1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan penyimpanan suatu komoditas tertentu di gudang mempunyai beberapa tujuan di antaranya untuk cadangan/stok nasional jika terjadi musibah/bencana seperti gempa bumi dan banjir baik yang terjadi secara lokal maupun nasional dan sebagai penstabil harga di pasar (Dadang 2006). Kegiatan penyimpanan menurut Sidik (1997) paling banyak mengakibatkan kerusakan yang nyata pada beberapa komoditas simpanan. Menurut data yang disajikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1947 kehilangan hasil yang diakibatkan oleh adanya infestasi serangga pada biji-bijian dan sereal lainnya mencapai 8% di tempat penyimpanan, dan dapat mencapai 10% apabila infestasi serangga telah diawali dari lapang. Pada tahun 1998 dilaporkan bahwa kehilangan hasil pasca panen pada sereal dan kacang-kacangan berkisar antara 10% - 15% dan dapat mencapai 50% di beberapa negara Afrika dan Amerika latin, sedangkan di Asia kehingan hasil beras akibat serangan hama
pasca panen
mencapai 15% (Kalshoven, 1981). Upaya untuk menekan adanya susut kualitas dan kuantitas dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap serangga gudang yang berpotensi menjadi hama pasca panen pada gudang-gudang penyimpanan. Menurut Champ (1989 dalam Sidik 2000) pemantauan (monitoring) terhadap komoditas simpanan dan serangga hama dapat dilakukan secara terstruktur sehingga mudah dilakukan tindakan pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi. Lebih lanjut dijelaskan oleh McFarlane (1989 dalamSidik 2000) bahwa pengetahuan dan pemantauan (monitoring) hama yang efektif dan efisiensi akan memungkinkan dilaksanakan penyesuaian yang tepat dengan waktu, pemilihan dan intensitas pengendalian serangga hama. Monitoring merupakan salah satu kegiatan yang baik untuk mencegah terjadinya infestasi dan serangan hama di gudang pada suatu waktu tertentu sehingga dapat memperkirakan terjadinya suatu kerusakan yang akan timbul. Upaya pemantauan tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak diikuti dengan pengetahuan tentang keberadaan dan penyebaran serangga hama di gudang (McFarlane1989 dalam Sidik 2000)
2 Inventarisasi (monitoring)
untuk
hama
merupakan
mengetahui
salah
satu
persebaran
kegiatan
pemantauan
Organisme
Pengganggu
Tanaman/Karantina (OPT/K) di wilayah Republik Indonesia.
OPTK yang
dilaporkan telah terdapat di wilayah Republik Indonesia (A2) adalah organisme pengganggu tumbuhan yang mempunyai potensi merugikan ekonomi nasional, penyebarannya sedang dikendalikan. Untuk itu mengenal jenis-jenis serangga dan memahami perilaku setiap spesies serangga yang dapat menyerang di gudang sangat diperlukan (SKTSH 2001) Berbagai serangga yang telah dilaporkan dapat terinfestasi dan tersebar pada komoditas yang disimpan di gudang.
Serangga-serangga hama yang
biasanya ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian atau kacang-kacangkacangan, misalnya kumbang Lasioderma serricorne, Stegonium paniceum, Araerus fasculatus De Geer, Rhyzopertha dominica, Sitophilus spp. Tribolium castaneum (Herbst) Corcyra cephalonica, Ephestia cautella (Walker) (Surahmat dkk. 2006). Salah satu serangga yang juga dilaporkan sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada biji-bijian dan serealia lainnya adalah kumbang Khapra (Trogoderma granariumEverts), yang tergolong ke dalam Ordo Coleoptra dan Famili Dermestidae. Kumbang T. granarium merupakan salah satu hama yang menyebabkan kerusakan pada komoditas simpanan dan dapat terikut pada saat pengiriman dalam perdagangan internasional (Banks 1994). Serangga ini termasuk hama penting dan banyak ditemukan pada kondisi daerah yang panas dan kering. Selain menyerang serealia, serangga ini juga dapat menginfestasi rempah-rempah dan beras (Surahmat dkk. 2006). T. granarium saat ini dilaporkan telah tersebar di beberapa negara Asian, termasuk Asia Tenggara, negera-negara Afrika, Australia dan USA (Morales dan Rejesus 2001). Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk kumbang Khapra tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan feromon sehingga bermafaat juga dalam memantau keberadaan serangga tersebut (Plarre dan Vanderwel 1999). Selain itu, insektisida dari jenis piretroid sintetik dapat digunakan untuk membatasi terbentuknya progeni serangga T. granarium pada batas maximum residue limit (MRL) (Ong et al. 1994). Selanjutnya dikemukakan oleh MoralloRejesus dan Rejesus (2001) bahwa saat ini fosfin dan methyl bromida banyak digunakan sebagai fumigant untuk pengendalian hama kumbang Khapra.
