Tiga Komponen dalam Diri Manusia 14 Oktober 2013 07:40:35 Diperbarui: 24 Juni 2015 06:34:22 Dibaca : 580 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi Baca : 1 menit Manusia terdiri dari 3 komponen yang menyusun kehidupannya, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga komponen tersebut masing-masing membutuhkan makanan dan perawatan agar terus bisa selaras dan berfungsi sesuai dengan kodratnya. Selain itu manusia perlu juga keseimbangan dalam hidupnya, dan karena itulah perlu makannan dan perawatan.
Makanan jasad kita adalah apa yang kita makan sehari-hari, nasi, lauk pauk, sayur buah dan susu, yang sering kita sebut dan tertuang dalam istilah
4
sehat
5
sempurna.
Makanan otak kita adalah belajar dan belajar, baik yang sifatnya formal maupun nonformal, yang pasti otak kita terus melakukan proses berfikir dan
berfikir.
Ruh kita juga perlu makanan, yaitu dengan selalu beribadah kepada Allah SWT dalm segala bentuk peribadatan, baik yang khusus seperti sholat, puasa, dan lainnya, ataupun ibadah umum lainnya seperti, berbuat
baik,
menolong,
menasehati
dalam
kebaikan.
Demikian tulisan singkat ini, semoga bermanfaat.
Hati, Akal dan Nafsu
ALLAH telah menjadikan bagi jasad manusia ada hati (roh), akal dan nafsu. Ketiga-tiga jasad batin ini mempunyai peranan atau fungsi yang tersendiri dan berbeda di antara satu sama lain. Dalam diri manusia selalu berkolaborasi antara nafsu, akal, dan hati nurani, dan tidak ada lagi yang lainnya. Manusia tanpa salah satu diantara ketiga hal tersebut, bukan lagi seorang manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar perbedaan antara manusia dan makhluk hidup lainnya
Nafsu Nafsu berperanan untuk berkehendak akan sesuatu, kepada perkara yang baik maupun yang buruk. Tetapi tabiat asalnya lebih cenderung kepada kejahatan daripada kebaikan seperti dalam firman ALLAH : “ Sesungguhnya nafsu itu sangat menyuruh berbuat kejahatan. (Yusuf: 53) Pada awalnya manusia memang hanyalah sebuah kumpulan nafsu-nafsu. Manusia adalah sosok yang terus berhasrat. Oleh karena itu, nafsu
manusia tidak akan pernah habis dan manusia tidak akan pernah merasa puas karena nafsu yang tidak terbatas itu harus dipenuhi oleh dunia yang terbatas. Jika ada yang menganggap bahwa hidup adalah sebuah penderitaan, maka hal itu bisa dilihat dalam hal ini. Penderitaan itu dilihat dari kacamata ketidakmampuan manusia untuk memenuhi semua nafsu yang ada dalam dirinya. Nafsu-nafsu itu kemudian juga bersaing satu sama lain dalam diri manusia dan pada akhirnya inilah yang menjadikan manusia itu seperti apa, sosok yang menjadi bahan penilaian banyak orang. Manusia tidak pernah memiliki sebuah nafsu yang tunggal. Nafsu pada manusia senantiasa majemuk. Oleh karena itu, menjadi jelas mengapa manusia memiliki banyak sifat, seperti pemarah, murah hati, rendah hati, dan lain sebagainya. Sebenarnya, hal ini merupakan bentuk yang muncul dari perealisasian nafsu yang ada dalam diri manusia tersebut. Saat nafsu tidak terpenuhi, misalnya, maka kita akan menjadi marah, namun sebaliknya disaat nafsu kita terpenuhi, ada kesenangan menyelimuti dan terpnacar juga ke orang-orang disekitar kita. Ketika ada hasrat untuk berbagi, maka manusia itu disebut murah hati. Sifatsifat yang muncul inilah yang menjadikan diri kita seperti apa. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada manusia yang memiliki sifat yang tetap. Ia senantiasa berubah dan dinamis, tergantung bagaimana dan nafsu apa yang sedang ada dan berhasil dipenuhinya.
