Tugas 1.docx

  • Uploaded by: Muhammadh Irfhand Barcelonanistas
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,146
  • Pages: 11
2. Literature Review Tentang Tema Tugas Besar Literatur Review terkait Kota Mandiri: A. Dalam jurnal “Ketergantungan Kota Baru Kota Harapan Indah terhadap Kota Jakarta dan Wilayah Sekitarnya” yang ditulis oleh Rendy Adriyan Diningrat, diperoleh informasi terkait kota mandiri sebagai berikut: Ketergantungan yang telah menjadi konteks dalam pengembangan kota-kota baru di Indonesia adalah faktor yang menyebabkan seorang penghuni kota baru yang sulit melepaskan ketergantungan terhadap kota induknya. Adapun dua faktor ini antara lain: 1. Faktor sejarah individu. Sejarah individu merupakan faktor ketergantungan yang berkaitan dengan perjalanan historis atau pengalaman seseorang, mengenai aktivitas yang sedang mereka lakukan. Ketergantungan yang disebabkan oleh sejarah keluarga dapat ditunjukkan melalu keterkaitan sejarah pekerjaan, keterkaitan riwayat pelayanan pendidikan, dan juga keterkaitan riwayat pelayanan kesehatan 2. Faktor kebutuhan meningkatkan kualitas hidup. Keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup muncul dari hasrat seseorang, berupa kebutuhan dan juga keinginan, yang memungkinkan mereka melakukan mobilitas yang jauh dari tempat tinggal demi mewujudkannya. Ketergantungan yang disebabkan oleh faktor ini, beberapa diantaranya dapat ditunjukkan melalui keinginan penghuni untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, suasana hiburan yang lebih baru dan beragam, pendidikan yang lebih menjamin prospek anak-anaknya di masa depan, serta keinginan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas. Selain itu, ketergantungan yang dapat terjadi juga terdapat dalam hal mempertimbangkan kedekatan jarak dari tempat tinggalnya. Karena hal tersebut memakan biaya tempuh dan kemacetan (jika di kota besar). B. Dalam hasil review jurnal peran kota baru dalam upaya dekosentrasi perkotaan di wilayah metropolitan jabodetabek yang berjudul “Konsep Pengembangan Kota” yang ditulis oleh Erlina Maghfiroh diperoleh informasi terkait Kota Mandiri yakni sebagai berikut: Dalam upaya dekosentrasi perkotaan di suatu wilayah yakni sebagian dekosentrasi perkotaan timbul akibat adanya Kota Baru yang dikembangkan developer swasta yang berorientasi kepada kebutuhan pasar atau keinginan konsumen. Walaupun dalam pengembangan Kota Baru memiliki masterplan akan tetapi selalu berujung pada sifat market driven sehingga tidak heran selama perkembangannya akan terjadi perubahan pembangunan di dalam Kota Baru. Hal seperti seharusnya ditekan pengendaliannya agar Kota Baru dapat mengurangi kejenuhan di Kota inti. Meskipun Kota Baru tidak tertuang

dalam rencana tata ruang seharusnya pengembangan Kota Baru disesuaikan dalam rencana tata ruang sehingga memudahkan developer swasta atau pemerintah untuk membuat Kota Baru dan mengendalikan pembangunan Kota Baru di masa yang akan datang. C. Dalam artikel Media Indonesia dengan judul “Catatan untuk Kota Mandiri” yang ditulis oleh Ghani Nurcahyadi diperoleh informasi terkait kota mandiri yakni sebagai berikut: Pengembangan dan pembangunan kota mandiri perlu didukung infrastruktur yang memadai. Sehingga masyarakat lebih mudah memiliki hunian yang terjangkau. Sebab kota mandiri tidak dirancang untuk menghasilkan tarikan perjalanan yang terlalu besar. Harus tetap mengedepankan aktivitas dalam kota sendiri yang dominan. Agar jangan sampai pembangunan kota mandiri justru kian memperkeruh kondisi jalan. Literatur Review terkait Green City: Kota Hijau merupakan salah satu konsep pendekatan perencanaan kota yang berkelanjutan. Kota Hijau juga dikenal sebagai Kota Ekologis atau kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Dengan kota yang sehat dapat mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders). Kota hijau harus dipahami sebagai kota yang memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan menyinergikan lingkungan alami dan buatan. Kota hijau atau green city adalah konsep perkotaan, dimana masalah lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial budaya (kearifan lokal) harus seimbang demi generasi mendatang yang lebih baik. Beberapa ciri kota hijau antara lain memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip pembangunan berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).

