Ttg Kelompok 8.docx

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ttg Kelompok 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 13,689
  • Pages: 67
TEKNOLOGI TEPAT GUNA “TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB”

DosenPembimbing : Nina Primasari M.Keb Disusunoleh : 1. Deas Nurul Awaliyah

P3.73.24.3.15.46

2. Fadilla Fathan Alaina Nugroho

P3.73.24.3.15.055

3. Selvi Nur Ariani

P3.73.24.3.15.075

4. Syafira Purnamadyani

P3.73.24.3.15.058

5. Zanneta Nourma Sya’bani

P3.73.24.3.15.078

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA III TAHUN AJARAN 2015-2016 KATA PENGANTAR

1

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberi kesehatan untuk menyelesaikan makalah inidengan judul“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dan Kb”. Makalah ini disusun dalam rangka mengerjakan tugas mata kuliahTeknologi Tepat Guna. Dalam menyusun makalah ini kami banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari beberapa pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempuna. Oleh karena itu dengan lapang hati, kami bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kemajuan kami pada khususnya.

Jakarta, april 2017

Tim Penulis

DAFTAR ISI TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN

2

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

KATA PENGANTAR

.………………………………………...

i

DAFTAR ISI

………………………………………...

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang …………………………………………

1

1.2 RumusanMasalah

…………………………………………

1

1.3 Tujuan

…………………………………………

1

2.1 Obat Dan Vaksin

…………………………………………

3

2.2 Alat

…………………………………………

23

2.3 Prosedur

…………………………………………

44

2.4 Sistem

…………………………………………

55

A. Kesimpulan

…………………………………………..

61

B. Saran

…………………………………………..

61

………………………………………….

62

BAB 2 PEMBAHASAN

BAB 3 PENUTUPAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangatmendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiapwaktu terjadi dan para peneliti

terus berusaha dalam

penelitiannya demi kemajuan dankemudahan dalam beraktivitas.Ilmu kedokteran khususnya ilmu ataupun

teori

kesehatan pun begitu cepat sehingga

mendorong

para

bekembang pengguna

mulai dariperalatan

serta

spesialis

tidak

mauketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teoriserta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah

keilmuan

tersebut

sangat penting

dimiliki

demi

mengemban

tugas untuk bisamenolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan

kelancaran

pasien

dalammenjalanakan

kodratnya

sebagai

perempuan.Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atauspesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atauperempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraanmeraka. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja obat dan vaksin dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana? 2. Apa saja alat dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana? 3. Apa saja sistem dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui obat dan vaksin dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana. 2. Untuk mengetahui alat dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana. 3. Untuk mengetahui sistem dalam teknologi terapan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana.

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Obat dan Vaksin a. Obat-obatan yang Diagnostik dalam Praktik Kebidanan 1. Uterus Tonika Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu: a. Riwayat persalinan yang kurang baik. b. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu. c. Grande multipara (lebih dari empat anak). d. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). e. Bekas operasi Caesar. f. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. Macam-macam obat uterus tonika : 

Oxitocin

Oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk meraangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan. Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan : 

Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin.



Konstriksi pembuluh darah umbilicus.



Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .

5

Efek samping penggunaan oksitosin : a. Efek samping maternal : 

Stimulasi uterus berlebihan



Emboli cairan amnion



Solusio plasenta



Trauma



Perdarahan postpartum



Hematom pelvis



Rupture uterus



Hipotensi



Stroke



Mual muntah



Retensi cairan



Hipertensi

b. Efek samping ; fetal/neonatalisidosis, distrimia jantung, asfiksia, hipoksia, trauma lahir, ikterus neonatal. 

Misoprostol / Prostagladin

Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung. Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asammisoprostol.Kadar puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan. Indikasi :  Induksi partus aterm  Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan  Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya  Induksi abortus terapeutik  Uji oksitosin  Menghilangkan pembengkakan mamae ·

Methylergometrine

Indikasi : Sebagai stimulan uterus pada : a.

Perdarahan pasca persalinan

b.

Perdarahan pasca abortus

6

2. Obat-Obat Imunologi Dalam bidang imunologi, kuman dan racun kuman (toksi) disebut sebagai anti gen. Antigen merupakan bagian protein kuman atau protein racun. Bila antigen untuk masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksi tubuh akan membentuk zat anti. Anti dalam tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut toksin. Pada umunya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat adalah jenis kuman ganas/virulen. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. 

Vaksin

Vaksin adalah bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Pemberian vaksin merangsang tubuh anak membuat antibodi. Adapun jenis penyakit yang pencegahannya dapat dilakukan dengan imunisasi : 

TBC



Difteri



Tetanus



Polio



Campak



Hepatitis

3. Obat Analgetik Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Obat ini digunakan untuk membantu meredakan rasa sakit, sadar tidak sadar kita sering menggunakannya misalnya ketika sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik. Macam-macam obat analgetik : a) Analgetik opioid atau analgetik narkotika Merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk

meredakan nyeri

7

sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia : 

Morfin HCI



Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)



Fentanil HCI



Petidin



Tramadol

Mekanisme kerja utama analgetik opioid ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. b) Obat Analgetik non-narkotik Dalam ilmu farmakologi sering dikenal dengan istilah analgetik / analgetika / analgesik perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan obat ini gsusunan safar pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat analgetik non-narkotik/obat analgesik perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan obat analgetika jenis analgetik narkotik). Macam-macam obat analgesik non narkotik : 1) Ibupropen Merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan meminum obat ini. 2) Paracetamol/acetaminophen Merupakan devirat para amino fenol. Di indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbullkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering

8

dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. 3) Asam mefenamat Digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna seringtimbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap cedera umunya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. 4) Obat Anemia Obat yang diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah. Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Adapun beberapa obat anemia, diantaranya:  Tablet besi (Fe) Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk produksi adenosine trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Kekuranga zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Mengapa banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan ketiga ibu mengalami “hemodilusi” (pengenceran). Memasuki trimester kedua, kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan, kemudian bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga.  Vitamin B12 (sianokobalamin)

9

Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi vitamin B12. Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.  Asam folat Termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Neural Tuber Defects) atau kelainan susunan saraf pusat.  Eritropoietin Suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan faktor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis. Bila terjadi anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak oleh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah. 1 Human Papilloma Virus (HPV)

HPV termasuk golongan pavovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat bersifat memicu terjadinya perubahan genetik. HPV berbentuk ikosahedral dengan ukuran 50-55 nm, 72 kapsomer, dan 2 protein kapsid. HPV merupakan suatu virus yang bersifat “non enveloped” yang mengandung “double strandedDNA”. Virus ini juga bersifatepiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir dengan karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi. Infeksi virus HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prekanker, kondiloma akuminata, dan kanker. Meskipun HPV menyerang wanita, virus ini juga mempunyai peran dalam timbulnya kanker anus, vulva, vagina, penis, dan beberapa kanker orofaring. Virus ini menginfeksi membrana basalis pada daerah metaplasia dan zona transformasi serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya untuk

10

berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya pada sel inang. Genom HPV berupa episomal (bentuk lingkaran dan tidak terintegrasi dengan DNA inang) dijumpai pada Carcinoma Insitu (CIN) dan berintegrasidengan DNA inang pada kanker invasif. Pada percobaan invitro HPV terbukti mampu mengubah sel menjadi immortal. Hasil pemeriksaan sekuensi DNA yang berbeda hingga saat ini dikenal lebih dari 200 tipe HPV.Kebanyakan infeksi HPV bersifat jinak. Tigapuluh diantaranya ditularkan melalui hubungan seksual dengan masing-masing kemampuan mengubah sel epital serviks. Tipe risiko tinggi seperti tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69 dan mungkin tipe yang lain berhubungan dengan displasia sedang sampai karsinoma in situ. Tipe virus resiko tinggi biasanya menimbulkan lesi rata dan tak terlihat jika dibandingkan dengan tipe tipe resiko rendah yang menimbulkan pertumbuhan. seperti jengger ayam pada tipe 6 dan 11 atau dikenal sebagai kondiloma akuminata. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90 % kanker serviks disebabkan oleh HPV dan 70 % diantaranya disebabkan oleh tipe 16 dan 18, Dari kedua tipe ini HPV 16 menyebabkan lebih dari 50 % kanker serviks. Apabila seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki kemungkinan terkena kanker serviks sebesar 5 %. Kanker serviks yang di sebabkan HPV umumnya berjenis keganasan sel gepeng. Siklus hidup HPV belum diketahui secara sempurna, tetapi proses timbulnya lesi sudah banyak diketahui. Tempat infeksi pertama adalah pada sel basal atau sel basal dari epitel gepeng yang belum matur. Infeksi HPV yang terjadi pada sel basal tersebut dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Infeksi Virus laten, yakni infeksi virus yang tidak menghasilkan virus yang infeksius. Pada saat ini yang terjadi adalah virus tidak berhasil melekat pada permukaan sel tetapi gagal melakukan perkembangbiakan dan tidak terjadi pematangan dari partikel – partikel virus. Pada fase ini kelainan struktur sel tidak ditemukan dan HPV hanya bias dideteksi dengan metode biomolekuler.

11

2. Fase produktif, yakni terjadinya pembentukan DNA virus dan membentuk DNA yang infeksiosus yang disebut virion. Pembentukan DNA virus ini terjadi di sel intermediet dan permukaan epitel sel gepeng. Virion kemudian menjadi banyak jumlahnya dan membentuk efek merusak sel yang bias dideteksi dengan cara sitologi dan histopatologi. dan protein Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang tergolong resiko rendah. 2 Beberapa Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi HPV a. Kanker servik HPV berperan dalam menyebabkan terjadinya kanker serviks tetapi bukan satu-satunya penyebab terjadinya kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan 68% keganasan tipe skuamosa dan 83% tipe adenokarsinoma. Meskipun infeksi HPV biasanya tanpa gejala infeksi pada serviks bisa menghasilkan perubahan secara histologi yang digolongkan dalam Cervikal intra-epitelial Neoplasma (CIN) derajat 1, 2, 3didasarkan pada derajat kerusakan dari sel epitel pada serviks atau adenokarsinomainsitu. CIN 1 biasanya sembuh spontan (60% dari seluruh kasus) dan beberapa berkembang ke arah keganasan ( 1% ). CIN 2 dan 3 memiliki persentase sedikit untuk sembuh spontan dan memiliki persentase yang tinggi untuk berkembang ke arah keganasan. b. Kanker Vulva dan Vagina Tidak semua keganasan pada vulva dan vagina disebabkan infeksi HPV. HPV tipe 16 adalah yang terbanyak ditemukan pada keganasan vulva dan vagina. HPV dihubungkan dengan sekitar setengah dari penyebab keganasan dari vulva dan vagina. Beberapa penelitian , HPV tipe 16 dan 18 terdeteksi pada 76% dari keganasan intraepitelial vagina dann 42% dari kanker vulva. c. Kanker Anal HPV dihubungkan pula dengan sekitar 90% dari keganasan anal jenis sel skuamosa . d. Kondiloma Akuminata

12

Semua kondiloma akuminata disebabkan oleh infeksi HPV, dan 90% dihubungkan dengan infeksi HPV tipe 6 dan tipe 11. Kondiloma biasanya terjadi setelah 2 – 3 bulan terjadinya infeksi HPV pada daerah anogenital, tetapi tidak semua wanita yang terinfeksi HPV menimbulkan kondiloma pada daerah anogenital. Kondiloma bisa diobati meskipun pada beberapa kasus bisa hilang dengan sendirinya. Angka kekambuhan pada kondiloma cukup tinggi yaitu 30% e. Respiratori Papillomatosis Berulang Infeksi HPV yang resiko rendah, yaitu tipe 6 dan 11 bisa menyebabkan papillomatosis respiratori yang berulang. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya papiloma pada daerah laring. Biasanya timbul pada usia muda. Papillomatosis ini dipercaya sebagai akibat transmisi vertikal dari ibu yang terinfeksi ke bayinya saat melahirkan. III. VAKSIN HUMAN PAPPILOMAVIRUS (HPV) Vaksin kanker pada awal perkembangannya dimulai dari lisan tumor sendiri, kemudian berkembang dengan sasaran tumor associated antigen, yaitu molekul yang diekspresikan oleh tumor dan tidak oleh sel normal. Selanjutnya digunakan peptida atau DNA sebagai antigen. Antigen DNA biasanya lemah dan untuk memperkuat potensi imunogeniknya dilakukan denganberbagai rekayasa. Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Dengan diketahuinya infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks , maka terbuka peluang untuk menciptakan vaksin dalam upaya pencegahan kanker serviks. Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis vaksin: 1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat terlindung dari infeksi HPV. 2.

Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar

sel yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan. Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik yang kuat, bersifat lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan lesi dan bersifat melindungi terhadap infeksi HPV genotif yang sama . Dalam hal ini, antibodi humoral sangat berperan besar dan antibodi ini adalah suatu virusneutralising

13

antibodi yang bisa mencegahinfeksi HPV dalam percobaan invitro maupun invivo . Kadar serum neutralising hanya setelah fase seroconversion dan kemudian menurun. Kadar yang rendahini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV yang bersifat intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di darah pada infeksi ini. Selanjutnya protein L1 diekspresikan selama infeksi produktif dari virus HPV dan partikel virus tersebut akan terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada proses kerusakan sel dan proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigenpresenting cell dan makropag. Olehkarena itu partikel virus dan kapsidnya terdapat dalam kadar yang rendah pada kelenjar limfe dan limpa, di mana kedua organ tersebut adalah organ yang sangat berperan dalam proses kekebalan tubuh. Meskipun dalam kadar yang rendah, antibodi tersebut bersifat protektif terhadap infeksi virus HPV, sehingga

14

dikembangkan suatu vaksin yang didasarkan pada mekanisme kerja virusneuralising antibodi terhadap proteinkapsid yang bersifat mencegah terhadap infeksi HPV. Imunodominant neutralising epitopes terlokalisasi pada protein kapsid L1, yang kemudian bergabung menjadi suatu kapsid yang kosong atau virus likeparticle yang secara bentuk dan antigeniksangat identik dengan virion aslinya. Kemudian dengan bantuan teknologi yang canggih, dikembangkan suatu HPV L1 VLP subunit vaksin. Respon Imunologi Terhadap Infeksi HPV Sistem kekebalan tubuh terdiri atas dua bagian besar, yaitu sistem kekebalan humoral dan sistem kekebalan seluler yang keduanya berperan pada respon imunologis terhadap infeksi HPV. Sistem kekebalan humoral banyak diperankan oleh sel B dengan pembentukan imunoglobulin, sedangkan sistem kekebalan seluler benyak diperankan oleh sel T, baik sel T sitotoksis maupun sel T helper. Pada sistem kekebalan humoral antigen yang masuk akan berinteraksi dengan antibodi dan selanjutnya akan mengaktivasi sel B menjadi sel plasma yang membentuk antibodi (imunoglobulin), proses aktivasi ini dibantu oleh sel T helper. Sementara itu, pada sistem kekebalan seluler (cellmediated imunity) antigen terlebih dahuludiproses oleh Antigen Presenting Cell (APC) dan tergantung dari MajorHistocompatibility Complex (MHC). Virus sebagai partikel obligat intraseluler dengan menginfeksi sel dan berperan sebagai imunogen yang memberikan efek sitopatik dan nonsitopatik pada sel. Reaksi tubuh melawan imunogen virus adalah dari tanpa pembentukan antibodi sampai dengan respon imun seumurhidup. Ketika virus memasuki suatu sel , hal ini berarti pengambil alihan terhadap pembentukan dari aparatus sel penjamu. Protein virus diproduksi secara endogen oleh sel yang terinfeksi dan dirusak secara intraseluler menjadi peptida-peptida sekitar sembilan asam amino. Peptida-peptida ini kemudian dihadirkan pada permukaan sel penjamu yang terinfeksi oleh molekul – molekul dari Major Histocompatibility Complex LeukocyteAntigen (HLA).

(MHC)

yangjuga

dikenal

sebagai

Human

15

Kompleks gen MHC ini adalah suatu polimorphic dan merupakan HLA kelas I yang terdapat sekitar 50 alel pada lokus A dan C dan 100 alel B yang berbeda. Molekul HLA kelas 1 terdiri atas 2 rantai protein, yaitu MHC yang menyandi rantai alfa dan yang sangat berhubungan dengan rantai beta 2 mikroglobulin. Pada bagian atas dari molekul HLA kelas 1 adalah suatu alur tempat protein virus terikat. Terdapat 3 gambaran penting pada sistem ini, yaitu: 1. Molekul HLA menghadirkan / memberikan peptida asing ke limpisit T yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel yang terinfeksi virus 2. Dikenalnyan HLA yang mengikat peptida oleh reseptor sel T adalah HLA yang tertentu saja. Peptida asing hanya dapat dikenali jika sel target memiliki molekul HLA yang sama dengan sel T itu sendiri. 3.

Peptida yang tepat dihadirkan oleh molekul HLA kelas I adalah

spesifik alel saja. Pada respon kekebalan tubuh seluler yang diperantarai oleh sel T, terdapat 2 kelas utama sel T yaitu CD 8 yang mengekspresikan Cytotoxic TLymphocytes (CTL) dan CD 4menghasilkan antibodi dan tidak dapat mengenali antigen yang dapat larut (soluble antigen). Reseptor sel T (TCR) dari kedua kelas tersebut berhubungan secara langsung dengan antigen peptida yang dihadirkan oleh molekul HLA pada permukaan sel yang lain. CTL ini berinteraksi dengan HLA kelas I, sedangkan T helper cell mengenali antigen yang dihadirkan oleh molekul kelas II. Molekul kelas II MHC diekspresikan pada antigen penting cell (APC) dari sistem imunologi seperti makropag dan sel dendrit. Sel T tertentu hanya akan mengenali suatu peptida asing tertentu. Ikatan spesifik pada peptida ini menyebabkan sel T mengalami pengembangan klonal yang cepat, mengalami proliferasi dan membentuk suatu klon dari sel T yang identik dengan spesifitas yang sama untuk masing-masing target antigen. CTLs yang sudah diaktifkan dapat menempel pada sel target selularnya dan menyebabkan lisis dengan cara melepaskan cytotoxin. T sel helper yang aktif mensekresi sitokin yang merupakan molekul protein dengan efek perangsangan terhadap sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh. Antigen presenting cell (APC) sangatpenting untuk sistem kekebalan yang efektif. APC mengambil alih protein eksogen atau produknya lalu diproses menjadi peptida – peptida dan dipindahkan ke nodus limfa regional yang nantinya akan berinteraksi

16

dengan T helper cell. Antigen yang dihadirkan oleh APC dapat mencapai seribu kali lebih merangsang sistem imun dibandingkan antigen yang asli. Imunogen yang masuk dalam tubuh akan dilawan oleh tubuh melalui sel NK, T helper cell-CD4, T sitotoksik sel–CD 8.Sel T sitotoksik (Ts) sebagai sub bagian limfosit memberikan respons kekebalan tubuh seluler dan humoral. Respon kekebalan tubuh seluler melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat (delayed typehypersensitivity) dan sitolitik yaituaktivasi antigen yang terikat pada MHCkelas II yang akan merangsang perpindahan CD3 dan 4 dari thymus, selanjutnya terikat pada reseptornya dan CD3 dan 4 tersebut menjadi Th-0 dan Th-1 yang menghasilkan IL-2, IF-γ, TNF-β dan juga diproduksi oleh sel NK. Th-1 memperluas pengaruh reaksi delayep typehypersensitivity dengan mengaturperedaran makrofag,limfosit dan neutrofil ke area infeksi. Selain itu, IFN- γ akan menstimulasi sel NK untuk berproliferasi dan selanjutnya melepaskan IFN- γ yang akan merangsang sel makropag untuk melepaskan IL-2 lebih banyak lagi. IL-2 akan menstimulasi sel NK untuk memproduksi IFN- γ sehingga akan terjadi mekanisme umpan balik antara IL1yang dihasilkan oleh makropag dengan IFN- γ dari sel NK yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan dan kematian sel terinfeksi virus. Sel Ts mengontrol keseimbangan respon kekebalan tubuh melalui penekanan fungsi sel Th dan reaksi langsung ke sel B. Sel Ts mengekspresi CD8 dan spesifik untuk epitop antigen spesifik atau untuk petanda idiotipe pada reseptor antigen-antibodi sel B atau Ts di mana sel Ts dan regulasi idiotipenya bekerja sama satu dengan yang lain. Respon kekebalan tubuh pada kanker serviks terhadap pajanan HPV Secara umum respons cellmediated immunity memainkan peranyang penting dalam mengatasi infeksi virus. Tidak terdapat penurunan kejadian lesi yang dihubungkan dengan HPV pada pasien dengan humoral imunodifeciency. Hal ini mengidentifikasi bahwa walaupun respons antibodi mungkin memainkan peran, mekanisme cell mediated immunity(CMI) penting dalam melawan HPV. Selain itu mekanisme CMI yang penting adalah terdapat infiltrasi seluler menyerupai reaksi hipersensitifitas tipe 4 pada pasien dengan warts. Saat respons kekebalan tubuh yang efektif menurun terjadi peningkatan resiko persisten virus dan perkembangan neoplasma . Faktor lain yang ikut berperan adalah infeksi tidak menyebabkan hal yang berbahaya bagi penjamu sehingga sering diabaikan . Hanya pada stadium akhir