3 Di Indonesia telah pula dilaporkan adanya keberadaan Trogoderma granarium Everts dan dikategorikan sebagai OPTK A2. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.38/Kpts/ HK.060/1/2006 bahwa kumbang Trogoderma granarium ditetapkan sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK ) A2 di wilayah Jawa (Deptan2006).
Laporan tentang hasil
pemantauan yang dilaksanakan oleh Balai Karantina Pertanian Jakarta pada tahun 1991, menyatakan bahwa OPTK T. granarium telah ditemukan di wilayah Jakarta dan Tangerang pada komoditas beras dan makanan ternak. Sebaliknya, didapatkan hasil yang berbeda dari laporan pemantauan pada tahun 2001 yang meliputi wilayah Jakarta, Tangerang oleh Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I SoekarnoHatta, yang menyatakan tidak ditemukan keberadaan T. granarium (SKTSH 1991, 2001). Namun untuk mengantisipasi terjadinya infestasi dan penyebaran serangga hama ini secara meluas di wilayah Jakarta atau perpindahan ke daerah lain melalui pengiriman komoditas maka dipandang perlu untuk melakukan suatu kegiatan pemantauan/pengamatan
terhadap
keberadaan
serangga
hama
tersebut.
Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan metode survey ke beberapa gudang penyimpanan komoditas di wilayah Jakarta. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi status kumbang khapra di Wilayah Jakarta sebelum melakukan tindakan pengendalian atau tindakan karantina lainnya agar serangga hama tidak meluas ke wilayah lain. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai kumbang khapra (T. garanarium) untuk mengetahui, menelusuri dan menganalisis keberadaan dan kerusakan yang diakibatkan kumbang khapra tersebut pada gudang-gudang penyimpanan di wilayah Jakarta. Hasil pemantauan tersebut di harapkan akan menjadi sumber informasi penting dalam melakukan pemetaan dan penyebaran kumbang T. granarium.
Informasi yang didapatkan dari hasil
penelitian ini akan menjadi dasar untuk upaya pengendalian atau tindakan karantina terhadap serangga hama tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memantau dan menelusuri keberadaan Trogoderma granarium Everts. di wilayah Jakarta dan sekitarnya, serta mengkaji status keberadaan T.granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2
4
TINJAUAN PUSTAKA Trogoderma granarium Everts. sinonim Trogoderma affrumPriesner, termasuk dalam kelas Insecta (Hexapoda), ordo Coleoptera, famili Dermestidae. Nama umum serangga ini adalah kumbang khapra (khapra beetle). Kumbang khapra pertama kali dilaporkan keberadaannya di India dan sampai saat ini telah
5 ditemukan dan tersebar di beberapa negara Asia, Australia, Eropa dan Amerika (Rahman et al.
1945, Morallo-Rejesus dan Rejesus 2001).