3. Isu dan Permasalahan Terkait Pengembangan Green City Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan (urbanisasi) dan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa berbagai konsekuensi masalah di Indonesia, diantaranya peningkatan angka kemiskinan perkotaan, kemacetan lalu lintas, kenaikan permukaan air laut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang belum merata, makin banyaknya lingkungan kumuh, dan banjir. Sejumlah permasalahan tersebut memberi kontribusi pada peningkatan efek pemanasan global (perubahan iklim). Konsep pengembangan kota hijau merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam berkontribusi pada permasalahan perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Kota Hijau merupakan respon terhadap isu-isu: a. Isu pemanasan global b. Isu perubahan iklim (Penebangan hutan, kecemasan pembangunan yang dimana semakin padat dan penggunaan enerji secara berlebihan). c. Isu perubahan iklim dalam kebijakan pembangunan, serta mengutamakan mitigasi dan risiko bencana. d. Isu ekologis dalam pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Permasalahan : a. Tingginya pendanaan serta terbatasnya lahan perkotaan dalam mewujudkan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas kota. b. Kecenderungan perilaku masyarakat yang kontraproduktif dan destruktif, serta kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya aspek lingkungan sehingga peran masyarakat dalam perwujudannya Kota Hijau masih tergolong rendah. c. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan dari waktu ke waktu dan perkembangan kawasan perkotaan yang cenderung bersifat ekspansif serta alih fungsi kawasan pertanian subur di pinggiran kota. d. Meningkatnya ketergantungan pada kendaraan bermotor juga turut menjadi kendala besar bagi terlaksananya rintisan Program Pengembangan Kota Hijau ini.

4. Identifikasi Isu dan Perancangan Kota Mandiri Dengan Tema Green City Berjalannya suatu perancangan bahkan pembangunan suatu Kota Mandiri tentunya tidak dapat terlepas dari isu maupun permasalahan yang dapat terjadi. Isu serta permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dari berbagai aspek maupun berbagai jenis sumber seperti berikut:

1. Perizinan Perizinan dapat menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan maupun pembangunan, karena suatu pembangunan dapat menjadi sia-sia jika dijalankan atau dieksekusi tanpa adanya izin terlebih dahulu dari pemerintah setempat. Dalam perancangan serta pembangunan kota mandiri itu sendiri, permasalahan terkait perizinan dapat saja terjadi jika dari pihak swasta melakukan pembangunan pada suatu wilayah tanpa dengan adanya integrasi dengan pihak-pihak pemerintah wilayah setempat. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada pembangunan suatu kota mandiri untuk ke depannya. Karena akan sangat merugi jika pembangunan yang telah berjalan dengan sekian progress harus dengan terpaksa diberhentikan karena tidak adanya perizinan baik izin terkait kepemilikan tanah maupun perizinan lainnya sebagai dokumen pelengkap suatu perancangan dan pembangunan seperti izin analisis masalah dampak lingkungan atau AMDAL. 2. Korupsi Tidak menutup kemungkinan, dalam pengembangan dan pembangunan suatu kota mandiri dapat terjadi suap menyuap atau korupsi antar pihak yang terlibat. Isu terkait korupsi ini dapat hadir akibat dari adanya masalah perizinan pada suatu pembangunan wilayah. Korupsi yang dapat terjadi, pada umumnya yaitu berupa suap yang diberikan dari pihak swasta selaku pembangun dari kawasan Kota Mandiri, kepada pihak pemerintah wilayah terkait. Suap tersebut tidak lain bertujuan agar suatu pembangunan dapat mendapatkan izin dengan cara yang terbilang instan, tanpa harus melengkapi kelengkapan dokumen seperti AMDAL. Sehingga tidak heran, jika isu-isu terkait korupsi berupa suap dalam perancangan dan pembangunan sutau kota mandiri dapat saja terjadi akibat dari masalah perizinan yang sebelumnya telah dijelaskan. 3. Kesenjangan Sosial Dibangunnya suatu Kota Mandiri diharapkan dapat memberikan harapan atau kesempatan baru bagi masyarakat dalam memiliki tempat tinggal yang lebih baik dengan berbagai kelengkapan pusat kegiatannya baik pusat ekonomi, hingga pemerintahan. Namun terkadang dibangunnya suatu kota mandiri hanya memfokuskan target pemasaran terhadap masyarakat golongan menengah ke atas. Tersebut tentunya dapat melahirkan kesenjangan sosial antar masyarakat. Dimana masyarakat menengah ke atas dapat berkesempatan menikmati suatu kota mandiri, sedangkan masyarakat menengah

