Teori Interaksionisme Simbolik Sos Keluarga Saipul.docx

  • Uploaded by: Saipul Pajri Rusli
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teori Interaksionisme Simbolik Sos Keluarga Saipul.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 510
  • Pages: 2
Teori Interaksionisme Simbolik Paradigma interaksionisme ada dalam dua bentuk teori: teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran sosial. Teori interaksionisme simbolik mengklaim bahwa masyarakat disusun dari interaksi yang selalu terjadi antar individu yang saling berbagi simbol dan maknanya. Teori ini sangat bermanfaat untuk memahami orang lain, meningkatkan komunikasi, belajar dan mengajarkan kemampuan dalam hubungan lintas budaya, dan secara umum jika dibawakan dengan analogi mahasiswa, ‘tidak mengganggu teman satu kamar kos’. Nilai, komunikasi, mencari-cari kesalahan, manajemen krisis, ketakutan atas kriminal, simpatisan politik, cinta dan segala rupa hal yang terkait dengan itu, “kejahatan dan dosa”, siapa yang ‘ganteng’ dan siapa yang ‘tidak’, kepercayaan penculikan oleh alien, “siapa saya”, pencarian jodoh, arbitrasi, proses pacaran, bahkan pemaknaan dan definisi nasional dan personal (ingat tragedi World Trade Center, 1 September 2001 di Amerika Serikat) dapat dipahami dengan Interaksionisme Simbolik. Saat mengkaji suatu fenomena dengan teori interaksionisme simbolik, kita harus menyadari bahwa individu secara alami sangat simbolik satu sama lain. Setelah itu kita mulai memahami bagaimana membujuk teman dan keluarga, bagaimana memahami sudut pandang orang lain, dan bagaimana menyelesaikan kesalahpahaman. Herbert Blumer (1969, hal. 64), penulis Social Interactionism: Perspective and Method, berpendapat bahwa “The fact that the human act is self-directed or built up means in no sense that the actor necessarily exercises excellence in its construction. Indeed, he may do a very poor job in constructing his act.”1 Artinya, fakta bahwa tindakan manusia diarahkan sendiri atau dibuat-buat tidak berarti bahwa pelakunya mempraktikkan kesempurnaan dalam konstruksinya. Bisa jadi dia melakukan hal yang sangat buruk dalam membangun tindakannya. Pernyataan tersebut secara implisit menggarisbawahi konsep makna. Tidak selamanya tindakan manusia itu dilakukan dengan sempurna; masih ada kemungkinan seorang manusia melakukan tindakan dengan ‘dibuat-buat’ namun sangat buruk kualitasnya. Makna tindakan manusia dibangun oleh manusia itu sendiri, serta oleh manusia lain yang berinteraksi dengan dirinya. Sebagai contoh, mari kita pertimbangkan tiga kata Bahasa Inggris—LOVE, LUST dan LARD. Masing-masing huruf adalah sebuah simbol. Ketika digabungkan dalam urutan tertentu, masing-masing kata bisa didefinisikan. Karena kita mengingat kata dan maknanya kita tahu ada perbedaan mencolok antara LOVE dan LUST. Selain itu, kita tahu bahwa LARD tidak berkaitan dengan keduanya (setidaknya bagi kebanyakan orang). Coba bandingkan pasangan kata ini: benci lawan harapan; bantuan lawan kesakitan; saran lawan siksa; dan bersih lawan korup. Kata-kata tersebut, sama halnya dengan kata lain, mengandung makna dan ketika diucapkan terdengar seperti permulaan gagasan filosofis. Interaksionisme simbolik dapat digunakan untuk berbagai hal—tidak terkecuali dalam ranah Sosiologi Keluarga. Dengan Interaksionisme Simbolik, interaksi antara orang tua dan anak dapat dipahami berdasarkan berbagai aspek: 1) simbol yang digunakan, 2) makna yang dibangun orang tua dan anak atas simbol tersebut, dan 3) makna yang diterima orang tua dan anak terkait simbol tersebut. Interaksi sosial sehari-hari mereka dipenuhi dengan simbol dan berlangsung berdasarkan makna simbol-simbol ini. Teori Interaksionisme Simbolik menjelajahi cara manusia berkomunikasi dan membantu kita memahami bagaimana manusia tumbuh dengan konsepsi diri (berkaitan erat dengan sosialisasi). Dalam ranah Sosiologi Keluarga, Interaksionisme Simbolik membantu kita memahami bagaimana

1

Blumer, H. (1969). Symbolic interactionism: Perspective and method. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall.

ekspektasi peran-peran masing-masing anggota keluarga dan apakah seorang individu menganggap dirinya memenuhi ekspektasi tersebut atau tidak.

Related Documents

Sos
June 2020 28
Sos
November 2019 43
Sos
July 2020 26
Sos
June 2020 9

More Documents from ""