TUGAS BESAR MATA KULIAH BATUBARA "KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI-MUAT (EXCAVATOR) DAN ALAT ANGKUT (DUMP TRUCK) PADA PENGUPASAN TANAH PENUTUP BULAN SEPTEMBER 2013 DI PIT 3 BANKO BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE"
Oleh: ABDUL KAHFI NIM:16080001 Dosen pengampu: Hery Prabowo, S.T., M.T. NIP : 19721213 200012 2 001
TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG
HALAMAN PENGESAHAN BATUBARA Oleh: Abdul kahfi BP/NIM : 2016/16080001
DiajukansebagaisyaratakhirpraktikumMekanikaBatuanpada semester IVJurusanTeknikPertambangan, FakultasTeknik UniversitasNegeri Padang DisahkanOleh : DosenPengampu
Hery Prabowo, S.T., M.T. NIP : 19721213 200012 2 001
LABORATORIUM TAMBANG JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2018
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya, maka selesailah penyusunan tugas akhir ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Penulisan laporan ini dalam rangka memenuhi tugas besar matakuliah batubara, jurusan teknik pertambangan. Tugas akhir ini, penulis persembahkan kepada orangtua penulis,saudara penulis, bapak pembimbing matakuliah batubara serta seluruh dosen dan rekan-rekan FT Pertambangan.
ABSTRAK
Dalam dunia pertembangan, alat berat berat digunakan dalam menunjang proses pertambangan mulai dari pembukanaan tambang, pembuatan jalan, penggalian serta pengankutan bahan tambang menuju proses berikutnya. Laporan ini berjudul produktiifitas alat berat dimana akan membahas mengenai pemanfaatan alat berat dalam proses pertambangan. Alat berat yang digunkan bermacam-macam disesuaikan dengan aplikasinya seperti untiuk pengangkutan, penggalian dan sebagainya. Salah satu alat berat yang baanyak digunakan dalam kegiatan tambang yaitu excavator atau lebih dikenal backhoe. Backhoe ini adalah mesin penggali yang biaya digunkan untuk mengeruk bahan tambang, seperti batubara dan niel.
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Cara Membuat Kata Pengantar yang Baik dan Benar” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata kuliah batubara yang diampu oleh bapak Hery Prabowo, S.T., M.T..Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
Padang, 29 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI TUGAS BESAR MK BATUBARA HALAMAN JUDUL............................................................................................... LEMBARA PENGESAHAN................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. ABSTRAK.......................................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................................... DAFTAR ISI.......................................................................................................... DAFTAR TABEL.................................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah...................................................................................... Identifikasi Masalah............................................................................................ Batasan Masalah.................................................................................................. Tujuan Makalah................................................................................................... Manfaat makalah.................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Perusahaan 1. Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................................... 2. Kondisi Geologi............................................................................................ 3. Kondisi Stratigrafi........................................................................................ 4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan.................................................................. B. Landasan Teori Kegiatan Penambangan .............................................. 2.1.1 Pembongkaran (Breaking/Loosening) ................. 2.1.2 Penggalian .......................................................... 2.1.3 Pemuatan (Loading) ............................................ 2.1.4 Pengangkutan (Hauling) ...................................... Alat – Alat Tambang Utama ......................................... 2.2.1 Hydraulic Excavator ............................................. 2.2.2 Dump Truck ......................................................... 2.2.3 Bulldozer ............................................................. 2.2.4Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis ..... 2.3.1 Faktor Material 2.3.2 Pola Penggalian dan Pemuatan 2.3.3 Waktu Eda r
Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut 2.4.1 Produktivitas Alat Gali Muat 2.4.2 Produktivitas Alat Angkut 2.4.3 Keserasian Kerja
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN (PRODUKTIFITAS ALAT BERAT) A. B. C. D.
Desain Penelitian ....................................................................................... Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................................. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................
BAB IV. PEMBAHASAN BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran ........................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 DATA CURAH HUJAN UNTUK UPTE PERIODE 2002-2011 TABEL 1.2 DATA PREDIKSI CURAH HUJAN UNTUK UPTE PERIODE 2013 Tabel 1.3 Jadwal Waktu Kerja PT.BKPL Tabel 1.5. Efesiensi Kerja Rata-Rata Perhari Pada Pit 3 Barat (Setelah Optimasi)
DAFTAR GAMBAR
gambar1.1 PETA REGIONAL PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK UPTE GAMBAR 1.2 FOTO UDARA LOKASI PENELITIAN PIT 3 BANKO BARAT GAMBAR 1.3 STRATIGRAFI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3 3.1 Hydroulic Excavator 3.2Dump Truck 17 3.3Bulldozer CAT D8SE-SS 4.1Alat Gali-Muat Kobelco SK 330 4.2Alat Angkut Hino FM 260 JD 4.3Bulldozer 4.4Motor Grader Gambar 1.16 Segmen Jalan Angkut pada Pit 3 banko Barat
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Secara teoritis sebuah peralatan mempunyai produktivitas yang relatif besar, tetapi dalam praktek sebenarnya produktivitas alat tersebut cenderung lebih kecil. Menurunnya produktivitas atau kapasitas produksi alat ini disebabkan adanya faktor-faktor yang membatasi kelancaran pengoperasian peralatan. kelancaran pengoperasian alat akan berpengaruh langsung terhadap kapasitas produksi alat itu sendiri. Ada tiga faktor dasar yang sangat mempengaruhi kelancaran pengoperasian dari suatu alat berat, yaitu: 1. Waktu. 2. Material. 3. Efisiensi. B.Identifikasi masalah masalah biasanya ditimbulkan pada produktifitas alat berat terletak pada waktu loading alat, jenis materila yang sedang dimuat dan efisiesi alat berat tersebut sehingga menimbulkan masalah pada waktu dan jumlah produksi. C. Batasan Masalah masalah produktifitas alat berada diseluruh wilayah penambangan termasuk panjang jalan tambang mempengaruhi jumlah produksi D.Tujuan makalah makalah bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen sebagai sarat UAS ,dan untuk mengkaji produktifitas alat berat E.Manfaat makalah makalah bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan bacaan maupun untuk menyelesaikan tugas dan mengkaji ulang tentang produktifitas alat berat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi perusahaan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk (PT. BA) adalah badan usaha yang didirikan pada tanggal 2 maret 1981 dengan dasar Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980 dengan kantor pusat yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Penambangan batubara di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk diawali dengan penyelidikan eksplorasi oleh bangsa Belanda pada tahun 1915 sampai dengan 1918 yang dipimpin oleh Ir. Man Haat. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya kandungan batubara yang besar di kawasan Bukit Asam. Tambang batubara Bukit Asam dibuka mulai berproduksi sejak tahun 1919. Tambang ini terletak di Sumatera Selatan tepatnya pada Kabupaten Muara Enim namun saat ini telah melakukan penambangan di Kabupaten Lahat. Penambangan pertama mampu menghasilkan batubara sebanyak 9.765 ton, yang dihubungkan ke pelabuhan Kertapati Palembang melalui kereta api sejauh 165 km dan jalan darat sejauh 200 km. Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT. Bukit Asam (Persero) Tbk secara berturut – turut dikelola oleh : 1. Tahun 1919 sampai dengan tahun 1942 oleh pemerintah Belanda. 2. Tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 oleh pemerintah Militer Jepang. 3. Tahun 1945 sampai dengan tahun 1947 oleh pemerintah Republik Indonesia. 4. Tahun 1947 sampai dengan tahun 1949 oleh pemerintah Belanda (agresi militer).
5. Tahun 1950 sampai dengan tahun sekarang pemerintah Republik Indonesia, yang terdiri II-1 dari: a. Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN) berdasarkan PP no.86 th 1958. b. Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU) perusahaanperusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi tiga perusahaan negara yaitu : 1. PN. Batubara Ombilin di Sumatera Barat. 2. PN. Tambang Arang Bukit Asam di Tanjung Enim SUMSEL. 3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Timur. c. Tahun 1968 s.d. 1980 oleh PN. Tambang Batubara berdasarkan PP. No. 23 tahun 1968. d. Tahun 1981 s.d. sekarang oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam berdasarkan PP. No. 42 tahun 1980.