17

dari lesi saat lesi yang lebih besar berkembang, antigen mungkin terlepas dalam melawan infeksi secara aktif. Dengan demikian, kegagalan respons kekebalan tubuh telah diduga sebagai faktor utama dalam perkembangan neoplasia serviks. Sel Langerhans, suatu antigenpresenting cell (APC) terdapat pada epitelserviks yang berperan untuk mengambil, memproses dan mentransportasi antigen ke kelenjar getah bening pelvis kemudian menuju ke serviks. Di sini terjadi induksi sel T dan respons CTL melawan HPV secara umum. Peptida antigen protein virus dipresentasikan oleh APC dalam kaitannya dengan HLA kelas II terhadap sel Th dan dengan HLA kelas I terhadap CTL. Dengan demikian, ekspresi HLA kelas I pada sel target penting bagi CTL untuk mengatur dan sekaligus menghancurkannya. Sel Th tipe 1 (Th-1) mensekresi IFN- γ, TNF β, IL-2, yang berperan dalam respons CTL dalam delayed type hypersensitivity sel Th tpe 2mensekresi IL-4, IL-5 dan IL 10 yang penting untuk induksi respons antibodi Ig G dan Ig E. Sel T yang berasal dari sitokin anti viral IFN- γ bersama dengan antibodi penetral akan mengontrol infeksi virus yang menyebabkan pecahnya sel dengan menghambat penbentukan virus yang menginfeksi sel penjamu sebelum infeksi virion baru dapat diproduksi adalah mekanisme yang paling efektif untuk mengontrol virus yang tidak menyebabkan pecahnya sel. Namun antibody penetral mungkin juga penting untuk mencegah infeksi dengan melepas virion setelah sel terinfeksi pecah

18

Pada prinsipnya HPV adalah virus yang tidak menyebabkan pecahnya sel,sehingga selama tidak terjadi pecahnya sel penjamu, infeksi ini tidak menyebar. Dengan demikian, CTL akan menjadi mekanisme yang lebih efektif pada pertahanan awal melawan HPV dibandingkan dengan antibody penetral yang berperan dalam mencegah infeksi ulang. Protein target virus untuk kedua mekanisme tersebut dinyatakan dalam level yang berbeda pada lapisan epitel selama siklus sel normal. CTL akan menargetkan sel yang utuh dari lapisan sel yang intermediate di mana terjadi transkripsi dan pembentukan protein virus E1, E2, E5, E6, dan E7 yang ditemukan pada lapisan sel tersebut. Protein kapsid L1 dan L2 adalah target relevan untuk antibodi penetral. Virion HPV adalah suatu partikel ikosahedral yang terdiri dari kapsid protein yang bersifat tidak beramplop dan double stranded DNA. Genomnya kira-kira sepanjang 8000 pasang basa dan mengandung 6 ORFs (open readingframe) awal dan 2 ORFs akhir yangmengkode protein HPV (E1,E2, E4, E5< E6, E7, L1 dan L2) HPV secara khusus merupakan patogen pada lapisan epitel dengan cara menginfeksi sel-sel parabasal pada permukaan epitel serviks yang secara normal tumbuh ke permukaan dan berdiferensisi menjadi sel gepeng yang matur. Ketika terjadi infeksi HPV, protein virus awalnya diekspresikan pada lapisan yang lebih bawah dan kemudian terjadilah pembentukan virus. Jika sel-sel yang terinfeksi mencapai lapisan permukaan, maka L1 dan L2 ORFs akan diekspresikan. Proteinprotein ini membentuk kapsid virus dan melepaskan virion matur melalui sel-sel yang terkelupas. Infeksi HPV pada serviks biasanya merupakan suatu proses yang bervariasi mulai dari yang jinak sampai ganas. HPV bersifat patogen murni intraepitelial, di mana tidak menyebabkansuatu penyebaran virus di darah atau manifestasi ke seluruh tubuh, tidak bersifat merusak sel, infeksi virus dan pembentukannya tidak disertai radang . Tipe dari infeksi kronik ini tidak terjadi kerusakan jaringan dan pengaktipan respons radang. Kemampuan lesi HPV untuk bertahan selama bertahun -tahun adalah sesuai dengan keberadaan HPV sebagai suatu agen infeksi yang secara ilmiah imunogenitasnya rendah. Akan tetapi seperti yang telah dibahas sebelumnya, selalu terdapat sistem kekebalan tubuh dalam membatasi dan memberantas infeksi HPV.

19

Virus yang patogen lebih rentan dalm netralisasi oleh antibodi yang spesifik yang juga memainkan peran dalam terjadinya infeksi oleh virus melalui antibodi yang tergantung pada sitotoksis seluler. Antibodi HPV dapat berfungsi secara bermakna dan pada kadar tertentu, antibodi tersebut bisa dijadikan marker dari status infeksi dan hal ini sebaiknya selalu dipantau untuk mengetahui perjalanan penyakit. Beberapa penelitian telah menyelidiki hubungan antara serum antibodi melawan protein HPV tipe 16 pada kanker serviks dan didapatkan seropositif yang lebih besar secara bermakna pada pasien dibandingkan dengan kontrol. Telah dilaporkan bahwa seropositif terhadap E7 HPV tipe 16 kemungkinan berhubungan dengan stadium penyakit dan berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk . Terbentuknya kekebalan humoral terhadap HPV dalam hubungannya dalam perjalanan penyakit mengandung pengertian bahwa antibodi yang terbentuk akibat dari pemaparan yang berkepanjangan terhadap antigen dan peningkatan muatan virus. Dalam hal ini sistem kekebalan memainkan peran yang penting dalam menghancurkan sel – sel yang terinfeksi virus walaupun masih tetap ada kemungkinan bahwa antibodi akan melawan langsung capsid protein HPV (terutama L1) yang dapat menetralisir partikel virus dalampencegahan dan pengendalian infeksi primer. Sementara itu didapatkan beberapa penelitian yang melaporkan hubungan dari antibodi melawan capsid HPV tipe 16. Virus Neutralising antibodies dapat mencegah infeksi. Pada kadar tertentu, serum spesifik IgG memberikan perlindungan dengan cara mengeksudasi ke permukaan dan mengaktifasi patogen. Pada kasus infeksi HPV, vaksinasi pencegahan yang efektif dibutuhkan untuk membangkitkan antibodi yang spesifik pada epitel serviks yang secara langsung melawan kapsid protein L1 dari HPV ( yang memainkan peran dalam masuknya virus ke sel host). Akan tetapi, jika sel keratin serviks telah mengalami perubahan menjadi keganasan, proses diferensiasi tidak akan terjadi sehingga tidak akan terjadi pengikatan antibodi spesifik pada epitel serviks yang secara langsung melawan capsid antigen. Ekspresi E6 dan E7 secara terus menerus sangat dibutuhkan oleh sel dalam perubahan ke arah keganasan, maka pembangkitan CTLs spesifik secara langsung melawan peptida E6 dan E7 akan menyebabkan penghancuran sel-sel tumor yang terinfeksi virus. Efektifitas Vaksin

20

Pada penelitian didapatkan bahwa vaksin bivalen HPV 16/18 VLP sangat efektif menurunkan angka kejadian infeksi HPV dan infeksi menetap HPV 16/18 pada individu yang sudah mendapat vaksinasi lengkap HPV ada wanita muda. Efektifitas vaksin juga sangat tinggi pada wanita yang tidak mendapatkan protokol vaksin secara lengkap. Efektifetas vaksin dihubungkan dengan infeksi menetap HPV 16 dan 18, abnoramalitas dari pemeriksaan sel serviks yang dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18., dan angka kejadian CINyang dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18. Vaksin HPV 16/18 VLP ini akan merangsang produksi antibodi yang kadarnya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons alami dari infeksi virus HPV, respons kekebalan tubuh yang ditimbulkan memiliki daya perlindungan yang lebih lama jika dibandingkan dengan respons kekebalan tubuh yang ditimbulkan oleh infeksi alami HPV. Vaksin bivalen HPV 16 dan 18 sangat aman dan ditoleransi oleh wanita yang mendapatkan vaksin tersebut. Vaksin HPV ini sangat baik untuk memberikan perlindungan terhadapa infeksi HPV pada populasi yang rutin dilakukan pemeriksaan rutin serviks maupun yang tidak rutin melakukan pemeriksaan. Pada negara yang sudah menjalankan program pemeriksaan rutin serviks secara berkala dengan benar, vaksin ini juga memiliki efektifitas yang sangat tinggi terhadap upaya pencegahan abnormalitas dari hasil pemeriksaan sel serviks yang dihubungkan dengan infeksi HPV tipe 16 dan 18. Di Amerika serikat telah dihitung preventable unit cost dari vaksin ini berkisar jutaan dolar tiap tahunnya. Proteksi NIS 2/3 karena HPV 16 dan 18 pada yang di vaksinasi mencapai 100%, dan proteksi 100% dijumpai sampai 2-4 tahun pengamatan. Pemberian vaksinasi pada populasi, menurunkan kejadian infeksi HPV 16/18 (infeksi HPV persisten berkisar 85-100%. Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18) mempunyai proteksi silang terhadap HPV tipe 45 (dengan efektifitas 94%) dan HPV tipe 31 ( dengan efektifitas 55%). Masa Perlindungan Data

tentang

percobaan

tentang

HPV

vaksin

ditunjukkan

bahwa

kadarantibodi menurun setelah mencapai puncaknya setelah imunisasi dan kemudian

21

menetap (plateau), tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan respons kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami dari virus HPV dan kadar tersebut menetap pada 48 bulan setelah vaksinasi.infeksi HPV bisa terjadi berulang setelah beberapa tahun dan resiko mendapat infeksi baru sangat bergantung pada perilaku seksual dari individu tersebut. Oleh karena itu, natural booster pada individu yang telah mendapat vaksin dan kemudian mendapat paparan terhadap infeksi virus HPV setelah masa perlindungan vaksin belum bisa dibuktikan. Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami dari virus HPV biasanya stabil pada beberapa tahun dan bila diikuti, sebesar 50% dari wanita akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah cervico genital. Sasaran dan Waktu pemberian Vaksin Vaksin profilaksis akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum individu terpapar infeksi HPV. Vaksin mulai dapat diberikan pada wanita usia 10 tahun. Berdasarkan pustaka vaksin dapt diberikan pada wanita usia 10-26 tahun (rekomendasi FDA-US), penelitian memperlihatkan vaksin dapat diberikan sampai usia 55 tahun. Infeksi HPV yang menyerang organ genetalia biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, dan imunisasi diberikan untuk melakukan perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus tersebut. Selain itu vaksin diberikan pada usia tersebut maka respon kekebalan tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan bila diberikan setelah pubertas, baik pada wanita maupun pada pria. Vaksinasi pada pria belummenghasilkan efektifitas yang memuaskan. Sediaan dan Komposisi Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan melalui uji klinis, yakni Cervarik dan Gardasil : a. Cervarix Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini, Protein L1 dari HPV diekspresikan oleh recombinantbaculovirus vector dan VLP dari keduatipe ini diproduksi dan kemudian dikombinasikan sehingga menghasilkan suatu vaksin yang sangat merangsang sistem imun . Preparat ini diberikan secara intramuskuler dalam

