4. Penatalaksanan malaria Pengobatan malaria tanpa komplikasi dapat diberikan denggan pemberian ACT secara oral. Semua obat anti malaria ini tidak boleh dikonsumsi dalam keadaan perut kosong, karena oabtnya bersifat mengiritasi lambung. Tujuan pengobatan ini adalah agar membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Pemberian kombinasi ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan mecegah resistensi, mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik, serta memutuskan rantai penularan. Berikut merupakan pengobatan untuk malaria plasmodium falciparum yang dibagi menjadi 2 :1,2 1. Pengobatan lini pertama malaria falciparum Lini
pertama
pengobatan malaria falciparum
adalah
dengan
mengkonsumsi Artemisinin Combination Therapy (ACT).2 Artesunat + Amodiakuin + Primakuin a. Kemasan artesunat + amodiakuin terdiri dari 2 blister yaitu blister amodiakuin yang terdiri dari 12 tablet (200mg) = 153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat terdiri dari 12 tablet (50mg). Obat kombinasi diberikan persoral, selama tiga hari dengan dosis tunggal sebagai berikut: 2 i. Amodiakuin basa : 10mg/kgBB ii. Artesunat
: 4mg/kgBB
b. Kemasan artesunat + amodiakuin terdiri dari tiga blister (setiap hari satu blister untuk dosis dewasa) setiap blister terdiri dari : 2 i. 4 tablet artesunat
: 50mg
ii. 4 tablet amodiakuin
: 150mg
Primakuin beredar di Indonesia dalam bentuk tablet berwarna cokelat yang mengandung 25 mg garam yang setara 15 mg basa. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi dibawah 1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2
Gambar 4.1. : Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut kelompok umur dengan artesunat – amodiakuin Sumber : Departemen kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada ; 2008. Hal. 12.
Lini pertama malaria falciparum juga yang biasa digunakan ga yang biasa digunakan khusus untuk daerah Papua adalah : 2 Dihydroartemisinin + Piperaquin + Primakuin Dosis obat sebagai berikut : i.
Dihydroartemisinin
: 2-4mg / kgBB
ii.
Piperaquin
: 16-32mg / kgBB
iii.
Primakuin
: 0,75mg / kgBB
Gambar 4.2. : Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut umur dengan dihydroartemisinin + piperaquin (DHP) Sumber : Departemen kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada ; 2008. Hal. 12.
2. Pengobatan lini kedua malaria falciparum Lini kedua pengobatan falciparum adalah dengan mengkonsumsi : 2 Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin i. Kina tablet Tablet kina yang beredar ini mengandung 200mg kina fosfat atau sulfat. Kina diberikan peroral, tiga kal sehari dengan dosis 10mg/kgBB/kali selama 7 hari. 2 ii. Doksisiklin Doksisiklin yang beredar berupa kapsul atau tablet yang mengandung 50mg dan 100mg doksisiklin HCL. Doksisiklin diberikan dua kali perhari selama tujuh hari, dengan dosis orng dewasa adalah 4mg/kgBB/hari sedangkan untuk anak dengan usia 8-14 tahun diberikan 2mg/kgBB/hari. Doksisiklin ini tidak diberikan pada ibu hamil, anak dibawah umur 8 tahun. 2 iii. Tetrasiklin Tetrasiklin yang beredar dalam kapsul mengandung 250mg tetrasiklin HCL. Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama tujuh
hari dengan dosis 4-5 mg/kgBB/kali. Tetrasiklin juga tidak boleh diberikan pada ibu hamil maupun anak dibawah umur 8 tahun. 2 iv. Primakuin Pengobatan dengan primakuin ini juga diberikan pada lini pertama. Jika pada saat pengobatan lini pertama berdasarkan berat badan penderita tidak memungkinkan, maka pemberian obat diberikan berdasarkan umur. Dosis maksimal untuk orang dewasa yaitu 9 tablet kina dan 3 tablet primakuin. 2
Gambar 4.3. : Pengobatan lini kedua untuk malaria falciparum Sumber : Departemen kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada ; 2008. Hal. 14.
Catatan : *)
Dosis diberikan kg/BB
**)
2x50mg doksisiklin
***)
2x100mg doksisiklin
Daftar pustaka : 1. Kementrian kesehatan RI. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria. Jakarta : IDI, WHO ; 2017. Hal. 9. 2. Departemen kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada ; 2008. Hal. 11-14.