Tujuan proyek ini terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi PLTU Suralaya, Jawa Barat.Selain itu juga untuk memenuhi industri lainnya baik di dalam maupun luar negeri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka dikembangkan beberapasite di wilayah KP PT.BA Tanjung Enim, yaitu: 1. Tambang Air Laya (TAL),
merupakan site terbesar di wilayah IUP PT. BA yang
dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara berkesinambungan (continous mining) sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 2012 dan sistem shovel-truck. 2. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit-1 dan Pit-3 yang dioperasikan dengan metode kombinasi shovel-truck. 3. Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang yang dioperasikan dengan metode penambanganexcavator-truck. Di site Muara Tiga Besar Utara bagian Baratsaat ini dikerjakan Proyek Pemindahan Bucket Wheel Excavator (P2BM). 4. Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian dari Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan. 1.lokasi kesampaian Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan dengan jarak ± 186 km Barat Daya dari pusat kota Palembang. Wilayah IUPPT. Bukit Asam (Persero) Tbkterletak pada posisi 3o42’30” LS – 4o47’30” LS dan 103o45’00” BT – 103o50’10” BT atau garis bujur 9.583.200 – 9.593.200 dan lintang 360.600 – 367.000 dalam sistem koordinat internasional. Untuk selengkapnya dapat dilihat peta regional PT. Bukit Asam (Persero), Tbk UPTE (Gambar 2.1). Jambi Propinsi Jambi Tj. Api Api
P. Bangka
Palembang
KERTAPATI Prabumulih Bengkulu
Muara Enim
TJ. ENIM Baturaja Propinsi Lampung
Bandarlampung
TARAHAN Sumber : Satker Eksplorasi Rinci Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk JAKARTA
gambar1.1 PETA REGIONAL PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK UPTE Daerah operasional penambangan Banko Barat adalah salah satu wilayah operasional PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk yaitu sekitar 7 km dari Tanjung Enim kearah timur. Secara administratif daerah Banko Barat Pit 3 termasuk daerah lokasi kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Tepatnya pada koordinat 9.577.000 Utara sampai 9.585.000 Utara dan 367.000 Timur sampai 372.000 Timur. Untuk sejelasnya dapat dilihat pada (Gambar 2.2).
Lokasi Penelitian Pit 3 Banko Barat
Sumber : Satker Eksplorasi Rinci PT. Bukit Asam (Persero) Tbk GAMBAR 1.2 FOTO UDARA LOKASI PENELITIAN PIT 3 BANKO BARAT Jarak dari kota Palembang ke daerah penambangan Banko sekitar ± 200 kmmelewati jalan raya beraspal. Untuk bisa sampai ke lokasi penelitian jika dimulai dari kota Palembang ditempuh dengan transportasi darat menuju ke kota Tanjung Enim dengan waktu tempuh ± 5 jam. Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju lokasi penelitian dengan menggunakan bus karyawan PTBA ± 10 menit perjalanan. 2. Kondisi topografi Secara umum daerah tambang PT Bukit Asam (Persero), Tbk. mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari dataran rendah, hingga perbukitan. Dataran rendah menempati sisi bagian Selatan, yaitu daerah yang terdapat aliran sungai-sungai kecil yang bermuara di Sungai Lawai dan Sungai Lematang dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Daerah perbukitan terdapat di bagian Barat dengan elevasi tertinggi 282 meter di atas permukaan laut. Pada kedua daerah ini banyak dijumpai vegetasi yang sebagian besar merupakan tumbuhan hutan tropika dan semak belukar.
Pada umumnya kondisi topografi di daerah Banko Barat umumnya bergelombang dengan ketinggian 60 m sampai 110 m di atas permukaan laut, terdiri atas sungai, hutan, lembah dan beberapa areal pertanian, perkebunan karet dan daerah perumahan penduduk.
3. Kondisi geologi Lapisan batubara di daerah IUP PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan ini merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah dan Selatan (Coster, 1974 dan Harsa, 1975). Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging seam). Daerah penambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk termasuk dalam zona fisiografis cekungan Sumatera Selatan dan merupakan bagian dari antiklinorium Muara Enim dari Cekungan Sumatera Selatan.Lithologi utama yang dijumpai adalah Formasi Muara Enim sebagai pembawa batubara yang didominasi batuan lempung lanau dengan umur miopliosen. Struktur geologi yang berkembang adalah antiklin yang membentuk kubah, sesar normal, sesar-sesar minor dengan pola radial, dan sesar yang tidak menerus sampai bagian bawah dari lapisan batuan yang ada. Hal ini terjadi sebagai akibat dari intrusi andesit di daerah cadangan, adapun selain intrusi batuan beku andesit, struktur geologi pada Tambang Air Laya juga dipengaruhi adanya gaya tektonik pada zaman pliosen dengan arah utama utara-selatan. Geologi regional daerah PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Termasuk ke dalam Sub Cekungan Palembang yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan dan terbentuk pada zaman tersier. Sub Cekungan Sumatera Selatan yang diendapkan selama zaman kenozoikum terdapat urutan litologi yang terdiri dalam 2 (dua) kelompok, yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang. Kelompok Telisa terdiri dari Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai.Kelompok Palembang terdiri dari Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai. Endapan Tersier pada Cekungan Sumatera Selatan dari yang tua sampai dengan yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa formasi, yaitu antara lain : a. Formasi Muara Enim Merupakan indikasi yang mengandung batubara (coal measure) dicirikan dengan adanya batu lempung, batu lanau dan batu pasir yang dominan.Di daerah Air Laya, Formasi Muara Enim tertinggi oleh endapan Sungai Tua secara tidak selaras.Endapan sungai – sungai yang berumur kuarter ini belum mengalami pemadatan secara sempurna. b. Formasi Kasai Formasi ini dicirikan oleh tufa yang berwarna putih, seperti yang tersingkap di daerah Suban maupun Klawas. Terdiri dari interbed tuff, batu pasir tufaan, batu lanau tufaan, batu lempeng tufaan dan batubara tipis.Lingkungan pengendapannya dari darat sampai transisi dengan ketebalan 500 – 1000 meter.