22

tiga kali pemberian yaitu pada bulan ke 0, kemudian diteruskan bulan ke 1 dan ke 6 masing-masing 0,5 ml b. Gardasil Adalah vaksin quadrivalent 40 μg protein HPV 11 L1 HPV ( GARDASIL yang diproduksi oleh Merck) Protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18 diekspresikan lewat suatu rekombinant vektor Saccharomyces cerevisiae (yeast). Tiap 0,5 cc mengandung 20μg protein HPV 6 L1, 40 μgprotein HPV 11 L1, 20 μg protein HPV18 L1. Tiap 0,5 ml mengandung 225 amorph aluminium hidroksiphosphatase sulfat. Formula tersebut juga mengandung sodium borat. Vaksin ini tidak mengandung timerasol dan antibiotika. Vaksin ini seharusnya disimpan pada suhu 20 – 80 C. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin ini diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali, produk Cervarix diberikan bulan ke 0,1 dan 6 sedangkan Gardasil bulan ke 0, 2dan 6 (Dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun). Pemberian booster (vaksin ulangan), respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan, untuk menilai efektifitas vaksin diperlukan deteksi respon antibodi. Bila respon antibodi rendah dan tidak mempunyai efek penangkalan maka diperlukan pemberian Booster. Vaksin profilaksis akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum individu terpapar infeksi HPV. Infeksi HPV yang menyerang organ genitalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan, dan imunisasi siberikan untuk melakukan perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus tersebut. Sebagai target populasi dari imunisasi ini adalah wanita sebelum puber dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia – usia tersebut dimulainya aktivitas seksual seseorang. Sebaiknya vaksiniasi secara rutin diberikan untuk wanita umur 11 – 12 dengan dosis pemberian. Serial vaksin bisa dimulai saat wanita tersebut berumur 9 tahun. Selain itu vaksin juga direkomendasikan untuk diberikan pada umur 13 – 26 tahun yang tidak mendapat pengulangan vaksin atau tidak mendapatkan vaksin secara lengkap. Idealnya vaksin diberikan sebelum usia yang rentan kontak dengan HPV yaitu wanita yang akan memasuki usia seksual aktif sehingga wanita yang

23

mendapat vaksinasi tersebut bisa merasakan keuntungan dari pemberian vaksin. Selain itu apabila vaksin siberikan pada usia tersebut, respons kekebalan tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan bila diberikan setelah pubertas. Vaksin dikocok lebih dahulu sebelum dipakai dan diberikan secara muskuler sebanyak 0,5 dan sebaiknya disuntikkan pada lengan (otot deltoid).

24

2.2. Alat

Alat Kontrasepsi Terbaru a. Lady-Comp dan Baby-Comp Lady-Comp dan Baby-Comp merupakan komputer siklus yang baik dengan fungsi kontrasepsi dan perencanaan kehamilan. Cara kerja adalah dengan pengukuran suhu pada pagi hari. Lady-Comp dan Baby-Comp telah diprogram sedemikian rupa, akurat, dan dapat memperlihatkan siklus ovulasi pada wanita dengan mengukur temperatur tubuh di pagi hari dengan menempatkan termometer tepat dibawah lidah. Nilai temperatur yang terbaca telah dikalkulasi dan terlihat pada layar setiap harinya. Dengan melihat sinyal warna hijau yang berarti infertil, dan merah berarti fertil. 

Setiap wanita hanya memiliki 1 kali ovulasi per siklus. Pada kasus yang jarang, 2 atau beberapa kali ovulasi dapat terjadi dalam 24 jam.



Setelah ovulasi, sel telur dapat fertil dalam maksimal 18 jam.



Setelah melakukan hubungan seksual, sperma berjalan dan dapat fertil pada tubuh wanita dalam maksimal 120 jam. Sehingga : hanya pada 6 hari dalam jarak 28 hari, maka kehamilan bisa terjadi. Sisi keamanan Revolusi Velvet Sejak 1986, ilmuwan dari Valley Electronics telah

menemukan kontrasepsi yang lembut. Derajat tertinggi keamanan untuk perencanaan 25

keluarga dan kontrasepsi dapat dicapai apabila tanpa campur tangan bahan kimia apapun pada tubuh wanita. Tim kami yang terdiri dari dokter Obstetri & Gynaecology, Teknisi Software, Teknisi Elektro, dan Designer secara kontinyu melakukan kemajuan-kemajuan untuk perbaikan komputer siklus ini. Bersama dengan Valley Electronics komputer siklus, tidak hanya mendapatkan alat elektronik berkualitas tinggi, tetapi juga sudah 15 tahun belakangan ini mengembangkan penelitian yang lebih baik. Perbedaan antara Lady-Comp dan Baby-Comp : 1. Baby-Comp dikembangkan untuk pasangan yang merencanakan kehamilan. Dilengkapi dengan beberapa fungsi yang meningkatkan prospek untuk kehamilan yang baik. 2. Lady-Comp secara garis besar digunakan sebagai kontrasepsi. Keduanya merupakan komputer siklus yang dapat dipercaya untuk melihat hari fertil dan infertil, sehingga dapat digunakan sebagai kontrasepsi dan perencanaan keluarga. Apabila ibu memilih Lady-Comp terlebih dahulu, dan menginginkan hamil di kemudian hari, ibu dapat melakukan program tambahan komputer siklus ibu dengan program Baby-Comp. Keamanan adalah hal penting Layar fertilitas harian Lady-Comp dan Baby-Comp memiliki

Index

Pearl

sebesar

0.7

atau

lebih

mudahnya

menjadi

99.3%.

Perbandingan : Pil memiliki Index Pearl sebesar 0.1 sampai 0.9. Spiral gulung 1 sampai 3. Maka dari itu komputer siklus ini memiliki sisi keamanan pada posisi teratas. Cara Penggunaan Lady-Comp dan Baby-Comp merupakan alat yang mudah digunakan. Apabila ibu menerima alat ini, waktu, tanggal dan tahun sudah diatur sedemikian rupa. Ibu hanya perlu mengatur waktu alarm berbunyi. 1. Setiap pagi, ukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang diletakkan pada bawah lidah selama 50-60 detik. 2. Tekan tombol “M” apabila ibu sedang menstruasi 3. Komputer siklus ibu akan mengevaluasi data untuk ibu dan memperlihatkan tibu hijau dan merah selama 24 jam kedepan. Dasar pengetahuan dalam hidup dan kemampuan fertilisasi dari sel telur dan sperma sudah diprogram. Apabila Lady-Comp dan BabyComp menanyakan informasi tambahan seputar siklus individu, Hal tersebut dapat dianalisa melalui pembacaan temperatur pada pagi hari dengan 26

 Hijau :berarti infertile  Merah :berarti fertile, kehamilan bisa terjadi Merah bersinar :berarti ovulasi yang tinggiKuning :berarti pada area transisi 

Fertilitas : apabila melakukan hubungan seksual pada saat ini, maka kemungkinan kehamilan bisa terjadi.



Tampilan layar untuk warna : Hijau, Merah, Merah bersinar, Kuning, dan symbol Menstruasi Saat berada dalam tingkatan “siklus statistik” pada Lady-Comp, ibu akan mendapatkan

informasi yang akurat mengenai siklus pribadi ibu. Penting : Semakin lama ibu menggunakan alat ini, maka semakin banyak alat tersebut mendapatkan data lengkap pribadi ibu dan semakin ibu mengetahui siklus ibu. Kontrasepsi

alami

dengan

Lady-Comp

Lady-Comp sangat cocok bagi setiap wanita di segala waktu. Pada bagian tertentu, apabila ibu menginformasikan sesuatu hal yang berhubungan dengan sensasi tubuh, dan ibu ingin mengetahui siklus ibu, dan mencoba membuat kehidupan seksual ibu terasa alami, maka Lady-Comp merupakan alat yang cocok. Tidak ada efek samping, metode alami, sangat terpercaya absolut terpercaya Alami, sangat terpercaya, mudah digunakan, kontrasepsi aman untuk kesehatan dan lingkungan Jika diinginkan, program dapat ditambahkan, tidak ada unsur kimia yang dimasukkan kedalam tubuh, cukup sekali saja pembelian. Ada beberapa hari terdapat penurunan, atau dianjurkan penggunaan kondom membutuhkan disiplin, terdapat banyak aplikasi dan evaluasi secara regular, yang membutuhkan pengalaman dalam interpretasi penggunaan cara yang tepat metode operasi yang dibutuhkan. Ada beberapa hari terdapat penurunan, atau dianjurkan penggunaan kondom b. Natural Cycles

27

Natural Cycles merupakan aplikasi ponsel pencegah kehamilan yang dirancang oleh sepasang suami istri dan diluncurkan di Swiss. Sistem kerja Natural Cycles menggunakan suhu tubuh dan mengingatkan penggunanya hari-hari dalam sebulan yang berisiko menyebabkan kehamilan ketika berhubungan seks tanpa alat pelindung. Alat itu meminta penggunanya mencatat secara digital panas tubuh setiap pagi yang kemudian memproduksi algoritma untuk membentuk jadwal kesuburan. Dengan begitu, perempuan dapat menghindari kehamilan tak diinginkan sekaligus tak mengalami efek samping tak mengenakkan dari pil KB tradisional. Menurut NHS Direct, layanan informasi kesehatan dari National Health Service Inggris, oestrogen dalam pil KB dapat lebih mudah menyebabkan bekuan darah. Hal itu dapat

28

menyebabkan deep vein trombosis (bekuan darah di kaki), pulmonary (bekuan darah di paruparu), stroke atau serangan jantung kendati risiko-risiko penyakit tersebut rendah. Aplikasi itu dibuat oleh Dr Elina Berglund, mantan dokter yang bersama suaminya, Dr Raoul Scherwitzl ingin mengatasi hal tersebut. Hasil studi klinis independen terhadap aplikasi tersebut yang diterbitkan di European Journal of Contraception and Reproductive Health Care memberikan hasil baik. Riset oleh ahli-ahli kontrasepsi Karolinka Institute itu melibatkan 4.054 wanita usia 20 sampai 35 yang menggunakan aplikasi untuk mencegah kehamilan. Ditemukan, dari setiap 1.000 wanita yang menggunakan aplikasi dengan sempurna, hanya lima yang mengalami kehamilan tak diinginkan dalam setahun. Mereka yang tidak menggunakan dengan benar, angka kehamilan meningkat menjadi 70 dari 1.000. Angka ekuivalen untuk pil KB adalah tiga dari 1.000 dan 90 dari 1.000. Dinilai memakai Pearl index, skala keefektifan kontrasepsi, aplikasi ini memiliki tingkat kesuksesan sama. Pil KB mendapatkan skor 0,3 sementara aplikasi Natural Cycles mendapatkan angka 0,5 menurut studi te

rsebut.

Berglund mengatakan aplikasi tersebut dihargai £6.99 per bulan. Alat itu dinilai merupakan terobosan bagi wanita yang tidak ingin menggunakan obat berbasis hormon. Ia menambahkan ada sekitar 10.000 orang menggunakan aplikasi tersebut. Pada lebih 300.000 hari aplikasi itu digunakan, belum ada kehamilan tak diinginkan. "Bagian terbaiknya adalah email yang kita dapat setiap hari dari pemakai betapa mereka merasa lebih baik saat ini," katanya. "Banyak dari mereka bilang menikmati kontrasepsi tanpa efek samping seperti yang didapat \\\\\\\ari pil. Senang mendengar banyak cerita dari perempuan yang merasa lebih baik," imbuhnya.