Akal. Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi perintah Allah. Dalam proses pemenuhan nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu. Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis. Akal menjadikan manusia seolah-olah seperti sebuah komputer yang paling canggih sedemikian sehingga komputer yang paling canggih pun tidak bisa mengalahkan manusia. Hal ini kembali disebabkan karena nafsu manusia yang tidak pernah habis, yang menjadikan manusia terus mengejar sesuatu yang lebih. Dalam hal inilah nafsu bekerja sama dengan akal untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih bagi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus mencari yang lebih baik, itulah nafsu dasarnya dan akallah yang menjadi perantaranya, sarana untuk merealisasikannya.
Hati Nurani atau Roh Ada 2 pengertian: 1)
Hati pada makna pertama ialah
hati lahir atau yang dikatakan hati kasar yaitu daging sebesar genggaman tangan terletak di dalam dada sebelah kiri manusia. Hati jenis ini berongga dan tempat darah mengalir ke seluruh urat saraf manusia. Hati ini memang dapat dilihat dengan mata kasar, dijamah dan di kerat/belah oleh pisau. Ia akan hancur dan busuk berulat apabila mati. Hati jenis ini terdapat juga pada hewan yang tidak berakal yang mana tiada nilaian sedikitpun disisi Allah. 2)
Hati dengan maksud yang
kedua ialah hati batin atau hati seni yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar, tak dapat disentuh oleh tangan dan tak dapat dikerat/belah oleh pisau, tetapi ia dapat dirasakan oleh pengakuan batin sendiri tentang kewujudannya, dan dia itu suatu kejadian yang Latifah Rabbaniyyah atau yang dapat kita bahasakan sebagai hati seni kejadian tuhan yang ruhani. Hati ini berhubung rapat dengan kerja-kerja hati kasar tadi. Hubungan antara keduanya tak dapat diterangkan oleh otak doctor jenis manusia karena hati batin seperti ini datang dari kejadian alam ghaib dan hati kasar adalah dari benda-benda alam kasar ini. Perumpamaan keduanya adalah : Hati batin umpama raja pemerintah dan hati kasar itu
umpama istana raja tempat ia bertakhta dan anggota-anggota badan dhahir ini umpama rakyat jelata. Hati jenis ini tidak akan busuk berulat setelah mati dan tidak akan hancur buat selama-lamanya. Apabila tubuh berpisah dengan nyawa, dialah yang akan menemui alam Akhirat. Dialah yang berasa bahagia atau celaka di dunia dan akhirat. Dengan Hati Latifah Rabbaniyyah inilah maka hati kasar tadi dapat berdenyut. Ia mempunyai sifat-sifat Ta’aqqul dan juga sifat-sifat Ma’ani dari sejak dia dijadikan di alam arwah yakni sebelum dia bercantum dengan alam kasar ini. Ahli-ahli falsafah dan tasawwuf telah bersependapat dan menamakan hati jenis ghaib ini ‘Jauhar Mujarrad’. Hati dari jenis yang kedua inilah hakikat kejadian manusia yang mempunyai tanggung jawab kepada Allah di dunia dan akhirat.
Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal kebaikan. Sebagaimana Firman Allah: "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami menyaksikannya." (Al A`raf 172). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas, namun tidak bebas. Oleh karena itu, Jean-Jacques Rousseau, dalam bukunya The Social Contract, mengatakan bahwa, “Man is born free, and everywhere he is in chains.” Hal ini mengindikasikan bahwa manusia memang bebas, namun ia selalu terbelenggu dimana-mana. Tidak perlu jauh-jauh untuk dibuktikan. Manusia senantiasa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pembatas kebebasan mereka. Kebebasan satu individu berhadapan dengan individu lainnya dan akan terjadi tubrukan. Jika tidak dibatasi, maka yang terjadi adalah dunia yang penuh dengan rasa egois. Rasa keterbatasan dalam kebebasan manusia inilah yang akhirnya menimbulkan peranan hati nurani seorang manusia. Hati nurani berperan dalam menentukan perealisasian nafsu yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dalam hal ini, orang lain harus diutamakan karena jika tidak maka yang timbul adalah dunia yang penuh dengan suasana egois. Ketika manusia merealisasikan nafsunya dengan akal namun tanpa hati nurani, maka ia bukanlah seorang manusia, karena ia tidak menyadari keterbatasannya sebagai individu yang juga harus menyadari eksistensi individu lainnya. Manusia juga tidak bisa merealisasikan nafsunya hanya dengan hati nurani, sebab akallah yang menjadi kunci dalam merealisasikan nafsu manusia. Selanjutnya, manusia tanpa nafsu pun juga tidak bisa disebut sebagai manusia, karena tidak ia tidak memiliki
hasrat dan hidupnya akan statis sebab akal dan hati nuraninya tidak dipakai untuk perkembangannya. Oleh karena itu, manusia harus memiliki keseimbangan dalam nafsu, akal, dan juga hati nuraninya. Dalam perealisasian sebuah nafsu yang dilakukan oleh akal dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik, manusia tidak boleh melanggar eksistensi manusia lain sebagai subjek, yakni melalui hati nuraninya. Hati mencetuskan 'yakin' dan 'mau', nafsu pula menentukan 'mampu'. Ilmu dapat me'muas'kan akal, iman dapat me'muas'kan hati dan menjerat nafsu. Muallim(guru) mengajar untuk memberitahu, murabbi(pendidik) mendidik untuk mencetuskan mahu dan memimpin kebuasan nafsu. Hati adalah raja anggota badan. Akal adalah bendahara kepada hati. Nafsu pula pengacau yang boleh memburukkan akal dan hati. Ringkasnya, hati menentukan tindakan, akal memandu hati untuk bertindak membuat kerja dengan 'betul-betul'. Nafsu perusak kepada 'perancangan' hati dan akal! Disamping faktor didalam tersebut, juga ada faktor dari luar yang mempengaruhi 'penghijrahan' seseorang, untuk
keluar daripada
kesenangan kepada penderitaan, buat sementara waktu! Ada tiga golongan manusia berdasarkan pada akal dan nafsunya yaitu: 1. dominan daripada akalnya.
Manusia yang nafsunya lebih
2.
Manusia yang nafsu dan akal
sama-sama dominan. 3.
Manusia yang akalnya lebih
dominan daripada nafsunya. Manusia golongan pertama akan cenderung menuruti keinginan hawa nafsunya. Segala sesuatu didasarkan hanya kepada nafsu semata. Nafsu akan cenderung memegang kendali penuh terhadap akalnya, bahkan aturan negara dan agama pun akan dilawannya bila tidak sesuai dengan kriteria nafsunya. Secara umum, nafsu ini akan cenderung membawa manusia pada perbuatan yang negatif karena dominasinya terhadap akal. Manusia dalam golongan ini tidak akan pernah punya perasaan bersalah. Kadang-kadang pada bulan Ramadan ada orang yang suka bertanya: “katanya di bulan Ramadan setan-setan akan dirantai, lalu kenapa masih ada saja orang-orang yang membunuh, berbuat kekerasan, mencuri, merampok dan sebagainya?”. Jawabannya adalah karena nafsunya telah membelenggu dirinya dan mengendalikan akalnya. Manusia golongan kedua adalah manusia yang kadang berbuat atau bertindak berdasarkan akal pada suatu kesempatan dan berdasarkan nafsu pada kesempatan lainnya. Ia akan bisa berbuat baik di suatu kesempatan dan berbuat jahat di kesempatan lainnya. Ketika telah melakukan perbuatan jahat, ada kemungkinan akan timbul rasa bersalah