Hinton (1945)
melaporkan kumbang ini tersebar di Sri Langka, Malaysia, Rusia, China, Jepang, Korea, Filipina, Australia, dan Madagaskar. Selanjutnya Howe mengemukakan bahwa Kumbang ini ditemukan di berbagai tempat penyimpanan jagung di Nigeria 1948 dan juga ditemukan di tempat penyimpanan kacang tanah pada sekitar tahun 1944 (Howe 1952). Di Amerika ditemukan pada tahun 1953 di negara bagian Tulare, California, kemukinan sengaja masuk sejak tahun 1946 (Armitage 1954). Secara alami kumbang ini penyebarannya relatif dalam jarak pendek dan terbatas karena serangga dewasanya tidak dapat terbang (Lindgren et al. 1995). Menurut Pruthi dan Singh (1950) imago dan larva tersebar dengan bantuan angin, dan dapat meluas dengan bantuan material yang terinfestasi oleh kumbang khapra serta alat transportasi. Larva dan imago menyenangi retakan atau celah material, pembungkus material, dinding alat transportasi. EPPO (1997) memberikan daftar benua dan negara – negara yang telah ditemukan kumbang khapra antara lain : No. 1
Benua
Keterangan
2 Eropa dan
Nama negara 3 Algeria, Austria,
Mediteranean
Cyprus, Egypt,
perlindungan lingkungan, dan
Germany Israel, Lebanon,
tidak lagi menetap telah dilakukan perlindungan
4 ditemukan setelah dilakukan
Libya, Marocco, Spain, Switzerland, Syria, Tunisia, turkey, United Kingdom Belgium, Denmark,
Tidak ditemukan lagi
Ireland, Luxembourg,
Asia
Netherlands, Rusian Hungaria dan Itali Afganistan,
Hanya intersepsi Ditemukan tapi tidak menetap
Bangladesh,
India,
Indonesia Iran, Irak,
Israel, Menyebar di beberapa daerah
6 Japan Algeria,
Afrika
Burkina, ditemukan
tetapi
tidak
Faso, Egypt, Kenya menetap Libya, Mali, terutama dibagian utara Mauritania, Morocco, Niger, Nigeria Senegal, Sierra Leone
hanya intersepsi
( hanya intersepsi), Somalia, Afrika Selatan 1
2
3 Somalia, Afrika
ditemukan
4 tetapi
tidak
Selatan Sudan, Tanzania,
menetap ditemukan
tetapi
tidak
Tunizia, Zambia,
menetap
Zimbabwe
Biologi Serangga dewasa T. granariumhidup dalam periode waktu yang sangat singkat yang berkisar antara 5 sampai 14 hari. Menurut Ress (1996) serangga dewasa T. granariumberukuran panjang yang berkisar antara 1.5 mm sampai 12 mm. Selanjutnya dijelaskan bahwa kumbang tersebut memiliki rambut halus berukuran panjang 2 mm sampai 3 mm berwarna kecoklatan. Selama periode waktu 5 sampai 14, serangga dewasa betina dapat meletakkan berkisar 50 butir telur pada tumpukan makanan pada suhu 25ºC sampai 35 ºC. Sedangkan pada suhu di atas 40ºC dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir selama 3 sampai 4 hari. Serangga dewasa betina berumur 8 sampai 12 hari dan akan mati setalah meletakkan telur (Partida dan Strong 1975). Telur Telur berbentuk silindris dengan satu pusat yang melingkar berwarna putih susu, kemudian berubah menjadi kuning pucat, dan berukuran panjang 0.7 mm dan lebar 0.25 mm, bentuk silindris (Lindgren et al 1955). Menurut Partida dan Strong (1975) telur serangga tersebut berukuran panjang 0.2 mm, edangkan
7 menurut Telur memiliki sedikit rambut dan akan berubah warna dari warna kemerahan atau kuning kecoklatan pada saat telur semakin matang. Larva Larva instar pertama berwarna kuning kecoklatan, dan berubah menjadi coklat kemerahan pada instar berikutnya dan berukuran panjan 6 mm pada larva instar terakhir. Tubuh larva ditutupi rambut yang panjang pada ruas abdomen, sedangkan bagian posterior rambut-rambutnya menyerupai ekor (Beal 1956). Larva yang masih muda tidak dapat memakan biji-bijian yang utuh dan tergantung pada kerusakan biji – bijian atau produk makanan yang terbuat dari biji-bijian. Pada biji-bijian yang rusak selalu ditemukan larva muda. memakan
biji-bijian
yang
utuh.