29

Berglund dan suaminya pun menggunakan Natural Cycles untuk mendapatkan kehamilan puteri mereka, Alba. "Ketika Anda merancang kehamilan hari-hari merah menjadi skala untuk menunjukkan kapan perempuan paling subur," katanya. "Saya menggunakannya selama satu setengah tahun untuk mencegah kehamilan. Kemudian ketika siap punya anak, saya menggunakannya untuk hamil. Kami sekarang punya anak perempuan dan kembali menggunakannya untuk mencegah kehamilan," katanya. Natural Cycles juga mengetahui siklus unik penggunanya. "Semakin banyak data dimasukkan, semakin banyak hari-hari hijau yang didapat. Menyenangkan membuat hidup sehari-hari lebih mudah direncanakan," imbuhnyaDaysy Aplikasi Ini Menggabungkan Termometer Dengan Tracker Kesuburan Elektronik. Berikut Adalah Cara Kerjanya: 1. Setiap Pagi, Mengambil Suhu Ibu Di Bawah Lidah Ibu. 2. Konfirmasi Menstruasi Pada Hari-Hari Ibu Memilikinya. 3. Daysy Mengevaluasi Data Dan Menghitung Kesuburan Ibu Selama 24 Jam Ke Depan. c. Birth Control Chip

30

31

Microchip, sebuah startup berbasis massachusetts lexington, dibentuk oleh para peneliti mit, mengembangkan, microchip yang ditanamkan remote control yang dapat memberikan obat di bawah kulit ibu - termasuk kontrol kelahiran hormonal. Ini dirancang untuk bertahan hingga 16 tahun, dan dapat dikontrol oleh nirkabel membuka dan menutup reservoir yang melepaskan levonorgestrel hormon selama kursus 30 hari. Para ilmuwan di mit mengembangkan teknologi di belakang perangkat, dan berlisensi untuk microchip. Potensinya yang menarik bagi siapapun, tetapi bisa menjadi pilihan terutama layak bagi perempuan di negara-negara berkembang dengan akses terbatas ke kontrasepsi yang terjangkau. Didukung oleh program keluarga berencana bill & melinda gates foundation, microchip bekerja untuk mendapatkan persetujuan fda untuk uji pra-klinis pada tahun 2015, dan bertujuan untuk meletakkannya di pasar pada tahun 2018. Kecanggihan teknologi dapat membantu menekan jumlah populasi dunia. Inilah yang coba diciptakan oleh peneliti dari institut teknologi massachusetts (mit) dan yayasan milik miliuner bill gates. Mereka menciptakan microchip, chip yang berfungsi sebagai alat kontrasepsi yang dapat

diatur

dengan

ponsel.

Dikutip dari cnet, chip ini hanya berukuran 20 x 20 x 7 milimeter dan dikembangkan dalam 16 tahun. Microchip ini akan ditanamkan ke dalam kulit dan memberikan dosis 30 mikrogram levonorgestrel,

bahan

yang

sering

dipakai

dalam

pil

kontrasepsi.

Dengan menggunakan alat ini, wanita tidak perlu mengkonsumsi pil setiap hari. Mereka bisa mengatur kapan microchip melakukan tugasnya sesuai dengan keinginan mereka lewat remote control

atau

ponsel.

"Microchip menggunakan struktur data yang dirancang agar bisa menyesuaikan pengaturan dari pengguna. Chip ini juga bisa menerima jadwal kapan levonorgestrel akan disebar dengan aktiviasi

sensor,"

kata

mit

dalam

situsnya.

32

Sejauh ini, mit telah melakukan uji klinis terhadap wanita, dan hasilnya, microchip bisa bekerja dengan baik. Selain itu, alat ini juga tidak akan menganggu kekebalan tubuh dan hanya membutuhkan

waktu

30

menit

untuk

dipasang.

Kini, yayasan bill gates, bill & miribu gates foundation, sedang meminta izin kepada badan pengawas obat dan makanan (fda) di amerika untuk menjalankan program keluarga berencana ini. Jika izin sudah keluar, alat ini akan bebas dijual pada 2018 di seluruh dunia dengan pemesanan online dan aturan yang ketat. 2. Origami Condoms

Berbagai temuan terbaru membuat alat kontrasepsi semakin mudah dan nyaman dipakai. Jika saat pertama kali ditemukan, kondom dibuat dari organ dalam hewan, penemuan terbaru membuat kondom yang sangat nyaman dan aman yang mirip dengan seni melipat origami. Penemuan baru ini diluncurkan oleh sebuah perusahaan bernama origami condom. Kondom temuan terbaru ini diharapkan bisa menggantikan kondom yang saat ini banyak beredar. Seperti namanya, kondom origami ini berbentuk seperti lipatan origami. Yang membuatnya spesial adalah bahan pembuatnya dari silikon, sedangkan kondom yang banyak beredar saat ini terbuat dari lateks. Lebih mudah digunakan Jangan lihat bentuknya yang tampak tidak nyaman. Setelah dipasang pada alat genetalia pria, kondom akan mengikuti bentuk alat genetalia pria dan nyaman 33

digunakan selama bercinta. Cara memasangnya juga lebih mudah dibandingkan kondom yang terbuat dari lateks. Keunggulan lain origami condom adalah bahan yang lentur tetapi kuat dan tidak mudah lepas. Tersedia juga kondom wanita Selain menyediakan kondom untuk pria, origami condom juga menyediakan kondom untuk wanita. Variasi ini dapat digunakan agar kegiatan bercinta suami istri menyenangkan dan tidak membosankan. Perusahaan origami condom juga menyediakan variasi yang cukup unik, yaitu kondom anal. RISUG (Vasalgel)

34

Vasalgel ™ adalah gel polimer disuntikkan ke dalam vas deferens, daripada memotong vas (seperti yang dilakukan di vasektomi). Keuntungan utama di atas vasektomi: Diharapkan bahwa itu akan menjadi lebih mudah reversibel dari vasektomi: jika seorang pria ingin mengembalikan kesuburan, apakah setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun, polimer akan memerah keluar dari vas dengan suntikan lain. Metode ini sehingga bisa menjadi ideal untuk orang-orang yang berpikir mereka selesai memiliki anak namun ingin kesempatan untuk mengubah pikiran mereka dalam kasus pernikahan kembali atau kematian anak-dan mungkin bahkan sesuai untuk pria yang ingin anak-spasi atau laki-laki muda yang ingin menyelesaikan sekolah mereka sebelum memiliki anak.

Vasalgel menggunakan teknik yang sama seperti RISUG® (dalam uji klinis lanjutan di India). Pengembangan polimer baru ini harus mulai dari awal untuk menghasilkan suatu produk pada skala besar yang bisa mencapai persetujuan peraturan. Studi praklinis termasuk 12 bulan dari hasil yang sukses pada kelinci dengan studi primata yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memilikinya di pasar sebagai alternatif untuk vasektomi sesegera mungkin, dengan percobaan klinis pertama dimulai pada tahun 2015 atau 2016 tergantung pada persetujuan regulator.

Diaphragm (Formerly SILCS)

35

Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks. Diafragma adalah mangkuk karet yang fleksibel dengan pinggir yang mudah dibengkokkan dan disisipkan di bagian atas vagina, mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi bagian atas, untuk mencegah terjadinya konsepsi. Supaya efektif, hendaknya dipakai jelly atau krim kontrasepsi, unuk membunuh sperma. Diafragma harus tetap tinggal didalam vagina selama 6 jam setelah melakukan hubungan seksual. Untuk menggunakan diafragma, perlu diperiksa dahulu ukuran diafragma yang sesuai. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. C. Indikasi

36

Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut: 1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi). 2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida. 3. Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.

D. Kontraindikasi 1.

Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :

2.

Prolapsus

uteri,

cystocele/rectocele

yang

besar,

retroversi

atau

anteflexi

uterus yang berlebihan, septum vagiina 3.

Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang

4.

Alergi terhadap latex atau spermisid

5.

Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)

6.

Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID, Herpes, baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)

7.

Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu

8.

Ketidakmampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari dan melaksanakan teknik insersi yang benar

B.

Jenis Kontrasepsi Diafragma

37

a. Flat spring (flat metal band) Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang. Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang. b. Coil spring (coiled wire) Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal. Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar. c. Arching spring (kombinasi metal spring) Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita dengan : tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan. Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini

38

merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina. E.

Cara pemakaian 1. Memilih Ukuran Diafragma A. Jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke dalam vagina sampai ujung jari tengah menyentuh dinding posterior vagina. Ibu jari digerakkan sampai titik pertemuan jari telunjuk dengan os pubis. B. Jarak antara ujung jari tengah dan bagian depan ibu jari adalah diameter diafragma yang diperlukan 2. Insersi Diafragma A. Diafragma ditekan dijepit/ditekan diantara ibu jari dan jari-jari tangan dan didorong sejauh mungkin kedalam vagina B. Dengan jari telunjuk diperiksa bahwa letak diafragma tepat dibelakang os pubis dan menutupi servik C. Diafragma yang dipasang dengan benar terletak diantara bagian posterior os pubis dan fornix-posterior vagina serta menutupi serviks D. Untuk memeriksa bahwa diafragma terpasang dengan tepat, jari telunjuk meraba serviks melalui kubah diafragma E. Untuk mengeluarkan diafragma, jari telunjuk dikaitkan dibawah lingkaran depan diafragma (dibelakang os pubis)

Efek samping dan komplikasi Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai sebagaimana semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi Sebab sebab kegagalan : 1. Ketidaktauan cara pemasangan yang benar 2. Ukuran diafragma tidak tepat 3. Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama 4. Adanya cacat/kerusakan pada diafragma

Penanganan efek samping 39

Efek samping

Penanganan

Infeksi saluran kemih

Pengobatan dengan anti biotic yang sesuai, apabila diafragma menjadi pilihan utama dalam ber-KB. Saran untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai metode lain.

Dugaan adanya reaksi alergi diafragma Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan atau

dugaan

adanya

reaksi

spermisida.

alergi mungkin berbahaya. Jika ada gejala iritasi vagina, khususnya pascasanggama, dan tidak menghidap IMS, berikan spermisida yang lain atau bantu untuk memilih metode lain.

Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung Pastikan ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu kemih/ rectum.

besar. Cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tindaklanjuti untuk meyakinkan masalah telah di tangani.

Timbul cairan vagina dan berbau jika di Periksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina biarkan lebih dari 24 jam.

(tampon dll). Jika tidak ada, sarankan klien untuk melepas

diafragma

setelah

melakukan

hubungan

seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas terakhir. Serelah diangkat (diafragma harus dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair dan air, jangan menggunakan bedak atau talk jika akan disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi.

Seleksi klien pengguna diafragma Diafragma

40

Sesuai untuk klien yang :

Tidak sesuai klien yang :

 Tidak menyukai metode kontrasepsi

 Berdasarkan umur dan paritas serta masalah

hormonal,seperti perokok, atau diatas usia kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi berisiko 35 tahun.

tinggi.

 Tidak menyukai penggunaan AKDR.