dalam dirinya dan timbul hasrat untuk memohon ampunan. Namun demikian, ada kemungkinan ia akan mengulangi lagi perbuatan jahatnya di waktu yang lain. Manusia golongan ketiga adalah manusia yang cenderung berbuat baik di setiap kesempatan. Ini adalah kondisi ideal manusia, dimana akal mampu mengendalikan nafsu dan membawanya pada hal-hal yang positif sesuai dengan peraturan negara dan agama. Akal sendiri adalah bagian terpenting yang membedakan antara manusia dan binatang. Keutamaan manusia adalah karena selain dikarunia nafsu, ia juga dikaruniai akal sebagai suatu sarana untuk belajar dan terus belajar. Nafsu pada diri manusia tumbuh lebih dahulu daripada akal, oleh karena itu jika kita perhatikan anak-anak kita, mereka selalu ingin agar apa yang diminta dituruti oleh orang tuanya. Bahkan harus menjerit jika kemauannya tidak terpenuhi. Akal pada diri manusia berkembang sedikit demi sedikit untuk membangun kekuatan dan mulai bisa mengimbangi kekuatan pengaruh nafsu pada saat manusia berusia belasan tahun. Namun demikian, proses tumbuh kembangnya akal pada diri manusia tak lepas dari bagaimana cara orang tua menumbuhkan anaknya. Salah satu faktor terpenting agar akal bisa tumbuh dengan baik (dalam konsep Islam) adalah dengan memberikan makanan yang halal (dan baik). Halal baik dari jenis makanannya maupun dari cara mendapatkannya.
Jadi, marilah kita berhati-hati dalam memberi makan anak kita agar nafsunya tidak mendominasi akalnya sehingga akan tumbuh generasi yang baik di kemudian hari.
Hubungan Manusia dengan Alam Prinsip dasar hubungan manusia dengan alam atau makhluk lain di sekitarnya pada dasarnya ada dua: pertama, kewajiban menggali dan mengelola alam dengan segala kekayaannya; dan kedua, manusia sebagai pengelola alam tidak diperkenankan merusak lingkungan, karena pada kahirnya hal itu akan merusak kehidupan umat manusia itu sendiri. Mengenai prinsip yang pertama, Allah berfirman dalam Al-Quran surat Hud ayat 61: ض َوا ْست َ ْع َم َر ُك ْم ِ فِ ْي َها ُه َوأ َ ْنشَأ َ ُك ْم ِمنَ ْاْل َ ْر Artinya: “Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan
kalian
memakmurkannya
(mengurusnya)”.
Adapun mengenai prinsip yang kedua, yaitu agar manusia jangan merusak alam, dinyatakan oleh Allah melalui berbagai ayat dalam AlQuran, di antaranya dalam surat Al-A’raf ayat 56:
َض بَ ْعد ْ ِإ ِ ص ََل ِح َها َو ََلت ُ ْف ِسد ُْوا فِى ْاْل ْر Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah memperbaikinya”.
(Allah)
Dengan demikian, dapat dipahami dengan jelas bahwa kesadaran melestarikan lingkungan, sebagaimana yang dikampanyekan oleh orangorang sekarang ini, dasar-dasarnya telah digariskan oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu. Hanya saja, karena keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohannya sendiri, umat Islam seringkali kurang memahami arti dari ayat-ayat dari Al-Quran. Oleh karena itu, salah satu tugas utama Islam adalah menghapus keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan
dari
kehidupan
umat.
Apa yang dikemukakan diatas merupakan prinsip dasar hubungan manusia dengan alam sekitar, yaitu prinsip pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam. Agama memberi motivasi kepada manusia untuk mewujudkan kedua hubungan itu dengan sebaik-baiknya.