c. Formasi Talang Akar Formasi ini terdiri dari anggota gritsand (grm) dan anggota transisi lokasi tipenya di Sumur Limau kurang lebih barat daya Prabumulih dengan nama asal “Talang Akar Stage”. Anggota gritsand dari batu pasir kasar hingga sangat kasar dengan interkalasi serpih dan lanau yang diendapkan di lingkungan fluviatil hingga delta.Anggota ini diendapkan tidak selaras di atas formasi lahat selama oligoasen dalam ketebalan 550 meter. d. Formasi Baturaja Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu dan batu gamping detritus, ke arah cekungan berubah fasies menjadi serpih, napal dengan sisipan tipis batu gamping dari formasi gumai.Formasi terletak tidak selaras di atas batuan pra tersier. Ketebalan formasi ini pada daerah paparan adalah 60 – 75 meter, tetapi apabila terletak diatas batuan dasar, variasinya akan lebih besar antara 60 – 120 meter, bahkan pada singkapan bukit Gerbah mencapai 520 meter. Formasi ini berumur miosen awal. e. Formasi Gumai Puncak Transgesi pada cekungan Sumatera Selatan dicapai pada waktu pengendapan Formasi Gumai sehingga formasi ini mempunyai penyebaran yang sangat luas pada cekungan Sumatera Selatan. Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Baturaja dan anggota transisi foraminifera dengan sisipan batu pasir gampingan pada bagian bawah dan sisipan batu gamping pada bagian tengah dan atasnya. Ketebalan formasi ini mencapai 200 – 500 meter. f. Formasi Air Benakat Litologi satuan ini adalah serpih gampingan yang kaya akan foraminifera di bagian bawahnya, makin ke atas dijumpai batu pasir yang mengandung gloukonit. Pada puncak satuan ini pasirnya meningkat, kadang dijumpai sisipan tipis batubara atau sisa – sisa tumbuhan.Fomasi ini diendapkan pada lingkungan neritik yang berangsur – angsur menjadi laut dangkal dan prodelta. Diendapkan selaras di atas Formasi Gumai pada miosen tengah hingga miosen akhir dengan ketebalan kurang dari 60 meter. g. Formasi Lahat Formasi Lahat diendapkan tidak selaras diatas batuan Pra-Tersier pada lingkungan darat. Formasi ini berumur Oligosen Bawah, tersusun oleh tuff breksi, lempung tufaan, breksi dan konglomerat.Pada tempat yang lebih dalam, fasiesnya berubah menjadi serpih, serpih tuffan, batulanau dan batupasir dengan sisipan batubara. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0 sampai 300 meter. 4.Kondisi strartigrafi Lapisan Batubara Banko Barat merupakan bagian dari sumbu siklin dan antiklin yang menujam ke arah Barat Laut dengan kemiringan lapisan cukup terjal, ada tiga lapisan Batubara utama yaitu, lapisan Mangus, lapisan Suban, dan lapisan Petai yang tiap-tiap lapisan terdapat lapisan sisipan yaitu lapisan batuan sedimen berupa batu lempung lanauan sampai pasiran. Berdasarkan litologinya maka batuan yang tersingkap di Tambang Banko Barat Pit 3 dapat dikelompokkan menjadi tiga formasi yang terdapat di dalam Kelompok Palembang
yaitu Formasi Kasai, Formasi Muara Enim dan Formasi Air Benakat. Urutan dari umur yang paling tua sampai umur yang paling muda adalah sebagi berikut : a. Formasi Air Benakat Formasi ini tersingkap di sebelah selatan, yang dicirikan dengan batuan serpih karbonat yang kaya akan foraminifera dan sisipan batuan lempung bagian bawah, semakin ke atas semakin banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan formasi ini berumur Miosen Tengah. b. Formasi Muara Enim Formasi ini hampir tersingkap di seluruh Tambang Banko Barat, yang diendapkan selaras diatas formasi Air Benakat dengan penyusunannya terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung setebal kurang lebih 650 meter, dimana terdapat sisipan batubara yang cukup tebal sehingga sering disebut sebagai formasi pembawa batubara. Formasi ini berumur Miosen Atas sampai Pliosen Bawah dan diendapkan pad lingkungan delta plain. Formasi ini dibagi dalam empat sub formasi yaitu Mangus 1, Mangus 2, Mangus 3 dan Mangus 4. Untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada susunan stratigrafi dengan uraian sebagai berikut (Gambar 2.3) dan penampang litologi Pit 3 Barat pada (Gambar 2.4). 1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden) Tanah penutup terdiri dari endapan sungai tua (pasir dan kerikil) batu lempung dan lapisan lanau yang silisified, juga terdapat iron stone nodules serta lapisan gantung (hanging steam). Dapat dijelaskan bahwa lapisan ini merupakan lapisan yang terdiri dari tanah liat, bentonite, dan campuran lumpur serta batu pasir halus, pada bagian ini dapat dijumpai nodul-nodul clay ironstone yang berbentuk cakram pada gantung batubara dengan ketebalan rata-rata diatas 0.25 m sampai 0.80 m. 2. Lapisan Batubara A1 (Mangus Atas) Umumnya lapisan batubara ini dapat dicirikan dengan adanya material- material pengotor berupa tiga lapisan tanah liat yang disebut dengan clayband, adapun ketebalan dari lapisan batubara A1 adalah 7,3 m. 3. Lapisan Interburden A1 – A2 Lapisan ini dicirikan oleh adanya material Tufaan berwarna putih dan abu-abu. Secara keseluruhan lapisan ini memperlihatkan adanya struktur graded bedding dengan batu pasir konglomerat pada bagian dasar, batu lanau, dan batu lempung. 4. Lapisan Batubara A2 Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 4,5 m. 5. Lapisan Interburden A2 – B Lapisan ini dicirikan dengan batu lempung, serta sisipan batu pasir. 6. Lapisan Batubara B1 Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 12,7 m dan terdapat sisipan batu lempung. 7. Lapisan Interburden B1 – B2 Lapisan ini mengandung batu lempung dan batu lanau yang tipis.
8. Lapisan Batubara B2 Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 4,5 m. 9. Lapisan Interburden B2 – C Lapisan ini mengandung batu lanau, batu pasir, dan sisipan batu lanau serta terdapat mineral Glaukonitan. 10.Lapisan Batubara C Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 11,5 m dengan sisipan tipis batu lempung dan dibawahnya terdapat batu lempung dan batu lanau. Pada lapisan C banyak dijumpai lensa-lensa batu lanau atau siltstone terkadang bersifat silikaan dan warnanya mirip batubara.
PENAMPANG LITOLOGI DAERAH TAMBANG BANKO BARAT PIT - 3 (TANPA SKALA) .. o …. o . .. o …o
. . . ..... ......... ......... .......... ......... .......... v-v -v-v-v-v ..........
Sat. endapan sungai tua, Gravel pasir, lanau, lempung
o
Interval di atas A.1, batupasir dijumpai adanya nodul clay ironstone.
v-v -v-v-v-v
Batubara A.1, dijumpai adanya lapisan pengotor sebanyak 2 - 3 lapis dan dibagian "base" kadangkadang dijumpai lensa-lensa batulanau. Mengalami pemisahan menjadi A.1U (4 m) dan A.1L (3 m). Tebal lapisan ini 6, 5 - 9 meter.
A1U
v-v -v-v-v-v
. -_-.-_- .- _- .- _- . ._._._._. ._._._._. A1L
v-v -v-v-v-v v- v - v- v - v- v -v- v - v- v - vv. v. v . v . v. v.
Interval A.1 - A.2, berupa batulempung / batupasir tufaan.
Lapisan batubara Gantung (Hanging ) dengan tebal 0,3 - 3,0 meter.
Pita Pengotor (batulempung tufaan/ tuffaceous claystone) dengan tebal 1 - 15 cm. Dijumpai lensa-lensa batulanau/siltstone (kadang-kadang silikaan) pada posisi 1 meter dari "base" dengan tebal 2 - 15 cm. Tebal 2 - 4 meter. Batubara silikaan (silicified coal) sangat keras, tebal 20 - 40 cm.
Batubara A.2, dijumpai adanya batubara silikaan pada bagian "top" dan kadang-kadang dijumpai pita pengotor batulempung karbonan serta dijumpai lensalensa batulanau. Tebal 7,5 - 11,5 meter. Interval A.2 - B.1, perulangan batupasir dan batulanau dengan sisipan tipis batubara / batulempung karbonan ("Suban Marker"). Tebal 15 - 20 m. Batubara B.1, dijumpai adanya lapisan pengotor sebanyak 2 - 3 lapis berupa batulempung lanauan karbonan. Tebal 9,1 - 14,1 meter.
Interval B.1 - B.2, selang - seling batulempung dan batulanau. Tebal 2 - 5 meter. Batubara B.2, dijumpai adanya pita pengotor berupa batulempung lanauan karbonan kadang-kadang dalam bentuk lensa. Tebal 4,35 - 5,55 meter. Interval B.2 - C, perulangan
-------A.2
Pita pengotor (batulempung karbonan / carbonaceous claystone) Tebal 2 - 15 cm. Dijumpai lensa-lensa batulanau/siltstone (kadang-kadang silikaan) pada 1 - 2 meter dari "base" dengan tebal 1 - 15 cm.
. -_-.-_- .- _- .- _- . .......... -------._._._._. .......... -------._._._._. ._._._._. B.1 . _ . _ . _ . _ .
"Suban Marker" berupa batubara / batulempung karbonan dengan tebal 15 - 40 cm. Pita pengotor (batulempung lanauan karbonan/carbonaceous silty clay1 - 15 cm. Dijumpai lensa-lensa batulanau / siltstone (kadang-kadang silikaan) pada 1 - 2 meter dari "base" dengan tebal 2 - 15 cm.
. -_-.-_- .- _- .- _- . -------._._._._. B.2 . _ . _ . _ . _ . .......... ._._._._. .......... ......... ._._._._.
