tisu dan dimasukkan ke dalam pendingin sampai suhunya menjadi 250 C. Kemudian piknometer didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit dan ditimbang bobot piknometer yang berisi air dan piknometer yang berisi sabun cair. Pengujian bobot jenis dilakukan untuk mengetahui apakah sabun yang diformulasikan telah memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh SNI adalah 1,01-1.1.

 Evaluasi organoleptis Pada sediaan yang telah diformulasi dilakukan pengamatan penampilan sediaan meliputi bau, warna dan tekstur sediaan.

 Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan cara tiap formula sabun cair Kulit Pisang ditimbang sebanyak 0,1 gram. Diletakkan pada object glass, kemudian diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 100 kali.

8|Page

BAB IV PEMBAHASAN 4.1

PEMBAHASAN

Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) mempunyai kandungan asam amino maka akan dapat dilihat berbagai kandungan dari kulit pisang ini yang merupakan dasar pembuatan sabun mandi ini karena ternyata kulit pisang juga menagndung gliserin yang merupakan bahan utama lain pembuatan sabun. Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak yang di campur dengan alkali atau reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa lemah (misalkan KOH) dimana pada reaksi ini menghasilkan dua produk, yaitu Gliserin dan Sabun. Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk membuat sabun bergantung terhadap nilai saponifikasi dari minyak yang digunakan. Biasanya nilai saponifakasi hanya terncantumkan nilai saponifikasi dari KOH nya saja. Dibutuhkan konversi nilai KOH ke nilai NaOH, yaitu nilai KOH dikali dengan 1⁄1402,5 maka akan menghasilkan nilai NaOH yang dibutuhkan. Nilai saponifikasi juga biasanya menggunakan kisaran (range). Gunakan nilai tengah jika yang tercantum berupa kisaran (range). Proses saponifikasi atau esterifikasi ini memeiliki dua proses penting yaitu proses batch dan proses kontinyu kan tetapi proses ini lama kelamaan digantikan oleh proses yang lain, akan tetapi semua proses yang baru itu tidak menghilangkan proses penting ini. Proses sopnifikasi ini biasanya terjadi pada tekanan dibawah suhu 200°C sampai 250°C dimana pada suhu tersebut reaksi kesetimbangan,air akan dipindahkan untuk menghasilkan ester. Secara umum laju reaksi saponofikasi mempunyai sifat sebagai berikut: 1. Alkohol primer paling cepat,disusul alkohol sekunder,dan paling lambat alkohol tersier 2. Ikatan rangkap menghambat reaksi 3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tingi 4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi Sabun secara umum adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi seperti natrium stearat, C17H35C00ˉNA dimana aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kelarutan pengemulsi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air sehingga sabun dapat mengemulsi atau mensuspensi bahan organik dalam air. Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih 9|Page

mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Asam stearate Memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam palmitat. Asam lemak ini juga bisa menghasilkan sabun yang lebih tahan lama saat pemakaian. Banyak ditemukan pada minyak yang berbentuk padat seperti cocoa butter, shea butter, dan mango butter. Asam lemak dalam bentuk murni juga bisa digunakan pada formulasi sabun mandi. Jenis asam lemak yang paling sering digunakan yaitu asam stearat (stearic acid). Berfungsi untuk menambah kekerasan pada sabun mandi. Biasa digunakan juga dalam formula kosmetik untuk menambah kekentalan pada lotion, kekerasan pada lipstick, dsb. Gliserin, juga dieja gliserin, adalah bahan dasar dalam kebanyakan sabun. Pada kenyataannya, itu adalah produk sampingan dari pembuatan sabun sebagaimana ia terjadi karena reaksi alkali kuat dengan lemak hewan. Proses ini dikenal sebagai saponifikasi dan adalah proses inilah yang memunculkan sabun atau deterjen. Sementara sebagian besar produsen memisahkan gliserin dari campuran, orang lain memasukkan senyawa untuk manfaat alam. Banyak pembuat sabun merekomendasikan gliserin sebagai bahan dasar karena memiliki kemampuan untuk menggambar kelembaban mencegah pengeringan kulit. Senyawa ini pelembab alami. Pada kenyataannya, itu adalah humektan – zat yang menarik air. Dengan demikian, sabun yang mengandung senyawa higroskopis dikenal memiliki ruangan kulit dan pelembab efek. Gliserin adalah cairan kental yang pada saat yang sama manis dan tidak berwarna. Ini membeku pasta-seperti zat dan memiliki titik didih yang tinggi. Selama proses pembuatan sabun, beberapa produsen menghilangkan senyawa dari campuran sabun dan memasukkan ke dalam produk-produk lain seperti lotion dan krim. Namun, ketika itu ditambahkan ke sabun itu hasil produk yang hampir transparan dengan sifat pelembab.

10 | P a g e

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) yang mengandung asam amino dan gliserin dapat menjadi bahan dasar pembuatan sabun cair anti-oksidan.

11 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hambali, E., Ani S., Mira R. 2005. Membuat Sabun Transparan. Penebar Plus. Cimanggis. Kristanti, A.N., N.S., Aminah, M., Tanjung, dan Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Unair Press. Surabaya. Rusliana, E., 2010. Karakteristik Briket Bioarang Limbah Pisang dengan Perekat Tepung Sagu. Makalah Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik KimiaUniversitas Diponegoro, Semarang.

12 | P a g e

13 | P a g e

Related Documents

Tugas Kimor 2 New.docx
April 2020 24
Kimor Uht Tugas 1.docx
October 2019 20
Klompok 3 Kimor-2.pptx
June 2020 17
Kimor Praktek.docx
November 2019 22
Soal Kimor 5.docx
November 2019 27

More Documents from "Chintya Chandra"

Nama Obat.docx
April 2020 6
Tugas Kimor 2 New.docx
April 2020 24