Jiwa dan Roh
Home
Artikel Artikel
Jiwa dan Roh
0 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hambahamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al Fajr :27-30) Saya sangat terasa dengan ayat ini. Ada kerinduan yang dipanggil oleh Allah dengan mesra. Tapi mungkinkah? Kerana jiwa masih pekat dengan noda dosa, sangatlah sulit untuk membuatnya menjadi cemerlang. Masih sering terngiang di telinga akan pesan Allah dengan firman-Nya :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams:9-10) Defenisi Jiwa Didalam sebuah artikel dijelaskan bahawa jiwa mampu menyimpan semua memori dari semenjak lahir sampai jasad meninggal. Ibarat sebuah server yang besar, mampu menyimpan data yang besar pula. Tidak ada yang luput dari server ini, semua tersimpan dengan baik. Baik itu data kejahatan mahupun data kebaikan. Berbeza dengan memori otak yang sangatlah terbatas. Misalnya kita disuruh untuk menghafal jenis
kereta dan warnanya yang kita jumpai sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke pejabat. Sudah tentu terbatas sekali yang dapat kita hafalkan. Namun kalau jiwa yang bersih, sangatlah tepat. Jangankan jenis kereta dan warnanya. No. insuran pun terhafal dengan baik bahkan dijalan apa dan pada jam berapa kita menjumpainya. Data kejahatan membuat jiwa menjadi redup cahayanya atau bahkan padam sama sekali. Sedangkan data kebaikan membuat jiwa menjadi bersinar terang. Dan sinar ini mampu menghalau cahaya gelap. Dan di akhirat kelak data di server ini akan di tampilkan semua. Didalam DOS kita biasa memetik perintah DIR, maka semua fail akan muncul. Begitu pula dengan jiwa, semua akan ditampilkan sebutir-butirnya dari yang sekecil-kecilnya. Namun sebenarnya fail kejahatan tidak semuanya akan ditampilkan. Kerana ada fungsi Delete File atau Hidden File. Siapa yang boleh melakukan ini. Ya…pasti pemilik server tentunya. Allah Rabbal Alamin. Dia mengampuni siapa yang di kehendakinya. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah
Sesungguhnya
Dia-lah
Penyayang. (Az Zumar:53)
mengampuni Yang
Maha
dosa-dosa Pengampun
semuanya. lagi
Maha
Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada Allah. Dan semakin berat pula godaan iblis. Kerana iblis akan selalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalailkan sang jiwa ini. Dan jangan ditanya berapa banyaknya. Semakin bersih jiwa semakin kuat iblis yang dikirimkan. Iblis menjawab: “Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(
Al A’raaf:16-17) Banyak yang salah faham antara JIWA (nafs) dan ROH. Banyak yang menganggapnya sama, padahal sesungguhnya keduanya sangat berbeza. Yang seperti apakah Jiwa itu? Jiwa adalah badan halus manusia, yang boleh pergi – keluar dari Jasad fizikal, ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika hilang kawal (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan. Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fizikal dan tubuh dalam.
ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika hilang kawal (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan. Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fizikal dan tubuh dalam. Jiwa diciptakan sempurna tanpa cacat. Tidak ada yang terlahir sakit jiwa. Tidak ada bayi cacat. Jiwa adalah putih bersih ketika dilahirkan, lingkungan dan pengalamanlah yang membuatnya tetap putih atau kotor. Komponen-Komponen Jiwa Komponen yang dimiliki jiwa: Nafsu (syahwat, emosi), Hasrat (keinginan, ego), Aqal, Qolbu, dll. Indera Jiwa Indera Jiwa sering disebut pula sebagai Indera batin. Jiwa juga memiliki indra penglihatan dan pendengaran. Dari situlah syaitan (dan jin) memberikan pengaruhnya ke jiwa, berupa suara-suara dihati kita yang mengajak ke perbuatan negatif. Qolbu
Qolbu adalah Jantungnya Jiwa. Qolbulah yang menentukan baikburuknya
Jiwa.
Gelap-terangnya
Jiwa.
Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak Jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan
sangat
gigih
menyeru
peralatan
Jiwa
agar
sesat.