Pita pengotor (batulempung lanauan karbonan/carbonaceous silty claystone) dengan tebal 2 - 8 cm dengan posisi 0,8 - 1, 0 meter dari "base". Dijumpai lensa-lensa batulanau / siltstone (kadang-kadang silikaan) pada
Sumber: Eksplorasi Rinci PT. BukitAsam Tanjung Enim GAMBAR 2.3 PENAMPANG LITOLOGI DAERAH PIT 3 BANKO BARAT
Sumber: Eksplorasi Rinci PT. BukitAsam Tanjung Enim GAMBAR 1.3 STRATIGRAFI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3
5.Iklim dan curah hujan A. Iklim Iklim yang dimiliki oleh Tambang Banko Barat sama dengan iklim yang ada di Indonesia pada umumnya. Untuk daerah tambang ini memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban dan temperatur yang berkisar antara 230C sampai dengan 36,50C. Kelembaban udara rata – rata berkisar 57% sampai dengan 85% dengan kelembaban relatif maksimum berkisar 98% terjadi pada pagi hari dan kelembaban relatif minimum berkisar 35% terjadi pada siang hari. Dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. B. Curah hujan Daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Berikut adalah data curah hujan UPTE peride 2002-2011 (Tabel II.1).
TABEL 1.1 DATA CURAH HUJAN UNTUK UPTE PERIODE 2002-2011 Satuan: mm
Sumber :Satker Perencanaan Hidrologi PT.Bukit Asam (Persero), Tbk
TABEL 1.2 DATA PREDIKSI CURAH HUJAN UNTUK UPTE PERIODE 2013
Sumber :Satker Perencanaan Hidrologi PT.Bukit Asam (Persero), Tbk
B.Landasanteori 2.1
Kegiatan Penambangan
Penambangan adalah pengambilan endapan bahan galian dari kulit bumi dan dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan atau diproses lebih lanjut. Penambangan secara umum meliputi aktivitas dasar sebagai berikut :
2.1.1
Pembongkaran (Breaking/Loosening)
Pembongkaran atau loosening adalah suatu kegiatan yang meliputi pekerjaan untuk melepaskan batuan atau bijih dari batuan induknya. Untuk melakukan pembongkaran diperlukan alat-alat yang sesuai dan tepat untuk daerah yang akan dikerjakan. Pemilihan alat-alat tersebut tergantung pada faktor teknis dan ekonomis. Faktor teknis misalnya jenis, sifat fisik dan letak endapan, sedangkan faktor ekonomis misalnya harga alat dan biaya perawatan alat tersebut. Dimana pekerjaan pembongkaran pad dilakukan bersamaan dengan pemuatan.
2.1.2
Penggalian
Alat-alat mekanis yang digunakan untuk penggalian tergantung dari macam batuan yang akan digali. Adapun macam batuan dan alat mekanis yang digunakan untuk menggalinya adalah :
1.
Batuan Sangat Keras Sekali
Batuan ini disebut juga massive rock yaitu semua formasi batuan yang kompak dan dalam bentuk yang sangat besar seperti granit, basalt dan diorite. Untuk batuan ini harus diledakkan terlebih dahulu dengan menggunakan bahan peledak high explosive dalam jumlah yang banyak. 2.
Batuan Sangat Keras atuan ini disebut juga very hard rock yaitu semua batuan beku yang masih segar dan semua batuan metamorf yang masih segar seperti geneiss, schist dan grafit. Batuan ini harus diledakan denganpeledakhigt exsplosif
3.
Batuan Keras Batuan ini antara lain, batuan pasir berpartikel besar-besar yang tersemen. Batuan ini dapat digali dengan ripper. Terlebih dahulu batuan ini harus diledakkan dengan bahan peledak high explosive dalam jumlah yang sedikit atau bahan peledak low explosive dalam jumlah yang banyak.
4.
Batuan Sedang Batuan ini disebut juga medium hard rock yang antara lain adalah : silt, batuan yang mudah lapuk, batuan yang banyak memiliki retakan-retakan (joint, krack). Batuan ini digali dengan menggunakan alat seperti dragline, power shovel, dan back hoe tanpa dilakukan peledakan. 5.
Batuan Sangat Lunak Batuan ini disebut juga very soft rock yaitu batuan yang sedikit mengandung air atau tidak mengandung air, seperti pasir, kerikil, tanah liat yang berpasir. Tetapi dapat juga batuan yang mengandung air seperti tanah atas (soil), tanah liat dan lumpur. Untuk menggali batuan jenis ini dapat digunakan alat mekanis seperti dragline, back hoe dan power shovel tanpa perlu diledakan.
2.1.3
Pemuatan (Loading)
Setelah pembongkaran maka dilakukan pekerjaan selanjutnya, yaitu pemuatan. Pemuatan atau loading adalah serangkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat material bahan galian ke dalam alat angkut ke suatu tempat penampungan material (stock yard), ataupun ke dalam suatu alat pengatur aliran material (hooper, bin, feeder dan sebagainya). Macam-macam alat muat antara lain: 1.
Power Shovel Alat ini digunakan untuk menggali dan memuatkan batuan, khususnya untuk batuan lunak ke dalam alat angkut, seperti truck, lori dan belt conveyor. Kecepatan gerak power shovel sangat lambat.
2.
Dragline Berdasarkan roda penggeraknya atau penopangnya, maka dragline dibagi menjadi tiga macam antara lain :
Wheel mounted dragline, adalah jenis dragline dengan roda penggerak atau penopangnya ban karet.
a. Crawler mounted dragline, adalah jenis dragline dengan roda penggerak atau penopangnya dari rantai.
b. Truck mounted dragline, adalah dragline yang diletakan diatas truck.
Dragline merupakan alat yang cocok untuk pekerjaan menggali dan memuatkan material/batuan lunak dan lepas ke dalam alat angkut seperti truck atau lori. Wheel mounted dragline dapat bergerak dengan kecepatan 30 mph, sedangkan crawler mounted dragline kurang dari 1 mph. Ukuran dari pada dragline dinyatakan dengan besar kecilnya bucket dinyatakan dalam cuyd atau cu meter yang bervariasi dengan panjangnya bom. Umumnya bucket dragline berkisar antara 1,25 – 2,5 cuyd. 3.
Back Hoe Alat ini termasuk grup power shovel dimana dipper-nya diganti dengan back hoe yang menggali ke belakang. Back hoe shovel ini disebut pula back shovel atau pull shovel. Alat ini cocok untuk menggali trench, pits dan cocok untuk pekerjaan-pekerjaan pada daerah yang miring. Kemampuan back hoe dinyatakan dalam ukuran dipper-nya yang bervariasi dengan panjang bom. Back-Hoe Excavator, berfungsi:
a. b.
Melakukan penggalian batubara secara box-cut. Memindahkan permukaan tanah di lokasi penggalian. c. Membantu mengupas lapisan tanah penutup yang tipis di permukaan lapisan batubara. d. Pembuatan saluran untuk keperluan penirisan (dewatering).
4.
Clam Shells Alat ini cocok untuk mengambil dan memuatkan material lepas seperti pasir, kerikil, batuan yang telah dihancurkan (di-crushing), batubara dan kemudian memuatkannya ke dalam alat angkut seperti truck dan lori. Clam shells merupakan group dragline yang mana bucketnya diganti dengan clamshell bucket. Kapasitas clamshells dinyatakan dalam cuyd dan merupakan ukuran besar kecil nya dragline yang bervariasi dengan panjang bom
5.
Tractor Shovel Berdasarkan roda penggeraknya alat ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Crawler tractor shovel, umumnya disebut truck loader, karena menggunakan roda rantai. b. Wheel tractor shovel, umunya disebut wheel loader, karena menggunakan roda dari ban karet. Alat ini cocok untuk pekerjaan mengambil, mengangkut dan memuatkan material/batuan ke dalam truck, juga untuk menggali seperti halnya bulldozer. Klasifikasi alat ini dinyatakan dalam kapasitas bucket atau berat bucket dan muatannya yang dapat diangkat.
6.
Bucket Wheel Excavator
Alat ini disebut juga land dredger yang bekerja menggali dan memuatkan material/batuan secara kontineu ke dalam alat angkut seperti lori atau truck. Beberapa buah bucket jika dirangkai akan menyerupai roda (Gambar 3.7). Dalam operasinya rangkaian bucket berputar pada porosnya. Cocok dipekerjakan untuk material yang lepas dan lunak.