 Terinfeksi saluran uretra.

 Menyusui dan perlu kontrasepsi.

 Tidak stabil secara psikis ata tidak suka

 Memerlukan proteksi terhadap IMS.  Memerlukan

metode

sederhana

sambil menunggu metode yang lain.

menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina).  Mempunyai

riwayat

sindrom

syok

karena

keracunan.  Ingin metode KB efektik.

Mammografi Mammografi adalah metoda yang efektif untuk mendeteksi tumor payudara. Ditemukannya mikroklasifikasi pada mammogram(mammografi) merupakan tibu – tibu utama adanya tumor payudara. Meskipun demikian sulit untuk membedakan antara mikroklasifikasi ganas dan jinak pada tumor payudara. Metode histogram orde dua yang digunakan untuk proses analisa klasifikasi pada citra mammografik diharapkan dapat menentukan mana yang ganas dan jinak. Keadaan ini berbeda dengan metode pemisahan ciri – ciri bentuk berdasarkan proses segmentasi. Pengelolaan lebih lanjut dengan klasifikasi statistik menghasilkan fungsi determinan untuk menentukan jenis tumor payudara. Hasil uji coba untuk 40 sampel citra mammografik menunnjukkan prediksi bahwa 39 sampel benar dan 1 sampel salah, yang memberikan akurasi sebesar 97,5 %. mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor dan menilai payudara secara periodik. (kdpk untuk kebidanan : 198) Mamogram (mamografi) adalah x – ray dari payudara yang menggunakan radiasi dalam jumlah sangat kecil. Waktu ibu mendapatkan mammogram, ibu berdiri disamping sebuah mesin, dan seseorang yang terlatih khusus membantu ibuuntuk meletakkan paudara ibu di tempat untuk pengambilan foto. Payudara ibu diletakkan antara dua piring plastic. Piring – piring ini membuat

41

payudara ibu lebih rata sehingga x – ray ini bisa diambil. Ibu juga harus mendapatkan pemeriksaan payudara oleh seorang dokter atau perawat. (pdf cross culturall healt) Mamografi adalah pemeriksaan radiologi dari kelenjar- kelenjar mammae dan saluransalurannya dengan menggunakan teknik khusus (soft tissue tecchnicque) dengan menggunakan kontras maupun tanpa kontras dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual). Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara. Mammografi biasanya dianjurkan oleh dokter untuk: Deteksi Dini Untuk mendeteksi kanker payudara walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari chek-up rutin, Bila terasa benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, Mammografi membantu Dokter apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi pertumbuhan tumor. Yang lebih penting, mammografi dapat membantu menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya. Penerapan Mammografi

42

Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya, mammogram menggunakan radiasi ionuntuk menghasilkan gambar. Radiolog kemudian menganalisa gambar untuk menemukan adanya pertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi telah banyak mengalami kemajuan dan inovasi, ada komunitas medis yang meragukan penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi dan karena radiasi yang digunakan dapat menimbulkan bahaya. 43

Diketahui bahwa sekitar 10% kasus kanker tidak terdeteksi dengan mammografi (missed cancer ). Hal itu disebabkan antara lain oleh jaringan normal yang lebih tebal disekitar kanker, atau menutupi jaringan kanker sehingga jaringan kanker tidak terlihat. Pada saat ini, mammografi masih menjadi stibur terbaik untuk screening dini Kanker payudara. Ultrasound, Ductography , dan Magnetic Resonance merupakan beberapa teknik lain yang juga digunakan untuk memperkuat hasil mammografi. Ductogram digunakan untuk mengevaluasi darah yang keluar dari putinng.MRI digunakan untuk evaluasi lanjutan atau sebelum operasi untuk melihat adanya daerah abnormal lainnya. Indikasi Pemeriksaan 

Benjolan di payudara saat palpasi



Rasa tidak nyaman pada payudara



Penderita dengan resiko tinggi kanker



Pembesaran pada kelenjar axiller yang tidak normal



Penyakit paget pada puting susu



Metastase tumor, tidak diketahui asal tumor primer



Follow up pasca operasi payudara



Kanker phobia



Displasia mammae (tidak tumbuh)



Cancer (Sarcoma , Karsinoma)



Keluar cairan tidak normal

Kontra Indikasi 

Pasien sedang hamil



Saat mendekati menstruasi



Terjadi infeksi berat di mammae



Beberapa saat setelah operasi

Jenis Mammografi Ada 2 jenis pemeriksaan mamografi, yaitu skrining dan diagnostik. 44

A. Mamografi skrining Dilakukan pada wanita tanpa keluhan apapun. Mamografi skrining disarankan dilakukan setiap 1-2 taun untuk wanita berusia di atas 40 tahun, dan setiap tahun untuk wanita di atas usia 50 tahun.

Tetapi

pada

wanita

yang

memiliki

faktor

risiko tinggi untuk

terkena kanker

payudara (misal. Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka dapat dilakukan mamografi skrining sebelum usia 40 tahun. B. Mamografi diagnostik Dilakukan pada wanita yang memiliki gejala, misal ditemukan benjolan pada payudara, atau payudara mengeluarkan cairan berbau busuk, dll. Mamografi diagnostik bertujuan untuk menentukan ukuran dan lokasi kelainan secara tepat, bahkan juga keterlibatan kelenjar limfe dan jaringan sekitarnya. Apabila mamografi digunakan sendiri, memiliki angka ketepatan diagnostik sebesar 94%, dan apabila Mamografi digunakan bersama Ultrasonografi (USG) dalam prosedur diagnostik memperoleh angka ketepatan diagnostik sebesar 97%. Sedangkan apabila USG digunakan sendiri hanya akan memberikan angka ketepatan diagnostik sebesar 78%. ·

Teknik Pemeriksaan Mamografi 1. Proyeksi Cranio Caudal (CC) Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pibungan superior inferior.

A. Posisi Pasien : 

Pasien dalam keadaan duduk/ berdiri.

Apabila Radiografer pendek, maka pasien diusahakan duduk sehingga Radiografer mudah memposisikan pasien 

Tubuh pasien diobliquekan sekitar 100 sehingga sisi yang diperiksa dekat dengan kaset tray



Kepala pasien menghadap sisi yang tidak diperiksa

B. Posisi Obyek 

Atur ketinggian kaset tray, dan mamae diletakan diatas kaset tray 45



Kedua bahu rileks, dan bahu sisi yang diperiksa endorotasi dan turunkan kebawah.



Radiografer berdiri di depan pasien pada sisi medial pasien, sehingga mudah untuk mengatur mammae.



Atur mamae horizontal dengan kedua tangan radiographer, sehingga sisi medial dan lateral mammae dibawah



Mammae dikompresi, dan jangan sampai ada kulit mammae yang terlipat



CR cranio caudal

·

CP pada pertengahan mammae, yang sudah diatur automatic denagn kompresi  Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO) Proyeksi Oblique ini digunakan untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan keabnormalan pada proyeksi stibur menghasilkan gambaran yang kemungkinan overlepping dengan jaringan gladula mammae paling sedikit dan juag memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral a. Posisi Pasien Pasien berdiri, Pastikan posisi tube denagn kaset tray dari superomedial ke inferolateral, membentuk sudut 450, Tubuh pasien oblique 45-50 dengan sisi yang diperiksa dekat denag tube b. Posisi Obyek 

Tangan sisi yang diperiksa diposisikan kearah anterior atau memgang handle bar.



Kaset tray berada didepan dari posterior axillary fold dan letakkan mammae pada kaset tray



Tangan radiographer memosisikan mammae, sambil mammae dikompresi



Setelah dikompresi,maka perhatikan upper outer corner dari plate kompresi posisinya brada dibawah dari clavicula



CR Medio Lateral



CP Pada pertengahan mammae, diatur otomatis pada pengaturan kompresi

c. Kriteria Gambaran MLO 

Tampak jelas sisi dalam mammae



Tampak musculus pectoralis sejajar atau dibawah nipple line

46



Tampak posisi nipple



Tergambar jelas sudut inframammary

Proyeksi Medio Lateral Proyeksi Medio Lateral digunakan pada penentuan dan lokalisasi tingkat keabnormalan yang terlihat hamya pada satu proyeksi stibur A.

Posisi Pasien 

Putar lengan pesawat sekitar 900, denagan tabung sinar x ditempatkan pada sisi tengah payudara



Pasien duduk/ erect dengan sisi lateral dari thorax menempel pada kaset, dan tangan yang dekat dengan kaset diletakkan diatas kaset

 B.

Eksorotasikan tubuh pasien sedikit keluar

Posisi Obyek 

Arahkan pasien untuk menempelkan putting susu ke permukaan kaset



Instruksikan pasien untuk menggenggam pegangan tangan pada unit pada sisi yang diperiksa secara hati- hati mendorong film setinggi axilla



Perintakan pasien untuk merilekan pundak



Naikan payudara ke bentuk normalnya, dan kompresi perlaha- lahan hingga pasien terasa sakit atau sampai semaksimal

C.



Instrusikan pasien untuk menahan nafas



CP pusatkan sinar pada pertengahan payudara



crnya arahkan sinar tegak lurus pada film Kreteria Gambaran

Tampak gambaran payudara berikut papilla proyeksi lateral Proyeksi Axillary Proyeksi axillary digunakan untuk mengefaluasi lympha node axillary, axillary tail, dan soft tissue dan untuk melihat penyebaran tumor di bagian kelenjar axial. 47

A.

Posisi Pasien Pasien erec dengan lengan abduksi, sehingga tegak lurus dengan sumbu longitudinal tubuh dan axila melewati kaset Tempatkan film dibawah axila pada lengan atas dan axillary tail termasuk yang akan digunakan

B. Posisi Obyek 

Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique.



Obyek diatur ditengah film.



Film vertikal pada tepi posterior.



Batas atas film pada costae 11-12.



Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di samping tubuh. 2.3 Prosedur 1.

