Thin Client Dengan Knoppix Terminal Server

  • Uploaded by: Degree
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Thin Client Dengan Knoppix Terminal Server as PDF for free.

More details

  • Words: 1,744
  • Pages: 7
Thin Client dengan KNOPPIX Terminal Server Thin Client / Diskless adalah sebuah komputer yang tidak dilengkapi dengan media penyimpanan (storage) antara lain : Harddisk, CDROM. Namun komputer tersebut bisa melakukan booting dan memiliki sistem operasi sehingga komputer tersebut bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Hal tersebut bisa dilakukan hanya dengan menggunakan NIC (network interface card) dan komputer yang terhubung dalam jaringan. Penggunaan thin client/diskless di sistem operasi linux biasanya menggunakan LTSP (Linux Terminal Server Project). Namun, kali ini kita akan mencoba fasilitas yang ada didalam Linux KNOPPIX yaitu KNOPPIX Terminal Server. Dalam menggunakan KNOPPIX Terminal Server kita punya beberapa cara, diantaranya : 1. Linux KNOPPIX diaktifkan dari CD-ROM (tanpa di install). 2. Linux KNOPPIX di-copy ke harddisk (booting dari disket). 3. Linux KNOPPIX di-install ke harddisk Konfigurasi KNOPPIX Terminal Server melalui CD-ROM dan harddisk Untuk tipe konfigurasi ini kita tidak perlu menginstall Linux Knoppix ke dalam harddisk. Kita cukup melakukan booting melalui cd-rom seperti layaknya kita akan menjalankan Linux Knoppix. Setelah proses boot selesai langkah selanjutnya adalah : * Konfigurasi network address komputer yang kita gunakan sebagai server. Untuk proses ini kita bisa menggunakan perintah netcardconfig atau memilih KNOPPIX>Network/Internet->Network card configuration dari menu knoppix. Namun, bila ingin sedikit ‘macho’ anda bisa mengetikan perintah ifconfig dari shell. * (sesuaikan dengan konfigurasi jaringan di lingkungan anda). Use DHCP Broadcast : No IP Address : 10.10.11.119 Network Mask : 255.255.255.0 Broadcast Address : 10.10.11.255 Default gateway : 10.10.11.3 Name Server : 10.10.1.6 * Setelah konfigurasi network address selesai, selanjutnya anda tinggal menggunakan perintah knoppix-terminalserver untuk mengkonfigurasi Knoppix Terminal Server. setup (Re)configure server and (re)start available network device : eth0 - (nic yang ingin digunakan untuk Knoppix terminal server) IP range of addresses : 10.10.11.201 10.10.11.250 - (disesuaikan dengan jumlah client)