ke bawah tidak memiliki kesempatan tersebut. Sehingga hal inilah yang dapat menimbulkan suatu kesenjangan sosial dalam bermasyarakat. Adapun selanjutnya dalam suatu perancangan serta pembangunan suatu kota mandiri berbasis konsep Green city tentunya dapat dilakukan serta dilaksanakan dengan adanya identifikasi lokasi yang jelas sebagai wilayah perancangan dan pembangunan. Oleh karena itu, lokasi yang menjadi fokus perancangan dan pembangunan kota mandiri berbasis tema green city yang akan dibahas lebih lanjut yaitu pada Kelurahan Tondo. Kelurahan Tondo merupakan suatu wilayah yang termasuk dalam Kecamatan Mantikulore, dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 12.801 jiwa, serta luas wilayah sekitar 55,61 Km 2, sehingga memiliki kepadatan penduduk sebesar 230 jiwa/Km2. Adapun dalam hal infrastruktur, kelurahan ini dapat dikatakan cukup baik karena telah terdapat berbagai jenis sarana mulai dari sarana pendidikan baik dari SD hingga perguruan tinggi, sarana perdagangan & jasa, peribadatan, kesehatan dan sebagainya. Dengan adanya berbagai sarana yang telah terbangun tersebut maka dapat dipahami bahwa Kelurahan Tondo memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan telah tersedianya beragam sarana perdagangan dan jasa yang cukup wadahi kebutuhan masyarakat sekitar sehingga tidak perlu untuk keluar dari wilayah Kelurahan Tondo untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adanya potensi ekonomi ini lah yang dapat memberikan peluang bagi Kelurahan Tondo untuk dapat dikembangkan menjadi suatu Kota Mandiri. Hal tersebut lah yang juga sesuai dengan pendapat Batudoka (2005) yang memaparkan bahwa dalam mencapai tujuan kota mandiri yaitu mengurangi beban kota besar terkait jumlah penduduk yang meningkat dengan cara mendistribusikan jumlah masyarakat ke dalam wilayah yang relatif baru untuk mereduksi pergerakannya, dapat dicapai dengan adanya ketersediaan infrastruktur bermukim yang meliputi unsur perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, perdagangan, dan juga industri. Serta juga dapat menjadi peluang usaha bagi para penghuninya. Selanjutnya, selain potensi ekonomi, adanya lahan kosong yang masih cukup luas juga memberikan potensi bagi Kelurahan Tondo untuk dapat dikembangkan menjadi Kota Mandiri berbasis tema Green City karena masih banyak lahan yang dapat dikelola dan dikembangkan sesuai dengan konsep Green City.