Metode Deteksi Dini Kanker Serviks a. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925. Di Indonesia IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia semakin diperparah karena penyebabnya lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit pada stadium lanjut. Dengan begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita ikut serta dalam menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan metode yang sederhana yaitu IVA test. 1) Manfaat IVA Test a) Mudah, praktis dan sangat dapat dilaksanakan b) Bahan dan alat yang sederhana dan murah c) Sensivitas dan spesifikasi cukup tinggi

48

d) Dapat dilaksanakanoleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis yang terlatih e) Teknik pemeriksaan sederhana f) Metode ini sesuai untuk pusat pelayanan kesehatan sederhana 2) Syarat Melakukan IVA Test a)

Sudah pernah melakukan hubungan seksual

b)

Tidak sedang menstruasi

c)

Tidak sedang hamil

d)

24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

3) Pelaksanaan Skrining IVA Test Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA test, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut : a) Ruangan tertutup, karena pasien diperiksan dengan posisi litotomi b) Bed yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi c) Sumber cahaya untuk melihat serviks d) Spekulum vagina e) Asam asetat (3-5%) f) Swab lidi berkapas g) Sarung tangan 4) Teknik IVA Test Menggunakan spekulum vagina, melihat serviks yang swab dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menunjukkan warna bercak putih yang disebut aceto white ephitelum. Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa IVA test positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikan penemuan tes IVA positif oleh bidan maka di beberapa negara bidan tersebut dapat melakukan terapi dengan cryosurgury. Hal ini tentu mengaandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif. 5) Kategori Pemeriksaan IVA Test

49

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah : a) IVA negatif = serviks normal b) IVA radang = serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks) c) IVA positif = ditemukan aceto white ephitelum. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ). d) IVA kanker serviks, pada tahap ini upaya untuk penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada sstadium invasif aktif. b. Pap Smear Test PAP diperkenalkan oleh Dr. George Papnicolan 1928. Sejak dilakukan test PAP, kejadiankanker serviks menurun drastis. Angka kematian akibat kanker serviks di negara maju menurun sekitar 75%. International Agency for Research on Cancer (IARC) melaporkan hasil penapisan setiap lima tahun dan mengobati penyakit pra-kanker diperkirakan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga lebih dari 80%. Prosedur pemeriksaan test PAP mudah, murah, aman, dan non-invasif. Angka sensivitasnya 90%. Kesalahan biasanya disebabkan oleh pengambilan, fiksasi, dan proses pewarnaan preparat yang tidak tepat. Kesalahan lain mungkin terjadi saat pembacaan sediaan test PAP. Test PAP tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar dalam menegakkan lesi keganasan serviks. Pemeriksaan test PAP hanyalah menapis dari sel-sel serviks wanita yang tampak sehat tanpa gejala dan kemudian dilakukan tindak lanjut. American Cancer Society merekomendasikan PAP Smear pertama dilakukan sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Atau sebagai berikut : Usia (Tahun)

Frekuensi

21-29

Sekali setahun Pap smear reguler atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan. 50

30-69

Setiap 2-3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara beruntun

Lebih dari 70

Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes secara normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun.

Tanpa melihat usia, jika memiliki faktor resiko maka perlu dilakukan pap smear setiap tahun dengan faktor resikonya antara lain : 1)

Riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika memiliki lebih dari 1 pasangan seks.

2)

Saat ini memiliki pasangan seks lebih dari 1 (multiple)

3)

Pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak pasangan seksual sebelumnya

4)

Riwayat penyakit menular seksual

5)

Riwayat keluarga dengan kanker serviks

6)

Diagnosis kanker serviks memperlihatkan sel pra-kanker

7)

Infeksi HPV

8)

Perokok

9)

Terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir

10)

Infeksi HIV

11)

Sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapi, atau penggunaan kortikosteroid kronis

Agar persiapan Pap smear efektif, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan

sebelum

melakukan

tes

diantaranya,

hindari

berhubungan

seksual,

menggunakan obat vaginal atau busa dan sebagaimacamnya serta spremisid selama 2 hari sebelum melakukan PAP Smear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal. Pap Smear tidak dilakukan selama periode menstruasi, walaupun tes dapat dilakukan lebbih baik untuk menghindari waktu saat mengalami menstruasi. Cara melakukan Pap Smear, pasien diposisikan dengan posisi litotomi. Secara perlahan tenaga kesehatan akan memasukkan spekulum vagina. Lali tenaga kesehatan akan mengambil sample sel serviks dan membuat apusan (smear) pada object glass untuk 51

pemeriksaan mikroskopis.Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, tetapi hanya PAP Smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini. Pap Smear hanya sebagai tes skrining untuk

melihat ada atau tidaknya lesi

kanker, bukan sebuah diagnosis. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara berhati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut istilah yang digunakan dalam pemeriksaan Pap Smear : 1) Normal, hasil tes menunjukkan negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Maka tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap Smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya. 2) Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan, hasilnya terdapat adanya sedikit

sel

bersisik

abnormal,

namun

perubahan

ini

belum

jelas

memperlihatkan apakah ada sel pra-kanker atau tidak. Maka dari itu diperlukan ter lebih lanjut. 3) Lesi intraepitelial sel bersisik, mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap Smear mungkin sel pra-kanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik. 4) Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells), Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal. 5) Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells), Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular.

52

Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut. Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang. Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu: 1) Pengambilan sel yang tidak cukup 2) Sel abnormal sedikit 3) Lokasi lesi tidak dapat dijangkau 4) Lesi kecil 5) Sel abnormal meniru sel normalnya 6) Darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal c. Thin Prep Test Thin Prep Pap Test adalah Pap smear cara baru, yang mana getah leher rahim diambil seperti biasa dengan cytobrush, tetapi tidak langsung dibuat sediaan apus di atas kaca objek, melainkan dicelupkan atau direndam dalam botol kecil berisi cairan fiksasi/pengawet.Cara ini memastikan sel-sel yang terkumpul pada cytobrush lebih mudah dilepaskan ke dalam cairan pengawet dan dapat tertampung seluruhnya sehingga tidak ada sel yang hilang.Pembuatan sediaan apus/slide diatas kaca objek dilakukan oleh mesin Thin Prep Proccessor di Laboratorium Sitologi. Keunggulan teknologi baru mutakhir ini ternyata dapat meningkatkan ketelitian dan ketepatan diagnosa dalam mendeteksi sel prakanker dan sel kanker leher rahim sehingga dapat menghindari hasil negatif palsu yang sering terjadi pada hasil pemeriksaan Pap Smear cara konvensional. Dengan demikian hasil Thin Prep Pap Test sangat dapat dipercaya.Thin Prep Pap Test adalah peningkatan kemampuan yang ampuh terhadap Pap Smear cara biasa yang pertama kali dilakukan sejak diperkenalkan 50 tahun yang lalu.Penelitian dari berbagai sumber diseluruh dunia membuktikan bahwa hasil Thin Prep Pap Test lebih akurat (tepat) daripada hasil PAP SMEAR cara biasa. Thin Prap Pap Test memang dikembangkan untuk mengatasi kendala dan hasil negatif palsu yang sering ditemukan pada hasil Pap Smear cara biasa/konvensional.Pengambil apusan getah leher rahim (dokter/bidan) dengan lembut akan mengapus sekret/getah dari leher rahim anda tanpa rasa nyeri dengan alat 53

cytobrush. Sekret yang didapat segera direndam atau dicelupkan kedalam botol berisi cairan pengawet dan kemudian sampel dalam botol itu dikirim ke Laboratorium Sitologi.

d. Pap Net Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide Tes Pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil Tes Pap yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi. Pusat komputerisasi Pap Net yaitu New York, Amsterdam dan Hongkong. Saat ini di jaringan Pap Net yang ada di Indonesia slidenya dikirim ke Hongkong. Ini skrining preparat tes Pap yang telah diwarnai dengan komputer. Pap Net bertujuan meningkatkan akurasi pemeriksaan tes Pap, karena dapat mendeteksi sel-sel abnormal lebih teliti meski masih perlu dibaca lagi oleh tenaga ahli sitologi. Kelebihan Pap Net adalah dapat memeriksa banyak preparat, waktu skrining lebih cepat, tidak ada faktor kelelahan, dan akurasi lebih tinggi, alat ini dapat mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel prakanker walaupun jumlahnya masih sedikit sekali. Bahkan jika jumlah selnya hanya 5 pun keberadaannya sudah bisa terdeteksi. Umumnya, pembesaran komputer yang digunakan mencapai 50, 200 dan 400 kali. Namun, alat ini tidak mempengaruhi negatif palsu yang disebabkan oleh salah pengambilan dan harganya sangat mahal. e. Kolposkopi Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10 15x.; untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah. Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun 54

ketersediaan alat ini terbatas karena mahal.Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Tes Pap abnormal. Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel-sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks. Hampir semua NIS terjadi di daerah transformasi, yaitu daerah yang terbentuk akibat proses metaplasia. Daerah ini dapat dilihat seluruhnya dengan alat kolposkopi, sehingga biopsi dapat dilakukan lebih terarah. Jadi tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis histologik tetapi menentukan kapan dan di mana biopsi harus dilakukan. Pemeriksaan kolposkopi dapat mempertinggi ketepatan diagnosis sitologi menjadi hampir mendekati 100%. Di Indonesia pemeriksaan kolposkopi biasanya merupakan pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan Pap Smear, tetapi di negara maju pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan standar untuk deteksi dini terhadap kanker vulva/vagina termasuk kanker serviks.

f. Servikografi Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks dikirim ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai). Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak kelainan

55

abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash). Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3 %. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Pemeriksaan servikografi, sitologi, servikografi dan kolposkopi dilakukan serentak pada 257 kasus di Korea dalam skrining massal. Mereka menemukan sensitivitas servikografi, tes Pap dan kolposkopi masingmasing 85 %, 55% dan 95%, dan spesifisitas masingmasing 82,3%, 78,1% dan 99,7%. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masingmasing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat digunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebihlebih di daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi kelihatannya merupakan keharusan. g. Gineskopi Alat ini dikenalkan Abrams, 1987. Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Perbandingan yang dilakukan oleh Samsudin,dkk membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedik/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada. h. Polar Probe Merupakan alat opro-elektronik untuk mengukur biofisik dan respons optik dengan stimulasi elektrik jaringan serviks. Akan dihasilkan energi listrik dan gelombang ringan bila ada prakanker dan kanker. Keuntungannya, hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui dan mudah. Seperti alat penapis lainnya, polar probe bersama tes Pap akan meningkatkan akurasi pmeriksaan hingga lebih dari 90 persen. 56

i. Tes DNA-HPV Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV risiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma invasif kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong tipe HPV risiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan hibridasi DNA 2.

Metode Deteksi Dini Kanker Payudara a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berikut ini adaalaah langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk deteksi dini kanker payudara : Usia

Apa Yang Dapat Dilakukan

Di bawah 40 tahun

Pemeriksaan sendiri setiap bulan. Tidak perlu mammografi

Dibawah 40 tahun tapi beresiko tinggi (saudara perempuan atau ibu menderita kangker payudara pada usia muda

Pemeriksaan sendiri setiap bulan. Pemeriksaan fisik setahun sekali. Mulai pemeriksaan mammografi 5 - 10 tahun sebelum usia ibu atau saudara perempuan kita terserang kangker payudara.

40-49 tahun, tidak beresiko Tinggi

Pemeriksaan sendiri setiap bulan. Pemeriksaan fisik 1-2 kali/tahun. Mammografi boleh tidak dilakukan atau setahun sekali.

40-49 tahun beresiko tinggi

Pemeriksaan fisik setiap bulan. Pemeriksaan fisik dan mammografi setahun sekali.

50-74 tahun dengan resiko normal atau tinggi

Pemeriksaan sendiri setiap bulan. Lakukan pemeriksaan fisik dan mammografi setahun sekali.

75 tahun atau lebih

Pemeriksaan sendiri setiap bulan. Pemeriksaan fisik dan mammografi setahun sekali.