Network modules : SIS900.o - (pilih sesuai dengan NIC pada client) Performance & Security : secure, masq, dns - (tambahkan webproxy apabila memiliki RAM diatas 256MB) Start server : Yes Agar kita tidak lagi menggunakan cdrom dalam menggunakan Linux Knoppix karena kita ingin menggunakan cdrom drive kita untuk membuka file dari CD, maka kita dapat meng-copy seluruh isi cd Linux Knoppix ke dalam harddisk (partisi FAT, FAT32, NTFS). Setelah itu kita harus membuat bootfloppy (KNOPPIX -> utilities -> create bootfloppies for KNOPPIX) untuk bisa boot kedalam Linux Knoppix yang sudah tercopy di dalam harddisk. Untuk bootfloppy dibutuhkan 2 disket. Instalasi Linux KNOPPIX ke harddisk dan konfigurasi KNOPPIX Terminal Server. Diatas kita telah mengetahui bagaimana cara untuk melakukan konfigurasi Knoppix terminal server tanpa menginstall Linux Knoppix kedalam harddisk. Sekarang, kita akan mencoba mengkonfigurasi Knoppix Terminal Server dengan kondisi Linux Knoppix sudah terinstall kedalam harddisk. Untuk menginstall Knoppix ke dalam harddisk kita bisa menggunakan perintah knx2hd (untuk knoppix 3.3 keatas) atau knx-hdinstall (untuk knoppix 3.2 kebawah) kemudian ikuti langkah-langkah yang ada dilayar. Setelah selesai proses instalasinya, cobalah untuk melakukan booting melalui harddisk yang sudah terinstall Linux Knoppix. Langkah selanjutnya untuk melakukan konfigurasi KNOPPIX Terminal Server adalah sebagai berikut : 1. booting dari CD Knoppix dengan option boot “knoppix 2” 2. kemudian copy file-file KNOPPIX ke dalam directory NFS : 3. cp -Rp /KNOPPIX/* /mnt/hda1/cdrom - (Jika Linux Knoppix ter-install di hda1) 4. kemudian reboot tanpa CD Knoppix 5. edit /usr/share/knoppix-terminalserver/templates/miniroot/linuxrc - dari baris ke 242 – 252 adalah sebagai berikut : # if we have an NFSDIR, try mounting it if [ -n “$NFSDIR” ]; then echo -n “${CRE}${BLUE}Trying to mount CD on” \ “${MAGENTA}$NFSDIR${BLUE}…${NORMAL}” /static/mount -t nfs -o \ ro,rsize=8192,wsize=8192,hard,intr$SECUREOPTIONS \ “${NFSDIR}” /cdrom > /dev/null 2>&1 && MOUNTED=”yes” # unsuccessful? Blank out NFSDIR and see if pump does better [ -z “$MOUNTED” ] && echo “${RED}Failed.${NORMAL}” && NFSDIR= fi

dirubah menjadi seperti berikut : # if we have an NFSDIR, try mounting it if [ -n “$NFSDIR” ]; then echo -n “${CRE}${BLUE}Trying to mount CD on” \ “${MAGENTA}$NFSDIR${BLUE}…${NORMAL}” /static/mount -t nfs -o \ ro,rsize=8192,wsize=8192,hard,intr$SECUREOPTIONS \ “${NFSDIR}” /KNOPPIX > /dev/null 2>&1 && MOUNTED=”yes” # unsuccessful? Blank out NFSDIR and see if pump does better [ -z “$MOUNTED” ] && echo “${RED}Failed.${NORMAL}” && NFSDIR= fi - dari baris ke 304 – 321 adalah sebagai berikut : FOUND_KNOPPIX=”" if test -f /cdrom/KNOPPIX/KNOPPIX then echo -n “${CRE} ${GREEN}Accessing KNOPPIX CDROM image at ${MAGENTA} $NFSDIR${GREEN}…${NORMAL}” FOUND_KNOPPIX=”true” else dropshell fi # Harddisk-installed script part version has been removed # (KNOPPIX can be booted directly from HD now). # DEBUG # echo “6″ > /proc/sys/kernel/printk $INSMOD /modules/cloop.*o file=/cdrom/KNOPPIX/KNOPPIX mountit /dev/cloop /KNOPPIX “-o ro$SECUREOPTIONS” || FOUND_KNOPPIX=”" dirubah menjadi seperti berikut : FOUND_KNOPPIX=”" #if test -f /cdrom/KNOPPIX/KNOPPIX #then echo -n “${CRE} ${GREEN}Accessing KNOPPIX CDROM image at ${MAGENTA} $NFSDIR${GREEN}…${NORMAL}” FOUND_KNOPPIX=”true” #else #dropshell #fi # Harddisk-installed script part version has been removed # (KNOPPIX can be booted directly from HD now). # DEBUG # echo “6″ > /proc/sys/kernel/printk