7.
Down Boom Chain And Bucket Excavator
Alat ini sama prinsipnya dengan bucket wheel excavator. Bucket dirangkai dengan chain. Cocok untuk menggali dan memuatkan material lepas dan kering dan memuatkannya ke dalam lori secara kontineu.
8.
Bulldozer
Alat ini umumnya digunakan sebagai alat gali. Tetapi alat ini dapat juga digunakan sebagai alat muat dalam keadaan tertentu dan memaksa karena tidak dimiliki alat muat yang lain. Bulldozer, berfungsi: a. b. c. d.
Mengumpankan material yang terjatuh saat penggalian. Membersihkan dan meratakan permukaan kerja alat tambang utama. Mengupas permukaan tanah tipis di atas lapisan batubara. Meratakan tumpukan batubara di stock pile. e. Meratakan permukaan tanah dan pemadatan di dumping area
2.1.4
Pengangkutan (Hauling)
Pengangkutan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut endapan bahan galian dari suatu operasi penambangan. Pengangkutan ini sangat mempengaruhi kegiatan penambangan, kadang-kadang untung dan rugi suatu perusahaan pertambangan terletak pada lancar atau tidaknya pengangkutan. Beberapa alat angkut yang sering digunakan pada tambang terbuka adalah : dump truck, lori dan lokomotif, belt conveyor, cable way transportation, power scraper, pipa dan pompa, tongkang dan kapal tunda, kapal curah, dan lain-lain.
2.2
Alat–alat Tambang Utama
2.2.1
Hydraulic Excavator
Mesin yang menggunakan tekanan hydraulic untuk menggerakkan bucket sehingga dapat menggali material. Berdasarkan pada cara bergeraknya bucket, Hydraulic Excavator terbagi menjadi dua macam: Back Hoe dan Power Shovel. Pada kegiatan pengupasan overburden di PTMMI digunakan jenis BackHoe, yang merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic untuk menggerakkannya. Alat ini dalam pengoerasiannya hampir sama dengan Power Shovel, tetapi yang membedakannya adalah cara penggalian materialnya. Bagian utama dari Excavator antara lain : 1. 2. 3.
Bagian atas revolving unit (dapat berputar) Bagian bawah travel unit (untuk berjalan) Bagian attrachment (bagian yang dapat diganti) Penggalian yang dapat dilakukan oleh Hydraulic Excavator (Foto 3.1) Antara lain: 1.
Menggali di bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir, batu gamping dan pengupasan tanah penutup (Striping Overburden).
2.
Memuat (Loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori, dump truck, belt conveyor dan lain-lain.
3.
Membuang tanah penutup ke bagian belakang daerah yang sudah kosong (Dumping of Top Soil into Spoil Bank). Cara kerja ini di sebut Back Filling Digging Method .
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015 Foto 3.1
Hydroulic Excavator
Waktu edar alat gali muat yang diamati adalah yang dibutuhkan oleh alat ini untuk melakukan satu kali kegiatan penggalian yang meliputi: 1. 2. 3. 4.
Waktu untuk menggali Waktu untuk swing isi Waktu untuk dumping Waktu untuk swing kosong
2.2.2 Dump Truck
Alat angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut material-material seperti tanah, endapan bijih, batuan untuk bangunan dan lainnya pada jarak yang dekat sampai sedang. Dump truck cukup fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang dengan muatan, bentuk dan jumlahnya beranekaragam dan tidak tergantung pada jalur jalan. Alat angkut ini dapat digerakkan dengan menggunakan motor bensin, diesel, butane dan propane (Foto 3.2). Adapun waktu edar dump truck merupakan waktu yang dihitung sejak dump truck tersebut melakukan suatu kegiatan yang serupa dalam satu putaran. Waktu edar dump truck yang dihitung meliputi:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 8. 9.
Waktu untuk memuat Waktu dari front ke timbangan Waktu untuk menunggu antrian di timbangan Waktu untuk menunggu ditimbang Waktu dari timbangan ke Stock Pile Waktu untuk manuver dumping Wakttu untuk dumpin Waktu kembali kosong Waktu menunggu untuk dimuat 10. Waktu untuk manuver muat
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015 Foto 3.2 Dump truck 3.2.3
Bulldozer
Alat ini digunakan untuk pekerjaan menggaru (ripping) dan mendorong (Gambar 3.4) agar memudahkan pekerjaan hydraulic excavator memuat material ke dalam alat angkut. Ditinjau dari segi penggeraknya ada dua macam bulldozer, yaitu:
1. Bulldozer yang memakai roda karet (Rubber Tired Bulldozer or Wheel Dozer) 2. Bulldozer yang memakai rantai (Track Type Bulldozer or Crawler Dozer) Ditinjau dari penggerak bilahnya (Blade Control ), ada dua macam bulldozer, yaitu: 1. Bulldozer yang bilahnya digerakkan oleh kabel (Cable Controlled Blade) 2. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan tenaga hydraulic (Hydraulic Controlled Blade)
1.
Pembabatan atau penebasan (Clearing), yaitu semua pembersihan tempat kerja dari semaksemak, pohon-pohon kecil, sisa pohon yang sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan. Seluruh pekerjaan ini dapat dilakukan atau dikerjakan bersama-sama, artinya bagian yang telah dibersihkan dapat segera dilakukan pemindahan tanah, sementara pekerjaan pembabatan, penebasan dan pembersihan terus dilakukan di tempat lain
2.
Merintis (Pioneering), merupakan kelanjutan dari pekerjaan pembabatan atau penebasan dan meliputi pekerjaan meratakan, membuat jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis, lalu membuat saluran air untuk penirisan tempat kerja.
3.
Mendorong tanah ke tempat tertentu, misalkan membersihkan suatu tempat penggalian pada tambang terbuka agar loading unit bias lebih mudah untuk memuat material tersebut.
4.
Menyebarkan material (Spreading), yaitu menyebarkan material ke tempat-tempat tertentu dengan ketebalan yang di kehendaki.
5.
Menimbun kembali (Backfilling), yaitu pekerjaan penimbunan kembali terhadap bekasbekas lubang galian, seperti menutup saluran air, menimbun lubang fondasi atau tiang penyangga.
Pada bagian belakang bulldozer terdapat ripper yang memiliki fungsi, yaitu:
1.
Dapat digunakan untuk membongkar batuan pada material yang tidak terlalu kompak sehingga tidak membutuhkan peledakan.
2.
Mempermudah kerja dari alat gali dengan memperkecil ukuran material yang akan digali agar ukurannya sesuai denga kapasitas bucket dari alat gali.
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015 Foto 3.3
Bulldozer CAT D8SE-SS
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas bulldozer dalam melakukan ripping dan dozing : 1.
Kekerasan Material yang Akan Digali
2.
Material yang semakin keras maka akan berpengaruh pada kecepatan ripping dan dozing. Oleh karena itu, jika material tersebut tidak dapat diripping maka sebaiknya digunakan peledakanuntukmemburaikanmateria Panjang Ripping dan Dozing
Panjang ripping dan dozing yang optimal antara 10–25 meter tergantung dari kekerasan material. Apabila panjang ripping dan dozing yang terlalu jauh dapat menyebabkan penurunan produktivitas bulldozer.
3.
Jarak Spacing Antara Masing-Masing Ripping
Jarak spacing untuk ripping tergantung dari hasil fragmentasi yang diinginkan. Untuk overburden jarak spacing yang dibuat 1 meter disesuaikan dengan bucket dari alat gali, sedangkan untuk batubara 30 cm atau lebih kecil.
4.
Keahlian Operator
Operator harus dapat memahami kondisi material, serta mengetahui teknik yang benar pada saat melakukan ripping. Pada saat menggali bagian-bagian yang keras harus diambil jalan lurus, dan pada saat penggalian berbelok, giginya harus diangkat untuk menghindari giginya terpuntir patah.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis
2.3.1
Faktor Material Jenis dan kondisi material yang akan digali akan berpengaruh pada hasil produksi.
1.