Namun, selain isu terkait potensi pada lokasi perancangan kota mandiri berbasis tema green city pada Kelurahan Tondo, terdapat pula beberapa isu permasalahan yang dapat terjadi pada lokasi ini. Permasalahan tersebut antara lain yaitu adanya beberapa lokasi khususnya pada bagian pesisir Kelurahan Tondo merupakan kawasan rawan bencana tsunami sehingga perlu dilakukan pemanfaatan lahan yang tetap disesuaikan dengan peruntukan lahan pada regulasi terkait. 5. Pengertian dan Konsep Green City Pengertian Menurut kementrian PU dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan (2011) kota hijau atau Green city adalah kota ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif efisiensi sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Kota hijau selalu mengutamakan ekosistem hayati selain lingkungan terbangunnya, sehingga terciptanya kenyamanan bagi penduduk kota yang tinggal didalamnya, serta para pengunjung kota yang ada. kota hijau dibangun dengan menjaga aset-aset kota-wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisir, lingkungan terbangun, keunikan dan kehidupan budaya, kreatifitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas sarana dan prasarana kota. Konsep Konsep Green City merupakan frase yang sering digunakan dalam mengangkat isu ekologis ke dalam konsep perencanaan kota yang berkelanjutan dan perwujudan green city merupakan tantangan ke depan dalam pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Beberapa aspek krusial yang harus dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan, antara lain : harus dapat menyelesaikan permasalahan urbanisasi dan kemiskinan di kawasan pedesaan, kewajiban kota untuk menyediakan ruang hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayahnya, pengutamaan aspek perubahan iklim dalam kebijakan pembangunan, serta mengutamakan mitigasi dan risiko bencana. Menurut kementrian PU dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan (2011), atribut kota hijau terdiri dari 8 aspek, yaitu: 1. Green Planning and design, yaitu perencanaan dan perancangan yang sensitif terhadap agenda hijau; 2. Green community, yaitu peningkatan kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut hijau;

3. Green open space, yaitu perwujudan kualitas dan kuantitas jejaring RTH Kota; 4. Green building, yaitu penerapan bangunan ramah lingkungan; 5. Green waste, yaitu penerapan pengurangan sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan peningkatan nilai tambah, atau berprinsip 3R: reduce, reuse, recycling; 6. Green energy, yaitu penambahan sumber energi terbarukan yang efisien dan ramah lingkungan; 7. Green transportation, yaitu pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan; dan 8. Green water, yaitu peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air. 6. Literature Review dan Eksplorasi Tentang Green City 1. A. Judul Jurnal: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 12 No. 2 – Strategi Peningkatan Kualitas Empat Atribut Green City di Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung B. Penulis: Dwi Suryadi Nugroho, Ernady Syaodih Dalam jurnal ini, penulis melakukan penelitian dengan lokasi studi, Kecamatan Bandung Wetan yang memiliki nilai strategis dan berfungsi diantaranya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mengkaji atribut kota hijau dengan hasil akhir prinsipprinsip penataan kota hijau. Latar belakang dari penelitian ini adalah, Bandung sebagai Kota Metropolitan yang memiliki berbagai macam permasalahan seperti padat penduduk dan kemacetan. Kota Hijau merupakan respon terhadap isu perubahan iklum melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Perwujudan Kota Hijau dijabarkan dalam delapan atribut kota hijau yang meliputi: Green Planning and Design, Green Open Space, Green Energy, Green Water, Green Waste, Green Building, Green Transportation, dan Green Community. Dapat disimpulkan, kolerasi antara kegiatan empat atribut green city yang terdiri atas kegiatan penanaman pohon, luas RTH, jumlah pengguna sepeda, panjang jalur sepeda, jumlah komunitas pengelolaan sampah, dan jumlah komunitas hijau terhadap pengaruh kualitas lingkungan yang diwakilkan oleh indikator kadar CO, kebisingan, debu, dan volume sampah di Kec. Bandung Wetan. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan oleh penulis pada 3 Kelurahan menghasilkan:



Strategi terkait Green Open Space: Pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan taman dan sinkronisasi antara perencanaan pembangunan dengan kebutuhan RTH.



Strategi terkait Green Transportation: Pemeliharaan dan pembangunan trek jalur sepeda kepada pusat kegiatan di pusat kota.