#$INSMOD /modules/cloop.*o file=/cdrom/KNOPPIX/KNOPPIX #mountit /dev/cloop /KNOPPIX “-o ro$SECUREOPTIONS” || FOUND_KNOPPIX=”" 6. jalankan knoppix-terminalserver 7. kemudian, lakukan boot pada client Konfigurasi Diskboot untuk client Setelah proses diatas selesai semua, yang harus dilakukan kemudian adalah membuat diskboot untuk client (yang NICnya tidak memiliki fasilitas (PXE/bootrom). Untuk NIC yang memiliki bootrom kita tinggal mengeset bios agar boot sequencenya dimulai dari network boot. Untuk membuat diskboot adalah dengan cara men-download diskboot image dari http://rom-o-matic.net/5.2.5/ . Cari boot image sesuai dengan tipe dan merek NIC yang anda gunakan. Pada ROM output format pilih Floppy bootable ROM Image (.zdsk) kemudian Get ROM. Setelah selesai proses download, langkah selanjutnya adalah menulis file tersebut kedalam disket dari shell dengan perintah : cat eb-5.2.5-tipeNICanda.zdsk > /dev/fd0

Gunakan disket tersebut untuk boot dari komputer client. Pemanfaatan Thin Client dengan KNOPPIX Terminal Server Thin client dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Diantaranya adalah untuk client warung internet (warnet) atau pusat komputer di institusi pendidikan (sekolah atau kampus). Thin client sangat memudahkan dalam hal pemeliharaan sistem karena sifatnya yang terpusat di server sehingga client tidak perlu di-install sistem operasi dan aplikasinya. Hal ini bisa mengurangi beban administratornya .

PENDAHULUAN Jaringan komputer yang menggunakan keluarga sistem operasi Windows juga memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan sistem thin-client seperti pada sistem operasi Linux, dengan memanfaatkan metode Remote Desktop Protocol. Dalam kenyataannya, menggunakan sistem thin-client berbasis Windows pada suatu institusi yang terusmenerus terhubung ke Internet global ternyata potensial memunculkan masalah keamanan yang sebenarnya berbahaya, tetapi hampir tidak diperhatikan dengan baik (bahkan oleh Microsoft sekalipun). Makalah ini menyajikan bagaimana masalah tersebut dapat terjadi dalam suatu tes penyusupan sistem thin-client berbasis Windows yang paling sederhana. Percobaan memperlihatkan bahwa seorang pengguna tidak sah dapat memalsukan alamat IP komputernya untuk masuk ke dalam server thin-client seperti halnya pengguna terdaftar, sehingga memungkinkan pengguna tersebut melakukan berbagai hal “atas nama�? pengguna yang lain.

hin client adalah jenis infrastruktur IT dimana client/workstation/desktop hanya menampilkan layar/output, dan tidak melakukan proses komputasi lainnya. Semua pekerjaan dilakukan di server. Karena itu client tidak membutuhkan komputer dengan spesifikasi yang “mewah”. Pentium II dengan memory 32 MB sudah lebih dari cukup, dan hard disk tidak diperlukan. Arsitektur thin client kadang juga dikenal dengan istilah centralized atau server-based computing. Contoh berbagai solusi thin client misalnya Windows Terminal Server, Citrix Metaframe, NX, dan, yang akan dibahas sekilas disini, LTSP. Ada banyak kelebihan solusi berbasis thin client jika dibandingkan dengan desktop konvensional : 1. Investasi hardware jauh lebih murah : Dimana biasanya untuk setiap staf baru kita perlu membelikan sebuah komputer Pentium IV dengan memory minimal 256 MB, dengan thin client maka kita cukup membelikan komputer bekas Pentium II dengan memory 32 MB — namun performanya tetap dapat menyamai Pentium IV 2. Longer hardware lifecycle : selain investasi hardware lebih murah seperti yang telah disebut diatas, juga umur hardware menjadi lebih panjang. Dimana biasanya mungkin kita perlu meng upgrade komputer desktop setiap 3-4 tahun, dengan solusi thin client, maka komputer bisa digunakan sampai lebih dari 5 tahun dengan performa yang tetap sangat baik. 3. Maintenance : Jauh lebih mudah, tidak mengganggu user, dan tidak memakan waktu. Dimana biasanya jika ada komputer rusak maka kita perlu waktu minimal