Ketersediaan
Larva dewasa dapat
dan
jumlah
makanan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, tetapi larva dapat bertahan hidup tanpa makan pada periode yang lama (sekitrar 13 bulan). Fase dormansi larva lebih kurang 3 minggu dan diikuti periode makan yang teratur.
Proses tersebut
memberikan hasil produksi sekitar 41% dari produksi telur yang normal. Proses kelaparan tidak mempengaruhi lama proses pembentukan pupa dari larva dorman (Beal 1956). Pupa Setelah selesai ecdysis, larva berganti kulit , tetapi pupa tetap tinggal dalam kulit yang tersisa selama hidupnya. Pupa memiliki tipe exarate, jantan lebih kecil daripada betina, rata-rata panjangnya berturut-turut 3.5 mm dan 5 mm (Hinton 1945). Larva dan pupa memiliki ruas yang sangat berbeda. Imago Serangga dewasa T. granariumdewasa berbentuk oval panjang, berukuran panjang 1.6 – 3.0 mm, lebar 0.9 – 1.7 mm. Ukuran serangga dewasa betina sekitar 1.4 lebih panjang dari pada ukuran serangga dewasa jantan (Hinton
1945).
Serangga dewasa jantan berwarna coklat sampai berwarna hitam dengan pola yang kurang jelas pada elitra yang berwarna coklat kemerahan. Serangga dewasa memiliki kepala yang relatif kecil, memiliki antena yang pendek yang dan terdiri dari 11 ruas. Pada ruas ketiga sampai kelima dari antena berbentuk seperti gada dan bagian permukaan bagian atasnya mengkilat (Hinton 1945).
ditutupi oleh rambut dan kelihatan
Imago memiliki waktu hidup yang singkat, apabila
8 imago betina kawin hanya hidup 4 – 7 hari, sedangkan bila tidak melakukan perkawinan 20-30 hari. Imago jantan dapat hidup 7-12 hari. Imago tidak dapat terbang dan memiliki tungkai yang pendek. Perkawinan terjadi setelah serangga berumur 5 hari. Kumbang ini dapat menghasilkan telur dengan sempurna pada perkawinan pertama.
Pada perkawinan kedua jumlah telur yang dihasilkan
semakin meningkat. Pada perkawinan pertama imago betina menghasilkan telur sekitar 66 butir, sedangkan pada perkawinan kedua imago dapat mencapai lebih dari 500 butir telur. Apabila terjadi penundaan perkawinan selama 15-20 hari maka kemampuan menghasilkan telur serangga ini akan menurun sebesar 25% (Hinton 1945). Ekologi Siklus hidup dari kumbang khapra mulai dari telur sampai serangga dewasa adalah rata-rata 220 hari pada suhu 21°C. Pertumbuhan normal serangga ini berkisar antara 21°C sampai dengan 40°C. Serangga dewasa memiliki masa hidup antara 39 - 45 hari pada suhu 30°C dengan kelembaban 75%. Pada suhu optimum yakni suhu 35°C, siklus hidupnya mencapai 26 hari dapat. Kumbang khapra dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim, baik pada kondisi suhu yang rendah ataupun pada suhu yang sangat tinggi. Namun pada saat fase larva, suhu di bawah 25°C larva akan bergerombol, dan berdiapause selama 6 tahun (Burges 1962). Larva dapat bertahan pada suhu - 8°C dalam kondisi tidak aktif. Pertumbuhan dapat terjadi pada kelembaban 2%.
Pada
kelembaban relatif yang tinggi dapat menjadi faktor pembatas kumbang khapra untuk dapat bertahan hidup. Pada keadaan yang lembab, kompetisi antar spesies tidak dapat berjalan dengan baik (Burges 1962). Kisaran inang Kumbang khapra mengifestasi hampir seluruh hasil tanaman kering, bahan yang berasal dari hewan, tetapi lebih menyukai biji-bijian seperti gandum, barley, oats, jagung rye, dan produk olahan seperti tepung, malt, dan mie. Kumbang ini dapat memakan produk dengan kadar air 2% (Hinton 1945). Kumbang ini juga dapat berkembang pada material hewan seperti tikus mati, darah kering, dan serangga kering.