[Firman Allah dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata] Suara-suara •
di Suara
•
Qolbu si
Suara
(hati)
jiwa
sendiri
Roh
kita
• Suara makhluk lain Tingkatan Kesedaran Jiwa Secara garis besar, ada 7 (tujuh) lapisan yang membatasi antara Jiwa dan Roh,
yang
berhubungan
dengan
tingkatan
kesedaran
Jiwa.
Lapisan tersebut hanya boleh ‘terbuka’ dengan melalui sedikit cara. Salah satu caranya adalah dengan ‘serius’ berupaya membersihkan diri, membersihkan Jiwa, membersihkan Qolbu (hati) dengan NIAT mendekatkan diri kepada ALLAH SWT – Sang Khalik. Atau merupakan sebuah anugerah karunia-NYA (given). Lapisan ini berubah menjadi hijab kalau kotor. Bila pada lapisan 1 yang kotor (hijab) berakibat komunikasi antara Jiwa dengan Ruh terganggu. Muncullah penyakit non-fizik / kejiwaan (nafs) seperti pemarah, kejam, nafsuan, dll).
Nafs Lawwamah, Ammarah-bissu, dan nafs muthmainah. Terbukanya (bersihnya) masing-2 lapisan tersebut, akan menumbuhkan kesedaran dan kemampuan Jiwa yang lebih tinggi [orang bilang ilmu laduni – ’ngkali]. Kesadaran Ruhiah – Ilahiah Kesedaran tertinggi dari Jiwa adalah Kesedaran Rohiah. Inilah yang didambakan oleh para pejalan spiritual. Tujuan akhir Roh Al-Israa'(17): 85 ”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ “. Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi roh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri. “Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Al Hijr:29)
Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka roh ini akan kembali ke Sang Pencipta. “akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)”(QS 75:14). Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahsia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah “Aku”. Tidak ada yang namanya Roh (Roh) jahat, ataupun lainnya. Sesungguhnya Roh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi syaitan sangat gigih menyeru segala yang dimiliki jiwa agar sesat. [Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Syaitan adalah musuh yang nyata] Kemana Tubuh Fizikal, Eterik, Jiwa dan ROH Pergi Ketika Meninggal Dunia? Kembalinya Roh ROH, yang saya tidak tahu sedikitpun tentangnya, akan terus kembali kepada Sang Pencipta. Kembalinya Tubuh Fisik
Tubuh Fizikal yang tersusun dari metarial duniawi akan kembali menjadi bahan-bahan tanah. Tidak ada lagi kesedaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita. Tubuh Jiwa, kemana perginya? Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku AmalIbadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan tenaga kita kepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya. Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari petapaan di gunung abc, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan metarial yang didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung abc. Orang atheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat zalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak boleh melihat dan mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, hingga sangkakala berbunyi.
Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang mati sahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang boleh disambangi, tingginya syurga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani. Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita tega mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?
Nafsu , akal dan hati merupakan satu kesatuan lengkap yang dimiliki seorang manusia, manusia juga tidak bisa lepas dari salah satunya, mereka tidak bisa mematikan akal, nafsu maupun hati. Itu sudah menjadi ketetapan menjadi seorang manusia seutuhnya. Memang kadang sulit membedakan antara nafsu dengan akal dan hati, semua itu serasa berputar dalam suatu pikiran. Apa yang dilakukan kadang hanya melalui nafsu, kadang juga akal dan tak sering hati juga berperan.
Yang pasti ketika memandang atau melakukan sesuatu akan berbeda manfaat dan akibat ketika hanya salah satu yang digunakan, karena memang ketiganya berbeda cara pandangnya. Nafsu memang selalu memburu, akal akan selalu mengajak berpikir dan hati terkesan lebih bijak dan tenang. Jika manusia hidup lebih banyak menggunakan akal dan hati tentu akan lebih tertata, lebih terawat dan selamat di akhirnya, berbeda dengan hidup manusia yang penuh dengan nafsu, hidupnya akan selalu tertekan untuk memenuhi nafsu tersebut. Inilah beberapa beberapa perbedaan pandangan antara nafsu, akal dan hati yang perlu kita tahu