satu hari (backup data user, install ulang komputer, restore data user). Maka, dengan thin client kita cukup mengganti komputer user dengan komputer Pentium II lainnya; dan user dapat kembali bekerja dalam waktu hitungan menit. 4. Manajemen desktop : juga menjadi jauh lebih mudah - contoh: jika ada 100 desktop, maka kita perlu melakukan 100 kali instalasi seluruh software yang ada. Namun dengan solusi thin client, maka kita hanya perlu instalasi satu kali, dan 100 desktop otomatis akan mendapatkannya juga. Kita juga bisa mudah “mengunci” desktop client, sehingga mereka tidak bisa memasang software-software tanpa sepengetahuan kita — dimana ini adalah salah satu penyebab utama masuknya virus / spyware / trojan, dengan dampak susulan yang bisa sangat fatal bagi perusahaan. 5. Upgrade mudah & murah : untuk meningkatkan kinerja seluruh desktop, seringkali dapat dilakukan cukup dengan upgrade memory di server dan/atau upgrade switch. Dibandingkan dengan desktop biasa, dimana jika ada 100 desktop maka total biaya upgrade dikalikan dengan 100 buah komputer, sangat mahal & tidak efisien. 6. Keamanan data : karena semua data tersimpan di server, maka bisa lebih mudah kita amankan dari oknum staf (corporate espionage, internal hacker, dst). Desktop thin client juga bisa kita “kunci” sehingga semua fasilitas akses datanya (disket, USB, dll) tidak berfungsi (sehingga oknum staf tidak bisa mencuri data dari komputernya dan dibawa keluar perusahaan) 7. Nah, LTSP, sebagai salah satu solusi thin client, memiliki semua kelebihan yang tersebut diatas, dan masih ditambah lagi dengan : 1. Bebas biaya lisensi : karena berlisensi GPL (open source). Bandingkan misalnya dengan solusi Windows Terminal Server, atau Citrix, yang bisa dengan mudah menembus angka ribuan atau puluhan ribu dolar. 2. Fleksibel, mudah di upgrade : saya telah mengalami sendiri bagaimana mudahnya upgrade ke versi terbarunya; cukup install versi terbaru (yang akan terpasang di direktori yang berbeda dari versi sebelumnya), copy file-file konfigurasi yang lama — dan voila, selesai. 3. Netral : apapun distro Linux yang anda gunakan, hampir bisa dipastikan bahwa LTSP bisa dipasang disitu. 4. Apakah LTSP itu sendiri ? Secara teknis, LTSP adalah satu set script yang memungkinkan kita menampilkan layar server di client, itu saja pada intinya. Tentu saja di dalamnya jauh lebih kompleks — ada fasilitas remote boot, remote file system, hardware auto detection, remote multimedia & output, dll. Apakah ada kelemahan LTSP ? Tentu saja, tidak ada teknologi yang tidak mempunyai kelemahan. Sejauh ini ada beberapa, seperti penggunaan bandwidth yang agak lebih boros daripada Citrix (diperkirakan max. 50 client di satu segmen network 100 mbps),

dan single point of failure di server. Tapi ini semua bisa diatasi dengan perencanaan yang baik, rutinitas backup data yang dilakukan secara disiplin, dan strategi disaster recovery yang tepat (dimana proses recovery dapat dilakukan dalam hitungan menit saja). Demikian sekilas informasi mengenai thin cllient & LTSP. Semoga bermanfaat.

Related Documents

Thin Client
June 2020 17
Terminal Server
June 2020 20
Terminal Server
June 2020 19
Terminal Server
July 2020 17
Terminal Server
November 2019 35

More Documents from ""