Sumber : Bankdata.denpasarkota. go.id Grafik dan tabel di atas menunjukkan perkembangan koperasi di Kota Denpasar pada tahun 2013 sampai 2017. Dapat dilihat bahwa koperasi mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya ini mengidentifikasikan bahwa masih ada permasalahan yang membuat koperasi tidak dapat berkembang secara konsisten setiap tahunnya, biasanya permasalah tersebut berasal dari faktor internal atau eksternal koperasi tersebut, diantaranya eksistensi koperasi di era sekarang ini kalah saing dengan bisnis kekinian yang ada di masyarakat, bisnis yang dibangun sendiri dengan adanya kemudahan kredit yang diberikan oleh bank dirasa lebih menguntungkan bagi masyarakat. ada beberapa penyebab koperasi tersebut tidak aktif. Di
antaranya pengelolaan keuangan yang tidak baik, keanggotaan yang tidak aktif, serta roda perputaran uang yang tidak baik sehingga koperasi tersebut ditetapkan sebagai koperasi yang tidak aktif. . Dengan demikian perlu dilakukan pengarahan dan pengenalan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka dapat berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif dan memberi kemungkinan tumbuhnya koperasi yang baru di masyarakat dan menjadikan koperasi yang telah ada lebih berkembang.
Sumber : Bankdata.denpasarkota. go.id
Grafik dan tabel diatas menunjukkan jumlah anggota koperasi di kota Denpasar pada tahun 2013 sampai 2017. Pada tabel dapat dilihat bahwa pada hampir di setiap tahunnya jumlah anggota koperasi mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2016 sampai dengan 2017 terjadi penurunan anggota koperasi dari 334629 orang menjadi 138442 orang. Penurunan jumlah anggota koperasi ini menunjukkan bahwa ada koperasi yang tidak aktif. Peningkatan jumlah koperasi belum diikuti dengan peningkatan kualitas koperasi. Indikatornya bisa jadi terletak pada penyelenggaraan pelaksanaan RAT yang belum berjalan dengan baik. Sehingga dari penyelenggaraan RAT yang baik maka masing-masing anggota koperasi mengetahui tanggungjawab yang harus dilakukan. Selain itu reformasi koperasi perlu
dilakukan dalam rangka merehabilitasi kembali koperasi sudah dibangun tetapi tidak ada ijinnya, kemudian tidak melakukan RAT, dan hal lainnya yang menyebabkan koperasi itu tidak berjaalan dan para anggota menjadi enggan ikut berpartisipasi dan memilih untuk mengundurkan diri sebagai anggota koperasi. Reformasi koperasi dilakukan melalui tiga tahapan yaitu rehabilitasi koperasi, reorientasi koperasi dan pengembangan koperasi. Dengan pelaksanaan reformasi koperasi sebagai upaya pembinaan koperasi hingga pada akhirnya koperasi-koperasi mampu tumbuh, berkembang dan kanggotaan koperasi dapat tetap utuh dan meningkat serta dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Data koperasi di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2015
Indikator
2011
2012
2013
Jumlah koperasi 14 856 15 051 15 130 aktif Jumlah koperasi 8 235 9 784 10 122 tidak aktif Modal sendiri *) 5625.7 6722.9 31 3014 Modal luar 4 829.9 5 186.1 11 976.6 Volume usaha *) 10 663.8 12 624.7 10 746.2 SHU *) 1 076.4 993.2 1 569.9 Sumber : Departemen Koperasi (2017) (diolah)
2014
2015
Laju (%/tahun)
15 633
16 855
3 24
9 930
8 886
2 46
32 374.4 15 790.3 19 954.9 1678.9
32 882.9 16 363.1 21 157.5 1849.1
307.41 43.44 23.81 16.85
Keterangan : *) dalam (Rp. Milyar)
Dari Tabel
terlihat bahwa perkembangan koperasi di Provinsi Jawa Barat
menunjukkan kemampuan yang cukup baik dari tahun 2011-2015 baik dari jumlah koperasi, modal koperasi, volume usaha dan sisa hasil usaha. Laju perkembangan koperasi di Jawa Barat sebagian besar sudah baik. Namun laju perkembangan volume usaha dan sisa hasil usaha di Jawa Barat kurang baik. Hal ini dapat mengindikasikan belum optimalnya penggunaan modal atau pengelolaan koperasi. Untuk tetap menjaga eksistensinya di Indonesia pengelolaan koperasi harus baik dan efisien agar aktivitas koperasi dapat kontinyu. Selain itu, agar koperasi mampu mengoptimalkan sisa hasil usaha dan mensinergikan seluruh sumberdaya yang dimiliki. Dalam hal ini dibutuhkan pertanggungjawaban yang baik dan relevan atas informasi yang digunakan sebagai bahan untuk perencanaan, pengambilan dan pengendalian kebijakan koperasi. Indikator keberhasilan pengelolaan yang baik dapat dilihat dari kemampuan koperasi dalam menjalankan peran koperasi baik dalam bidang ekonomi maupun sosial, meningkatkan partisipasi anggota, dan pengelolaan keuangan.