Berat jenis (Density)
Berat jenis adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain sebaginya akan dipengaruhi oleh berat material tersebut.
2.
Faktor Pengembangan Material Pengembangan material adalah penambahan volume material atau tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Material di alam itu terdapat dalam bentuk padat dan terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau yang terisi oleh udara di antara butir-butirnya, terutama kalau butir tersebut halus sekali. Tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya akan terjadi pengembangan volume.
a.
Untuk Kekuatan Asli (Bank) Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan. Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang dikandunginya masih terkonsolidasi dengan baik.
b.
Keadaan Gembur (Loose) Material yang telah digali dari tempat aslinya, akan mengalami perubahan volume yaitu pengembangan. Hal ini disebabkan adanya penambahan hingga udara di antara butir-butir tanah.
c.
Keadaan Padat (Compact) Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan atau pemampatan. Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-partikel tersebut.
3.
Sifat Kohesi
Sifat pengikatan/kelengketan material yang sama jenis, terutama ditentukan oleh kadar lempung.
4.
Sifat Mekanik Material
Berpengaruh pada kemampuan alat gali saat pengoperasian penggalian. Sifat ini dipengaruhi oleh kuat tekan, kuat geser material penggalian.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan kekerasan material. Karena perbedaan kekerasan material yang digali sangat bervariasi maka sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir lempungan (clayed sand).
b. Agak keras atau (medium hard digging), misalnya tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (weathered rock).
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya : batu sabak (slate), material yang kompak (compacted material), batuan sediman (sedimentary rock), konglomerat (conglomerate), breksi (breccia). material yang ada di alam kita mengenal istilah Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh rock) yang memerlukan pemboran dan misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic rock).
2.3.2. Pola Penggalian dan Pemuatan
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan posisi excavator terhadap front penggalian dan posisi dump truck terhadap excavator. Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with turn and back.
1.
Frontal cut Excavator berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini excavator memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.
2.
Paralel cut with Drive-by Excavator bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi excavator dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and back.
3.
Parallel cut with turn and back Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:
a.
Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi excavator memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump truck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk manuver dan seterusnya.
Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi excavator selagi excavator memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, excavator mengisi dump truck kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
1.
Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat.
a.
Single back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.
b.
Double back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya .
2.
Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada di atas atau di bawah jenjang.
a.
Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali muat.
b.
Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.
2.3.3. Waktu Edar
Waktu edar (cycle time) adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truck dan sejenisnya atau swing untuk back hoe dan shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Disamping aktivitas-aktivitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi antrian untuk mengisi atau memuat. Komponen waktu edar (cycle time) untuk alat dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong kembali Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu variable (variable time). Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variable. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan waktu variable adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong.
1.
Waktu edar alat gali-muat
Waktu edar alat gali muat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Keterangan:
Ctgm = waktu edar alat gali-muat (detik)
Tm1 = waktu menggali material (detik)
Tm2 = waktu putar dengan bucket terisi (detik)
Tm3 = waktu menumpahkan muatan (detik)
Tm4 = waktu putar dengan bucket kosong (detik)
2.
Waktu edar alat angkut
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Keterangan:
Cta = waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = waktu mengambil posisi untuk dimuati (menit)
Ta2 = waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)
Ta5 = waktu pengosongan muatan (menit)
Ta6 = waktu kembali kosong (menit)
3.4
Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
2.4.1. Produktivitas Alat Gali Muat
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat digunakan rumus berikut ini: 60 Pm =
x Hm x FFm x SF x, (Ton/jam)
Dimana : Pm
= Kemampuan Produksi Alat Muat (Ton/Jam)
Cm
= Waktu Edar Alat Muat Sekali Pemuatan (Menit)
H
= Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FF= Faktor Pengisian (%)
EK
= Effisiensi Kerja (%)
SF
= Swell Factor = Density (Ton/Bcm)
3.4.2. Produktivitas Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat digunakan rumus berikut ini:
60
Pa =
x (Np x Hm x FFm) x SF x, Ton/Jam
Dimana :
2.4.3
Pa
=
Kemampuan Produksi Alat Angkut, (Ton/Jam)
Ea
=
Effisiensi Kerja Alat Angkut, (%)
Np
=
Banyak Pengisian Dalam Satu Kali Loading
Hm
=
Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FFm
=
Faktor Pengisian (%)
SF
=
Swell Factor
Ca
=
Waktu Edar Alat Angkut, (Menit)
=
Density (Ton/Bcm)
Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan alat angkut, maka produktivitas alat gali muat harus sesuai dengan produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat galimuat dan alat angkutdidasarkan pada produktivitas alat gali-muat dan produktivitas alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu, yaitu:
Na x Ltm MF =
Keterangan:
Nm x Ca
MF = Match Factor atau faktor keserasian
Na = Jumlah Alat angkut
Ltm = Jumlah Alat Muat x Jumlah Pengisian
Nm = Jumlah Alat Muat
Ca = Cycle Time Alat angkut
Bila hasil perhitungan diperoleh:
1.
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang belum datang.
2.
MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
3.
MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian penelitian dilakukan secara observasional karena tidak berhubungan langsung, dan pengumpulan datanya dilakukan dengan cara kohort karena membutuhkan data yang berulang pengambilannya sehingga kita dapat menentukan waktu yang dibutuhkan alat berat untuk loading d,dan kesimpulannya diambil secara assosiatif.
B. Jenis dan Sumber Data Penelitian data diambil berasal dari buku, jurnal penelitian dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan penulis berupa :
a. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari pengamatan di lapangan, seperti data geometri jalan angkut, jumlah dan spesifikasi alat gali-muat dan alat angkut, jumlah pengisian bucket alat gali-muat terhadap alat angkut, waktu kerja alat dan waktu edar alat.
b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari arsip, meliputi peta lokasi, keadaan topografi daerah penelitian, data produksi batubara,
data curah hujan dan lain sebagainya. 3. Pengolahan Data Data–data yang diperoleh dikelompokkan, diolah dan dianalisa menggunakan rumus matematis, kemudian disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan perhitungan penyelesaian
D. Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut, ialah sebagai berikut :
a. Menghitung cycle time alat angkut dengan menggunakan metode statistika dasar distribusi normal.
b. Menghitung waktu kerja alat dengan menggunakan metode perbandingan waktu aktual lapangan dengan estimasi waktu kerja.
c. Menghitung waktu kerja kesediaan mekanik alat gali-muat dengan menggunakan metode satistika dasar ditribusi normal dan menggunakan rumus kesedian mekanik.
d. Menghitung grade jalan angkut produksi dengan menggunakan rumus pemindahan tanah mekanis dengan rumus grade jalan.
e. Menghitung keserasian antara jumlah alat angkut dengan alat gali muat dengan melihat jumlah alat angkut dan alat gali muat di lapangan dengan perbandingan teoritisnya.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Analisa Kerja dan Jumlah Alat Angkut
Proses pengupasan tanah penutup pada Pit 3 Banko Barat menggunakan 6 fleet alat gali muat yang dilayani oleh 30 alat angkut, dimana masing alat gali-muat dilayani oleh 5 alat angkut. Alat gali-muat yang digunakan di Pit 3 Banko Barat adalah Caterpillar 385 C dengan kapasitas bucket sebesar 4,6 m3, sedangkan alat angkut yang digunakan berjenis Caterpillar 773 E dengan kapasitas 36,6 m3.
4.2. Kondisi Tempat Kerja
Pemuatan material hasil pengupasan yang dilakukan oleh excavator menggunakan cara top loading dan posisi pemuatan paralle cut with and back dengan single truck back up, yaitu dilakukan dengan posisi alat angkut membelakangi alat muat dan siap diisi. Sedangkan penimbunan dilakukan dengan dua cara yaitu out pit dan in pit (back filling). Out pit dilakukan dengan cara melakukan penimbunan di luar pit penambangan yang jaraknya dekat dengan area pengupasan, jarak dan daerah ini tergantung dari kebijaksanaan perusahaan, yang mana biasanya cara ini dilakukan untuk pengupasan material tanah humus untuk digunakan kembali sebagai keperluan reklamasi. Metode in pit dilakukan dengan cara back filling atau menimbun kembali area yang telah diambil batubaranya.