9
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa gudang penyimpanan komoditas beras dan pakan ternak di wilayah Jakarta mulai dari bulan Agustus sampai dengan Nopember 2008. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah : yellow trappingyakni perangkap yang terbuat dari kertas atau fiber kuning ukuran 8cm x 15cm, permukaan perangkap dilapisi vaseline, digantungkan di gudang penyimpanan setinggi 2 m, carton trapping adalah karton bergelombang dengan ukuran 5 cm x 15 cm, karton diletakkan diantara dua karung dan bait trap (perangkap umpan) yakni perangkap umpan terbuat dari kantong nilon berlubang-lubang yang diisi dengan beras pecah kulit. Diletakkan pada celah-celah diantara karung tumpukan dalam beberapa hari. Metode Penelitian Komoditas yang diamati, adalah komoditas yang umumnya diifestasi oleh T.granarium dan komoditas yang pernah diifestasi sebelumnya di wilayah
10 Republik Indonesia yaitu : Beras dan Pakan Ternak. Wilayah survei dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Wilayah Jakarta untuk memperoleh data primer yang diperoleh dari hasil survei di wilayah Jakarta dan sekitarnya. 2. Wilayah yang pernah menemukan T.granarium untuk memperoleh data sekunder berdasarkan laporan pemantauan Setiap karung dilakukan 3 kali pengambilan sampel acak sistematik yakni bagian atas, tengah dan dasar karung dengan mengambil titik – titik yang sesuai dengan ekologi T. granarium. Pengambilan sampel disesuaikan dengan bentuk stapel dan jumlah karung dalam gudang penyimpanan.
Teknik pengambilan sampel dalam gudang adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah karung 7 – 270 271 – 630 631 – 1140 1141 – 1800 1801 – 2610 > 2611
Jumlah sampel 5 10 15 20 25 30
Masing-masing sampel yang terambil ditempatkan dalam wadah untuk mendapatkan populasi seragga yang ditemukan. Bilamana kesulitan mendapatkan serangga yang dari sampel, maka dapat dilakukan pemasangan perangkap seperti yellow trapping, carton trapping dan menggunakan bait trapping. Penentuan Gudang Simpan Penentuan
gudang
simpan
untuk
survei
dilakukan
berdasarkan
kepemilikan yaitu gudang pemerintah, gudang swasta, dan gudang perorangan. Daftar gudang yang akan disurvei antara lain : No. 1. 2.
Kepemilikan Pemerintah Swasta
Nama Gudang Bulog Sunter, Bulog Tambun Charoen Pokpan, Cargill,
Java
11 3.
Perorangan
Comfeet Pasar induk
Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan menghitung padat populasi serangga T. granarium yang ditemukan pada masing-masing sampel. Jenis serangga hama gudang yang ditemukan. Pengamatan terhadap sistem manajemen gudang seperti : jalur masuk stok barang di gudang, asal bahan simpan, upaya pengendalian yang dilakukan secara reguler yang digunakan sebagai data sekunder. Analisis Data Data yang diperoleh dikaji dengan menggunakan Analisis Korelasi yang diolah dalam program MINITAB 14. Hasil dari analisis korelasi menjadi bahan untuk : •
Mengkaji keberadaan T. granarium terhadap daerah asal bahan simpan lokal dan impor
•
Mengkaji jenis bahan simpan terhadap keberadaan T.granarium
•
Korelasi perlakuan terhadap bahan simpan di gudang dengan keragaman jenis hama gudang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Armitage HM. 1954. Current insect notes. California Dept. Agri. Bull. 43(1):4143. [SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno – Hatta. 1991. Laporan hasil pemantauan organisme pengganggu tumbuhan karantina lingkup Balai Karantina Pertanian Jakarta Tahun 1990-1991. Balai Karantina Pertanian Jakarta. Jakarta. [SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno – Hatta. 2001. Laporan hasil pemantauan Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno-Hatta. Jakarta. 2001. [Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts/HK.060/1/2006. Jakarta. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. Banks HJ. 1994. Ilustrated Identification Keys for Trogoderma granarium, T. glabrum, T. inclusum and T. variabile (Coleoptera: Dermestidae) and other Trogoderma Associated with Stored Product. CSIRO. Australia. Barak AV. 1989. Development of a new trap to detect and monitor khapra beetle (Coleoptera: Dermestidae). J Econ Entomol 82: 1470-1477 Bailey
SW. 1957. The position of khapra beetle in Australia. FAO Plant Protection . Bull 6(2): 72-73.