Strategi terkait Green Community: Peningkatan partisipasi masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan dalam pengelolaan lingkungan



Strategi terkait Green Waste: Pengembangan SDA dan sektor ekonomi yang berbasis pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dan pengembangan teknologi terkait pengelolaan sampah.

2. A. Judul Jurnal: IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 56 (2017) 012004 – Green City Banda Aceh: City Planning Approach and Environmental Aspects B. Penulis: A.A Arif Dalam Jurnal ini, dilatarbelakangi oleh Banda Aceh sebagai wilayah dengan bencana tsunami pada 26 Desember 2004 silam yang merusak 60% wilayah kota. Salah satu rencana produk untuk rehabilitasi dan rekontruksi adalah menjadikan Banda Aceh sebagai Kota Hijau. Untuk itu, proses pembangunan dilakukan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan aspek spasial dan lingkungan untuk memastikan manajemen perkotaan yang efisien. Ada kelemahan proses dalam perencanaan dan pengembangan perkotaan yang terjadi saat ini di mana kota-kota cenderung untuk meminimalkan pengembangan ruang terbuka hijau dan konversi lahan, serta kecenderungan lain yang terjadi adalah lingkungan perkotaan hanya berkembang secara ekonomi tetapi tidak secara ekologis. Penulis mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung di dalam Kota Hijau Banda Aceh dan bagaimana upaya dan pendekatan harus dilakukan terhadap Kota Hijau Banda Aceh. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik Zona Penyangga lahan Banda Aceh sesuai atau tidak sesuai dengan penggunaan lahan saat ini, mengevaluasi lahan terbuka hijau wilayah pesisir Banda Aceh yang telah ditanam atau ada yang rusak atau tidak. Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh yang intinya adalah pembentukan zona penyangga (Buffer Zone) dalam bentuk sabuk hijau lebar 300-400 m dari garis pantai sebagai serta perhutanan sosial dan pemukiman nelayan dengan lebar 600-700 m menanam kembali pohon bakau (mangrove). Buffer Zone berfungsi untuk melindungi garis pantai dari perubahan yang tidak diinginkan seperti erosi pantai, atau sedimentasi di alur atau pelayaran pelabuhan, perlindungan pantai yang efektif secara alami.

Pada implementasi penelitian, penulis menemukan bahwa perkembangan penghijauan kota di struktur utama kota (jalan, sungai) dan ruang terbuka kota, yang menjadi elemen mitigasi bencana (jalur penyelamatan (rute penyelamatan) dan mengumpulkan area untuk evakuasi (area melarikan diri), dan melindungi kota dari dampak mikro perubahan iklim dan menciptakan kota yang estetis. Selain itu, keberadaan Krueng Aceh yang membelah kota Banda Aceh memberi kesan kuat pada identitas kota, tetapi potensi tersebut masih kurang dimanfaatkan dan penyebaran vegetasi di sepanjang aliran dan sungai masih berkelompok di mana beberapa tempat cukup subur tetapi di sisi lain bahkan tanpa vegetasi sama sekali. Untuk pendekatan konsep Kota Hijau Banda Aceh, adalah menciptakan lingkungan perkotaan yang cukup kuat untuk dapat memperbaiki ekosistem itu sendiri, mampu beradaptasi dengan perkembangan kehidupan kota baru sebagai kota yang ramah lingkungan, dan dapat mempertahankan kota dari kekuatan alam lainnya. arah pengembangan penghijauan kota adalah sebagai berikut: 

Tidak ada balai kota utama seperti sungai dan jalan yang membentuk pola linier (Green Linear).



Di ruang terbuka kota (Area Hijau) sebagai bagian dari konsep mitigasi bencana (jalan keluar dan area komunal untuk evakuasi).



Di kawasan konservasi yang merupakan zona penyangga utama yaitu kawasan pantai hutan bakau.