4.3. Berat Material
Berat material yang diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi : a. Kecepatan kendaraan dengan HP yang dimilikinya.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilalui. c. Membatasi volume material yang diangkut
Oleh sebab itu, berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut. Material tanah penutup yang terdapat di Pit 3 Barat sendiri adalah material lempung, yang mana memiliki density sebesar 2,02 ton/BCM dalam keadaan aslinya dan sekitar 1,45 ton/m3 dalam keadaan keadaan terbongkar.
4.4.
Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam kondisi terkonsolidasi dengan baik, yang artinya bagian-bagian yang kosong atau ruangan yang terisi udara diantara butirannya sedikit. Namun jika material tersebut digali dari tempat asalnya. maka terjadilah perubahan volume material, perubahan ini berupa penambahan volume dari material setelah digali oleh alat berat. Pada Pit 3 Barat Tambang Banko Barat jenis material tanah penutupnya adalah lempung dan kerikil, yang memiliki nilai persen pengembangan sebesar 0,41 Hal ini berarti tanah asli yang di alam volumenya 1 m3, jika digali volumenya bisa menjadi 1,41 m3. Ini terjadi karena tanah yang digali mengalami penambahan dari volume semula sebesar 0,41 m3 akibat ruang antara butirannya yang membesar. Sehingga didapat nilai factor pengembangan material tanah penutup pada Pit 3 Banko Barat adalah sebesar 0,71
4.5. Factor Pengisian Bucket (Bucket Fill Faktor)
Bucket fill factor adalah prosentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Bucket fill factor rata-rata yang dimiliki oleh alat gali-muat yang digunakan pada Pit 3 Barat yaitu Excavator Caterpillar 385C adalah 87,36%. 4.6. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan oleh perusahaan untuk bekerja penuh. Berikut merupakan jadwal waktu kerja yang telah ditetapkan di PT. Bangun Karya Pratama Lestari (Tabel. 1). 4.7. Waktu Kerja Efektif Waktu kerja efektif merupakan waktu kerja sesungguhnya yang digunakan untuk melakukan operasi penambangan batubara, karena pada nyatanya tidak semua waktu kerja yang telah disediakan oleh perusahaan benar-benar digunakan secara optimal oleh para operator dan alatnya untuk beroperasi. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan yang berpotensi mengurangi waktu kerja yang tersedia. Sehingga perlu dilakukan optimasi terhadap waktu kerja efektif tersebut. Waktu kerja efektif rata-rata perhari pada Pit 3 Barat adalah sebagai berikut (Tabel. 2). Dari waktu kerja efektif ini akan diketahui efisiensi kerja dari operator dan alatnya.
Tabel 1.3 Jadwal Waktu Kerja PT.BKPL
Waktu Kerja No.
Hari
Total Jam Kerja Shift I
Shift II
1
Senin
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
2
Selasa
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
3
Rabu
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
4
Kamis
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
5
Jumat
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
6
Sabtu
07.00 - 17.00
19.00 - 05.00
20 jam
7
Minggu
07.00 - 17.00
19.0 - 05.00
20 jam
Tabel 1.4 Efiensi Kerja Rata-Rata Perhari pada Pit 3 Barat
Waktu (menit/hari) Excavator Excavator Excavator Excavator Excavator Excavator Caterpilla Caterpilla Caterpilla Caterpilla Caterpilla Caterpilla r r r r r r
Distribusi Waktu
385C
385C
385C
385C
385C
385C
BK 84
BK 83
BK 82
BK 81
BK 79
BK 78
(menit)
(menit)
(menit)
(menit)
(menit)
(menit)
1072
1072
1072
1072
1072
1072
Isi Bahan Bakar
18
18
18
18
18
18
Pindah Lokasi
30
30
30
30
30
30
16
6
13
9
16
7
10
10
10
10
10
10
10
109,8
142,8
130,4
81,6
69,6
Total Jam Kerja/hari
Waktu non
Delays
Produktif
Hours
Pemanasan
Mesin Perbaikan (menit)
Terlambat Mulai 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Safety Talk
8
8
8
8
8
8
Pergantian Shift
15
15
15
15
15
15
Hujan (menit)
68.4
88.4
69.4
78.4
86.8
96.2
(menit)
876,6
766,8
745,8
753,2
786,6
798,2
Waktu Kerja Efektif (jam)
14,61
12,78
12,43
12,55
13,11
13,30
Jam Kerja Efektif/Bulan
438,3
383,4
372,9
376,6
393,3
399,1
Efisiensi Kerja (%)
81,77%
71,53%
69,57%
70,26%
73,38%
74,46%
(setelah istirahat) Terlalu Cepat Stop (sebelum Standby Hours
istirahat)
Waktu Kerja Efektif
3.8. Kondisi Jalan Angkut
Proses pengangkutan tanah penutup dari front ke disposal pada Pit 3 Barat menggunakan jalan angkut yang terdiri dari dua jalur. Kondisi jalan angkut mempunyai kemiringan (grade) < 8%, yang artinya kemiringan permukaan jalan menanjak 8 meter secara vertical dengan 100 meter jarak secara horizontal. Sedangkan lebar jalan angkut pada Pit 3 Banko Barat di lintasan lurus adalah 19 - 21 meter dan 24 - 25 meter pada lintasan berbelok (tikungan). Profil jalan angkut yang ada di Pit 3 Banko Barat adalah sebagai berikut (Gambar. 1).
3.9. Produksi Excavator dan Dump Truck
Pada proses pengupasan lapisan tanah penutup di Pit 3 Barat digunakan metode konvensional yang mengoperasikan kombinasi 6 unit alat gali muat excavator Caterpillar 385C.
1. Rencana Produksi Rencana produksi yang ditetapkan pada Pit 3 Barat pada bulan September adalah sebesar 720.000 BCM. 2. Produksi Realisasi
Produksi realisasi merupakan hasil nyata yang dicapai oleh alat gali-muat dan dump truck pada produksi dilapangan. Pada Pit 3 Banko Barat produksi realisasi yang didapat pada bulan September adalah sebesar 747.188,00 BCM. 3. Produksi Teoritis
Produksi teoritis merupakan hasil yang secara perhitungan dapat dicapai oleh suatu hubungan kerja alat selama waktu operasi yang tersedia dengan mempertimbangkan faktor koreksi seperti koreksi material, koreksi alat. dan koreksi waktu. Hasil produksi teoritis pada Pit 3 Barat adalah sebagai berkut (Tabel 3)
0
A265,13 m B -5,00
D -2,00
0
65,5 m 0,000
70m
335,5 E m 2,000
125m
7,000 C
Gambar 1.15 Segmen Jalan Angkut pada Pit 3 banko Barat
3.10. Upaya Optimasi Kerja Alat Gali-Muat dan Alat Angkut
1. Menerapkan Metode Pemuatan dengan Metode Double Side
Pada bulan September di Pit 3 Barat masih menggunakan metode single side dimana excavator harus menunggu truck untuk mundur terlebih dahulu sekitar 20 detik bila telah selesai mengisi satu dump truck. Pola pemuatan double side merupakan metode pemuatan tanah penutup dimana saat excavator melakukan pemuatan pada satu truck, maka truck yang lain memutar mundur ke sisi lain dari excavator untuk menunggu dilakukannya pemuatan. Setelah truck pertama tadi berangkat, excavator dapat langsung mengisi truck ke dua tanpa perlu menunggu truck bermanuver dan antri dulu. Pola pemuatan double side ini membutuhkan loading point yang luas untuk penerapannya, karena dua sisi dari excavator terdapat dump truck yang menunggu untuk dilakukan pemuatan.
2. Penambahan Unit Baru
Penambahan unit baru dilakukan sebagai cadangan alat agar apabila terdapat kerusakan pada alat yang beroperasi, masih ada alat cadangan yang dapat menggantikannya, sehingga proses produksi bisa tetap berlanjut.