Data Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Nugraha Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Nugraha adalah koperasi produksi peternakan yang memiliki beragam kegiatan usaha. Adapun kegiatan usaha yang dilakukan antara lain 1) Usaha pengolahan susu; 2) Usaha makanan ternak; 3) Usaha peternakan dan pembibitan sapi; 4) Usaha mitra binaan. Sebagai koperasi yang memiliki beragam kegiatan usaha, pengelolaan koperasi merupakan hal yang sangat penting dan bersifat strategis untuk kemajuan koperasi. Koperasi ini didaulat sebagai koperasi berprestasi 2016 di Jawa Barat. Data keanggotaan, omzet, dan SHU di KSU Karya Nugraha tahun 2011-2015 Laju
2011
2012
2013
2014
2015
Anggota
746
636
621
658
730
-0,05
Omzet *)
27 336.87
26 381.07
29 021.28
41 406.46
56 362.98
21.33
SHU *)
274.43
246.27
329.91
634.23
778.63
34.68
(%/tahun)
Sumber : Company Profile KSU Karya Nugraha (2016) (diolah) Keterangan *) dalam (Rp.Juta) Tabel diatas menunjukan bahwa adanya peningkatan omzet dan SHU dengan ratarata masing-masing sebesar 21,33 persen dan 34,68 persen. Peningkatan omzet terjadi karena adanya peningkatan penjualan dan pendapatan jasa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Sedangkan peningkatan SHU dapat disebabkan karena adanya peningkatan omzet dan jumlah anggota. Menurut Baswir (2000) jumlah anggota koperasi berpengaruh terhadap SHU. Namun harus diikuti dengan keaktifan anggota koperasi melalui aktivitasnya. Dengan adanya peningkatan jumlah anggota, jumlah modal yang ada di dalam koperasi meningkat melalui simpanan anggota. Peningkatan modal koperasi meningkatkan volume usaha koperasi yang terlihat dari adanya peningkatan penjualan masing-masing unit usaha. Hal ini dapat membuktikan bahwa KSU Karya Nugraha memiliki kinerja keuangan yang cukup baik. KSU Karya Nugraha mengalami penurunan omzet pada tahun 2012 dan jumlah anggota sampai dengan tahun 2013. Hal ini karena kemungkinan koperasi sedang mengalami masalah penurunan produktivitas dan kualitas susu, sehingga harga jual susu mengalami penurunan dan anggota memilih untuk keluar dari keanggotaan KSU Karya Nugraha. Pada tahun 2014 kemungkinan KSU Nugraha membuka unit usaha baru untuk membantu anggota mengembangkan skala usaha dan meningkatkan omzet. Dengan adanya peningkatan kinerja pelayanan dan keuangan, KSU Karya Nugraha mampu meningkatkan jumlah anggota dan partisipasi anggota terhadap unit usaha yang dijalankan yang dapat berdampak pada peningkatan omzet dan sisa hasil usaha.