3. A. Judul Jurnal: Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Vol.4 No. 1 (2017) – Implementasi Manado Kota Hijau. B. Penulis: Hendra Riogilang Dalam jurnal ini, berlandaskan pemanfaatan sumber daya alam dan potensi Kota Manado dalam penembangan Kota Hijau diharapkan terintegrasinya berbagai elemen kota dari sistem transportasi hingga partisipasi masyarakat pada kegiatan ramah lingkungan. Potensi strategis Kota Manado ditinjau dari sisi ekonomi, sosial-budaya, geo strategis dan lingkungan, menjadi dasar pertimbangan dari implementasi prinsip hijau, yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah melalui konsep/prinsip Kota Hijau. Adapun pengimplementasiannya di Kota Manado, penulis menguraikan masalah serta solusi yang diharapkan cocok dengan karakteristik dan kondisi Kota Manado. Seperti:

Membuat solusi lingkungan dengan titik berat pada energi, limbah, ruang hijau, air & limbah yang saling terhubung. Menuju kota hijau membutuhkan sebuah komitmen dari berbagai pihak, untuk itu demi membangun sebuah konsep kota hijau yang penerapan dan manfaatnya nanti akan dinikmati oleh seluruh warga kota maka yang beberapa hal yang bisa dilakukan adalah: 

Minimalkan penggunaan lahan untuk pembangunan yang merusak dan menciptakan polusi.



Manfaatkan kondisi dan sumber daya bukan untuk dieksploitasi namun untuk di gunakan secara berkelanjutan dengan cara mengintegrasikan konsep bangunan, fasilitas dan kondisi lingkungan yang ada.



Merencanakan suatu konsep pengembangan yang memprioritaskan pada kegiatan yang menyehatkan warga seperti bersepeda,berjalan kaki serta bersosialisasi aktif satu sama lain.



Kurangi ketergantungan pada kendaraan yang menghasilkan polusi dan menggunakan bahan bakar fosil. Pemanfaatan tenaga matahari sebagai sumber energi pembangkit listrik dapat diterapkan di Kota Manado, dengan topografi kota yang bervariasi antara gunung dan lembah. Pembangkit tenaga listrik menggunakan angin dapat diimplementasikan pada area teluk manado yang merupakan area penting penangkap angin. Konsep power plant dengan tenaga angin dapat juga di kombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga matahari.

Adapun perbedaan dari jurnal di atas sebelumnya, jurnal pertama membahas empat elemen/atribut Kota Hijau dan strategi penerapan konsepnya. Jurnal kedua lebih fokus kepada Kota Hijau berbasis mitigasi bencana, maka yang diutamakan adalah penanaman jenis tanaman didasarkan pada penampilan dan fungsinya seperti menanam pohon bakau di Zona Penyangga untuk meminimalisir dampak banjir ataupun tsunami. Sedangkan jurnal ini membahas bagaimana pengimplementasian Kota Hijau di Kota Manado secara sistematis dan komprehensif, dengan mempertimbangkan potensi dan masalah yang ada kemudian diberi solusi alternatif yang cocok dengan karakteristik Kota Manado mulai dari sarana hingga prasarana serta partisipasi masyarakat.

7. Survei Identifikasi Awal Wilayah Studi – Rekyan

Sumber: Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). 2015. Konsep Pengembangan Kota Hijau di http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/konsep-pengembangan-kota-hijau (di akses 17 Februari 2019). Diningrat Rendy Adriyan. 2014. Ketergantungan Kota Baru Kota Harapan Indah terhadap Kota Jakarta dan Wilayah Sekitarnya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 25, no. 3, hlm. 192212. Maghfiroh Ernlina. 2015. Konsep Pengembangan Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Nurcahyadi Ghani. 2017. Catatan Untuk Kota Mandiri di http://mediaindonesia.com/read/detail/136073-catatan-untuk-kota-mandiri (diakses 16 Februari 2019). Kementrian PU dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan (2011) Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 25, no. 3, hlm. 192-212, Desember 2014 ISSN 08539847 “Ketergantungan Kota Baru Kota Harapan Indah terhadap Kota Jakarta dan Wilayah Sekitarnya” Rendy Adriyan Diningrat Detik.com (diakses 16 februari pukul 12:26)

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45

More Documents from ""

Tugas 1.docx
April 2020 2