3. Menggunakan Metode Peledakan pada Material Keras (Interburden B2C)
Salah satu yang mengakibatkan waktu kerja efektif alat gali-muat pada Pit 3 Barat kurang optimal adalah adanya halangan yang disebabkan kerusakan ripper pada bulldozer yang patah saat proses ripping material keras, yang mengakibatkan proses produksi terhambat karena unit bulldozer untuk proses ripping material yang akan ditambang. 4. Menerapkan Metode Dumping yang Searah dengan Kemajuan Tambang
Bila metode dumping dari dump truck dilakukan searah dengan kemajuan tambang, maka dengan terus berjalannya proses penambangan jarak antara front dengan disposal akan tetap sama atau bahkan lebih kecil, sehingga dapat memperkecil cycle time dump truck, menghemat biaya penggunaan BBM dan sewa dump truck.
5. Peningkatan Waktu Kerja Efektif
Pada Tabel. 4 dapat dilihat terjadi peningkatan efesiensi kerja bila dibandingkan dengan efisiensi kerja sebelum dioptimasi (Tabel. 2). Hal ini akan didapat bila dilakukan pengurangan waktu di beberapa aspek pada waktu hambatan seperti waktu yang digunakan pada safety talk dari 30 menit menjadi 15 menit atau rata-rata 4 menit dalam satu hari. Sedangkan pada aspek terlambat mulai (sebelum istirahat), terlalu cepat stop (sebelum istirahat), dan pergantian shift ditiadakan, karena hambatan ini ditimbulkan oleh ketidak disiplinan operator dalam melaksanakan tugasnya.
Tabel 1.4. Efesiensi Kerja Rata-Rata Perhari Pada Pit 3 Barat (Setelah Optimasi)
Waktu (menit/hari)
Excavator Excavator Excavator Excavator Excavator
Distribusi Waktu
Excavator
Caterpillar Caterpillar Caterpillar Caterpillar Caterpillar Caterpillar 385C BK 84 385 BK 83
385C BK 82
385C BK 81
385C BK 79
385C BK 78
(menit)
(menit)
(menit)
(menit)
(menit)
1072
1072
1072
1072
1072
1072
Isi Bahan Bakar
18
18
18
18
18
18
Pindah Lokasi
30
30
30
30
30
30
Rawat Jalan
16
6
13
9
16
7
Pemanasan Mesin
10
10
10
10
10
10
Perbaikan (menit)
10
109,8
142,8
130,4
81,6
69,6
Standby
Safety Talk
4
4
4
4
4
4
Hours
Hujan (menit)
68,4
88,4
69,4
78,4
86,8
96,2
Waktu Kerja Efektif (menit)
915,6
805,8
784,8
792,2
825,6
837,2
Waktu Kerja Efektif (jam)
15,26
13,43
13,08
13,20
13,76
13,95
Jam Kerja Efektif/Bulan
457,8
402,9
392,4
396,1
412,8
418,6
Efisiensi Kerja (%)
85,41%
75,17%
73,21%
73,90%
77,01%
78,10%
(menit)
Total Jam Kerja/hari
Delays
Hours
3.11. Ketercapaian Produksi Setelah Dilakukan Optimasi Waktu Kerja Efektif
Dengan adanya optimasi kerja alat gali-muat dan alat angkut yaitu dengan perbaikan terhadap waktu kerja efektif, secara otomatis besarnya kemampuan produksi masing-masing alat gali-muat meningkat. Hal ini disebabkan karena waktu yang telah disediakan dimanfaatkan lebih besar untuk bekerja atau persen waktu yang dimanfaatkan oleh alat untuk bekerja dari jumlah waktu yang tersedia lebih besar dibandingkan saat belum dilakukan upaya optimasi waktu kerja efektif. Berikut merupakan hasil perhitungan secara teoritis ketercapaian produksi di Pit 3 Banko Barat pada bulan September 2013 (Tabel. 5).
Sehingga menerapkan upaya optimasi terhadap waktu kerja efektif ini sangatlah diperlukan untuk dapat meningkatkan produksi, sehingga rencana untuk meningkatkan target produksi pada tahun 2014 mendatang dapat diwujudkan. Disamping itu, upaya ini juga dapat membantu perusahaan untuk mencapai target yang telah direncanakan, jam jalan alat yang dibutuhkan akan lebih kecil, dan dapat menghemat biaya operasi, sehingga keuntungan yang akan didapat juga lebih besar.
3.12. Faktor Keserasian Kerja Excavator dan Dump Truck
1. Waktu Edar (Cycle Time Excavatordan Dup Truck)
Keserasian kerja excavator dan dump truck dalam proses pengupasan lapisan tanah penutup dipengaruhi beberapa faktor yaitu waktu edar excavator dan dump truck dan jumlah alat mekanis yang beroperasi dalam proses pengupasan tanah penutup. Dari hasil pengamatan dari Pit 3 Barat. didapat waktu edar rata-rata dari excavator yang beroperasi pada lapisan tanah penutup sebesar 20,94 detik. Sedangkan waktu edar dump truck yang didapat dari pengamatan di lapangan adalah sebesar 13,29 menit.
2. Faktor Keserasian Kerja Excavator dan Dump Truck
Keserasian kerja excavator dan dump truck dalam proses pengupasan lapisan tanah penutup pada Pit 3 Barat Tambang Banko Barat antara 1 unit excavator Caterpillar 385C yang dikombinasikan dengan 5 unit dump truck Caterpillar HD 773E diperoleh angka keserasian kerja sebesar 1,02 (MF > 1), yang berarti ada waktu tunggu dari dump truck yaitu sebesar 0,255 menit atau 15,30 detik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulsn Dari hasil pengamatan dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukannya upaya optimasi dengan cara meningkatkan efisiensi kerja, ketercapaian produksi mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 872.080,59 BCM (121,12%) atau dengan selisih 152.080,59 BCM dari target produksi bulan September 2013.
2. Tingkat keserasian kerja excavator dan dump truck dalam proses pengupasan tanah penutup pada Pit 3 Barat Tambang Banko Barat dari pengamatan di lapangan antara 6 unit excavator Caterpillar 385 yang dikombinasikan dengan 30 unit dump truck Caterpillar HD 773E diperoleh angka keserasian kerja sebesar 1,02, Dengan angka keserasian kerja yang lebih dari satu (MF > 1) dari semua kombinasi excavator dan dump truck tersebut, akibatnya di lapangan ditemukan waktu tunggu dari dump truck. Waktu tunggu dump truck adalah sebesar 0,255 menit (15,30 detik).
B.Saran Perlu adanya pengawasan terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan guna meminimalisasihambatan-hambatan yang terjadi selama bekerja, sehingga waktu effektif untuk mencapai produktifitas dapat tercapaiPerlu adanya perawatan secara berkala agar kerusakan alat terutama alat muat, sehingga bisa meminimalisasi turunnya produks.
Daftar pustaka
[1] Sukandarrumidi. (2008). Batubara dan Gambut. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. [2] PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. (2013). Laporan Rencana Kerja Eksploitasi Tahunan Endapan Bahan Galian Batubara. Sumatera Selatan : PT. Bukit Asam (Persro) Tbk. [3] Indonesianto, Y. (2005). Pemindahan Tanah Mekanais. Yogjakarta : Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran. [4] Tenriajeng, A. T. (2003). Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta : Universitas Gunadarma [5] Hartono, W. (2005). Pemindahan Tanah Mekanik (Alat-alat Berat). Jawa Tengah : Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press). [6] Prodjosumarto, P. (1995). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung : Jurusan Teknik Pertambangan, ITB. [7] Darmansya, N. (1998). Pemindahan Tanah Mekanis Dan Alat Berat. Uumatera Selatatan : Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya. [9] Caterpillar tractor Co. (1995). Caterpillar Porfermance Handbook Editon 26nd Peoria. USA : llinois USA. [10] Hartman, H. L. dan Mutmansky, J. M. (1987). Introductory Mining Engineering. New York : A Wiley Interscience Publication. [11] http://rumahindustriindonesia.blogspot.com/2015/08/metode-pencampuranbatubara.html [12] https://zettapro.wordpress.com/2015/03/01/berbagai-alat-berat-yang-digunakanpada-tambang-batubara/ [13] http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5142c1f94b544/tata-cara-jual-belibatubara