Beal RS. 1956. Synopsis of the economic species of Trogoderma occurring in the United States with description of a new species (Coleoptera: Ermestidae). Anals of the Entomol Society of America 49: 559-566. Beal, R.S. 1960. Description, biology, notes on the identification of some Trogoderma larvae (Coleoptera, Dermastidae). USDA Tech. Bull. No. 1228, 26pp.
13 Burges DH. 1962. Diapause, pest status and control of the khapra beetle, Trogoderma granarium Everts. Ann.Appl. Biol. 50:47:445-462. Burges HD. 1963. Studies on the dermestid beetle, Trogderma granarium. VI. Factors inducing diapause. Bull of Entomol Research 54: 571-587. Dadang. 2006. Monitoring Populasi Serangga Hama Gudang. Dalam Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta. [EPPO]. 1997. Data sheets on quarantine organisms No.12. Methyl bromide fumigation of stored products. Bulletin OEPPP/EPPO Bulletin 12, special issue (EPPO recommendations on fumigation standards). 30-31. Halid H. 2000. Monitoring populasi hama pascapanen. Di dalam: Bahan Pelatihan Teknologi Alternatif Metil Bromida; Bogor 25-29 Agustus 2000. Bogor: Seameo Biotrop-Indonesia. Hinton
HE. 1945. A Monograph of The Beetle Associated with Stored Producs. British Museum (Natural History ) London . 443 pp
Howe
RW. 1952. Entomological problems of food storage in northern Nigeria. Bulletin of Entomological Research 43: 111-144.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve. Jakarta.
Karnavar GK. 1972. Mating behavior and fecundity in Trogoderma granarium (Coleoptera: Dermestidae). J Stored Product Research 8: 65-69. Lindgren DL, Vincent LE, Krohne HE. 1955. The khapra beetle, Trogoderma granariumEverts. Higardia 24 ( 1): 1-36. Morallo-Rejesus, B. and Rejesus, B.S. 2001. Biology and management of stored product and postharvest insect pests. Philippines Council for Forestry, Agriculture and Natural Resources Research and Development. El Guapo Printing Press. Laguna. Surahmat, E.C., Milantina, M., Arifin, S., Sunjaya, Widayanti, S. 2006. Buku Panduan Fumigasi Fosfin Yang Baik dan Benar. SEAMEO BIOTROP, Bogor. 33 hal. Partida, G.J. and Strong, R.G. 1975. Comparative studies on the biologies of six species of Trogoderma : T. variable. Ann. Entomol. Soc. of America 68 (1) : 115-125. Plarre, R. and D. Vanderwel. 1999. Stored-product beetles. Di dalam :Jim Hardie and Albert K. Minks, editor. pheromones of non-Lepidopteran insects
14 associated with agricultural plants. CABI Publishing. pp. 149-198 Pruthi HS, Singh M. 1950. Pest of stored grain and their control, third resvised edition, Replaces Indian. J.Agri.Sci. 18(4): 1-88 (1948). Rahman KA, Sohi GS, and Sapra AN. 1945. Studies on stored granin pests in the Punjab. VI. Biology of Trogoderma granrium Everts. India J.Agri. Sci.15(II): 85-92. Rees, D.P. 1996. Coleoptera. In Integrated Management of Insect in Stored Product, eds Subramaniam, B. and Hagstrum, D.W. Marcel Dekker, Inc., New York. 1-39 pp. Sidik M. 1997. State of the art of storage management. Dalam Proceedings of the Symposium on Pest Management for Stored Food and Feed. Bogor, 5-7 September 1995. Seameo-Biotrop. Bogor.