A. Masuknya Islam ke Asia Tenggara Ada beberapa pendapat tentang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara. Siti Maryam dkk. berpendapat bahwa waktu datangnya Islam ke Asia Tenggara pada abad VII M dan kedua pada abad XIII M dengan hipotesis runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh Hulagu (1258 M). Badri Yatim menginformasikan bahwa Islam disebarkan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dengan 3 tahap. 1. Islam disebarkan di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. 2. Terbentuknya komunitas-komunitas Islam di beberapa kepulauan Nusantara. 3. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada 3 teori besar, yakni: 1. Teori Arab, yaitu datangnya Islam ke Melayu langsung dari Arab, karena Muslim berpegang pada madzhab Syafi’i yang lahir di semenanjung tanah Arab. Teori ini disokong oleh Sir John Crawford. 2. Teori India, yaitu Islam datang dari India. Teori ini dibaea oleh C. Snouch Hurgronye. 3. Teori Cina, yaitu bahwa Islam datang ke wilayah Nusantara dari Cina. Teori ini dikemukakan oleh Emmanuel Godinho de Eradie seorang ilmuwan dari Spanyol. Pada tanggal 7 Maret 1963 di Medan diadakan seminar tentang masuknya Islam di Indonesia yaitu menegaskan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad VII M langsung Arab dan yang menerima pertama kali adalah samudera Pasai (Aceh). B. Pusat-pusat Penyebaran Islam di Asia Tenggara 1. Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Muhammad Malik Ad-Dzahir Ibn Al-Malik Ash-Shaleh (1297 M). Sanusera Pasai merupakan kerajaan yang menjadikan dasar negaranya Islam. Ahlus-sunnah wal-jama’ah, disini juga tempat berkumpulnua ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk membahas masalah keagamaan dan keduniawian. Pada masa Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (abd ke 16) Aceh dikenal sebagai negara Islam yang perkasa dan menjadi pusat penyebaran Islam yang besar di Nusantara.
2. Malaka Islam berkembang di Malaka, Parameswara yang mendirikan kerajaan di Malaka, beliau mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar syah setelah menikah dengan saudar perempuan raja Pasai. Pada masa Muzhaffar Syad, Islam disebarkan langsung oleh raja sehingga mengalami perkembangan yang pesat dan mampu menguasai perdagangan. 3. Serawak, Sulu dan Mindanau Pada abad ke XIV M, sisa-sisa kekuasaan Sriwijaya ditumpas oleh Majapahit. Sejumlah pangeran dan prajurit melarikan diri ke wilayah Melayu. Menurut sau riwayat, seorang Arab yang melakukan perjalanan dari Sumatra dan Kalimantan menikah dengan anak perempuan raja Baginda (1459 M). Islam yang berkmbang di Sulu dan Filipina Utara dibawa oleh para pedagang dari Malaka. Pada tahun 1511 M, pusat perdagangan Islam (Malaka) jatuh ke tangan Portugis. Setelah Malaka jatuh, Brunei muncul sebagai pusat perdagangan bagi umat Islam. Sultan yang berkuasa pada saat itu adalah Sultan Muhammad dan berikutnya digantikan oleh Nakoda Ragam yang bergelar Sultan Bolkiah. Pada tahun 1565 M, Spanyol menaklukan Filipina dan penduduknya diubah menjadi penganut Katholik. Spanyol mendapat perlawanan dari tiga kesultanan Islam, yaitu Sulu, Maguindanau dan Bayan. Sejak itu, Islam tidak melakukan gerakan senjata (1973-1976) yang memaksa Manila menandatanganin Perjanjian Tripoli yang memberi otonomi penuh bagi Moro, tapi ternyata Filipina menginginkan Perhanhuan Tripoli sehingga pada tahun 1977, terjadi lagi perang antar muslim dengan pemerintah. Pada zaman Corazon Aquino, Manila gagal meneruskan negoisasi yang berpijak pada perjanjian Tripoli, pemerintah berjanji untuk memberi otonomi terbatas pada Moro. 4. Thailand Kedatangan Islan telah terasa pada masa pemerintahan kerajaan Sukhotai di abad XII M. Perdagangan merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayuttaya. Peran orang-orang muslim sebagai menteri dansaudagar yang dekat dengan raja menjadikan kelompok yang berpengaruh di istana. Namun seiring berjalannya waktu, Melayu Patthani di Thailand Selatan mengalami kerapuhan luturnya kekuasaan politik dan hilangnya peran elit tradisional menimbulkan efek melemahkan umat. Bahasa Melayu yang menjadi perekat identitas mereka dan media dalam sistem pengajaran dihapuskan.
Komunitas Muslim Thailand yang berjumlah dua juta jiwa mengalami dilema yang kompleks. Diperburuk oleh keadaan kelompok muslim yang terpusat di provinsi bagian selatan tidak mendapatkan tempat untuk ikut serta dalam kenegaraan. Mereka menjadi bangsa dan ditaklukkan. Di thailand kaum minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang “khaek” yang secara harfiah dalam bahasa thailand adalah “tamu”. Istilah inin digunakan untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna dalam konotasi dikenakan kepada orang-orang muslim dari thailand selatan. Di bidang politik, persoalan masyarakat muslim melayu yang ingin memisahkan diri sangat meresahkan kerajaan. Gerakan pemberontalam kaum separatis Melayu Muslim melahirkan sejumlah organisasi seperti Pattani United Liberation Organization (PULO) Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP) D. Pengaruh Islam di Asia Tengah