Berikut cara pemeriksaan payudara yang bisa dilakukan sendiri :

57

1. Inspeksi (melihat) payudara di muka cermin, perhatikan apa ada kelainan pada payudara seperti : a) Perubahan struktur kulit b) Putting susu apakah masuk ke dalam atau tidak c) Benjolan d) Luka pada payudara e) Perubahan warna kulit f) Pori-pori yang melebar seperti kulit jeruk g) Ketidak simetrisan bentu atau ukuran payudara yang abnormal h) Ketidak samaan gerak payudaara ketika kedua tangan diangkat. 2. Palpasi (meraba) payudara sambil berbaring Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan ujung 4 jari tangan (jari telunjuk sampai dengan kelingking) kecuali jempol. Lakukan perabaan, dengan tangan kiri untuk payudara kanan dan dengan tangan kanan untuk payudara kiri. Pada saat memeriksa payudara sebelah kanan, punggung kiri diganjal bental, demikian pula sebaliknya saat memeriksa payudara kiri. Lakukan palpasi dengan sirkuler (melingkar), mengitari putting susu kemudian pindah ke daerah di atasnya, lakukan itu secara melingkar juga. demikian seterusnya sampai ke tepi. Perhatikan, apakah ada perbedaan kepadatan antara payudara kanan dengan payudara kiri, atau teraba benjolan, dan terasa nyeri pada bagian yang anda raba, kalau iya pastikan di mana letaknya.

58

3. Memijat puting susu dengan jari Perhatikan apakah ada cairan abnormal yang keluar dari putting susu, seperti cairan jernih, nanah, darah atau yang lainnya.

2.4 Sistem A. KESEHATAN REPRODUKSI Ada 10 elemen pelayanan kesehatan reproduksi yang sudah ditetapkan oleh ICPD Kairo (International Conference on Population and Development) untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan fungsinya baik pada laki-laki maupun perempuan, pelayanan kesehatan reproduksi dalam konteks pelayanan dasar mencakup elemen-elemen berikut : 1.

Pelayanan dan konseling informasi edukasi dan komunikasi KB yang berkualitas

2.

Pelayanan perinatalm, persalinan dan post partum yang aman, termasuk menyusui

3.

Pencegahan dan pengobatan kemandulan

4.

Pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman

5.

Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hukum

6.

Pengobatan ISR,IMS dan kondisi lain dalam saluran reproduksi

7.

Informasi dan konseling mengenai seksualitan dan menjadi orangtua yang baik dan bertanggung jawab

8.

Pencegahan secara aktif praktik-praktik yang baik seperti sunat perempuan atau multilasi kelamin

9.

Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, kehamilan, persalinan dan aborsi, kemandulan, ISR,IMS dan HIV AIDS, serta kangker kandungan.

10. Jika mungkin program KR dan KB harus meliputi fasilitass diagnosis dan pengobatan IMS sering dengan meningkatkan resiko HIV

59

B. KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dengan kesehatan remaja secara keseluruhan,karena gangguan kesehatan remajaakan menimbulkan gangguan pada system reproduksi remaja.

Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja: 1. Masalah gizi 

Anemia dan kurang energy kronis



Pertumbuhan terhambat pada remaja putrid sehingga menyebabkanpanggul sempit dan resiko melahirkan bayi berat lahir rendah dikemudian hari.

2. Masalah pendidikan yang meliputi 

Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak memiliki akses terhadap informasi yang dibutuhkan. Serta kurang mampu mengambil keputusan yang baik untuk kesehatan dirinya.



Pendidikan rendah mengakibatkan remaja kurang mampumemenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga.

3. Masalah lingkungan dan pekerjaan 

Lingkungan yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.

4. Masalah seks dan seksualitas 

Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas



Penyalahgunaan NAPZA yang mengarah kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas.



Kehamilan remaja

5. Masalah kesehatan reproduksi remaja 

Ketidakmatangan secara fisik dan mental



Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar



Resiko melakukan aborsi tidak amanmakin besar.

60

INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah, sperma, cairan vagina, atau pun cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu kepada bayinya, baik saat mengandung atau ketika melahirkan. Pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko menularkan infeksi. Karena itu ada beberapa strategi untuk mengendalikan IMS, ada beberapa strategi yang telah

menunjukkan dampaknya terhadap penularan IMS dimasyarakat, jika hal ini diterapkan dengan tepat. Ini harus termasuk penapisan dan pengobatan secepatnya dari kelompok berisiko tinggi. Orang yang berisiko tinggi terkena IMS dan penularan infeksi yang belum menerima pelayanan

Strategi untuk Perubahan Perilaku Berkesinambungan dapat menjelaskan unsur-unsur yang berhubungan dengan IMS (contoh pengenalan gejala, pentingnya dapat pengobatan segera, pentingnya menyelesaikan pengobatan, pentingnya pengobatan pasangan, interaksi antara IMS dan HIV, dll) harus dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk memilih startegi mana yang akan diterapkan setiap klinik harus melaksanakan pengkajian dan analisa dari kelompok sasaran yang akan dilayani Ada beberapa langkah-langkah yang dapat diikuti untuk melaksanakan hal tersebut: a) Menilai banyaknya Infeksi Menular Seksual, pada kelompok di mana klinik IMS tersebut akan memberikan pelayanan. i. Setiap klinik harus membuat pemetaan kelompok sasaran yang akan mereka layani dengan baik. ii. Registrasi populasi harus dibuat untuk kelompok ini. Dan harus diperbaharui secara teratur, setiap bulan (Lihat ‘Formulir’) b) Menganalisa kesempatan untuk melakukan tindakan pencegahan pada kelompok ini.Strategi dan kegiatan berikut ini telah menunjukan adanya dampak terhadap penularan IMS di masyarakat, jika diterapkan dengan tepat. Intervensi yang paling tepat untuk pelayanan IMS adalah intervensi yang mempunyai sasaran untuk 61

mungurangi waktu infektivitas dari IMS (#1 pada tabel berikut ini).Kemampauan pelayanan IMS untuk menerapkan masing-masing kegiatan intervensi ini akan tergantung pada sumber yang mereka miliki, dan tingkat efisiensi serta pengorganisasian yang bisa mereka capai. c) Mengembangkan kebijakan pencegahan dan menerapkan prosedur yang berdasar pada (a) & (b). d) Menciptakan tujuan pencegahan, yang berdasar pada data yang dikumpulkan oleh pelayanan IMS pada langkah (a), (b) & (c). e) Mengevaluasi kemajuan dari tujuan pencegahan dengan cara mengkaji keefektifan dan cakupannya secara teratur.

62

*Penapisan pasien ‘berisiko tinggi’ oleh klinik pelayanan IMS: 1. Penapisan merupakan proses pelaksanaan pemeriksaan atau tes laboratorium, untuk mendeteksi penyakit, pada orang yang tidak mengeluhkan tentang gejala penyakit tersebut. Misalnya, pada kasus IMS, gonorrhoea dapat dideteksi melalui pemeriksaan

63

laboratorium sederhana dengan pemeriksaan smear cervical pada 30% dari pekerja seks wanita di Indonesia. Sekitar separuh dari perempuan tersebut, tidak akan tampak gejala infeksinya 2. Seberapa seringkah penapisan untuk IMS harus dilakukan? a. Hal ini tergantung pada tiga faktor: i. Lamanya waktu yang dilalui antara pengobatan IMS dan waktu terkena IMS baru (‘interval/waktu terinfeksi kembali’) ii. Kemampuan klinik untuk melakukan penapisan mis. jumlah staf yang mencukupi, efisiensi (kecepatan) laboratorium, akses yang cukup dari pasien untuk datang ke klinik. iii. Kesediaan pasien untuk sering mendapatkan tes. Hal ini akan tergantung seberapa besar mereka mendapatkan informasi tentang pentingnya penapisan. iv. Untuk mendapatkan dampak IMS pada kelompok resiko tinggi yang menjadi sasaran klinik IMS, setiap klinik harus mempunyai TARGET untuk melakukan tes penapisan‘dengan laboratoirum sederhana’ SEKALI SEBULAN pada setiap individu dari kelompok risiko tinggi ini v. Ingat: Aturan Emas untuk penapisan IMS adalah ‘lebih baik memeriksa 100% dari semua kelompok sasaran dalam waktu yang lebih panjang daripada melakukan penapisan kurang dari 100% dalam waktu yang lebih pendek’. 3.

Bagaimana menghitung beban kerja (waktu) yang dibutuhkan untuk melakukan penapisan IMS pada setiap klien sekali sebulan: i.

Lihat pada register pencatatan populasi dari pelayanan klinik IMS.

ii.

Hitung berapa banyak klien yang akan di layani

iii.

Perkirakan jumlah waktu rata – rata (dalam jam) yang biasanya dipakai klinik untuk memeriksa satu pasien (termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratrorium sederhana) dengan sumber yang ada sekarang ini.

iv.

Kalikan

jumlah

pasien

dengan

lamanya

waktu

pemeriksaan.

Untuk

mendapatkan jumlah jam perbulan yang akan dibutuhkan klinik untuk melakukan penapisan pada 100% sasaran v.

Contohnya: a. Kelompok sasaran; 200 PSK 64

b. Waktu pemeriksan per pasien; ½ jam c. Waktu penapisan 100% sasaran: 200 x ½ = 100 jam setiap bulan d. Ini berarti bahwa klinik harus berfungsi sekitar 25 jam per minggu untuk menapis semua orang pada kelompok sasaran resiko tinggi. e. Untuk mencapai target cakupan penapisan , pelayanan klinik IMS harus mempertimbangkan kegiatan klinik berikut ini: 1)

Meningkatkan waktu buka klinik (jam atau hari yang lebih panjang) dengan menggunakan jumlah staf yang sama

2)

Meningkatkan kemampuan staf untuk mengatasi tuntutan yang semakin banyak

3)

Membuat perubahan struktural di klinik untuk memperbaiki efisiensi operasinya mis. laboratorium harus berada di ruang konsultasi (dipisahkan dengan korden)

4)

Membuat perubahan fungsional di klinik untuk memperbaiki efisiensi operasinya, mis. memberikan tugas tambahan kepada staf lain yang kurang sibuk, melatih staf untuk lebih efisien dalam mengerjakan tugas mereka.

65

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif.Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan lebih sederhana dan mudah.Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak buruk terhadap pasien

3.2

Saran Sebagai calon tenaga kesehatan yang melayani pasien tidak akan lepas dari

teknologi dan perkembangan teknologi itu sendiri maka dari itu penguasaan terhadap teknik-teknik dan ilmu-ilmu yang terbaru merupakan suatu keajiban kita sebagai pemberi pelayanan kesehaatan kepada pasien sehingga pelaksanaannya akan menjadi lebih efektif dan efisien.

66

5w3p[[[[[[[[[[[[[[ Daftar Pustaka

http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/Sopklinikimsvct.pdf di akses pada 18 maret 2017 https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/elemenelemen-pelayanan-kesehatan-reproduksi diakses pada 18 maret 2017 pk 16.11 https://zh.pdfcoke.com/document/328221996/Indonesian-16-3-pdf Yulianti,dkk.2015.Keterampilan Dasar Kebidanan.Yogyakarta:Gam

67

Related Documents

Ttg Kelompok 8.docx
December 2019 2
Ttg Irdan.docx
June 2020 12
Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50